[wanita-muslimah] notes harian seorang awam: tentang stoic

2008-02-17 Terurut Topik sangumang kusni
Notes Harian Seorang Awam:
   
   
  TENTANG STOIC
   
   
Siang ini, ketika membuka laptop, di layar komputer,  muncul tulisan 
Danielle Belle berjudul Stoic disiarkan melalui  milis [EMAIL PROTECTED]   
   
  Lengkap tulisan tersebut sebagai berikut:

   
   
   
  STOIC

   
Aku kebas
  tapi tak juga puas
   
  Aku tak peduli
  tapi kunikmati
  
  kebahagiaan
  kesakitan
  
  Seperti para stoic yang mendidik perasaannya
  memastikan bahwa dunia akan baik-baik saja
  walaupun ada satu hati yang patah
  bah, aku tak menyerah!
  
-- 
Danielle, deus iudex meus est
http://daniellebelle.blogspot.com .
   
  [Sumber: Gabriel Garcia Marquez [EMAIL PROTECTED], in: milis [EMAIL 
PROTECTED] ,  Sun, 17 Feb 2008 17:51:10 +0700] 

  sSD
  D[_,_.___ 


  .



  Oleh rasa ingin tahu lebih lanjut, maka saya pun membuka blogspot Danielle di 
mana saya dapatkan serangkaian tulisan-tulisannya dengan tema beragam. Yang 
banyak menarik perhatian saya, bahwa tulisan-tulisan Danielle,  adalah kesan 
bahwa ia lebih banyak menggeluti bidang perenungan atau pemikiran, mencoba 
menangkap sari gejala dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Menjadi 
sederhana memang tidak mudah, tapi pada kesederhanaan terdapat keindahan karena 
ia barangkali merupakan pohon dengan bunga indah wangi, yang tumbuh di ranah 
pencarian dan pendalaman. Pencarian dan kembara jiwa yang tak lelah dan tak 
punya sampai, jika menggunakan istilah Pelukis Salim -- pelukis Indonesia yang 
sejak usia 17 tahun sudah tinggal di Paris, kini berusia 101 tahun. Indahnya 
kesederhanaan, barangkali, di dalamnya terdapat kebenaran, dan tidakkah 
kebenaran itu indah? [Tentu saja saya sadar bahwa soal kebenaran dan indah itu 
sendiri, dari dulu sampai sekarang,  membuka gerbang lebar buat 
 suatu perbincangan panjang].  Kesederhanaan akan menjadi makin indah jika ia 
sekaligus mengangkat universalitas nilai sebagaimana universalitas konsep 
wolak-waliké zaman. 
   
   
  Kesederhanaan dipadani oleh universalitas ini, kudapatkan pada tulisan 
Stoic di atas. Di tulisan ini, Danielle Belle antara lain menulis:
   
   
  dunia akan baik-baik saja   walaupun ada satu hati yang patah
  
   
  Kesederhanaan dan universalitas begini juga telah  melahirkan puitisitas yang 
kuat pada tulisan di atas. Karena itu sederhana itu indah tapi tak mudah.  
Sebagai contoh lain dari kesederhanaan itu indah, guna menjelaskan apa yang 
kumaksud terdapat pada baris  Chairil Anwar : 
   
   
  sekali berarti sudah itu mati 
   
   
  atau, baris-baris puisi Ho Chi Minh:
   
  bulan memancing syair
  tunnggu sampai besok
  aku sibuk dengan urusan perang
   
   
  atau larik-larik Mao Zedong dalam puisinya Kembali Ke Shaosan:
   
  pengorbanan pahit membulatkan tekad
  yang kuasa menempa surya dan candra bercahya di cakrawala baru
   
   
  Ciri kesederhanaan ini agaknya membuat Danielle tampil rada beda dengan 
penulis-penulis lain yang muncul di berbagai milis termasuk di milis apresiasi 
sastra. Tampil dengan wajah perempuan lebih alami, seadanya,  tanpa banyak 
dipulas oleh make-up atau dandanan bergincu dan berbedak.  Pergulatan Danielle 
lebih bertumpu pada menangkap hakiki dari gejala dari dari tumpuan ini Anda 
mencari puitisitas. Dengan cara begini, tentu saja tidak nampak padaku bahwa 
Danielle berpuisi dengan bermain-main dengan kata, bermain-main dengan 
estetika, walau pun memang, unsur estetika itu penting untuk suatu karya 
sastrawi. Betul pula, bahwa kata alat kerja utama penyair. Danielle agaknya 
memilih pendekatan lain dalam berpuisi. Ia tidak berangkat dari dermaga 
estetika murni sehingga sering karya [puisi] yang lahir, kemudian sering tidak 
mengatakan apa-apa . Tentu saja, saya tidak memutlakkan bahwa yang berangkat 
dari dermaga estetika, tak pernah sampai ke pantai hakiki ketika melayari
 samudera gejala. Tapi sering terjadi, karena misalnya kurang tenaga, sang 
penyair bermain-main di permukaan, seperti seekor angsa putih anggun merenangi 
air danau. Sesekali mencelupkan kepala ke dalam air.  Kepala angsa putih anggun 
itu tak mengenal dasar telaga atau danau.
   
   
  Pasti saja, adalah hak masing-masing penyair memilih metode pendekatan mana 
yang akan digunakan dalam bersastra. Dari karya sastrawi masing-masing, pembaca 
yang berdaulat pun apa-siapa dan bagaimana sastrawan tersebut. Karya adalah 
diri jiwa sastrawan sendiri dalam proses usahanya mencari diri dan meraih 
makna. Sebagai seorang awam  dan selalu merasa diri sebagai pelajar awal di 
dunia sastra-seni, saya tidak mengatakan mana yang baik dan mana yang buruk 
dari dua metode tersebut. Bagaikan seorang busana seorang peragawati-peragawan, 
karya yang telah disiarkan tak obah busana yang yang diperagakan itu berhadapan 
langsung dengan penonoton yaitu pembaca yang berdaulat.
   
   
  Dengan alasan-alasan di ataslah maka terkesengsem pada baris-baris:
   
   
  dunia akan baik-baik saja   walaupun ada satu hati yang patah
   
   
  Berkata banyak dan terasa bisa kupungut 

[wanita-muslimah] Kenapa Mesti Halal?

2008-02-17 Terurut Topik Sunny

http://batampos.co.id/Kenapa-Mesti-Halal.html


  Kenapa Mesti Halal? 
   
  Jumat, 15 Pebruari 2008  
  Oleh: Laksmi Widajanti 
  Dosen Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 
  Mahmudi Asyari
  Kandidat Doktor UIN Jakarta

  Legalisasi halal di Indonesia semestinya tidak menimbulkan kontroversi. 
Bahkan, semestinya semua pihak memandang persoalan itu sebagai sebuah 
keniscayaan mengingat 89 persen penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia 
(NKRI) ini adalah umat Islam, di mana semestinya mereka menganggap persoalan 
halal sebagai haluannya dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.


  Jika, kita melakukan surving di internet kontroversi seputar legalisasi 
halal melalui pembuatan undang-undang sebagaimana rencana Pemerintah dalam hal 
ini Departemen Agama untuk mengajukan RUU Jaminan Produk Halal sungguh sangat 
marak. Marak, karena penolakan tidak hanya datang dari produsen yang merasa 
akan terbebani melalui legalisasi itu, tapi juga dari sejumlah kalangan umat 
Islam sendiri. 


  Namun, jika ditilik lebih jauh penolakan dari sejumlah kalangan umat 
Islam adalah persoalan jatah untuk menerbitkan sertifikat halal. Artinya mereka 
minta jatah agar tidak hanya Majlis Ulama Indonesia (MUI) saja yang ketibanan 
rezeki melalui pelabelan halal tersebut.


  Terlepas dari, kontroversi itu semestinya semua pihak menghormati upaya 
itu mengingat persoalan makanan bagi umat Islam sangat terkait dengan keyakinan 
agama mereka di mana hal itu sesungguhnya hal itu dijamin oleh peraturan 
perundang-undangan di Indonesia. Pancasila, Undang-Undang Dasar, dan beberapa 
peraturan di bawahnya telah menegaskan hak untuk mengekspresikan keyakinan 
agama (Islam) bagi pemeluknya. Hanya, peraturan berkaitan dengan pangan dan 
produksi yang sudah ada baru sebatas menganjurkan saja. Akibatnya, hanya 
produsen yang sangat perhatian terhadap masalah itu yang mau memintakan fatwa 
kepada MUI. Kenapa mesti ada fatwa halal? 


  Persoalan pangan bagi umat Islam sebenarnya tidak hanya menyangkut apakah 
itu bergizi atau baik bagi tubuh (thayyib), namun ada kriteria lain yang mesti 
diperhatikan yaitu halal atau tidak. Persoalan terakhir, tidak sepenuhnya 
terkait dengan makanan atau obat-obatan aman bagi tubuh sehingga apa yang 
diakreditasi lembaga POM belum cukup, karena masih ada aspek halal yang menjadi 
kompetensi ahli fikih. Sementara Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang 
sangat advokatif terhadap persoalan pangan tidak mempunyai perhatian sama 
sekali terhadap persoalan halal. 


  Mungkin mereka menganggap jika sebuah pangan dinilai aman berarti halal 
juga hukumnya. Jika ada anggapan seperti itu, maka sungguh keliru mengingat 
aman tidak sepenuhnya bisa disepadankan dengan halal. Daging babi misalnya aman 
karena dianggap mempunyai kandungan nutrisi yang baik. Akan tetapi, dalam 
syariah itu tidak halal sehingga harus dijauhi oleh umat Islam. Begitu juga 
dengan sejumlah makanan yang oleh Alquran dan Sunnah Rasulullah dikategorikan 
haram untuk dimakan. 


  Di samping itu sejumlah yang tidak disebutkan keharaman itu, ada sejumlah 
makanan yang mesti dikaji termasuk hasil produksi apakah dalam produksi 
terdapat unsur yang diharamkan bagi umat Islam untuk dimakan atau tidak. 
Berkaitan dengan jenis makanan dan hasil produksi yang masih mungkin mengandung 
unsur haram itulah fatwa MUI dirasa sangat penting guna memberikan rasa aman 
kepada umat Islam ketika meraka menyantap makanan.


  Mengingat persoalan makanan bagi umat Islam tidak bisa dilepaskan dari 
keyakinan agama, sudah semestinya semua pihak mendukung upaya legalisasi itu, 
karena tindakan itu merupakan sebuah sebuah amanat hukum positif di Indonesia.

  Kriteria Halal?
  Alquran dalam beberapa ayat menekankan persoalan halal, meskipun masih 
terkesan agak umum. Perihal ini, kemudian dijelaskan oleh Nabi ke dalam 
ungkapan yang lebih detail. Ungkapan mengenai hal itu, dimulai oleh Nabi dengan 
penjelasan-penjelasan jenis makanan yang halal dan haram dan jenis yang boleh 
dan tidak boleh dikonsumsi. Di antaranya, makanan tersebut harus bebas dari, 
pertama, sesuatu yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, kedua, kandungan 
racun dan zat lain yang bisa membayakan kehidupan umat Islam, dan ketiga,  
unsur najis.


  Kriteria pertama, seperti larangan memakan babi di mana kita tidak 
mengetahui persis sebab larangan itu. Ada kalangan yang mengatakan, dikarenakan 
mengandung cacing pita yang sukar untuk dimatikan. Namun, ketika aspek ini bisa 
dijawab oleh teknologi moderen saat ini, aspek keharaman tetap saja tidak bisa 
diabaikan. Termasuk dalam kriteria ini, hewan buas, dan lainnya yang telah 
dijelaskan secara relatif detil oleh Nabi. Adapun kriteria kedua, saya kira 
sudah jelas, karena mengkonsumsi makanan itu sendiri untuk menjaga kelangsungan 
hidup, sedangkan mengkonsumsi racun merupakan kebalikan dari tujuan itu. Begitu 
juga dengan zat yang 

[wanita-muslimah] Mengatasi Trauma Berbahasa Inggris

2008-02-17 Terurut Topik Sunny
http://batampos.co.id/Mengatasi-Trauma-Berbahasa-Inggris.html


  Mengatasi Trauma Berbahasa Inggris

  Sabtu, 16 Pebruari 2008  
  Oleh : Condra Antoni
  Dosen Bahasa Inggris FT Teknik UMRAH/Politeknik Batam, Koordinator 
Polybatam Language Centre. 

  Trauma berasal dari kata Yunani tramatos yang berarti luka dari sumber 
luar. Pada dasarnya trauma adalah luka emosi, rohani dan fisik yang disebabkan 
oleh keadaan yang mengancam diri kita. Trauma adalah luka batin yang tersimpan 
sehingga berpotensi  menggerogoti seluruh diri kita. 


  Tidak bisa dipungkiri bahwa belajar bahasa Inggris berpotensi menimbulkan 
trauma-dalam artian takut atau was-was untuk practice. Tanpa bermaksud 
berprasangka, trauma ini disebabkan oleh masa lalu pembelajaran bahasa yang 
setiap hari berhadapan dengan guru yang berkiblat to be-isme.  Di sini guru 
justru berperan sebagai pengabar ideologi tentang grammar correctness yang 
tidak bisa ditawar dalam berbahasa Inggris. Guru cenderung berperan sebagai 
hakim agung yang setiap saat siap sedia menghukum muridnya dengan 
aturan-aturan kaku manakala murid tersebut mencoba berekspresi atau berujar 
dalam bahasa Inggris dengan grammar yang tidak tepat. Murid kemudian di cekoki 
dengan to be yang berpengaruh pada imej bahwa bahasa Inggris itu sulit 
dipelajari, dipahami, dan dikuasai.


  Sebagai orang Indonesia yang rata-rata mengawali pembelajaran bahasa 
Inggris ketika SMP, maka berhadapan langsung dengan to be seringkali merupakan 
suatu ketakutan. Bagaimana tidak, ketika kita sebagai pemilik sah bahasa ibu 
(mother's tongue) bukan bahasa Inggris, saat berhadapan pertama kali dengan 
bahasa Inggris itu sendiri pada waktu pertama kali, yang disuguhkan adalah 
hamparan peraturan berbahasa. 


  Barangkali hari ini masih banyak ditemukan guru yang menerapkan pola yang 
sama; mengutamakan grammar dibanding memotivasi siswa untuk menggunakan bahasa 
inggris itu sendiri.  Hari T. Kisdi  mengistilahkan pembelajaran seperti ini 
dengan knowledge oriented. Kita disuguhkan pengetahuan tentang bagaimana cara 
berbahasa, alih-alih skill oriented yang berupa keterampilan berbahasa. 


  Bisa kita bayangkan dan rasakan bagaimana suasana yang kita hadapi dan 
dapati ketika kita belajar bahasa Inggris untuk tahap awal, kita diharuskan 
memiliki pengetahuan berbahasa. Kita diharuskan memahami grammar dalam artian 
pola-pola formal dan terbatas yang digunakan dalam berujar bahasa Inggris.  
Bahasa Inggris, lanjut Hari T. Kisdi adalah sebuah keterampilan (skill). Ia 
merupakan suatu pembelajaran untuk memakai bukan mengetahui. 


  Akibat trauma berbahasa di masa lalu, maka ketika mereka belajar bahasa 
inggris di usia dewasa, mereka mengalami kesulitan. Banyak kasus ditemukan 
bahwa pembelajar bahasa Inggris dewasa pada batasan-batasan tertentu, bisa 
memahami orang lain yang berbicara bahasa Inggris. Tapi ketika diminta 
merespon, mereka mengalami kesulitan. Justru persoalannya bukan karena mereka 
tidak tahu jawabannya, tapi mereka takut salah dalam meresponnya.  


  Di kelas-kelas bahasa Inggris yang pernah saya tangani, model pembelajar 
seperti ini biasanya memilih menjawab dengan bahasa Indonesia, padahal saya 
bertanya dalam bahasa Inggris. Ini membuktikan bahwa mereka mengerti tentang 
apa yang saya katakan dalam bahasa Inggris, tetapi mereka kesulitan untuk 
meresponnya dalam bahasa Inggris. Pada situasi tertentu, mereka justru memilih 
diam atau mengatakan no comment.
  Ini adalah bentuk trauma yang dialami oleh pembelajar bahasa Inggris di 
usia dewasa, yang dipicu oleh to be oriented di usia sekolah. Trauma ini 
seyogyanya bisa diatasi dengan mengubah paradigma pembelajarnya. Paradigma ini 
bisa dirubah dengan cara memahami fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.


  Ketika pembelajar yang mengalami trauma tersebut memahamai konsep ini, 
maka mereka lantas akan menyadari bahwa bahasa Inggris-sebagaimana 
bahasa-bahasa lain-adalah sebuah alat untuk bisa saling berkomunikasi dan 
saling memahami satu sama lain, alih-alih show off tentang tatabahasa antara 
satu dengan yang lain.


  Dalam berbahasa Inggris misalnya, orang yang menggunakan bahasa Inggris 
sebagai alat komunikasi (English speaking people) ketika berkomunikasi dengan 
orang yang  bahasa ibunya bukan bahasa Inggris (non-native speaker) cenderung 
lebih pada keinginan untuk memahami apa yang dikatakan lawan bicaranya,  
alih-alih berupaya memperbaiki English grammar nya.


  Contoh sederhana ini meniscayakan bahwa tobe-isme bukanlah syarat mutlak 
yang mesti dianut dalam berbahasa Inggris. Metode to be oriented yang 
diaplikasikan oleh guru-guru di tingkat sekolah menengah terutama, ternyata 
dalam prakteknya justru menyulitkan para pembelajar bahasa Inggris tersebut. 
Lebih jauh, pengajar bahasa inggris menciptakan trauma berbahasa Inggris 
ketimbang mendorong (encourage) para pembelajar untuk berbahasa Inggris.
 


[Non-text portions of this 

[wanita-muslimah] Valentine Haram + Valentine Yes Valentine N

2008-02-17 Terurut Topik Sunny

Jambi Express
Saturday, 16 February 2008 


  Valentine Haram  
 
  (Tanggapan Atas Tulisan Valentine Yes, Valentine No  

  Hermanto Harun*

  Agaknya, ruang pemikiran kita tidak pernah berhenti dari gerogotan virus 
budaya impor yang tanpa disadari telah mewabah dalam perilaku kesaharian 
kita. Virus tersebut menularkan pelbagai bentuk penyakit sosial yang semakin 
hari terus kumat, bahkan tularannya menjangkiti ruang pemahaman keberagamaan. 
Sehingga tak jarang, fatwa ulama terkecoh oleh realitas, yang seakan menganggap 
bahwa segala sesuatu memiliki nilai positif dan negatif. Akhirnya, para ustaz, 
ulama dan Intelektual Islam, harus mencari argumentasi yang sedikit lunak, agar 
terkesan familiar dan bersahabat dengan zaman. Ini setidaknya bisa ditelisik 
dalam kasus Valentine's day yang sampai saat ini menjadi icon dan tren baru 
generasi muda dalam menyalurkan kasih sayang. Valentine's day menjadi momen 
yang seakan 'rugi' untuk dilewati, dengan warna pink dan makanan coklatnya yang 
khas, hari ini dianggap sebagai ruang waktu berkasih sayang, terutama kepada 
sang kekasih.

  Seiring paksaan media mencekoki opini publik dengan tayangan perayaan 
hari Valentine, budaya 'impor' ini seakan telah menjadi bagian yang tidak 
terpisahkan dengan romantisme kaula muda. Unik dan anehnya, di tengah kesan 
'kontroversial' MUI yang memfatwakan haramnya perayaan hari Valentine, tulisan 
Bahrul Ulum, seorang intelektual dan akademisi Islam, dengan Judul Valentine 
Yes Valentine No di harian Jambi Ekspres (Kamis 14 Februari 2008), seolah 
ingin menjawab polemik keharaman perayaan Valentine tersebut. Walau, dalam 
tulisannya itu, tidak memiliki standar, juga  rujukan argumentasi hukum yang 
jelas antara Valentiene yes atau no. Ketidak jelasan argumentasi hukum 
tersebut, menurut penulis, akhirnya menjadi jebakan argumentasi relativitas 
yang akhirnya tidak memiliki kelamin hukum yang valid dan tegas.

  Ketidak-tegasan sekaligus kegamangan dalam menyikapi Valentine tersebut, 
setidaknya terlihat dari beberapa uraian tulisan Bahrul Ulum (selanjutnya 
ditulis Bahrul) tersebut, diantaranya: Pertama, bahwa Bahrul terlihat sangat 
substantif. Ia berusaha memisahkan antara makna Valentine yang menurutnya 
sesuai makna dasar  sejarah Valentine itu sendiri. Dalam ungkapan Valentine 
Yes-nya, Bahrul seakan berusaha memberi alibi, ternyata di dalam Valentine 
sendiri tersirat makna positif seperti memberikan kado, saling berbagi cerita 
dan pengalaman pribadi atau reuni teman/sahabat lama sesuai dengan makna dasar 
Valentine. Juga, Bahrul menambahkan perayaan Valentine yang minimal dapat 
ditolerir bila dilakukan dengan bertukar kado sebagai tanda perhatian terhadap 
kawan spesial atau sahabat, dengan kado yang sederhana, dirayakan ditempat 
terbuka, tidak ditempat tertutup yang memungkinkan dapat berbuat maksiat, 
memilih tempat yang sederhana, tidak mengganggu orang lain, tidak berpoya-poya, 
tidak merayakan dengan waktu yang tidak terbatas dan tentu saja berpakaian 
sopan sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat. 

  Dalam uraian di atas, terkesan bahwa semua perilaku tadi merupakan suatu 
perbuatan positif, sehingga menjadi legitimasi akan yesnya perayaan 
Valentine. Persoalan kemudian adalah, jika perilaku tadi tidak dalam ruang 
waktu Valentine, mungkin masih debatable. Akan tetapi, jika dalam ruang 
perayaan yang masih berembelkan Valentine, maka disitulah letak persoalannya. 
Karena bagaimanapun, penamaan Valentine sangat kental dengan misi dan nilai 
agama Kristiani, bahkan termasuk persoalan teologis Kristen. Hal ini dapat 
dilihat dari asal sejarah lahirnya perayaan Valentine. 

  Kisahnya bermula dari raja Claudius II (268-270 M) yang mempunyai 
kebijakan melarang bala tentaranya untuk menikah. Karena, bagi Claudius II, 
dengan tidak menikah, para prajurit akan menjadi agresif dan siaga dalam 
berperang. Kebijakan ini mendapat perlawanan dari Santo Valentine dan Santo 
Marius dengan melakukan perkawinan secara diam-diam. Akhirnya, perilaku kedua 
Santo tersebut diketahui oleh raja Claudius II, kemudian memberi hukuman mati 
kepada Valentine dan Marius. Akhirnya, kematian kedua pejuang cinta tersebut 
diresmikan oleh Paus Galasius pada 14 Pebruari 469 M sebagai hari Valentine. 
Jika demikian, maka sangat jelas, bahwa perayaan Valentine bagi umat Islam 
sangat bermasalah, mengingat persoalan teologis merupakan doktrin ajaran suatu 
agama yang sudah berada dalam ranah hitam-putih dan tidak mempunyai ruang 
untuk dinegosiasikan. 

  Kedua, dalam ulasan Bahrul, terdapat ungkapan setidaknya tidak dianggap 
ketinggalan. Ungkapan ini sekilas sangat sederhana. Namun, menurut penulis, 
menyimpan kandungan inferiority yang sangat dahsyat. Sikap inferoiritas ini 
bahkan telah mewabah ke paradigma pemahaman keberagamaan intelektual Islam. 
Sehingga, banyak ditemukan para cendekiawan Islam menganggap bahwa Islam 
menjadi kerikil dari sains dan kemajuan. Agama Islam hanya dijadikan 

Re: [wanita-muslimah] Waspada Ayam Potong Tanpa Nama Allah

2008-02-17 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
Kalau dibaca terjemahan surat Al Maidah ayat 3 bunyinya sebagai berikut

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah , daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya , dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah , (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.

Kalau pemahaman saya, yang haram adalah daging hewan yang disembelih
atas nama selain Allah, misal disembelih atas nama Latta, Uza atau
Mana'at, atau berhala-berhala lain. Kalau misalnya tidak menyebut apa2
pada saat penyembelihan, mestinya tidak apa2 kan? Saya pernah baca,
bahwa selama yang menyembelih adalah muslim, maka daging hewan itu
adalah halal, tentunya dengan penyembelihan yang benar. Karena
syahadat orang muslim ada di dalam hatinya. Mohon koreksi jika salah.

salam,
--
wikan

2008/2/17 Sunny [EMAIL PROTECTED]:






 http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/17637/180/

  Waspada Ayam Potong Tanpa Nama Allah
  Laporan: Serambi Ummah/AM Ramadhani
  Minggu, 17-02-2008 | 22:19:55

  BANJARMASIN, BPOST - Diperkirakan 80 persen pembeli ayam potong di pasar
 jarang menanyakan kepada penjual apakah hewan tersebut disembelih dengan
 menyebut nama Allah atau tidak. Hal ini dikemukakan ustadz Reza Rahmani Lc
 Minggu (17/2) usai shalat Maghrib di hadapan jamaah Masjid Ar Rahim, Sultan
 Adam, Banjarmasin Utara.

  Padahal, lanjutnya, dalam Alquran surah Al Maidah dikatakan bahwa
 menyembelih hewan tanpa menyebut nama Allah hukumnya haram dimakan.


[wanita-muslimah] Perempuan Pekerja Malam Dieksploitasi Seks

2008-02-17 Terurut Topik aishayasmina2002
Assalamu'alaikum wr wb,
Beberapa bulan tidak ngobrol di WM, kangen berat..:)
Jadi, saya ikutan nimbrung ya, atau tepatnya mau cerita tentang aku 
dan pelacur hehehe, mungkin lebih baik pakai istilah pelacur 
daripada WTS (wanita tuna susila) atau PSK (pekerja seks komersial).

Saat saya kecil, usia-usia SD, saya sering mendengar istilah pelacur 
dari lingkungan atau dari guru ngaji di mesjid yang mengatakan kata 
ini dengan penuh kebencian, sepertinya makhluk yang disebut pelacur 
ini adalah setan yang benar-benar menjijikan. Sebagai anak kecil 
dengan ilmu agama dan pengetahuan kehidupan yang masih amat dangkal, 
saya juga ikut-ikutan membenci yang namanya pelacur ini. Saat itu 
dalam bayangan saya, pelacur itu adalah setan yang menggoda laki-
laki baik yang menularkan penyakit kelamin.

Dengan berjalannya waktu, dari obrolan orang, dari bacaan, dll - 
saya mulai tahu bahwa TIDAK SEMUA pelacur harus dibenci. Saya punya 
seorang teman di masa kecil yang kita sebut saja namanya Ayu karena 
anak itu memang ayu - kulitnya putih, tubuhnya tinggi langsing, 
wajahnya juga ayu-cantik bener. Ayu ini seorang bayi yang 
ditinggalkan ibunya yang kabur dari rumah sakit setelah melahirkan, 
tidak jelas apakah ibunya Ayu ini meninggalkan RS karena tidak bisa 
membayar biaya rumah sakit atau bayi itu hasil hubungan terlarang. 
Yang jelas, bayi itu dirawat di RS itu sambil menunggu orang tuanya. 
Setelah setahun, bayi itu diambil dan dirawat seorang perawat yang 
kebetulan seorang janda (suaminya meninggal) tanpa anak.

Ayu tumbuh baik, dia teman sepengajian saya dan juga teman sekolah 
saya. Semua orang kagum melihat kecantikan dan kesolehannya, gadis 
solehah. Saya pindah kota untuk sekolah lagi dan saya tidak tahu 
nasib Ayu kemudian. Ketika saya kembali lagi ke kota asal, saya 
mendengar dari orang-orang bahwa Ayu sudah menjadi pelacur. Orang-
orang itu (laki-laki dan perempuan)menceritakan Ayu lengkap dengan 
ejekan dan wajah yang menghina, seolah-olah mereka manusia paling 
suci dan Ayu manusia paling hina di dunia.

Saya bertemu Ayu lagi saat menunggu KA di Gambir, wajah dan tubuhnya 
masih cantik, malah terlihat lebih cantik, tapi wajahnya sedih. Dia 
cerita bahwa ibu angkatnya yang perawat itu menikahkan dia dengan 
seorang laki-laki setelah lulus SMU. Tetapi suaminya meninggal dalam 
satu kecelakaan lalu lintas saat dia hamil anak pertama tanpa 
meninggalkan harta, malah dia harus meminjam ke banyak orang untuk 
membiayai suaminya saat koma di RS. Ibu angkatnya meninggal dan 
karena dia tidak diadopsi, maka dia juga terusir dari rumah warisan 
ibu angkatnya. Dalam kondisi tanpa rumah + utang banyak, saat ada 
orang yang menawarinya bekerja sebagai pelayan restoran di Batam, 
dia menitipkan anaknya ke orang tua suaminya yang seorang buruh tani 
di satu desa, lalu dia pergi dengan orang yang menawarinya bekerja 
di Batam itu dengan niat mencari uang untuk membayar utang dan 
membiayai anak + keluarga mertuanya yang miskin itu. Di Batam 
ternyata dia ditipu, bukan bekerja di restoran tapi harus jadi 
pelacur. Dia tidak bisa kabur karena di rumah tempat dia dilacurkan 
itu dia dijaga ketat, ada beberapa satpam' di rumah itu. Dia bisa 
keluar dari rumah itu karena dia tidak laku, dia terkena penyakit 
kelamin, organ reproduksinya sudah rusak borok bernanah, tidak jelas 
apakah dia juga sudah positif HIV. Kami berpisah di stasiun itu 
karena saya naik KA ke Surabaya sementara dia ke arah Bandung, saya 
memberi tahu alamat saya dengan pesan bahwa setiap saat saya bisa 
didatangi, tapi sampai sekarang saya tidak pernah bertemu Ayu lagi. 

Sejak itu saya tidak membenci semua pelacur, karena ternyata ada 
juga pelacur yang terpaksa menjalani pelacuran bukan karena dia mau 
uang secara cepat dan dengan sengaja melacurkan diri, tapi dia 
korban human traficking, dia masuk dalam jaringan jual beli manusia 
di kota atau negara lain. Dunia kan tidak hitam putih.

Dan kalau melihat obrolan teman-teman di bawah ini, saya menjadi 
heran dengan gaya ngobrol bu Rachma dan pak Genukin, sebetulnya 
anggota lain itu mau menjelaskan bahwa tidak semua pelacur itu 
adalah manusia yang sengaja melacurkan diri untuk mencari uang 
secara cepat, banyak juga pelacur yang terpaksa karena dilacurkan 
orang lain seperti kasus Ayu itu. Jadi, cobalah berdiskusi dengan 
jernih, tidak main tuduh terhadap orang lain yang mencoba 
menceritakan tentang pelacur dengan sebutan orang yang menghalalkan 
atau membiarkan perempuan lain jadi pelacur. Dan tentu saja, 
pelacuran tidak akan hilang hanya dengan sibuk memaki, menghina 
pelacur. Ada banyak faktor yang membuat pelacuran berkembang. Justru 
di milis ini kita bisa ngobrol tentang faktor2 itu sehingga tahu 
persis cara menyelesaikannya. Milis kan tempat ngobrol/diskusi, beda 
di dunia nyata, setiap orang bisa membantu orang lainnya termasuk 
para pelacur ini supaya mereka tidak menjadi pelacur lagi dengan 
berbagai cara yang tiap orang beda-beda kemampuannya.

salam
Aisha
--
From : 

[wanita-muslimah] Undangan Diskusi YJP: Demokrasi A la Feminis

2008-02-17 Terurut Topik MGR
  UNDANGAN
   
  Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan
   
  Demokrasi A la Feminis
   
  Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono
   
  Jumat, 22 Februari 2008
  Pukul 15.00-17.00 WIB
  Yayasan Jurnal Perempuan
  Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810
  Telp 021. 8370-2005  
   
  Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan 
aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi 
yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda 
dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang 
mayoritas berbasis syariat. Sedangkan demokrasi di negri baru dimaknai sebagai 
penguasaan dan kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung 
sebagai target dari tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan 
kemenangan itu segala bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir 
dari rahim demokrasi. Tak ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak 
mungkin bisa menang dalam “demokrasi yang maskulin” macam ini: yang lebih 
mementingkan kemenangan dan menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan 
sekuat-kuatnya. Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi 
terciptanya kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan
 penguasaan, namun tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, 
kesetaraan (tak ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap 
keragaman. Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan 
Jurnal Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan 
Jurnal Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri 
Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial)

  Untuk informasi lebih lanjut kontak:
  Nur Azizah
  0818-064-884-63
  e-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
  Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi 
anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, 
kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program 
radio jurnal perempuan, dll
   
  
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] laman bacaan qur'an

2008-02-17 Terurut Topik aznan hamat
Assalamualaikum, 

sila tekan kat




http://quranexplorer.com/
 
http://quranexplorer.com/Quran/Default.aspx

dan minta sebarkan!!!

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] aku dan anjing itu - di pantai

2008-02-17 Terurut Topik Mia
Jam enam pagi, aku sudah berada di tepi pantai depan penginapan, 
duduk sebentar di dermaga kayu sederhana memandang matahari yang 
sudah terbit.  Lalu jalan di sepanjang pantai, niatnya jalan sejauh-
jauhnya. tapi baru 500 meteran terhalang muara sungai kecil.  Aku 
berniat menyusuri sungai mencari tempat yang rada kering, barangkali 
saja bisa menyebrangi. Tapi baru ngliat-ngliat pemiliknya 
menggonggong, seekor anjing yang mungkin marah teritorinya 
terganggu.  Aku kan takut sama anjing, seperti banyak orang 
Indonesia, apalagi sendirian di pantai jauh dari penduduk, mau 
teriak pun nggak kedengaran ditelan ombak.

Jadi aku langsung balik badan, jalan sambil menunduk ke pantai 
menjauh dari pasir. Hikkss celanaku basah, tapi apa boleh buat.  
Anjing terus menggonggong mengikutiku dari pasir. Aku terus 
melangkah menunduk, di air, celanaku basah hiksss...sambil nyeret-
nyerat dahan pohon, kalau-kalau si anjing menyerang.

Jadi bayangkan kalo di foto, anjing menggonggong dari pasir ngikutin 
diriku, aku jalan di air laut, nyeret2 batang pohon, sambil menunduk 
ketakutan campur kesel karena celana basah.  Aku bener2 takut, soale 
jauh dari kampung.

Pada sampai suatu titik, anjing pun berhenti, rupanya sampai disitu 
daerah kekuasaannya. Dalam hatiku, duh anjing..aku kan cuma mo jalan-
jalan di pantai...:-(

salam
Mia





[wanita-muslimah] Yahudi dan Islam Liberal

2008-02-17 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
Yahudi dan Islam Liberal 

Oleh :
Nur Faizin Muhith
Mahasiswa Pascasarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

Liberalisme adalah suatu kepercayaan tentang nilai-nilai kebebasan
individu dengan intervensi minimal dari negara dalam kehidupan pribadi.
Liberalisme adalah teori kontrak sosial yang menyatakan atau menegaskan
bahwa otoritas politik secara orsinil tersusun dari kebebasan dan
rasionalitas individu sebagai media untuk memadukan kebebasan dengan
hasil-hasil kerja sama sosial.
Dalam sejarahnya sebagai gagasan, liberalisme berhubungan dengan gagasan
kebebasan (liberty) atau pembebasan (liberation) karena esensi gagasan
liberalisme adalah untuk menuju pembebasan. Dengan demikian, liberalisme
mengekspresikan spirit manusia sebagai individu. 
'Man is born to free' adalah asumsi dasar para pemikir liberal. Dalam
artikulasinya, liberalisme menjadi sebuah keyakinan, filsafat, dan
gerakan yang memegang teguh kebebasan sebagai sebuah metode dan
kebijakan, sebuah prinsip yang terorganisasi dalam masyarakat dan
menjadi jalan hidup bagi individu maupun komunitas (Ida Rohmawati,
2004).
Yahudi liberal
Liberalisme juga merambah pola hidup keberagamaan menghadapi akselerasi
perubahan atas tuntutan globalisasi dan moderinitas. Dengan demikian,
kata liberal akhirnya juga menjadi dan dijadikan sebuah atribut gerakan
keagamaan, di antaranya gerakan keberagamaan dalam agama Yahudi dan juga
Islam.
Kemunculan Yahudi liberal (Liberal Judaism) adalah karena kegelisahan
sekelompok Yahudi atas kegagalan gerakan pembaharuan keagamaan yang
dilakukan gerakan Yahudi reformis belum dapat mencapai cita-cita
reformasi yang diharapkan dan hanya menyentuh isu-isu luar, bukan
menyeselaikan problem-problem yang sebenarnya. Dengan liberalisme ini,
mereka ingin memenuhi kekurangan-kekurangan tersebut.
Gerakan Yahudi liberal muncul pada tahun 1902 M, persis ketika
dirilisnya Persatuan Keagamaan Yahudi yang kemudian berkembang menjadi
Persatuan Yahudi Liberal. Gerakan Yahudi liberal mucul di Inggris pada
tahun-tahun pertama abad ke-20, perkembangan yang dipelopori oleh Laely
Montagu (1873-1963) dan Claude Montefiore (1851-1938), seorang agamawan
Yahudi yang terpengaruh oleh salah seorang pemikir Kristen liberal di
Oxford, Benjamin G (Al-Masiriy: 1999).
Misi dari gerakan mengupayakan agar dasar-dasar ajaran agama Yahudi
dapat sesuai dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa (enlightement)
tentang pemikiran rasional dan bukti-bukti sains. Mereka berharap untuk
menyesuaikan agamanya dengan masyarakat modern. 
Kaum Yahudi liberal juga percaya bahwa kitab-kitab Yahudi (Hebrew
Scripture), termasuk Taurat, adalah upaya manusia untuk memahami
kehendak Tuhan. Karena itu, mereka menggunakan kitab-kitab itu sebagai
titik awal dalam pengambilan keputusan. Mereka pun sadar akan
kemungkinan kesalahan kitab mereka dan menghargai nilai-nilai
pengetahuan di luar kitab agam mereka (Adian Husaini: 2007).
Titik tolak Yahudi liberal adalah wujud manusia dan
kebutuhan-kebutuhannya (humanis), bukan lagi mempermasalahkan akidah
(teosentris). Tidak heran jika mereka menganggap old statement sebagai
ijtihad manusia dan bukan wahyu Tuhan. Mereka mengembangkan ide-ide
pencerahan dan berhukum kepada hati nurani: kebaikan dan kesalehan harus
dinilai dengan ukuran nurani yang tercerahkan dan bukannya dengan tolak
ukur wahyu lagi.
Istilah Yahudi liberal juga sering digunakan untuk menunjukkan gerakan
Yahudi progersif dan juga Yahudi reformis. Ketiga istilah itu seakan
menjadi istilah yang satu meskipun titik tekan pada semangat pembaharuan
dan reformasi lebih radikal di dalam gerakan Yahudi liberal dan kadang
juga untuk gerakan pembaharuan yang sedikit masih berpegang kepada
tradisi, sementara Yahudi progresif sering digunakan untuk gerakan
pembaharuan secara umum (Al-Masiriy: 1999)
Islam liberal
Tidak jauh dengan Liberal Judaism adalah gerakan yang dinamakan atau
menamakan dirinya dengan gerakan Islam liberal, baik secara individual
maupun kelompok. Berangkat dari semangat pembaharuan dan keinginan
membawa Islam agar selalu relevan dengan zaman modern yang berubah maju
begitu cepat, gerakan Islam liberal muncul. Selain itu, ada semacam
keyakinan bahwa Allah SWT akan mengutus mujaddid pembaharu setiap tahun,
baik pembaharuannya bersifat individu maupun kolektif. 
Istilah Islam liberal sebenarnya sudah dikenal beberapa dasawarsa yang
lalu meskipun tidak secara tegas menyandangkan kata Islam di
belakangnya. Albert Honnani pada tahun 1960-an dalam karyanya yang
berjudul Arabic Thought in The Liberal Age memperkenalkan istilah Islam
liberal untuk menunjukkan suatu ragam pemikiran yang berkembang di dunia
Islam (Ida Rohmawati: 2004).
Sementara secara tegas, orang yang menggunakan istilah liberal Islam
(Islam liberal) adalah Charles Khurzman pada tahun 1998 melalui bukunya
Liberal Islam: A Sourcebook. Sebelum Khurzman, juga sudah ada Leonardo
Binder yang juga berbicara tentang Islam liberal dalam bukunya Islamic
Liberalisme di mana dia berusaha memetakan tokoh-tokoh yang 

Re: [wanita-muslimah] Re: Perempuan Pekerja Malam Dieksploitasi Seks

2008-02-17 Terurut Topik Donnie



Gimana kalo mau jadi PRT, ada yang nawari tetapi ternyata  
diperdagangkan?

Sudah memilih, ternyata diselewengkan... Terus?
apakah itu sebuah pilihan, adan apakah mereka punya pilihan untuk  
tidak menjadi PSK?

Jadi PSK.,  Mau??


regards,
Donnie


On Feb 15, 2008, at 5:57 PM, Lina Dahlan wrote:

 Mau ? 3 Seluler GSM mu.

 Setuju wan! Semua kan pilihan ya? Apa memang sudah gak ada pilihan
 lain?

 Mau jadi pengemis ato pembokat? Mau jadi PSK ato mo jadi PRT/Babby
 Sitter/dll ? Semua ada halangan, semua ada jalannya: jalan halal
 atau jalan haram. Pilihan lagi kan?

 Kata orang Jawa Where is a will there is a way.

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, IrwanK [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Cara yang halal masih banyak.. kalau mau..
  Maaf kalau belum bisa memberi solusi..
  Sekedar inspirasi bagi yang mau menerima..
  Kata kuncinya adalah mau/tidak..
 
  CMIIW..
 
  Wassalam,
 
  Irwan.K
 
  -- Forwarded message --
  From: Yuliati Soebeno [EMAIL PROTECTED]
  Date: 2008/2/15
  Subject: Dua manusia super
 
  Sungguh mengharukan cerita ini. Saya juga selalu membeli hal-hal
 yang dijual
  oleh anak-anak dipasar Mayestik, seperti serbet dapur, dsb; yang
 mereka
  tawarkan.
  Karena saya lebih menghargai orang-orang yang berusaha, bukan
 hanya mengemis
  meminta-minta tanpa ada usaha untuk berbuat sesuatu. Mungkin adik-
 adik
  penjual tersebut hanya mendapatkan 2 ribu rupiah untuk imbalan
 menjual
  serbet dapur tersebut, setiap satu serbet nya. Tetapi mereka mau
 bekerja
  keras untuk mendapatkan haknya yang halal.
 
  Salam,
  Yuli
 
 
  - Forwarded Message 
 
  Dua manusia super
  Siang ini February 6, 2008, tanpa sengaja, saya bertemu dua
 manusia super.
  Mereka mahluk-mahluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat.
 Tepatnya di atas
  jembatan penyeberangan SetiaBudi , dua sosok kecil berumur kira
 kira delapan
  tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat
 menyeberang
  untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan ,
 dengan
  keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan
 lebar-lebar
  tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan
 ucapan
  Terima kasih Oom !. Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka
 dan cuma
  mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.
  Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan,
 menyapa
  seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil
 yang penuh
  keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan
 saya. Lagi
  lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut
 kecil mereka
  . Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok
 di sudut
  jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan
 lirikan
  kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut
 plastik
  transparan .
  Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati
 mereka
  tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka
 terlihat
  berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayut langit
 Jakarta .
   Terima kasih ya mbak �semuanya dua ribu lima ratus rupiah!
 tukas mereka,
  tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah
 sepuluh
  ribu rupiah .
   Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? mereka
  menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu
 dengan
  sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang
 tengah
  mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
   Oom boleh tukar uang nggak , receh sepuluh ribuan ? suaranya
 mengingatkan
  kepada anak lelaki saya yang seusia mereka . Sedikit terhenyak
 saya merogoh
  saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court
 sebesar empat
  ribu rupiah .
  Nggak punya, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata  Ambil
 saja
  kembaliannya, dik ! sambil berbalik badan dan meneruskan
 langkahnya ke arah
  ujung sebelah timur.
  Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan
 menukarnya
  dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman
 saya yang
  masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk
 memberikan uang
  empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia
 bilang sudah
  buat kamu saja , nggak apa..apa ambil
  saja !, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut.  maaf
 mbak ,
  cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya
 kembalikan ! Akhirnya
  uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya.
  Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman
 saya
  tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan
 berujar  Om,
  bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ketukang
 ojek !.  eeh
  �nggak usah .nggak usah ..biar aja ..nih ! saya kasih uang itu
 ke si kecil,
  ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni
 tangga yang
  cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya