Mohon maaf, saya rasa postingan dari RSA untuk topik ini sangat mengganggu
jalannya diskusi antara Mas Suryawan dengan Mas Rizal. Kami semua di WM ini
sedang mengikuti diskusi yang cukup menarik mengenai ada tidaknya WAHYU
setelah nabi Muhammad saw. Harap postingan selanjutnya membicarakan
argumen-argumen bagi yang mengatakan ADA atau TIDAKnya WAHYU setelah Nabi
Muhammad saw, dan mengurangi hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan
masalah tersebut. Walupun memang hak semua anggota milis untuk "ngomong" apa
saja, namun seyogyanya dan sebaiknya kita lebih fokus pada topik diskusi.

Sekedar tambahan untuk topik WAHYU setelah Nabi Muhammad saw.

Sebelumnya dalam hadits Muslim yang kami posting membahas masalah WAHYU,
telah diriwayatkan bahwa ALLAH meWAHYUKAN kepada Nabi Isa as ketika Beliau
turun untuk KEDUA KALInya di akhir zaman. Untuk membatasi area diskusi pada
masalah WAHYUnya saja bukan pada masalah Isa asnya, maka pertanyaan kemudian
adalah WAHYU bagaimana yang turun kepada Isa as tersebut nanti? Apakah wahyu
yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as itu akan disebut KITAB Suci? Apakah
WAHYU tersebut menyaingi al Quran?


Terlepas dari bagaimanapun jawabannya, Jenis WAHYUnya apa, jika
memperhatikan Hadits tersebut, memang dikatakan bahwa WAHYU ada SETELAH
Rasulullah saw.

Tentu saja hal ini diakui oleh kaum muslim yang mempercayai bahwa Nabi Isa
as akan turun lagi ke bumi. Bagi yang tidak mempercayainya tentu Hadits
tersebut dianggap Dhaif dan tidak diakui.

Untuk Mas Suryawan dan Mas Rizal, terima kasih telah memberikan beberapa
rujukan mengenai Ulama-Ulama Islam yang mendapatkan WAHYU dari Allah swt.
Lumayan menambah Data-Data rujukan dalam Arsip File kami.

Sekarang kami menunggu argumen-argumen dari yang menyatakan bahwa WAHYU
tidak ada lagi setelah Nabi Muhammad saw. Mungkin ada orang MUI yang sudah
mengeluarkan fatwa bahwa WAHYU tidak ada lagi dapat menyampaikannya di milis
ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua anggota milis sebagai bahan studi
banding.


On 11/30/07, rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Points taken...! Thanks ...
>
> Nah, justru krn saya sedikit banyak tahu bahasa, spt juga semua di
> sini -- krn ilmu saya ga terlalu nyambung ko kalo sudah di milis ini -
> - maka saya lakukan apa yang saya lakukan. Aneh juga kalo dengan
> menyatakan apa yang obvious itu jatuhnya malah mengolok-olok.
> Jelaskan deh, yang maksud mengolok-olok itu apa? Lalu hubungkan
> dengan sikap saya hanya menegaskan bahwa saya sekadar memanggil
> Suryawan dengan Mas Ahmadi semata spt yang sudah saya jelaskan. Ko
> tendensius sekali jadi mencap saya mengolok-olok?
>
> Saya terima ko keberatan Suryawan, tapi yang jadi masalah, dia
> menyatakan saya memanjangkan singkatan nama MA itu menjadi Mas
> Ahmadi. Wah tentu saya tidak terima. Begitu tanggapa saya ke dia di
> atas. Yang saya lakukan hanya memanggil, menyapa dia dengan
> honorifiks khas laki-laki jawa, 'mas' dan diikuti dengan 'aliran'
> yang ia yakini. Ko salah? Lain kalo memang terbukti saya
> mempermainkan nama dia. Dan memang itu memungkinkan tapi kan saya
> yang tahu. hehehe ...
>
> Nah, sekarang kenapa anda tidak mengacu gaya saya ke mas Rizal, atau
> ke member lain yang memang mereka tidak mulai dan tidak pernah duluan
> mengolok-olok saya? Mengapa malah antara Suryawan dan Rizal? Kan yang
> anda vonis di sini sikap saya bukan Suryawan? Ga konsisten dan
> relevan hemat saya. Apa ini artinya saya ke mas Rizal atau ke member
> lain spt ke bu Lina atau bu Meilany tidak santun dan punya pretensi
> mengolok-olok? :-)
>
> Siapa yang berpretensi dong? :-)
>
> satriyo
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "donnie ahmad"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Pak Satriyo,
> > Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda. Tapi sebagai
> orang yang
> > berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
> > penggunaan bahasa. Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif
> dan juga
> > gaya bahasa. ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan,
> meskipun anda
> > mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda
> menggunakan
> > gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat
> pelajaran
> > bahasa pas SMA). Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang
> stigmatis,
> > apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.
> >
> > Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati
> anda.
> > Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama
> pentingnya
> > dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan. Apabila
> banyak orang
> > mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda
> maksudkan dalam
> > pikiran anda. Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian
> pesan.
> >
> > Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk
> maaf "bermasturbasi"
> > untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
> > pemahaman tentang yang anda tuliskan. Jadi yah, kalau banyak
> orang (bisa
> > juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai
> persepsi
> > yang keliru dengan apa yang anda maksudkan... whose to blame?
> >
> > Terlepas mereka mempunyai keyakinan yang berbeda dengan anda. Saya
> rasa
> > bisa dibedakan antara isi pesan dan cara menyampaikan pesan. Saya
> melihat
> > gaya diskusi antara mas Moh rizal dan mas suryawan adalah contoh
> gaya
> > diskusi yang santun tanpa ada pretensi untuk mengolok-olok.
> >
> >
> > salim,
> > Donnie
> >
> >
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke