[wanita-muslimah] Idola Cilik

2008-04-07 Terurut Topik Lina Dahlan
donnie123s ludi hasibuan [EMAIL PROTECTED] wrote:

Teman-teman
Ketika saya menulis tentang Idola Cilik di blog: 
http://ludihasibuan .multiply. com/journal/ item/69/Idola_ 
Cilik_antara_ Protes_Kenyataan _dan_Impian
ada tanggapan yang menarik dari seorang ekspatriat yang kebetulan 
lagi ada di Bali. Ia menuliskan pendapatnya tentang acara ini.
 
Silahkan membaca pendapat dari orang asing yang menyaksikan acara. 
ternyata ia mempunyai kegelisahan yang sama terhadap acara sejenis 
di negaranya.
 
Trims
Ludi
 
 
firstly, i apologize for writing in English. I have a very passive 
understanding of Indonesia, and I certainly dont want to be 
misunderstood when i try in Bahasa Indonesia. But please hear me 
out.
i have been a child advocator and had been practising drama for 
children for a very long time. so my knowledge of working and 
developing children is not only from a practical point but very much 
a learned concept in college. 
So, if i may say that this show Idola Cilik is certainly not a 
healthy way of putting children through a torment in front of the 
camera for others to see, even if it seems entertaining for some 
people in the dramatic reality fashion. The broadcaster claims to 
have a psychologist at hand, so if there was one, why did they allow 
this show to happen the way it, and not be a lot more child 
sensitive. 
You must know that there are other talent search shows in other 
parts of the world involving young singers/talents. But not one I 
know puts them in this trechearous spot for a period of time on air 
(the show being LIVE) and off stage. Star Search is one of them and 
another is Got Talent. They both feature extensive child talents. 
Yes, there will always be disappointments on the side of the child, 
especially if they have tried very hard. But must we exploit them to 
this extent for the sake of entertainment and the ratings of the 
broadcaster? How shallowand how irresponsible. There are many 
other ways to interpret this reality and how children behave when 
defeated, but this Idola Cilik way is not ideal. Ask the child 
psychologist. ...I am certain he will agree with me. 
Anyway, I hope the broadcaster will muster enough courage not to 
carry on this way, but find another way to feature children. Yes, it 
is tough and the ratings may fall. But it is for the sake of the 
children. 
With Indonesian/american Idol, I believe, it is different. The show 
is directed at a pop culture appeal, and the contestants are of the 
age where some responsible decisions can be made by themselves. Not 
with children
Please see if anyone can stop this from going on. For I had enough 
of watching it. I stop watching. (j vanthiel)




[wanita-muslimah] Ayo Kita Beralih ke KPR Syariah

2008-04-07 Terurut Topik agussyafii
Ayo Kita Beralih ke KPR Syariah 

(Diambil dari Kisah Nyata)
Oleh : Alihozi (Praktisi)
sumber, http://alihozi77.blogspot.com/

Salah satu produk unggulan perbankan nasional dalam menyalurkan kredit
konsumtif adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) , hampir semua bank
berlomba – lomba menawarkan produk KPR nya kepada masyarakat dengan
memberikan segala fasilitas kemudahan dari proses pengajuan ,
keringanan biaya admnistrasi , tingkat suku bunga dan lain sebagainya,
ini terlihat dari iklan – iklan KPR yang terpasang hampir di semua
sudut kota Jakarta. Bagaimana cara memilih bank yang benar – benar
menguntungkan bukan hanya pada saat proses pengajuan KPR, tingkat suku
bunga yang rendah tetapi juga menguntungkan pada saat proses
pembayaran pelunasan KPR.

Saya sebagai seorang praktisi perbankan syariah , saya menyarankan
agar dalam mengambil KPR pilihlah bank syariah karena berdasarkan
pengalaman saya bekerja di bank syariah banyak anggota masyarakat yang
mengajukan KPR ke bank syariah dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Mereka ingin menghindari praktek bunga (riba) di Bank Konvensional,
yang mana setiap keterlambatan pembayaran angsuran akan menambah
pembayaran bunga.

(Lihat juga tulisan saya : Suatu Malam di kawasan bintaro ….)

2. Mereka kecewa dengan laporan pembayaran angsuran yang diberikan
Bank Konvensional yang ternyata setiap membayar angsuran KPR pada awal
–awal tahun perjanjian KPR sebagian besar hanya untuk membayar
bunganya saja dan untuk pembayaran pokoknya hanya sedikit sekali
sehingga outstanding pokok KPR nya turunnya tidak signifikan.

Untuk itu mereka mau mengalihkan KPRnya ke bank syariah , karena di
bank syariah setiap membayar angsuran antara pembayaran pokok dengan
pembayaran margin hampir berimbang , sehingga penurunan outstanding
pokok KPRnya signifikan. Seperti contoh kasus ini :

Pada tanggal 18 Maret 2008 , saya mengunjungi calon nasabah yang akan
mengambil KPR di bank syariah tempat saya bekerja, ia tinggal di
daerah Utan kayu -Jakarta Timur. Saya menanyakan Mengapa ibu ingin
memindahkan (take over) pinjaman ibu dari bank konvensional ke bank
syariah?

Ibu tsb mengeluarkan jadwal pembayaran angsuran yang diberikan oleh
bank konvensional lalu menyerahkan kepada saya, ternyata memang bank
konvensional tempat ia meminjam membuat jadwal pembayaran angsuran itu
lebih besar komposisinya untuk pembayaran bunga daripada untuk
pembayaran pokoknya . Ia meminjam Rp.500 juta dengan jangka waktu 5
tahun dan ia telah membayar angsuran 10 bulan sebanyak 150 juta, namun
outstanding pokoknya baru turun Rp 30 juta saja.

Dari penjelasan di atas saya mengajak kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk tidak mudah tergiur dengan tawaran – tawaran dari bank
yang menawarkan segala fasilitas kemudahan untuk mengambil KPR ,
seperti cepatnya proses pencairan dan rendahnya tingkat suku bunga

Mari kita kembali kepada KPR dengan system syariah, namun ada beberapa
hal yang harus dipastikan sebelum mengambil KPR di suatu bank syariah
yaitu:

1. Pastikan KPR yang diambil di suatu bank syariah itu benar – benar
bebas bunga.(bebas pembayaran bunga karena keterlambatan pembayaran
angsuran)
   
2. Pastikan Jadwal pembayaran angsuran KPR itu komposisi antara
pembayaran pokok dengan margin itu berimbang (tidak jauh berbeda).

sumber, http://alihozi77.blogspot.com/

Salam Cinta,
agussyafii






[wanita-muslimah] Re: ..detik2 menyambut buah hatiku..

2008-04-07 Terurut Topik ariel
loh ini kan blognya temen kantorku :o)
ternyata ada juga di wm, dunia ternyata selebar daun kelor yah huehehe...

salam,
-ariel-

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 dari blog mbaknya mas anjar
 ___
 
 22 Maret 2008 (HPL-1) 
 
 Siang jam 10.00 
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??

2008-04-07 Terurut Topik L.Meilany
Tapi dengan punya duit bisa punya istri lebih dari satu. Masalah adil itu hal 
yg abstrak :-)
Kalo seorang perempuan yg miskin diambil jadi istri ke dua, dikasih duit meski 
nggak sama dengan istri yg 
lain, dihina-hina sama istri yg lain juga sudah merasa bersyukur :-))

Salam, 
l.meilany
  - Original Message - 
  From: Sunny 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 29, 2008 6:35 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? 
SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??


  Yang punya duit banyak bukan jaminan untuk adil tintanya kepada 
isteri-isternya, jangan dilupakan apa yang dikatakan : money is a good servant 
but bad a master 

  - Original Message - 
  From: L.Meilany 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 29, 2008 10:23 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? 
SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??

  Begini Herni - saya sekedar mau ngomongin masalah materi

  Poligami itu hak seseorang. Ada syaratnya. Diantaranya materi
  Jika orang itu telah punya uang dan menurutnya ia bisa adil, gak pa-pa dong 
ia berpoligami.
  Tapi, ini kan menimbulkan kecemburuan bagi orang2 yg mau poligami tapi ndak 
punya cukup uang.
  Menimbulkan prasangka buruk. Seperti misalnya jamaah Aa Gym; sialan gue 
langganan sms aa, 
  beli produk MQ, bukannya untuk bikin pesantren malahan untuk kawin lagi.

  Orang yg gak punya cukup uang tapi kepingin punya bini yg masih baru, yg 
lebih semlohei kemana jalannya:
  Ke puncak kan, bermut'ah ria, pan ngasih duitnya gak seumur hidup.
  Atau zinah dengan pelajar di Bogor [ ada kisahnya di trans tv], katanya ' 
perempuan pelajar lebih nurut cuma 
  ditraktir makan enak, dibeliin baju ke mol, gak ada tuntutan lain.
  Akhirnya poligami menjadi kejahatan.

  Ada orang yg punya duit banyak dia seneng elektronik, gadget, ponselnya 
banyak.
  Notebook, laptop lebih dari 3. Untuk dibawa-bawa, sambil minum kopi di cafe 
bisa ngimel. Di tarok di kamar untuk main game.
  Di tarok di meja kerja untuk milisan, di tarok di kamar makan untuk buka 
situs.
  Gak pa-pa kan. Lha wong dia beli pake duitnya sendiri, hasil kerja.
  Tapi, itu namanya berlebihan, boros, betul tidak.
  Di islam boros tidak berhemat itu dilarang, ada ayatnya.
  Kehidupan begini juga menimbulkan kejahatan, gimana gitu orang yg seneng 
internetan tapi nggak punya komputer?
  Nyolong kan, ngerampokkan?

  Poligami, kehidupan boros, berhedonisria adalah perilaku yg mengakibatkan 
kejahatan.
  Jadi memang jangan deh berpoligami dengan dalih sunah rosul, dengan dalih 
agama
  Boros, beli barang2 gak ada yg sakit ati.
  Tapi poligami akan menimbulkan sakit ati yg di 'beli' perasaan gitu loh.

  Salam, 
  l.meilany

  - Original Message - 
  From: Herni Sri Nurbayanti 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 25, 2008 1:10 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg 
BEBAS GMN??

  Eh kamu, nongol lagi :-)

  Kan udah jelas. Yg mau dibangun adalah generasi muda monogamist garis
  keras. No selingkuh. No flirting (for fun). No free and unsave sex.
  And no poligami. Generasi yg energinya memang dipakai secara optimal,
  buat hal-hal yg lebih penting di dunia ini (ngutip mas akmal). Tetap
  melakukan yg 'fun' tapi bukan yg 'fun-fun' spt nge-sex membabi buta
  atau apalah.. Kalau mau ambil posisi 'garis keras' harusnya yg kaya
  gini :-)

  Selingkuh, flirting, nge-sex, poligami kan time consuming, need lots
  of resources, biaya mahal, belum biaya immaterialnya, ketar-ketir,
  dad-dig-dug (tinggal deer-nya doang hehehe), dll.. 

  Setia sama satu pasangan kan menyenangkan. Satu aja gak abis-abis
  hehehe... dan punya satu pasangan pun, kita sebenarnya sudah
  'poligami' 'selingkuh' ma kerjaan maksudte, hehehe... 

  Coba aja liat kata dik doank apa didi nini thowok ah lupa, di kompas
  pagi ini yg menduakan istrinya dng hobi dan kesenangannya melukis. 

  Komentar lewat doang. 
  Komentar lainnya menyusul hehe.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Rye Woo [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Numpang yaaa...

  Wua ternyata tren bahas temaaa ga ada matiinyaa
  y.SEMANGATTT TERU..
   
   Cobaaa kita bahas Tema yg jelas2 dilarang agama dan sangat
  menghancurkan : SELINGKUH  PERGAULAN BEBAS... yang kasusnya
  sebenarnya mulai jauhh lebih membudaya  sangan membahayakan/merugikan
  bagi semuanyaaa.yg selingkuh itu bukan hanya suami aja, tapi istri
  juga bnyk melakukannya.. Pergaulan anak muda sekarang sebagian mulai
  sudah tdk terkontrol, menjurus kepada seks bebas... 
   
   Klo memang kita semua Peduli dg kebaikan/kemanusiaan mari kita
  bahas dan coba berpartisipasi menyelesaikan masalah ini.. kalo perlu
  kita smsin tuhh presiden supaya lebih peduli mari kita bombardir
  masalah ini.. 
   
   Jangan sampe kita sibuk memborbardir poligami.. ehhh
  anak/suami/istri kita malah selingkuh or bergaul bebas. (Gaa
  bangeettt deehhh)...
   
   

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik IrwanK
Orang yang mengalami penyimpangan tetap pantas disebut/mendapat
sebutan 'sakit'.. cuma saja mereka merasa demikian (sakit) atau tidak
itu soal perasaan saja.. mirip dengan (konon/katanya) orang gila..  :-p

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

2008/4/7 L.Meilany [EMAIL PROTECTED]:

   Nimbrung :
 Kadang2 ada yg jadi hombreng/lesbinya karena mode.
 Tuntutan bisnis, gaya hidup, pergaulan.
 Critanya lagi ada di Kompas : selebriti .

 Kalo kehidupan tersebut malahan membahagiakan kenapa orang lain
 mengkhawatirkan?
 Kan kehidupan seks yg abnormal itu bukan cuma hombreng/lesbi banyak lagi.
 Kalo perilaku seksual itu merugikan, membuat keonaran, menyakiti orang
 lain boleh deh di tangkap polisi.

 Seperti beberapa waktu lalu di jalan seputar Pakubuwono menjelang senja.
 Ada beberapa perempuan yg pulang kerja nunggu bus.
 Tiba2 berhenti mobhil mewah, penumpangnya laki2 perlente turun.
 Dihadapan para perempuan itu ia mempertontonkan kelaminnya, puas ketika
 [para perempuan itu menjerit-jerit.
 Dan.kembalilah ia ke mobil. Yg kayak gini banyak di kendaraan
 umum.
 Dulu di metromini ada laki2 yg bertampang santri, pake kupluk, baju koko
 sibuk ber'onani' [ maaf].

 Saya pikir banyak orang 2yg mengalami penyimpangan seks, cuma saja mereka
 nggak merugikan orang lain.
 Dan mereka itu mungkin saja ada dekat di sekitar kita. Mungkin ia juga
 orang2 yg agamis, terpelajar, sopan.

 Salam,
 l.meilany


 - Original Message -
 From: Lina Dahlan
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com
 Sent: Friday, April 04, 2008 9:12 AM
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
 Lesbianisme

 Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
 bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam
 dunia medis? Dibedakan kah?

 Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
 disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
 ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
 psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
 Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
 karakternya.

 Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya
 Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.

 Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
 pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
 berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu
 bertindak apa-apa.

 Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai
 kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
 akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Kartono Mohamad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk
 penyakit
  sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
 digolongkan
  sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
 tidak merasa
  nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
 membantu agar
  ia dapat lepas dari kegelisahannya.
  Silakan diskusi dilanjutkan
  KM



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??

2008-04-07 Terurut Topik Sunny
Itu sialnya bila miskin dan tidak berpendidikan atau tidak mempunyai kecakapan. 
Tetapi biarpun begitu, mungkin sekali bila kaum wanita  berani maju disegala 
bidang pasti masyarakat bisa menjadi baik. jadi yang miskin tidak hanya 
menerimo belas kasihan, tetapi menerimo didasarkan atas hak pemilikan. 

Bukankah kaum ibu adalah penididik pertama dan terbanyak, jadi kemajuan untuk 
mencapai masyarakat lebih baik tentunya terletak ditangan wanita. Bayangkan 
saja  angkanya jumlah wanita adalah  50% dari jumlah penduduk. Singkatnya harus 
lebih berani memainkan peranan dalam masyarakat.

Apa bisa begitu?

  - Original Message - 
  From: L.Meilany 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, April 07, 2008 11:34 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? 
SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??


  Tapi dengan punya duit bisa punya istri lebih dari satu. Masalah adil itu hal 
yg abstrak :-)
  Kalo seorang perempuan yg miskin diambil jadi istri ke dua, dikasih duit 
meski nggak sama dengan istri yg 
  lain, dihina-hina sama istri yg lain juga sudah merasa bersyukur :-))

  Salam, 
  l.meilany
  - Original Message - 
  From: Sunny 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 29, 2008 6:35 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? 
SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??

  Yang punya duit banyak bukan jaminan untuk adil tintanya kepada 
isteri-isternya, jangan dilupakan apa yang dikatakan : money is a good servant 
but bad a master 

  - Original Message - 
  From: L.Meilany 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 29, 2008 10:23 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? 
SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??

  Begini Herni - saya sekedar mau ngomongin masalah materi

  Poligami itu hak seseorang. Ada syaratnya. Diantaranya materi
  Jika orang itu telah punya uang dan menurutnya ia bisa adil, gak pa-pa dong 
ia berpoligami.
  Tapi, ini kan menimbulkan kecemburuan bagi orang2 yg mau poligami tapi ndak 
punya cukup uang.
  Menimbulkan prasangka buruk. Seperti misalnya jamaah Aa Gym; sialan gue 
langganan sms aa, 
  beli produk MQ, bukannya untuk bikin pesantren malahan untuk kawin lagi.

  Orang yg gak punya cukup uang tapi kepingin punya bini yg masih baru, yg 
lebih semlohei kemana jalannya:
  Ke puncak kan, bermut'ah ria, pan ngasih duitnya gak seumur hidup.
  Atau zinah dengan pelajar di Bogor [ ada kisahnya di trans tv], katanya ' 
perempuan pelajar lebih nurut cuma 
  ditraktir makan enak, dibeliin baju ke mol, gak ada tuntutan lain.
  Akhirnya poligami menjadi kejahatan.

  Ada orang yg punya duit banyak dia seneng elektronik, gadget, ponselnya 
banyak.
  Notebook, laptop lebih dari 3. Untuk dibawa-bawa, sambil minum kopi di cafe 
bisa ngimel. Di tarok di kamar untuk main game.
  Di tarok di meja kerja untuk milisan, di tarok di kamar makan untuk buka 
situs.
  Gak pa-pa kan. Lha wong dia beli pake duitnya sendiri, hasil kerja.
  Tapi, itu namanya berlebihan, boros, betul tidak.
  Di islam boros tidak berhemat itu dilarang, ada ayatnya.
  Kehidupan begini juga menimbulkan kejahatan, gimana gitu orang yg seneng 
internetan tapi nggak punya komputer?
  Nyolong kan, ngerampokkan?

  Poligami, kehidupan boros, berhedonisria adalah perilaku yg mengakibatkan 
kejahatan.
  Jadi memang jangan deh berpoligami dengan dalih sunah rosul, dengan dalih 
agama
  Boros, beli barang2 gak ada yg sakit ati.
  Tapi poligami akan menimbulkan sakit ati yg di 'beli' perasaan gitu loh.

  Salam, 
  l.meilany

  - Original Message - 
  From: Herni Sri Nurbayanti 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 25, 2008 1:10 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg 
BEBAS GMN??

  Eh kamu, nongol lagi :-)

  Kan udah jelas. Yg mau dibangun adalah generasi muda monogamist garis
  keras. No selingkuh. No flirting (for fun). No free and unsave sex.
  And no poligami. Generasi yg energinya memang dipakai secara optimal,
  buat hal-hal yg lebih penting di dunia ini (ngutip mas akmal). Tetap
  melakukan yg 'fun' tapi bukan yg 'fun-fun' spt nge-sex membabi buta
  atau apalah.. Kalau mau ambil posisi 'garis keras' harusnya yg kaya
  gini :-)

  Selingkuh, flirting, nge-sex, poligami kan time consuming, need lots
  of resources, biaya mahal, belum biaya immaterialnya, ketar-ketir,
  dad-dig-dug (tinggal deer-nya doang hehehe), dll.. 

  Setia sama satu pasangan kan menyenangkan. Satu aja gak abis-abis
  hehehe... dan punya satu pasangan pun, kita sebenarnya sudah
  'poligami' 'selingkuh' ma kerjaan maksudte, hehehe... 

  Coba aja liat kata dik doank apa didi nini thowok ah lupa, di kompas
  pagi ini yg menduakan istrinya dng hobi dan kesenangannya melukis. 

  Komentar lewat doang. 
  Komentar lainnya menyusul hehe.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Rye Woo [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Numpang yaaa...

  Wua ternyata tren bahas 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung :
Kadang2 ada yg jadi hombreng/lesbinya karena mode.
Tuntutan bisnis, gaya hidup, pergaulan.
Critanya lagi ada di Kompas : selebriti .

Kalo kehidupan tersebut malahan membahagiakan kenapa orang lain mengkhawatirkan?
Kan kehidupan seks yg abnormal itu bukan cuma hombreng/lesbi banyak lagi.
Kalo perilaku seksual itu merugikan, membuat keonaran, menyakiti orang lain 
boleh deh di tangkap polisi.

Seperti beberapa waktu lalu di jalan seputar Pakubuwono menjelang senja.
Ada beberapa perempuan yg pulang kerja nunggu bus.
Tiba2 berhenti mobhil mewah, penumpangnya laki2 perlente turun.
Dihadapan para perempuan itu ia mempertontonkan kelaminnya, puas ketika [para 
perempuan itu menjerit-jerit.
Dan.kembalilah ia ke mobil. Yg kayak gini banyak di kendaraan umum.
Dulu di metromini ada  laki2 yg bertampang santri, pake kupluk, baju koko sibuk 
ber'onani' [ maaf].

Saya pikir banyak orang 2yg mengalami penyimpangan seks, cuma saja mereka nggak 
merugikan orang lain.
Dan mereka itu mungkin saja ada dekat di sekitar kita. Mungkin ia juga orang2 
yg agamis, terpelajar, sopan.

Salam, 
l.meilany




  - Original Message - 
  From: Lina Dahlan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 04, 2008 9:12 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme


  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu 
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam 
  dunia medis? Dibedakan kah? 

  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang 
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa 
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari 
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan 
  karakternya.

  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya 
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.

  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan 
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', 
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu 
  bertindak apa-apa.

  Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai 
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya 
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?

  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk 
  penyakit
   sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya 
  digolongkan
   sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi 
  tidak merasa
   nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk 
  membantu agar
   ia dapat lepas dari kegelisahannya.
   Silakan diskusi dilanjutkan
   KM 
   
   ---Original Message---
   
   From: Lina Dahlan
   Date: 03/04/2008 14:23:00
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui 
  Lesbianisme
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
   
Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga 
merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan 
kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or 
lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
   
   Mia: 
Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya 
  berdasarkan 
kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti 
   argumennya 
sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan 
   bahwa 
sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia 
sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada 
level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa 
  agamis 
kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan).
   
   Lina2:
   Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi 
   (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, 
   haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh 
   disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.

   Mia:
FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah 
bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada 
psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas 
   sakit'.
   
   Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' 
   kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa 
  berubah 
   ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa 
   berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.

Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang 
   yang 
peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. 
  Alangkah 
baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada 
  (hormon) 
femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan 
   spt 
itu.

Argumennya 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Lina Dahlan
PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, 
ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh?
Pskiater juga dalam dunia medis toh?

Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang 
ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal 
homo/lesbi.

Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'.

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 
(kalo  
 gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai 
sexual  
 disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
 
 Donnie
 
 On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
 
  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk 
dalam
  dunia medis? Dibedakan kah?
 
  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
  karakternya.
 
  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu 
kali ya
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
 
  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak 
perlu
  bertindak apa-apa.
 
  Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak 
mempunyai
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad
  kmjp47@ wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak 
termasuk
  penyakit
   sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
  digolongkan
   sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
  tidak merasa
   nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
  membantu agar
   ia dapat lepas dari kegelisahannya.
   Silakan diskusi dilanjutkan
   KM
  
   ---Original Message---
  
   From: Lina Dahlan
   Date: 03/04/2008 14:23:00
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam 
Mengakui
  Lesbianisme
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
   
Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga
merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) 
mengusahakan
kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo 
or
lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
   
   Mia:
Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya
  berdasarkan
kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
   argumennya
sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu 
menyiratkan
   bahwa
sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya 
dia
sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu 
pada
level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa
  agamis
kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, 
kesalehan).
  
   Lina2:
   Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi
   (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka 
manusia,
   haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh
   disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.
   
   Mia:
FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit 
sudah
bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya 
pada
psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas
   sakit'.
  
   Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit'
   kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa
  berubah
   ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa
   berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.
   
Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi 
orang
   yang
peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang.
  Alangkah
baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada
  (hormon)
femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil 
dibiasakan
   spt
itu.
   
Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan 
boneka
   jadi
hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat
hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi 
hormon.
Emangnya diapain itu boneka...:-)
   
Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat
feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan
karakter asmaul husna yang mesti kita tumbuhkan dalam diri 
kita
masing2, bukannya mau numbuhin hormon male/female.
  
   Lina2: Sepertinya prie tea sudah menyinggung soal kebiasaan.
   Kebiasaan laki2 dengan dunia feminin dan sebaliknya. Ini bisa
   mempengaruhi hormon yang 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-07 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung :
Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut 
kemanusiaan.
Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya.
Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana?
Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi.
Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal 
mereka aktif di 
masjid. Lantas gimana solusinya?
Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya 
sebelum bersebadan, suka sama binatang,
suka sama mayat dll.

Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'.
Tapi kalo memang ia gak normal gimana?

Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum.
Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku 
hombreng, lesbi.
Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin 
orientasi seksualnya menjadi menyimpang.

Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat.
Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling 
cipika cipiki, kayak hombreng.
Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, 
rangkulan mesra, kok kayak lesbi.
:-))

Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania.
Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah.
Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan 
hasil jarahan disekolah.
Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar.
Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] 
karena suka ngambil permen, kue2 kering
tapi nggak ngaku ngambil...
Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. 
Anaknya yg klepto juga rajin solat.

Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. 
Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin  masjid, menyumbang anak 
yatim. Penampilannya juga islami.

Salam, 
l.meilany


  - Original Message - 
  From: Mia 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual


  M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
   bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
   generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
   dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
   menulis dibawah ini... 

  MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian 
  menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi 
  manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama 
  mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama 
  yaitu indikator kesalehan.

  M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
  berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon 
  loh..canda he..

  MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih 
  banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya 
  sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke 
  ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga.

  M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
   NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
   pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
   RI-israel di JKT.
   Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
   Fatayat.
   
   Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
   byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
   sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
   mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
   doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
   sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
   satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
   dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
   cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
   amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
   diindonesia aja back to basic ... 
   
   curhat ajamaaf kalau salah...

  MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
  maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination 
  karena itu merasa bersalah dan minta maaf.

  salam
  Mia



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik IrwanK
Pengkategorian tersebut siapa yang melakukan?
Tidak tertutup kemungkinan keputusan tersebut dipilih oleh kalangan
yang 'toleran' dengan kondisi homo/lesbi.. atau bahkan praktisi-nya..
Kalau sudah begitu, ya tidak mengherankan toh..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

2008/4/4 Donnie [EMAIL PROTECTED]:

   Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo
 gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual
 disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.

 Donnie


 On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:

  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam
  dunia medis? Dibedakan kah?
 
  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
  karakternya.
 
  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
 
  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu
  bertindak apa-apa.
 
  Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Kartono Mohamad
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk
  penyakit
   sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
  digolongkan
   sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
  tidak merasa
   nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
  membantu agar
   ia dapat lepas dari kegelisahannya.
   Silakan diskusi dilanjutkan
   KM
  
   ---Original Message---
  
   From: Lina Dahlan
   Date: 03/04/2008 14:23:00
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
  Lesbianisme
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Mia aldiy@ wrote:
   
Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga
merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan
kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or
lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
   
   Mia:
Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya
  berdasarkan
kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
   argumennya
sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan
   bahwa
sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia
sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada
level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa
  agamis
kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan).
  
   Lina2:
   Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi
   (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia,
   haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh
   disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.
   
   Mia:
FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah
bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada
psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas
   sakit'.
  
   Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit'
   kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa
  berubah
   ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa
   berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.
   
Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang
   yang
peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang.
  Alangkah
baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada
  (hormon)
femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan
   spt
itu.
   
Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka
   jadi
hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat
hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi hormon.
Emangnya diapain itu boneka...:-)
   
Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat
feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan
karakter asmaul husna yang mesti kita tumbuhkan dalam diri kita
masing2, bukannya mau numbuhin hormon male/female.
  
   Lina2: Sepertinya prie tea sudah menyinggung soal kebiasaan.
   Kebiasaan laki2 dengan dunia feminin dan sebaliknya. Ini bisa
   mempengaruhi hormon yang akhirnya mempengaruhi sifat. Mungkin
   seorang psikolog bisa lebih menjelaskan 

Re: [wanita-muslimah] Re: Andi Mallarangeng dilarang istri nonton AAC

2008-04-07 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung curhat :
1. Ada yg bilang, sebenernya film kalo diputar di bioskop boleh gak sih 
ditonton oleh umat Islam?
Kebanyakan orang yg Islamnya kenceng kalo kepingin lihat film beli dvdnya 
lantas di tonton bareng2 
di rumah, di kumpulan pengajian.
Karena kalo di bioskop malahan nanti pada bikin film sendiri,. terutama 
pasangan2 ikhwan dan akhwat itu loh :-)
Gelap2-an pula, apalagi jam tayangnya selalu waktu2 jam solat.

2. Dah gitu ini film cinta2-an; akhlak Islam apakah bisa menerima kisah 
roman/percintaan/asmara yg di beberkan.
Bukankah beberapa waktu lalu saja di milis ada yg bilang nikah itu gak usah 
pake cinta, di jodohin saja.
Pacarannya setelah menikah. Lha kok sekarang malahan demen lihat film romans, 
sayang2-an :-))

3. Kalo sutradaranya sendiri bilang bahwa film AAC itu ibarat film Heart + 
jilbab.
Poligami : Film 'Berbagi suami'  juga kisah poligami bahkan lebih membumi 
indonesia. 
'He's just a man next door' [ film As good as its gets]. Kalo Fahri itu laki2 
antah berantah yg super segalanya di negara antah berantah
Bukankah umat Islam tidak boleh mengkhayalkan, memuja-muji; apalagi sesuatu 
kisah yg hanya bikinan/tidak nyata?

4. Menpora Adyaksa Dault pun ikut kebakaran kumis ketika launching film Kun 
Fayakuun yg akan putar 17 /4.
ia mengatakan semua petinggi negara wajib nonton film ini, karena ini kisah 
betulan, nyata, bukan kisah jadi2-an.
Film ini mengajarkan orang untuk ikhlas berZIS.
Kalo AAC itu mengajarkan apa?
Y sesama umat Islam saja dah sewot untuk urusan film..:-)

5. AAC itu sekedar film hiburan bukan film dakwah bukan film islami.
Tapi kalo memang genre film semacam AAC yg laku keras mungkin nanti akan rame2 
berbisnis film semacam ini.
Pokoknya artis2nya dipakaikan jilbab semua. :-))
Sekedar melupakan antrian beras, gas, minyak tanah, minyak goreng. Ngantri di 
bioskop lebih menyenangkan.
Film islami gitu loh. Sampai ada yg nonton 2x...alamaaak
Padahal lebih banyak lagi film2 indonesia yg bagus [ menurut saya] yg lebih 
mengetengahkan realita kehidupan.
Tapi umat Islam kebanyakan ndak suka. Lebih suka yg roman2an, yg indah2 yg 
mengawang-awang.

6. Menurut saya tidak semua novel, bisa dituangkan ke layar lebar. Apalagi kalo 
kisah fiksi.
Itu kayak kisah sulap sim salabim saja.

Salam maap,
l.meilany
  - Original Message - 
  From: IrwanK 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 04, 2008 3:56 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Andi Mallarangeng dilarang istri nonton AAC


  Punjabi bersaudara kan pertimbangannya bisnis/materi, bos..
  Jadi dukungannya bukan persoalan keimanan.. :-p

  Mas Satriyo, pesan yang disampaikan Mas Wikan sebenarnya sudah cukup
  jelas.. masa masih mau dilebarin lagi sih? Ini sebuah teguran bagi kita
  juga..
  Bahkan kabarnya Muhammadiyah sendiri awalnya tidak berani mendukung
  rencana pemfilman novel ini.. emang sih Muhammadiyah bukan lembaga
  profit(?), yang berani mengambil resiko.. seperti bos sinetron..

  CMIIW..

  Wassalam,

  Irwan.K

  2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]:

   emangnya Wikan mau bantu kalo waktu itu dia minta tolong ke Wikan?
   jangan biasa generalisasi yang childish lah ... :-)
   cappeee deehhh
  
  
   salam,
   satriyo
  
   2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]wikan.danar%40gmail.com
   :
  
kalau baca blognya hanung malah lebih ngenes lagi ...
buat bikin film AAC ini, malah ditolak berkali2 sama orang islam 
dikerjain pula sama orang islam
malah orang non-muslim yang banyakan support dan bantu dia
   
dia mau cari lokasi shooting di pesantren di indonesia, kagak boleh
cari santri yang mau dijadiin peran utama gak dapet, akhirnya dapet si
fredi nuril
ada yang tampang dan aktingnya pas buat jadi fahri yang ikhwan ...
tapi agamanya hindu, akhirnya gak jadi ...
mau syuting di mesir, dikerjain sama orang mesir biayanya jadi mahal
banget ... padahal orang mesir mayoritas islam ... akhirnya syuting
dipindah ke india yang mayoritas hindu
nyari investor ke sana ke mari ke orang islam gak dapet, malah dapet
dari orang india si punjabi brothers ...
syuting buat lokasi pengadilan mesir malah di katedral jakarta
   
mana tuh muslimin brotherhoodnya ... kok malah rekan2 yang non-muslim
yang mensupport film ini
giliran filmnya jadi, malah non-muslim dihina dina dibilang memboikot
   film
AAC
duh ... :(
   
salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com
  

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Artikel International Herald Tribune tentang Ayu Utami

2008-04-07 Terurut Topik sautsitumorang
catatan pinggir:

coba perhatikan baik-baik bahasa yang dipakai dalam artikel di bawah, 
terutama yang oleh Ayu Utami, Philip Yampolsky orang Ford Foundation 
itu dan John McGlynn. kedua laki-laki asing berkebangsaan Amerika 
Serikat ini sangat dekat dengan TUK, si John itu sendiri aktif 
terlibat dalam Lontar TUK. kok gak ada suara lain, dari luar TUK, 
dikutip dalam artikel ini! bukankah seperti menurut Goenawan Mohamad 
sendiri dalam Kasus Chavchay, sebuah laporan jurnalistik harus 
punya dua sisi (cover both sides, istilah dia) baru bisa diterima 
sebagai benar!!!

dan perhatikan jugak bagaimana tubuh Ayu Utami digambarkan buat 
para pembaca yang jelas pasti kebanyakan laki-laki asing jugak! 

nah!

-Saut Situmorang

=


A Young Novelist Challenges Indonesia's Taboos

 
JAKARTA: For Indonesia, 1998 was a time of two revolutions, political 
and cultural. Suharto's downfall and the subsequent election of 
President Abdurrahman Wahid received worldwide attention, but no one 
outside noticed the appearance of Saman, a novella by an unknown 27-
year-old named Ayu Utami.

The book quickly became a phenomenon, reigniting the kind of public 
debate that had atrophied under Suharto's regime. It touched on 
virtually all of Indonesia's taboos: extra-marital sex, political 
repression, the relationship between Christians and Muslims, hatred 
of the Chinese.

That book was like a whirlwind, says Philip Yampolsky of the Ford 
Foundation here. No one had talked about politics like that before, 
or, for that matter, about sex like that before.

Two years later, Indonesians await the long-delayed second book, 
tentatively entitled Laila Never Called in New York, which Ayu 
considers the completed version of Saman. In the meantime she has 
become a quasi-celebrity, unusual in a country where writers live on 
the fringes.

The audience for literature in Indonesia is so small, and easily 
challenged, says John McGlynn, editor in chief of Jakarta's Lontar 
Foundation. Short stories have much more of a tradition than novels.
Saman shows signs of being a draft — scenes undeveloped, sketchy 
characters — but is still an impressive work, written in fresh, 
lively prose shifting among different times and locations. At its 
core is the story of the Catholic priest Wis and his transformation 
from political passivity to dissidence. Surrounding him are four 
women, originally his students — Yasmin, Laila, Shakuntala and Cok — 
whose voices, woven together in Faulknerian fashion, form the novel.
The book is set in the 1990s but its key events take place in the 
early '80s, when Indonesia's economic miracle demanded a brutal 
price for development. Wis, who teaches at a Catholic school, takes 
the side of villagers dispossessed by the government. He organizes 
protests, escapes a crackdown and moves overseas, reborn as the 
activist Saman.

But Saman is less about politics than love and personal awakening, 
as if Costa-Gavras were directing Magnolia. Wis's political 
awakening is paralleled by a sexual one, as he breaks his vows to 
have a passionate affair with Yasmin.

Part of what makes Saman so extraordinary is its undermining of 
expectations. Its sexuality is never the comfortable kind: While 
Laila has an adulterous affair, Yasmin's love for Wis culminates in 
explicitly erotic letters evoking Genesis and the Song of Songs. Its 
treatment of ethnicity and religion is subversive: Wis, the Catholic 
priest, is Javanese (most Javanese are Muslim) and works in Muslim 
South Sumatra rather than the Christian North; Muslim Laila's married 
lover is a Christian; anti-Chinese hostility — a meeting of rubber 
tappers ends in condemnation of Chinese colonialism — is balanced 
by sympathetic Chinese characters.

The clampdown scenes broke the silence of self-censorship. You get a 
very vivid picture of what happened when the government started 
putting the screws on these small rural communities, Yampolsky says.
So did the graphic sex. Don't underestimate how daring she was, 
Yampolsky adds. There's a disconnect in this country between what's 
represented as the norm and how people actually behave.

Ayu has her own explanation. I read Tintin when I was a kid, she 
says, laughing, in the café of the arts center Tuk, where she works, 
organizing film series, lectures and performances. That was my 
original inspiration.

Ayu's beauty — her luminous eyes and sensuously noble features — have 
worked more against than for her, inspiring bizarre accusations that 
she not only had an affair with her mentor Goenewan Mohammed, but 
that Goenewan was the true author of Saman.

This misogynist conspiracy theory used as proof the unlikelihood 
that a young woman, never before published, could create such a self-
assured work, without answering why Goenewan, a famous editor and 
essayist, would give it away. And as Yampolsky puts it, why would a 
Muslim, even an open-minded one, write a novel so saturated in 
Christianity?


[wanita-muslimah] 1.056 TKI Ilegal Diselundupkan ke Libya

2008-04-07 Terurut Topik Sunny
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/07/18073282/1.056.tki.ilegal.diselundupkan.ke.libya
Senin, 7 April 2008 | 18:07 WIB1

1.056 TKI Ilegal Diselundupkan ke Libya
Laporan Wartawan Kompas C Windoro AT



JAKARTA, KOMPAS - Polisi menangkap dalang pengirim 1.056 tenaga kerja Indonesia 
(TKI)  diselundupkan ke Libya. Diduga, sejumlah staf Kedutaan Besar (Kedubes) 
Libya, di Jakarta, terlibat. Menanggapi hal itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur 
Jenderal Adang Firman, mengatakan, akan melihat kemungkinan penangkapan staf 
Kedubes tersebut, setelah mempertimbangkan unsur kekebalan diplomatik mereka.

Polda Metro masih mengupayakan memanggil pihak Kedubes Libya setelah 
mempelajari kasusnya. Terutama menyangkut unsur kekebalan diplomatik yang 
mereka miliki. Kalau unsur pidananya jelas, ya kita tangkap, tegas Adang, 
Senin (7/4).

Kepala Satuan Sumber Daya dan Lingkungan Direktorat Reserse Kriminal Khusus 
Polda Metro, Ajun Komisaris Besar Bahagia Dachi yang dihubungi terpisah hari 
itu menjelaskan, pihaknya telah mengamankan dua TKI, Kastun dan Rini. Setelah 
diselidiki, polisi menduga, sejak 2003, lewat bantuan fasilitas diplomatik 
Libya, ada 1.056 TKI diselundupkan ke Libya.

Dachi mengatakan, pihaknya telah menangkap tersangka Lumi Sara Shinta (40), 
direktur PT Wadi Daima Indah, perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor. 
Sejak tahun 2003, Shinta mendapat pesanan dari pejabat Kedubes Libya mengirim 
TKI ke Libya.

Untuk memberangkatkan TKI, ia memanfaatkan sebuah perusahaan PJTKI (Perusahaan 
Jasa Tenaga Kerja Indonesia), jelas Dachi. Agar lancar, tersangka meminta 
bantuan BY, yang bertugas sebagai penghubung dengan bagian Imigrasi. Tersangka 
mendapat kemudahan memperoleh visa dengan bantuan seorang petinggi Kedubes 
Libya. TKI diberangkatkan ke Libya. Dari sana, TKI disebar ke sejumlah negara 
di Timur Tengah, ungkap Dachi.

Menurut dia, pengiriman TKI ilegal ini berawal dari hubungan baik tersangka 
dengan salah satu petinggi Kedubes Libya. Hubungan baik ini diawali dengan 
kegiatan suplai barang kebutuhan Kedubes Libya yang dilakukan tersangka.

Petinggi Kedubes Libya lalu minta tersangka mencarikan TKI. Kepada tersangka, 
pejabat Kedubes itu menjanjikan tersangka, uang 100 dollar AS untuk setiap TKI. 
Menurut pengakuan tersangka, pejabat Kedubes itu menyiapkan seluruh dokumen 
dan visa ke Libya. Sejumlah dokumen tersebut sudah kita sita, ucap Dachi.

Ia mengatakan, pihaknya mengungkap kasus ini setelah menerima surat dari 
Kedutaan Besar RI di Tripoli, Libya, Maret lalu. Isi surat menyebutkan, ada 
sejumlah TKI ditahan karena mencuri. Setelah kami selidiki, para TKI itu 
dikirim PT milik tersangka Shinta yang bukan PJTKI.


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ayo Bantu Pusat Krisis Terpadu RSCM

2008-04-07 Terurut Topik adindatitiana
Ayo Bantu Pusat Krisis Terpadu RS. Cipto Mangukusumo untuk Perempuan
dan Anak Korban Kekerasan 


Ny.Ita (31 thn, bukan nama sebenarnya) datang ke Pusat Krisis Terpadu
RS.Cipto Mangukusumo. Dia luka kepalanya sampai berdarah-darah akibat
dipukul dengan palu besi oleh suaminya.Dia datang ke PKT RSCM untuk
mendapatkan pertolongan medis dan psikologis. Dia juga minta diobati
anusnya karena suaminya yang juga pelaku kekerasan sering memaksanya
melakukan anal seks, sehingga membuat anusnya terasa perih karena
terdapat luka lecet.

Pelaku kekerasan itu tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri
sebut saja Tn.Tio (31 Thn, bukan nama sebenarnya). Ini bukan kejadian
yang pertama, korban sering kali dipukul dan dianiaya pelaku karena
hal-hal sepele saja.Misalnya belum menyiapkan sendok dan garpu ketika
pelaku mau makan. Bukan itu saja kata-kata penghinaan sering kali
keluar dari mulut pelaku. Bahkan diperparah lagi pelaku sering
menghabiskan penghasilan korban dan hanya memberi nafkah semaunya
saja

Cerita diatas bukanlah sepenggal cerita sinetron atau khayalan saja.
Itu benar-benar terjadi. Korbannya datang ke Pusat Krisis Terpadu
RS.Cipto Mangunkusumo (PKT-RSCM) guna meminta bantuan pemulihan dari
sakit fisiknya dan trauma psikologisnya. Bahkan PKT RSCM pernah harus
mengoperasi mata  seorang ibu rumah tangga sebut saja Ny.Dewi (25
thn,bukan nama sebenarnya) karena ditusuk dengan gunting oleh
suaminya. Sehingga PKT harus segera mengoperasi mata Ny.Dewi untuk
menghindari infeksi. Selain itu PKT harus menyediakan rumah aman
(shelter) untuk Ny.Dewi karena yang bersangkutan saat itu sedang hamil
5 bulan, dan tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta, dia ada di
rumah aman (shelter) sampai melahirkan.

Beruntung bagi Ny Ita dan Ny.Dewi karena keberadaan PKT RSCM ini.
Selain mereka dapat pemulihan fisik dari luka-luka pada tubuhnya
secara gratis juga sekaligus mendapatkan pendampingan psikologis dari
pekerja sosial dan psikolog di PKT RSCM.

Sejak berdiri tahun 2000 silam PKT RSCM sudah melayani 4511 orang
perempuan dan anak korban kekerasan. Berarti rata-rata tiap tahun PKT
RSCM melayani 600 kasus atau 2 orang sehari. Sebagian besar dari
mereka membutuhkan bantuan kesehatan akibat luka-luka fisik pada
tubuhnya yang ditanggani oleh para dokter dan juga penanganan
psikologis dari pekerja sosial/psikolog yang bekerja di PKT RSCM tersebut.

Tapi apa yang terjadi? Pemerintah dan DPR belum juga menunjukan
keberpihakannya pada perempuan dan anak korban kekerasan. Meskipun
Negara sudah mengeluarkan UU No.23 Tahun 2004 Tentang Perlindungan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tetapi Negara lupa bahwa korban
memerlukan proses pemulihan luka fisik dan psikis serta keterlantaran
ekonomi. Sehingga tidak terdapat anggaran untuk pelaksanaan pemulihan
itu baik di APBD/APBN dan anggaran di Departemen Kesehatan, Departemen
Sosial, dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Akibatnya
sungguh memilukan, PKT RSCM berjalan terseok-seok karena tidak adanya
dana operasional atau dana untuk membiayai pengobatan secara gratis
untuk para perempuan dan anak korban kekerasan.Bahkan karena
ketidaktersediaan dana PKT RSCM ini terancam ditutup 6 bulan ke
depan.Kenyataan yang sungguh menyedihkan dan memilukan. 

Untuk itu kami memohon dan mengajak kepada Bpk / Ibu sekalian untuk
memberikan sumbangan/bantuan/zakat maal/infaq/shadaqoh agar tetap PKT
RSCM ini bisa berjalan menerima,mengobati,dan memulihkan perempuan dan
anak korban kekerasan. Sambil kami melakukan upaya advokasi kebijakan
kepada pemerintah agar ada alokasi dana khusus bagi keberadaan
PKT-RSCM ini didalam APBD/APBN atau anggaran di Departemen Kesehatan,
Departemen Sosial dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan.

Untuk itu mohon kiranya bantuan tersebut dapat Bpk / Ibu transfer ke
rekening Pusat Krisis Terpadu di Bank Mandiri Cabang RSCM dengan
no.rekening: 122-00-0002497-9.

Berapapun jumlah bantuan Bpk / Ibu tentu sangat berarti bagi para
perempuan dan anak korban kekerasan. Semoga amal baik Bpk / Ibu
mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.Amin.Bantuan dana itu
akan sangat berarti untuk biaya operasional PKT RSCM agar tidak jadi
ditutup 6 bulan lagi.

Apabila Bpk / Ibu ingin menjadi donatur tetap untuk PKT RSCM tersebut
silahkan hubungi  kami di email: [EMAIL PROTECTED] /
titiana.adinda[at]gmail.com, HP: 0815 160 9391 (dengan Dinda). Laporan
pertanggungjawaban dana bantuan ini akan kami sebarkan di milis/email
ini setiap 3 bulan sekali.

Atas perhatian Bpk / Ibu sekalian kami ucapkan terima kasih. Bantuan
Bpk / Ibu sangat berarti bagi proses pemulihan perempuan dan anak
korban kekerasan.

Hapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak !


Hormat Kami,



dr.Mutia Prayanti, SPOG Titiana Adinda/Dinda 
Direktur PKT RSCM   Relawan Fundraising PKT RSCM

===
Kunjungi blogku di:
http://titiana-adinda




Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Donnie

Ya kalangan psikiatris sendiri..
emang siapa yang menentukan (in general) definisi normal atau  
tidaknya sesuatu/orang?

Donnie

On Apr 7, 2008, at 5:24 PM, IrwanK wrote:

 Pengkategorian tersebut siapa yang melakukan?
 Tidak tertutup kemungkinan keputusan tersebut dipilih oleh kalangan
 yang 'toleran' dengan kondisi homo/lesbi.. atau bahkan praktisi-nya..
 Kalau sudah begitu, ya tidak mengherankan toh..

 CMIIW..

 Wassalam,

 Irwan.K

 2008/4/4 Donnie [EMAIL PROTECTED]:

  Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo
  gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual
  disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
 
  Donnie
 
 
  On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
 
   Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
   bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam
   dunia medis? Dibedakan kah?
  
   Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
   disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
   ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
   psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
   Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
   karakternya.
  
   Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu  
 kali ya
   Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
  
   Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
   pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
   berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak  
 perlu
   bertindak apa-apa.
  
   Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak  
 mempunyai
   kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
   akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
  
   wassalam,
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 
 40yahoogroups.com,
  Kartono Mohamad
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk
   penyakit
sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
   digolongkan
sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
   tidak merasa
nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
   membantu agar
ia dapat lepas dari kegelisahannya.
Silakan diskusi dilanjutkan
KM
   
---Original Message---
   
From: Lina Dahlan
Date: 03/04/2008 14:23:00
To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 
 40yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
   Lesbianisme
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 
 40yahoogroups.com,
  Mia aldiy@ wrote:

 Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga
 merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan
 kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang  
 homo or
 lesbi bukan manusia. Manusia sakit.

Mia:
 Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya
   berdasarkan
 kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
argumennya
 sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan
bahwa
 sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam  
 bukunya dia
 sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu  
 pada
 level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa
   agamis
 kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan,  
 kesalehan).
   
Lina2:
Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi
(minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia,
haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh
disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.

Mia:
 FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit  
 sudah
 bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya  
 pada
 psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas
sakit'.
   
Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit'
kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa
   berubah
ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa
berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.

 Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang
yang
 peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang.
   Alangkah
 baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada
   (hormon)
 femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil  
 dibiasakan
spt
 itu.

 Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan  
 boneka
jadi
 hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat
 hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi hormon.
 Emangnya diapain itu boneka...:-)

 Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat
 feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan
 karakter asmaul husna 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Donnie

Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas  
adalah sex disorder.  Lha salah satu profesi yang punya otoritas  
untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah  
profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis  
terus tetep aja sakit.

aya..aya wae..
DOnnie


On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote:

 PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi,
 ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh?
 Pskiater juga dalam dunia medis toh?

 Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang
 ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal
 homo/lesbi.

 Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'.

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10
 (kalo
  gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai
 sexual
  disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
 
  Donnie
 
  On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
 
   Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
   bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk
 dalam
   dunia medis? Dibedakan kah?
  
   Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
   disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
   ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
   psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
   Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
   karakternya.
  
   Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu
 kali ya
   Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
  
   Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
   pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
   berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak
 perlu
   bertindak apa-apa.
  
   Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak
 mempunyai
   kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
   akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
  
   wassalam,
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad
   kmjp47@ wrote:
   
Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak
 termasuk
   penyakit
sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
   digolongkan
sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
   tidak merasa
nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
   membantu agar
ia dapat lepas dari kegelisahannya.
Silakan diskusi dilanjutkan
KM
   
---Original Message---
   
From: Lina Dahlan
Date: 03/04/2008 14:23:00
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam
 Mengakui
   Lesbianisme
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:

 Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga
 merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas)
 mengusahakan
 kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo
 or
 lesbi bukan manusia. Manusia sakit.

Mia:
 Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya
   berdasarkan
 kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
argumennya
 sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu
 menyiratkan
bahwa
 sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya
 dia
 sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu
 pada
 level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa
   agamis
 kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan,
 kesalehan).
   
Lina2:
Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi
(minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka
 manusia,
haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh
disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.

Mia:
 FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit
 sudah
 bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya
 pada
 psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas
sakit'.
   
Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit'
kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa
   berubah
ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa
berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.

 Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi
 orang
yang
 peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang.
   Alangkah
 baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada
   (hormon)
 femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil
 dibiasakan
spt
 itu.

 Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan
 boneka
jadi
 hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat
 hubungannya dengan 

[wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik prie tea
numpang lewat

hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter,
akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki
master, dsb

penyakit apa yg paling sulit diobati?

Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam?
Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa??

ternyata jawabannya:

Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg
paling sulit diobati 



mprie

--- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa
 homosexualitas  
 adalah sex disorder.  Lha salah satu profesi yang
 punya otoritas  
 untuk membuat label normal atau tidak normalnya
 individu adalah  
 profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat
 profesi medis  
 terus tetep aja sakit.
 
 aya..aya wae..
 DOnnie
 
 
 On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote:
 
  PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh
 pada medis. Jadi,
  ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam
 dunia medis toh?
  Pskiater juga dalam dunia medis toh?
 
  Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik
 kan? Kalo seorang
  ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat
 panduan) soal
  homo/lesbi.
 
  Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja
 'sakit'.
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie
 [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
   Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan
 jiwa) yang ke 10
  (kalo
   gak salah), homosexualitas sudah tidak
 dikategorikan sebagai
  sexual
   disorder tapi dikategorikan sebagai sexual
 preference.
  
   Donnie
  
   On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
  
Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam
 dunia medis. Lalu
bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah
 pskiatris termasuk
  dalam
dunia medis? Dibedakan kah?
   
Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri
 bhw hal2 yang
disebutkan itu merupakan gangguan perilaku
 seksual. Lebih bisa
ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu
 psikoterapi dari
psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
Dukungan lingkungan yang kondusif juga
 berperan dalam penyembuhan
karakternya.
   
Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan
 yang medis, gitu
  kali ya
Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
   
Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak
 atas keluhan
pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan
 'kehomoannya',
berarti ia tidak punya keluhan apapun dan
 seorang dokter tidak
  perlu
bertindak apa-apa.
   
Diluar konteks itu, apakah seorang
 dokter/pskiatris tidak
  mempunyai
kepedulian atas makin berkembangnya homo dan
 lesbi yang akhirnya
akan memusnahkan spesies homosapiens...:-).
 Kelewat ekstrim ya?
   
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
 Kartono Mohamad
kmjp47@ wrote:

 Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau
 lesbi tidak
  termasuk
penyakit
 sehingga tidak perlu diterapi atau
 disembuhkan. Ia hanya
digolongkan
 sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau
 orang homo atau lesbi
tidak merasa
 nyaman dengan kondisinya itu, dokter
 mempunyai kewajiban untuk
membantu agar
 ia dapat lepas dari kegelisahannya.
 Silakan diskusi dilanjutkan
 KM

 ---Original Message---

 From: Lina Dahlan
 Date: 03/04/2008 14:23:00
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah
 Mulia: Islam
  Mengakui
Lesbianisme

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
 Mia aldiy@ wrote:
 
  Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan
 oleh prie tea juga
  merupakan kontrak sosial, bahwa kita
 (maryoritas)
  mengusahakan
  kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea
 jg gak bilang homo
  or
  lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
 
 Mia:
  Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa
 pendapatnya
berdasarkan
  kesehatan dan hormon saja, jadi saya
 berangkat mengikuti
 argumennya
  sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya
 Fukuyama itu
  menyiratkan
 bahwa
  sisi kesetaraan itu tetap ada untuk
 minoritas (dalam bukunya
  dia
  sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas
 dan minoritas itu
  pada
  level yang sama, dengan indikator
 'humility'. Dalam bahasa
agamis
  kita 'humility' ini mungkin bisa disebut
 ketaqwaan,
  kesalehan).

 Lina2:
 Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak
 bilang kalo homo/lesbi
 (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep
 aja mereka
  manusia,
 haknya sama dengan manusia lain. Tapi
 namanya sakit ya butuh
 disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.
 
 Mia:
  FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay
 adalah penyakit
  sudah
  bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak
 mendasarkan pendapatnya
  pada
  psikologi penyakit, tapi minoritas saja,
 dan bukan 'minoritas
 sakit'.

 Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh.
 Mo bilang 'penyakit'
 kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu
 sifatnya, bisa
berubah
 ato bergeser. Intinya mereka itu 

Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Donnie
Maksudnya?
(apakah dalam konteks menjawab posting saya?)

Donnie
=
On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote:

 numpang lewat

 hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter,
 akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki
 master, dsb

 penyakit apa yg paling sulit diobati?

 Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam?
 Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa??

 ternyata jawabannya:

 Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg
 paling sulit diobati

 mprie

 --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
  Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa
  homosexualitas
  adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang
  punya otoritas
  untuk membuat label normal atau tidak normalnya
  individu adalah
  profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat
  profesi medis
  terus tetep aja sakit.
 
  aya..aya wae..
  DOnnie
 
  
  On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote:
 
   PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh
  pada medis. Jadi,
   ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam
  dunia medis toh?
   Pskiater juga dalam dunia medis toh?
  
   Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik
  kan? Kalo seorang
   ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat
  panduan) soal
   homo/lesbi.
  
   Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja
  'sakit'.
  
   wassalam,
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie
  [EMAIL PROTECTED]
   wrote:
   
Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan
  jiwa) yang ke 10
   (kalo
gak salah), homosexualitas sudah tidak
  dikategorikan sebagai
   sexual
disorder tapi dikategorikan sebagai sexual
  preference.
   
Donnie
   
On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
   
 Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam
  dunia medis. Lalu
 bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah
  pskiatris termasuk
   dalam
 dunia medis? Dibedakan kah?

 Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri
  bhw hal2 yang
 disebutkan itu merupakan gangguan perilaku
  seksual. Lebih bisa
 ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu
  psikoterapi dari
 psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
 Dukungan lingkungan yang kondusif juga
  berperan dalam penyembuhan
 karakternya.

 Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan
  yang medis, gitu
   kali ya
 Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.

 Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak
  atas keluhan
 pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan
  'kehomoannya',
 berarti ia tidak punya keluhan apapun dan
  seorang dokter tidak
   perlu
 bertindak apa-apa.

 Diluar konteks itu, apakah seorang
  dokter/pskiatris tidak
   mempunyai
 kepedulian atas makin berkembangnya homo dan
  lesbi yang akhirnya
 akan memusnahkan spesies homosapiens...:-).
  Kelewat ekstrim ya?

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
  Kartono Mohamad
 kmjp47@ wrote:
 
  Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau
  lesbi tidak
   termasuk
 penyakit
  sehingga tidak perlu diterapi atau
  disembuhkan. Ia hanya
 digolongkan
  sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau
  orang homo atau lesbi
 tidak merasa
  nyaman dengan kondisinya itu, dokter
  mempunyai kewajiban untuk
 membantu agar
  ia dapat lepas dari kegelisahannya.
  Silakan diskusi dilanjutkan
  KM
 
  ---Original Message---
 
  From: Lina Dahlan
  Date: 03/04/2008 14:23:00
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah
  Mulia: Islam
   Mengakui
 Lesbianisme
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
  Mia aldiy@ wrote:
  
   Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan
  oleh prie tea juga
   merupakan kontrak sosial, bahwa kita
  (maryoritas)
   mengusahakan
   kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea
  jg gak bilang homo
   or
   lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
  
  Mia:
   Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa
  pendapatnya
 berdasarkan
   kesehatan dan hormon saja, jadi saya
  berangkat mengikuti
  argumennya
   sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya
  Fukuyama itu
   menyiratkan
  bahwa
   sisi kesetaraan itu tetap ada untuk
  minoritas (dalam bukunya
   dia
   sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas
  dan minoritas itu
   pada
   level yang sama, dengan indikator
  'humility'. Dalam bahasa
 agamis
   kita 'humility' ini mungkin bisa disebut
  ketaqwaan,
   kesalehan).
 
  Lina2:
  Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak
  bilang kalo homo/lesbi
  (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep
  aja mereka
   manusia,
  haknya sama dengan manusia lain. Tapi
  namanya sakit ya butuh
  disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.
  
  Mia:
   FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay
  adalah penyakit
   sudah
   bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak
  

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Kartono Mohamad
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap
bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter
bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter
mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena,
gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan.
KM 
 
---Original Message---
 
From: Lina Dahlan
Date: 07/04/2008 18:22:52
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
 
PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, 
ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh?
Pskiater juga dalam dunia medis toh?

Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang 
ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal 
homo/lesbi.

Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'.

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 
(kalo 
 gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai 
sexual 
 disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
 
 Donnie
 
 On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
 
  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk 
dalam
  dunia medis? Dibedakan kah?
 
  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
  karakternya.
 
  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu 
kali ya
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
 
  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak 
perlu
  bertindak apa-apa.
 
  Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak 
mempunyai
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad
  kmjp47@ wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak 
termasuk
  penyakit
   sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
  digolongkan
   sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
  tidak merasa
   nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
  membantu agar
   ia dapat lepas dari kegelisahannya.
   Silakan diskusi dilanjutkan
   KM
  
   ---Original Message---
  
   From: Lina Dahlan
   Date: 03/04/2008 14:23:00
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam 
Mengakui
  Lesbianisme
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
   
Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga
merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) 
mengusahakan
kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo 
or
lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
   
   Mia:
Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya
  berdasarkan
kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
   argumennya
sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu 
menyiratkan
   bahwa
sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya 
dia
sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu 
pada
level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa
  agamis
kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, 
kesalehan).
  
   Lina2:
   Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi
   (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka 
manusia,
   haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh
   disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.
   
   Mia:
FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit 
sudah
bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya 
pada
psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas
   sakit'.
  
   Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit'
   kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa
  berubah
   ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa
   berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal.
   
Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi 
orang
   yang
peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang.
  Alangkah
baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada
  (hormon)
femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil 
dibiasakan
   spt
itu.
   
Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan 
boneka
   jadi
hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat

Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Dwi W. Soegardi
Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan orientasi seksual.

Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria
penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap
preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula,
mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau
berobat/tidak sadar dirinya sakit?

Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya
ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu)  Silakan
mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian
...

Salam,

On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Maksudnya?
 (apakah dalam konteks menjawab posting saya?)

 Donnie
 =
 On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote:

  numpang lewat
 
  hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter,
  akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki
  master, dsb
 
  penyakit apa yg paling sulit diobati?
 
  Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam?
  Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa??
 
  ternyata jawabannya:
 
  Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg
  paling sulit diobati
 
  mprie
 
  --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  
   Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa
   homosexualitas
   adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang
   punya otoritas
   untuk membuat label normal atau tidak normalnya
   individu adalah
   profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat
   profesi medis
   terus tetep aja sakit.
  
   aya..aya wae..
   DOnnie
  
   
   On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote:
  
PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh
   pada medis. Jadi,
ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam
   dunia medis toh?
Pskiater juga dalam dunia medis toh?
   
Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik
   kan? Kalo seorang
ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat
   panduan) soal
homo/lesbi.
   
Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja
   'sakit'.
   
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie
   [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan
   jiwa) yang ke 10
(kalo
 gak salah), homosexualitas sudah tidak
   dikategorikan sebagai
sexual
 disorder tapi dikategorikan sebagai sexual
   preference.

 Donnie

 On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:

  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam
   dunia medis. Lalu
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah
   pskiatris termasuk
dalam
  dunia medis? Dibedakan kah?
 
  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri
   bhw hal2 yang
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku
   seksual. Lebih bisa
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu
   psikoterapi dari
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga
   berperan dalam penyembuhan
  karakternya.
 
  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan
   yang medis, gitu
kali ya
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
 
  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak
   atas keluhan
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan
   'kehomoannya',
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan
   seorang dokter tidak
perlu
  bertindak apa-apa.
 
  Diluar konteks itu, apakah seorang
   dokter/pskiatris tidak
mempunyai
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan
   lesbi yang akhirnya
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-).
   Kelewat ekstrim ya?
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
   Kartono Mohamad
  kmjp47@ wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau
   lesbi tidak
termasuk
  penyakit
   sehingga tidak perlu diterapi atau
   disembuhkan. Ia hanya
  digolongkan
   sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau
   orang homo atau lesbi
  tidak merasa
   nyaman dengan kondisinya itu, dokter
   mempunyai kewajiban untuk
  membantu agar
   ia dapat lepas dari kegelisahannya.
   Silakan diskusi dilanjutkan
   KM
  
   ---Original Message---
  
   From: Lina Dahlan
   Date: 03/04/2008 14:23:00
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah
   Mulia: Islam
Mengakui
  Lesbianisme
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
   Mia aldiy@ wrote:
   
Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan
   oleh prie tea juga
merupakan kontrak sosial, bahwa kita
   (maryoritas)
mengusahakan
kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea
   jg gak bilang homo
or
lesbi bukan manusia. Manusia sakit.
   
   Mia:
Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa
   pendapatnya
  berdasarkan
kesehatan dan hormon saja, jadi saya
   berangkat mengikuti
   

Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Kartono Mohamad
Mas DWS, definisi sakit atau penyakit biasanya ditujukan kepada keadaan
yang dialami seseorang sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang itu tidak
dapat menjalankan tugas sehari-harinya secara optimal. Keadaan tersebut
ditandai dengan gejala-gejala yang spesifik untuk penyakit tersebut,
diketahui patofisiologinya (mekanisme bagaimana penyakit itu terjadi atau
mempengaruhi fungsi tubuh). 
Homoseksualitas tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai penyakit
karena keadaan itu tidak mengganggu fungsi tubuh (fungsi untuk melakukan
hubungan seks tetap ada hanya ditujukan kepada sesama jenis), tidak
diketahui pula patofisiologinya. Yang terjadi hanyalah bahwa ia lebih
bergairah terhadap sesama jenis dan tidak bergairah terhadap lawan jenisnya.
Kalau seorang homseks kemudian mengalami, katakanlah stres, barulah ia
disebut sakit. Seperti juga orang heteroseks yang terkena stres.
Mudah-mudahan makin membingungkan
KM
 
---Original Message---
 
From: Dwi W. Soegardi
Date: 08/04/2008 0:09:42
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was
Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
 
Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan orientasi
seksual.

Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria
penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap
preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula,
mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau
berobat/tidak sadar dirinya sakit?

Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya
ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu)  Silakan
mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian
...

Salam,

On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Maksudnya?
 (apakah dalam konteks menjawab posting saya?)

 Donnie
 =
 On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote:

  numpang lewat
 
  hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter,
  akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki
  master, dsb
 
  penyakit apa yg paling sulit diobati?
 
  Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam?
  Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa??
 
  ternyata jawabannya:
 
  Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg
  paling sulit diobati
 
  mprie
 
  --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  
   Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa
   homosexualitas
   adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang
   punya otoritas
   untuk membuat label normal atau tidak normalnya
   individu adalah
   profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat
   profesi medis
   terus tetep aja sakit.
  
   aya..aya wae..
   DOnnie
  
   
   On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote:
  
PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh
   pada medis. Jadi,
ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam
   dunia medis toh?
Pskiater juga dalam dunia medis toh?
   
Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik
   kan? Kalo seorang
ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat
   panduan) soal
homo/lesbi.
   
Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja
   'sakit'.
   
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie
   [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan
   jiwa) yang ke 10
(kalo
 gak salah), homosexualitas sudah tidak
   dikategorikan sebagai
sexual
 disorder tapi dikategorikan sebagai sexual
   preference.

 Donnie

 On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:

  Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam
   dunia medis. Lalu
  bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah
   pskiatris termasuk
dalam
  dunia medis? Dibedakan kah?
 
  Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri
   bhw hal2 yang
  disebutkan itu merupakan gangguan perilaku
   seksual. Lebih bisa
  ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu
   psikoterapi dari
  psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
  Dukungan lingkungan yang kondusif juga
   berperan dalam penyembuhan
  karakternya.
 
  Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan
   yang medis, gitu
kali ya
  Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
 
  Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak
   atas keluhan
  pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan
   'kehomoannya',
  berarti ia tidak punya keluhan apapun dan
   seorang dokter tidak
perlu
  bertindak apa-apa.
 
  Diluar konteks itu, apakah seorang
   dokter/pskiatris tidak
mempunyai
  kepedulian atas makin berkembangnya homo dan
   lesbi yang akhirnya
  akan memusnahkan spesies homosapiens...:-).
   Kelewat ekstrim ya?
 
  wassalam,
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
   Kartono Mohamad
  kmjp47@ wrote:
  
   Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau
   lesbi tidak
termasuk
  

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Muhammad Aly
P dokter K. Mohamad, Homoseks/lesbian yang jelas itu
Penyakit.. Penyakit Akhlakul karimah... Alloh maha
luas dengan ilmuNya.

mungkin ada yang tau penyakit apa yang akan timbul
dari spt maaf melakukan kesenangan Sodomi sesama
lelaki (homoseks)... kalau Alloh SWT melarang keras
memakan daging babi dan anjing tentu ada penyakit yg
akan timbul bila memakannya.. padahal daging
babi/anjing itu eeenaak..kata teman2 kristiani.

bisa dilanjutkan...,

slm,
aly 
--- Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para
 dokter tidak menganggap
 bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana
 orang non-dokter
 bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit?
 Rasanya para dokter
 mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis
 apakah suatu fenomena,
 gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan.
 KM 
  
 ---Original Message---
  
 From: Lina Dahlan
 Date: 07/04/2008 18:22:52
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia:
 Islam Mengakui Lesbianisme
  
 PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada
 medis. Jadi, 
 ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam
 dunia medis toh?
 Pskiater juga dalam dunia medis toh?
 
 Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik
 kan? Kalo seorang 
 ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat
 panduan) soal 
 homo/lesbi.
 
 Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja
 'sakit'.
 
 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie
 [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan
 jiwa) yang ke 10 
 (kalo 
  gak salah), homosexualitas sudah tidak
 dikategorikan sebagai 
 sexual 
  disorder tapi dikategorikan sebagai sexual
 preference.
  
  Donnie
  
  On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
  
   Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia
 medis. Lalu
   bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah
 pskiatris termasuk 
 dalam
   dunia medis? Dibedakan kah?
  
   Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri
 bhw hal2 yang
   disebutkan itu merupakan gangguan perilaku
 seksual. Lebih bisa
   ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu
 psikoterapi dari
   psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
   Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan
 dalam penyembuhan
   karakternya.
  
   Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang
 medis, gitu 
 kali ya
   Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
  
   Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak
 atas keluhan
   pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan
 'kehomoannya',
   berarti ia tidak punya keluhan apapun dan
 seorang dokter tidak 
 perlu
   bertindak apa-apa.
  
   Diluar konteks itu, apakah seorang
 dokter/pskiatris tidak 
 mempunyai
   kepedulian atas makin berkembangnya homo dan
 lesbi yang akhirnya
   akan memusnahkan spesies homosapiens...:-).
 Kelewat ekstrim ya?
  
   wassalam,
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono
 Mohamad
   kmjp47@ wrote:
   
Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau
 lesbi tidak 
 termasuk
   penyakit
sehingga tidak perlu diterapi atau
 disembuhkan. Ia hanya
   digolongkan
sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang
 homo atau lesbi
   tidak merasa
nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai
 kewajiban untuk
   membantu agar
ia dapat lepas dari kegelisahannya.
Silakan diskusi dilanjutkan
KM
   
---Original Message---
   
From: Lina Dahlan
Date: 03/04/2008 14:23:00
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah
 Mulia: Islam 
 Mengakui
   Lesbianisme
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia
 aldiy@ wrote:

 Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan
 oleh prie tea juga
 merupakan kontrak sosial, bahwa kita
 (maryoritas) 
 mengusahakan
 kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg
 gak bilang homo 
 or
 lesbi bukan manusia. Manusia sakit.

Mia:
 Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa
 pendapatnya
   berdasarkan
 kesehatan dan hormon saja, jadi saya
 berangkat mengikuti
argumennya
 sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya
 Fukuyama itu 
 menyiratkan
bahwa
 sisi kesetaraan itu tetap ada untuk
 minoritas (dalam bukunya 
 dia
 sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas
 dan minoritas itu 
 pada
 level yang sama, dengan indikator
 'humility'. Dalam bahasa
   agamis
 kita 'humility' ini mungkin bisa disebut
 ketaqwaan, 
 kesalehan).
   
Lina2:
Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang
 kalo homo/lesbi
(minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep
 aja mereka 
 manusia,
haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya
 sakit ya butuh
disembuhkan. Tetep aja ada bedanya.

Mia:
 FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay
 adalah penyakit 
 sudah
 bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak
 mendasarkan pendapatnya 
 pada
 psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan
 bukan 'minoritas
sakit'.
   
Lina: Terserahlah bahasa 

[wanita-muslimah] Women and Children Trafficking in West Java Causing More Concern

2008-04-07 Terurut Topik Sunny
Women and Children Trafficking in West Java Causing More Concern


Monday, 07 April, 2008 | 19:05 WIB 

TEMPO Interactive, Bandung: Several cities and regencies in West Java have 
become places for dispatch and transit of women and children trafficking. 

This is very bad, said Ellin Rozana, director of the Women'a Institute in 
Bandung, Monday (07/04).

According to Ellin, the official report from coordinating ministry for People's 
Welfare mentioned Sukabumi, Tangerang, Bekasi, Indramayu, Bandung, Karawang, 
Cianjur, and Kuningan as some of cities as dispatch areas. 

Bandung and Losari in Cirebon are also identified as transit areas, she said.

Some 43.5 percent of the victims are as young as 14 years old. 

But mostly, the trafficking of children involved for those who are 17 years 
old, said Ellin.

According to her, several factors worsen the situation, including poverty, 
employment issues, limited access to education, as well as social and cultural 
aspects. 

Discriminative practices such as early marriage for women and women not 
needing higher education are also reasons for human trafficking, said Ellin.

Head of Public Research and Education division from the institute of Children 
Rights Advocacy, Andi Akbar, said that they have advocated three children as 
the victims of human trafficking in 2007. 

But not even one case could be sent to the attorney's office, said Andi. 

Ellin and Andi said they expected the new West Java Governor to be serious 
about handling this issue. 

Regional regulation for women and children trafficking should be immediately 
approved, said Ellin. 

Rana Akbari Fitriawan 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Want a husband? Get a degree

2008-04-07 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Berlaku untuk Indonesia?


 


Want a husband? Get a degree
Adele Horin and Harriet Alexander 
April 7, 2008 



Women with degrees are more likely to marry than their less educated sisters, 
in a dramatic reversal of an established pattern, new analysis of the 2006 
census shows.

Those who have been to university are now the ones with the best chance of 
finding a husband, leading some to worry that marriage is becoming the province 
of the more educated and the well-off.

The analysis, by Genevieve Heard, of the Centre for Population and Urban 
Research at Monash University, turns on its head traditional assumptions about 
educated women. The assumption was the more women invested in education and 
career, the less interested they would be in family, and the less [they would] 
need to be supported by a husband, Dr Heard said. It was also assumed they 
were less traditional in their outlook on life.

In 1996 women without university degrees had higher marriage rates. But within 
a decade it was no longer the case. By 2006 61 per cent of women aged 30 to 34 
who had degrees were married, compared with 53 per cent of those without 
post-school qualifications.

University-educated women older than 34 were also more likely to be married. 
Even among women in their 20s, the marriage gap between those with and without 
degrees had closed.

Wanting to be married before having a child motivated Diana Fassos - who is 26, 
has an arts-commerce degree and works for an investment bank - and her partner 
to formalise their relationship. She had been with her partner for six years 
and expected they would marry.

The growing proportion of married women with degrees is set against a backdrop 
of plummeting marriage rates in all age groups - a trend in developed countries 
that has caused the United Nations to declare that formal marriage is receding 
everywhere.

By 2006 the proportion of all Australian women aged 30 to 34 who were married 
had fallen to 56 per cent, down 9 percentage points from 1996. But Dr Heard has 
found that, when education levels are examined, the decline in marriage is not 
consistent.

Among university-educated women aged 30 to 34 falling marriage rates had 
stabilised by 2006 but continued to decline rapidly among other women.

In the decade to 2006 the marriage gap between men with degrees and those 
without became wider than ever. Seventy-six per cent of men aged 40 to 44 who 
had degrees were married, compared with 57 per cent of men without post-school 
qualifications. Richer men were also more likely to be married, the analysis, 
published in the journal People And Place, shows.

Dr Heard suggested economic reasons might lie behind the new marriage story. 
While more Australians had been in de facto relationships over the past 20 
years, it was mostly the better-educated who married. She said they might need 
to formally join forces to buy a house and fulfil other aspirations. Such 
aspirations may be out of the reach of many men and women without post-school 
qualifications, she said. The economy might have been good enough for the less 
educated and less well-off to live together but not to marry.

Dr Heard, 30, and soon to marry her partner of two years, said it seemed wrong 
to assume that educated women were rebels. They have the most choices open to 
them and they are choosing to do things the traditional way.

Ms Fassos never considered a permanent relationship with her partner without 
marriage.

That would probably never happen because we both come from Greek backgrounds 
and our parents would kill us, she said. But the pair had their own reasons 
and they had nothing to do with pooling their finances. They wanted to be 
husband and wife before having children.

Ms Fassos assumed her relationship would involve a wedding and was unfazed 
about the timing. So when her partner proposed in December she did not realise 
what was happening.

He said, 'I'd like us to get married before we live together' . and I said, 
'Sounds good, we'll talk about it when it happens,' she said. And he's like, 
'No, I'm asking you to marry me.'


This story was found at: 
http://www.theage.com.au/articles/2008/04/06/1207420201204.html 

 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Ari Condro

Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, 
terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas 
bisaa disembuhkan.

Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira.

Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg 
ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ?

___
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap 
bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras 
bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas 
ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu 
penyakit atau bukan. 

 KM 

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network


===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] From maid to minister

2008-04-07 Terurut Topik Sunny
http://english.aljazeera.net/NR/exeres/D9C60E9F-6536-4FDE-8658-304D4B8931E7.htm

SUNDAY, APRIL 06, 2008
3:01 MECCA TIME, 0:01 GMT

From maid to minister
 
  By  Gabriel Elizondo in Brasilia 
   
   
 
   
 
 
   

   
   
   
Marina Silva was unable to read or write until she was 
17-years-old 


  When Marina Silva was 16, she was illiterate. She lived in 
the small and isolated Brazilian Amazon state of Acre, and worked as a maid and 
seamstress to support her siblings. Her mother and two sisters died when she 
was 14, and Silva herself was suffering a life threatening illness, with which 
she still battles today.

  So how, then, did Marina Silva rise to become the Brazilian 
minister of environment and share the UN's highest environmental prize with the 
likes of Al Gore, former US vice-president and Noble Peace Prize winner?

  The story of Marina Silva is well known in Brazil.

  It is a remarkable rise for a woman who now is considered by 
many in the environmental movement as an unlikely trailblazer. 

  Many politicians around the world are born into wealth, and 
Brazil is no exception. 

  But Maria Silva had no such luck. 

  Silva was born deep inside the Brazilian Amazon. Her father 
worked as a rubber tapper, extracting liquid from trees that is then a main 
ingredient of rubber. 

  Life was tough, her two sisters died six months before her 
mother, Silva's brother passed away when he was just seven days old. 

  Silva did not grow up wanting to be a famous politician, her 
dream was more simple.

  Literal ambition

  When I was growing up ... people that worked in the 
government belonged to traditional families, families that owned some kind of 
property,Silva told Al Jazeera in at her home in the capital Brasilia. 


   
Critics say Silva's policies are taking
jobs away from workers in the Amazon 
  I was the daughter of a man who worked in a semi-slavery 
regime, so it was unimaginable to think of having a public job. My dream was to 
become literate.

  Silva watched her father read and was left with a feeling of 
amazement.

  My father knew how to read and I was fascinated when I saw 
him looking at a piece of paper and then speaking about what that paper said. 

  My dream was to learn how to read and to become a nun and to 
be able to help others as a teacher, to take care of others.

  To fulfill that dream Silva moved to Rio Branco, the state 
capital. 

  When I got to Rio Branco, I started to take literacy classes 
in a programme for young people and adults, she said. 

  I learned how to read and write in 15 days.

  Political activist

  Silva was then able to work her way into university, where 
she graduated with a degree in history. She briefly became a teacher, before 
meeting Chico Mendes, a famous Brazilian environmental and labour rights 
activist. 

  Shortly after meeting Mendes, Silva decided to dedicate her 
life to saving the Amazon rainforest. 

  She became the youngest woman ever elected to the Brazilian 
senate, where she distinguished herself as someone who fought at all costs for 
environmental rights. 

  Six years ago Luis Inacio Lula da Silva, the president, 
himself famous for working as a shoe shine boy as a child, named Silva as the 
head of the ministry of environment. 

  It is a position which oversees the Amazon, the world's 
largest forest. 

  Silva immediately confronted powerful logging, agriculture 
and corporate interests responsible for deforestation - a task few of her 
predecessors had dared take on. 

  I cannot see my life separated from my fight, Silva said. 

  I cannot see my fight isolated. I see it as an effort of 
many people inside and outside Brazil  in the defence of the Amazon.

  Silva suffered early set-backs. During her first year almost 
600,000 miles of illegal highways were discovered in the middle of the Amazon.

  But Silva fought on, and was eventually was credited for 
slowing the pace of deforestation by holding law breakers accountable at all 
costs, while also setting up inventive projects for sustainable development in 
indigenous communities. 

  The Amazon forest lost 17 per cent of its vegetation in the 
last 400 years but the majority of this deforestation was done in the 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Kartono Mohamad
Beliau lebih merupakan seorang dai daripada psikiater karena dalam pedoman
diagnosis psikiater sedunia, homoseksualitas tidak disebut sebagai penyakit
sehingga tidak perlu disembuhkan. Tetapi kalau ada masalah kejiwaan yang
dialami akibat homoseksualnya itu (misalnya menjadi stres atau tidak PD
karena sering diolok atau dikucilkan), ia perlu dibantu.
KM 
 
---Original Message---
 
From: Ari Condro
Date: 08/04/2008 4:09:54
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
Lesbianisme
 
 
Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter,
terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas
bisaa disembuhkan.
 
Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira.
 
Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg
ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ?
 
___
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap
bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter
bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter
mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena,
gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan.
 
  KM
 
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

 
===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]
 
This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ...
Yahoo! Groups Links
 
 
 
 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Informasi Penting

2008-04-07 Terurut Topik syamsuri149
Informasi Penting
Assalamu'alaikum wr.wb
Bagi yang berminat bermacam2 shalat dan doa hajat, shalat dan doa utk
mendapat kemudahan dan keberkahan rizki, foto tempat2 bersejarah,
silahkan berkunjung ke:
http://shalatdoa.blogspot.com
http://syamsuri149.wordpress.com
Terima kasih, jika Anda berkenan untuk memberitahu pada keluarga dan
sahabat2 Anda.

Wassalam
Syamsuri Rifai




Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Donnie
Sebenarnya kerancuan ini disebabkan kerancuan dalam mendefinisikan  
apa yang disebut normal dan tidak normal dan siapa yang mendefinisikan.

Pada satu sisi normal didefinisikan (secara sosial) sebagai sesuatu  
yang umum terjadi di dalam populasi jadi kalau tidak umum maka  
dianggap tidak normal.  maka kalau sesuatu yang jarang/kecil  
kemungkinan terjadinya misalnya kecacatan, orang dengan ciri yang  
ekstrim (terlalu tinggi, terlalu rendah, terlalu buruk),  
homosexualitas atau beda keyakinan/ideologi dengan sebagian besar  
populasi,  dianggap sesuatu yang tidak normal a.k.a sakit.  Ini  
merupakan salah satu mekanisme alam untuk mempertahankan eksistensi  
jenisnya.  Semacam politik identitas

Sementara definisi normal/tidak normal atau sehat/sakit dalam ranah  
medis, meskipun memiliki ide yang serupa (sesuatu yang umum/tidak  
umum terjadi), tetapi ditambah dengan adanya perubahan struktur dan/ 
atau ketidak seimbangan fungsi baik secara biologis maupun sosial.

Karena  sehat dan sakit sebenarnya bukan kondisi yang dikotomis tapi  
fungsi yang kontinuum dari sebuah kondisi manusia.  maka untuk bisa  
memberi label sehat/sakitnya seseorang dibutuhkan sebuah titik (cut  
of point) untuk membuatnya menjadi dikotomis (sehat atau sakit),  
karena orang yang punya kondisi diatas titik tersebut umumnya  
mempunyai kerusakan struktur atau fungsi biologis maupun sosial.  Nah  
cut of point itu yang disebut kriteria diagnosis.

misalnya sebagai contoh adalah gula darah dan penyakit diabetes.   
Didalam populasi, [setiap orang] kadar gula darah bervariasi dari  
yang rendah sampai yang tinggi.  Tetapi dari pengamatan menunjukkan  
bahwa orang dengan kadar gula darah diatas batas tertentu mempunyai  
kerusakan struktur biologis yang menyebabkan tubuhnya tidak dapat  
berfungsi seperti sediakala (kalau luka sukar sembuh, ada gangguan  
fungsi sistem saraf, dll) maka kondisi diatas batas tersebut  
ditetapkan secara medis sebagai tidak normal/sakit [diabetes]

WHO mendefinisikan sehat sebagai a state of complete physical,  
mental and social well-being and not merely the absence of disease or  
infirmity dimana menunjukkan bahwa sehat mensyaratkan adanya  
kemampuan untuk berfungsi secara sosial tidak hanya melulu absennya  
sebuah penyakit atau kecacatan.

Disini gangguan jiwa karena kerusakan struktur biologis umumnya sulit  
untuk dideteksi, maka ukurannya adalah kemampuan untuk beradaptasi  
dan berfungsi secara sosial.  Yang menjadi masalah adalah fungsi  
sosial sangat dipengaruhi oleh nilai sosial dan kultural disebuah  
masyarakat.
Untuk itu kriteria kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat dari   
seberapa berhasil dan efektifnya seseorang berfungsi secara sosial,  
mampu menghadapi stress sehari-hari, mempunyai hubungan yang  
memuaskan, mempunyai hidup yang independen, mempunyai kemampuan  
untuk memantul (bounce back) atau recover dari situasi yang sulit  
(diambil dari wikipedia tentang definisi kesehatan jiwa)

Jadi dari kriteria2 tersebut kayaknya memang homosexualitas tidak  
bisa dikategorikan lagi sebagai sesuatu kondisi yang sakit.  Karena  
seorang homosex jika, merasa nyaman dengan kondisinya, bisa  
berfungsi secara sosial, tidak merugikan orang lain, mampu menghadapi  
stressnya secara sehat, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai sakit.

Jadi bagi mereka yang kecewa bahwa homosexualitas tidak lagi dianggap  
sebagai sexual disorder, anda sekalian dapat memberikan argumentasi  
bahwa itu merupakan keterbatasan/kelemahan definisi ilmu kedokteran  
modern/barat.

Dan memang, seandainya itu sebuah kelemahan, sampai ilmu kedokteran  
bisa mempunyai definisi yang lebih baik (entah karena kemauan  
teknologi atau temuan temuan ilmiah yang baru), maka mau tidak mau  
kita harus bisa puas dan kosisten untuk menggunakan definisi  
tersebut. karena bukannya paradigma ilmu adalah falsibilitas sebuah ide.

regards,
Donnie (bukan tabib)


On Apr 7, 2008, at 11:52 PM, Dwi W. Soegardi wrote:
 Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan  
 orientasi seksual.

 Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria
 penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap
 preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula,
 mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau
 berobat/tidak sadar dirinya sakit?

 Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya
 ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu)  Silakan
 mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian
 ...

 Salam,

 On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Maksudnya?
  (apakah dalam konteks menjawab posting saya?)
 
  Donnie


Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Rye Woo
Kalo yang Dokternya tante Arcon pasti bencis2 yang pada kegirangan. ;-))
  Secara kemungkinan besar mereka untuk memiliki Om arcon yang macho... 
heheheheee.. Bukan begitu omm... pisss.. ;-))
  

Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, 
terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas 
bisaa disembuhkan.

Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira.

Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg 
ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ?

___
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap 
bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras 
bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas 
ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu 
penyakit atau bukan. 

KM 

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network


===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links





   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik Rye Woo
Jadi kalo menurut konsep Pak Dokter Homoseks itu seperti apa?? dan baiknya 
seperti apa yang harus di lakukan unt permasalahan ini secara utuhh... 
   
  Kalo mengkaitkan dengan keimanan, bukannya Homoseks itu jelas2 dilarang... 
dan yg sy tauu Allah menciptakan manusia itukan menjadi laki2 dan perempuan.. 
belum pernah sy dengar Allah menurukan banci/lesbi..  Ato pak dokter juga punya 
konsep lainn...?
   
  Kalo ayee punya vikir, Homoseks itu adalah sebuah PILIHAN HIDUP. Karena saya 
beragama Islam, yang saya pahami itu perbuatan yang dilarang, mk homoseks itu 
adalah pilihan hidup yang buruk.. Sama seperti pilihan2 lainn nyaa ada yang 
baik ada yang buruk.. Spt org yg selingkuhh, mencuri, Korupsi, kalo udah 
menjadi kebiasaan kan susah merubahnyaa.. banyak sekali kasusnya.. malah 
selingkuh/freesex  korupsi sudah tidak aneh lagi di negara ini karna udah jadi 
tabiat dan ini juga bukan penyakit kan menurut dokter?.. Apakah ini juga akan 
di biarkan dan di legalisasi..? Makanya kita juga perlu mengembalikan kembali 
pada sisi keimanan semua... 
   
  Kalo aye sihh pengennya semoga semuanya bisa Baik (homoseks, selingkuh, 
freeseks, korupsi) dan hidup sesuai dg tuntunan Agama, tapi di kembalikan ke 
pribadi masing2 lagi.. tinggal mau milih yang mana, yang baik apa yang buruk.. 
dan itu menjadi hak individu selama tidak merugikan/mengganggu yg lain. Tapi 
kalo ada yang mngusulkan melegalisasi keburukan, berati ada pula pihak yang 
menentang  dengan keras termasuk ayee... 
   
  Tips ayee :
  -Lakukan edukasi sejak dini pada sanak sodare ape tetangge supaya memahami 
mana yang baik  mana yang buruk..
  -Klo sudah terlanjur, mari kita coba untuk mengajaknya kembali sesuai dengan 
fitrah dan kodrat manusia yang sesuai dg Ajaran dan tuntunan agama. 
   
   
  Yakinlah apa yang dibolehkan  dilarang oleh Allah itu untuk kebikan kita..
   
  Rgd.. commend plzzz..
   
  

Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Beliau lebih merupakan seorang dai daripada psikiater karena dalam 
pedoman
diagnosis psikiater sedunia, homoseksualitas tidak disebut sebagai penyakit
sehingga tidak perlu disembuhkan. Tetapi kalau ada masalah kejiwaan yang
dialami akibat homoseksualnya itu (misalnya menjadi stres atau tidak PD
karena sering diolok atau dikucilkan), ia perlu dibantu. 
KM 

---Original Message--- 

From: Ari Condro 
Date: 08/04/2008 4:09:54 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
Lesbianisme 


Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter,
terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas
bisaa disembuhkan. 

Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira. 

Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg
ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ? 

___ 
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap
bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter
bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter
mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena,
gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. 

KM 

Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network 
 

=== 
Milis Wanita Muslimah 
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. 
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com 
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages 
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] 

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ...
Yahoo! Groups Links 





[Non-text portions of this message have been removed]



   

   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-07 Terurut Topik Rye Woo
Kalo mpok meii tipee yang mana yaaa... yang ga normalkah??? hehehe...
  Smogaaa ajee Mpok meii tipe yang normal alias ga hombrenxxx, solehah dan 
calon ahli surga aminn...

L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Nimbrung :
Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut 
kemanusiaan.
Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya.
Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana?
Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi.
Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal 
mereka aktif di 
masjid. Lantas gimana solusinya?
Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya 
sebelum bersebadan, suka sama binatang,
suka sama mayat dll.

Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'.
Tapi kalo memang ia gak normal gimana?

Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum.
Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku 
hombreng, lesbi.
Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin 
orientasi seksualnya menjadi menyimpang.

Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat.
Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling 
cipika cipiki, kayak hombreng.
Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, 
rangkulan mesra, kok kayak lesbi.
:-))

Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania.
Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah.
Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan 
hasil jarahan disekolah.
Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar.
Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] 
karena suka ngambil permen, kue2 kering
tapi nggak ngaku ngambil...
Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. 
Anaknya yg klepto juga rajin solat.

Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. 
Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. 
Penampilannya juga islami.

Salam, 
l.meilany

- Original Message - 
From: Mia 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
 bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
 generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
 dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
 menulis dibawah ini... 

MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian 
menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi 
manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama 
mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama 
yaitu indikator kesalehan.

M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon 
loh..canda he..

MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih 
banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya 
sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke 
ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga.

M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
 NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
 pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
 RI-israel di JKT.
 Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
 Fatayat.
 
 Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
 byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
 sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
 mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
 doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
 sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
 satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
 cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
 amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
 diindonesia aja back to basic ... 
 
 curhat ajamaaf kalau salah...

MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination 
karena itu merasa bersalah dan minta maaf.

salam
Mia

[Non-text portions of this message have been removed]



   

   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kunci Sukses Bisnis Khadijah

2008-04-07 Terurut Topik Buku Kami

Maaf, kepada moderator yang baik hati, kami numpang info buku:


Kunci Sukses Bisnis Khadijah



Dalam salah satu hadits, disebutkan bahwa Khadijah adalah perempuan 

terbaik dari golongan Islam, sebagaimana Maryam binti Imran menjadi 

wanita terbaik dari golongan Nasrani. Sebelum datangnya Islam, ia sudah 

dijuluki sebagai ath-thahirah “perempuan suci”, karena ia memiliki 

kehormatan, kedudukan tinggi, keimanan sejati, jiwa besar, dan perilaku 

suci.

Dari sifat-sifat kemuliaan yang dimiliki Khadijah, ternyata mampu 

mengantarkannya pada kesuksesan yang gemilang. Selain kaya raya dan 

terkenal sebagai pedagang yang sukses, ia bahkan juga mendapatkan kabar 

gembira dari Allah yang disampaikan melalui Jibril kepada Nabi Muhammad 

saw berupa rumah di surga yang terbuat dari kayu.

Selengkapnya: http://www.qultummedia.com



===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] IIBF yang Menggamit

2008-04-07 Terurut Topik atriza2001
silalah baca di www.atriza.blogspot.com



[wanita-muslimah] 9 Penyebab ketakutan berbicara di depan umum

2008-04-07 Terurut Topik IBSC School
9 Penyebab Ketakutan Berbicara di Depan Umum

 

Hampir kebanyakan orang yang pernah merasakan berbicara didepan umum, pasti
pernah mengalami ketakutan. Keringat dingin, gelisah, selalu merasa ingin ke
toilet adalah sebagian refleksi dari rasa ketakutan tersebut. Berdasarkan
hasil penelitian ada 9 penyebab ketakutan yang signifikan ketika berbicara
didepan umum :

1.  Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah
kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.

2.  Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan
hal tersebut.

3.  Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri
di panggung dan semua mata melihat padanya.

4.  Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut
ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.

5.  Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis
dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.

6.  Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri
ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.

7.  Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk
berbicara di cepan umum ini semakin menjadi-jadi.

8.  Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.

9.  Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus
dibicarakan ketika berbicara didepan umum.

Semua penyebab ketakutan diatas harus diatasi, pahamilah bahwa semua orang
mengalaminya bahkan pembicara hebatpun pasti pernah mengalaminya. So…kenali
dan taklukan penyebab rasa takutmu.

 

Goodluck

IBSC TV Presenter

Jln. Pengadegan Timur Raya no 1 Jakarta 12770

HYPERLINK http://www.ibsctvpresenter.com/www.ibsctvpresenter.com  E
HYPERLINK mailto:[EMAIL PROTECTED][EMAIL PROTECTED]

OPEN NEW CLASS – START 17 April 2008

 

 

 

 

 

 

 

 


Internal Virus Database is out-of-date.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.9.6/865 - Release Date: 24/06/2007
8:33
 


[Non-text portions of this message have been removed]




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] Trs: [Guyon-Yook] BULAN PERNAH TERBELAH..... (with picture)

2008-04-07 Terurut Topik IHSAN SANTOSA
Assalmualaikum,
Dari millis tetangga mungkin bermanfaat.


Thanks,
Ihsan Santosa
http://www.solusiberatbadan.com
Langsing alami  bergaransi
08128 33 64 55





Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. 
Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan 
kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar memiliki kandungan 
mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya 
sebagai berikut : 

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa 
waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif,  Inggris bagian barat, 
dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada  yang muslim dan ada juga 
yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar 
mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. 

Salah seorang  pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, 
Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi Telah dekat hari 
qiamat dan bulan pun  telah terbelah mengandung mukjizat secara ilmiah ? 
Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan 
oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu 
pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang 
terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul 
terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas 
kenabian dan  kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan 
mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap 
orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah 
dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka  tentulah kami para 
muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu 
memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah 
shallallahu alaihi wassalam.. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha 
berkuasa atas segala sesuatu. 

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW 
membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah 
Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, Wahai  Muhammad, 
kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu 
kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan 
mengolok-olok) ? Rasulullah bertanya, Apa yang kalian inginkan ? Mereka 
menjawab: Coba belahlah bulan ... Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan 
terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT 
memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah 
pun mengarahkan  telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan 
sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, 
Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!. 

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja 
menyihir orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir 
orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu 
orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun 
bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang 
dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari 
perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, Apakah 
kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?. Mereka menjawab, Ya, 
benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua 
dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!! !. 


Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir 
(ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: Sungguh, telah 
dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat 
tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya 
berkata, Ini adalah sihir yang terus-menerus, dan mereka 
mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu  mereka.. Dan setiap urusan 
benar-benar telah tetap . sampai akhir surat   Al-Qamar. 

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan 
setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, 
berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya 
berkata, Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai 
tuan, bolehkah aku menambahkan? Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: 
Dipersilahkan dengan senang hati. 

Daud Musa Pitkhok berkata, Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum 
menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah 
terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih 
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku 
membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama 
aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun  membacanya: Telah dekat hari 
qiamat dan bulan pun telah terbelah ... Maka aku pun 
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa 
terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang 
bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca 
ayat-ayat 

[wanita-muslimah] Makna Cinta

2008-04-07 Terurut Topik agussyafii
Makna Cinta

Pada satu malam istri saya hanya mengajar santriwati biarpun yang
hadir itu cuman dua anak. Dengan tekunnya dia membimbing mengaji.
Baginya mengajar dua anak dan mengajar dua puluh anak sama saja karena
itu tugasnya. dulu pernah saya berbincang dengannya, katanya mengajar
bukan profesi namun sebuah panggilan jiwa. Sekalipun tidak sebagai
pengajar dalam formalitas namun mengajar bisa dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Itulah sebabnya mengajar adalah kecintaan yang
terdalam pada kemanusiaan. 

Makna cinta bagi setiap manusia berbeda. Makna cinta itulah yang juga
memaknai kehidupan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
masyarakatnya, bagi bangsanya, bagi dunia dan bagi alam sekitarnya.
Ada orang yang merasa dirinya bermakna tetapi tidak dipandang bermakna
oleh orang lain, sebaliknya ada orang yang merasa dirinya bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa, tetapi orang lain sangat
menghormatinya. Ada seorang tokoh, oleh Amerika dipandang sebagai
terroris yang sangat jahat, tetapi oleh bangsanya sendiri  dia
dielu-elukan sebagai pahlawan sejati. Ada orang yang tinggal berada
dalam suatu lingkungan dalam waktu yang lama, tetapi kehadirannya
tidak berpengaruh apa-apa bagi lingkungan masyarakatnya maka ia tidak
dipandang bermakna, hadirnya tidak membuat genap, dan absennya tidak
membuat ganjil.  

Sebaliknya ada orang yang hanya melintas sebentar dalam kehidupan
masyarakat, tetapi karena kehadirannya membawa perubahan besar kepada
tatanan masyarakat maka sepeninggal orang tersebut namanya masih
selalu disebut, gagasannya masih selalu didiskusikan, pendapatnya
masih selalu dirujuk orang. Waktu yang sebentar tetapi fungsional
dalam membawa perubahan, maka kehadiran sebentar itu dipandang sangat
bermakna, sehingga nama orang itu diabadikan dalam nama jalan atau
gedung, atau bahkan banyak bayi lahir yang kemudian diberi nama dengan
nama orang itu. 

dan orang itu adalah anda!


Salam Cinta,
Agussyafii

===
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Keluargaku, Surgaku
silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di
http://agussyafii.blogspot.com atau sms 0888 176 48 72





Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik IrwanK
Yang melarang dokter menganggap hal tersebut sebagai bukan penyakit siapa
Pak?
Ini kan mirip dengan Badan Kehormatan DPR yang mengatur soal aturan bagi
aleg di dpr.. atau pengadilan militer bagi anggota militer..

Nah masalahnya, apakah aturan/definisi yang mereka terapkan itu sejalan
dengan
nilai kebenaran yang diajarkan dalam agama/tidak, jangan ditanya..
Karena mereka tidak selalu berjalan dengan norma agama.. dalam hal ini soal
penyimpangan minat/perilaku/tindakan seksual..

Seseorang/kelompok yang toleran atau bahkan praktisi suatu 'perilaku'
logikanya
akan 'menolong' atau minimal memaklumi 'perilaku' tersebut.. termasuk dengan
tidak memperburuk penyebutannya sebagai suatu penyimpangan, misalnya..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

2008/4/7 Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED]:

   Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak
 menganggap
 bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter
 bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter
 mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena,
 gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan.
 KM

 ---Original Message---

 From: Lina Dahlan
 Date: 07/04/2008 18:22:52
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
 Lesbianisme

 PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi,
 ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh?
 Pskiater juga dalam dunia medis toh?

 Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang
 ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal
 homo/lesbi.

 Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'.

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Donnie [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10
 (kalo
  gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai
 sexual
  disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
 
  Donnie
 
  On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
 
   Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
   bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk
 dalam
   dunia medis? Dibedakan kah?
  
   Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
   disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
   ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
   psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
   Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
   karakternya.
  
   Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu
 kali ya
   Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
  
   Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
   pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
   berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak
 perlu
   bertindak apa-apa.
  
   Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak
 mempunyai
   kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
   akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
  
   wassalam,
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Kartono Mohamad
   kmjp47@ wrote:
   
Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak
 termasuk
   penyakit
sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
   digolongkan
sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
   tidak merasa
nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
   membantu agar
ia dapat lepas dari kegelisahannya.
Silakan diskusi dilanjutkan
KM



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme

2008-04-07 Terurut Topik lasykar5
mas Irwan,
kalo saya boleh teruskan lini berfikir ini, para dokter yang ngeh iman alias
berprofesi dokter tapi tidak menafikan tuntunan keimanannya, untuk kalangan
islam, misalnya ada Bulan Sabit Merah, Mer-C atau IMANI (Islamic Medical
Association and Network Indonesia), dll
salam,
satriyo

2008/4/8 IrwanK [EMAIL PROTECTED]:

   Yang melarang dokter menganggap hal tersebut sebagai bukan penyakit
 siapa
 Pak?
 Ini kan mirip dengan Badan Kehormatan DPR yang mengatur soal aturan bagi
 aleg di dpr.. atau pengadilan militer bagi anggota militer..

 Nah masalahnya, apakah aturan/definisi yang mereka terapkan itu sejalan
 dengan
 nilai kebenaran yang diajarkan dalam agama/tidak, jangan ditanya..
 Karena mereka tidak selalu berjalan dengan norma agama.. dalam hal ini
 soal
 penyimpangan minat/perilaku/tindakan seksual..

 Seseorang/kelompok yang toleran atau bahkan praktisi suatu 'perilaku'
 logikanya
 akan 'menolong' atau minimal memaklumi 'perilaku' tersebut.. termasuk
 dengan
 tidak memperburuk penyebutannya sebagai suatu penyimpangan, misalnya..

 CMIIW..

 Wassalam,

 Irwan.K

 2008/4/7 Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] kmjp47%40indosat.net.id:


  Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak
  menganggap
  bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter
  bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter
  mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu
 fenomena,
  gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan.
  KM
 
  ---Original Message---
 
  From: Lina Dahlan
  Date: 07/04/2008 18:22:52
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah%
 40yahoogroups.com
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui
  Lesbianisme
 
  PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi,
  ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh?
  Pskiater juga dalam dunia medis toh?
 
  Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang
  ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal
  homo/lesbi.
 
  Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'.
 
  wassalam,
  --- In 
  wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah%
 40yahoogroups.com,

  Donnie [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
   Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10
  (kalo
   gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai
  sexual
   disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference.
  
   Donnie
  
   On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote:
  
Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu
bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk
  dalam
dunia medis? Dibedakan kah?
   
Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang
disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa
ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari
psikiater, keluarga maupun diskusi grup.
Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan
karakternya.
   
Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu
  kali ya
Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb.
   
Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan
pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya',
berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak
  perlu
bertindak apa-apa.
   
Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak
  mempunyai
kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya
akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya?
   
wassalam,
--- In 
wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com
 wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
  Kartono Mohamad
kmjp47@ wrote:

 Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak
  termasuk
penyakit
 sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya
digolongkan
 sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi
tidak merasa
 nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk
membantu agar
 ia dapat lepas dari kegelisahannya.
 Silakan diskusi dilanjutkan
 KM
 

 [Non-text portions of this message have been removed]

 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]