[wanita-muslimah] Idola Cilik
donnie123s ludi hasibuan [EMAIL PROTECTED] wrote: Teman-teman Ketika saya menulis tentang Idola Cilik di blog: http://ludihasibuan .multiply. com/journal/ item/69/Idola_ Cilik_antara_ Protes_Kenyataan _dan_Impian ada tanggapan yang menarik dari seorang ekspatriat yang kebetulan lagi ada di Bali. Ia menuliskan pendapatnya tentang acara ini. Silahkan membaca pendapat dari orang asing yang menyaksikan acara. ternyata ia mempunyai kegelisahan yang sama terhadap acara sejenis di negaranya. Trims Ludi firstly, i apologize for writing in English. I have a very passive understanding of Indonesia, and I certainly dont want to be misunderstood when i try in Bahasa Indonesia. But please hear me out. i have been a child advocator and had been practising drama for children for a very long time. so my knowledge of working and developing children is not only from a practical point but very much a learned concept in college. So, if i may say that this show Idola Cilik is certainly not a healthy way of putting children through a torment in front of the camera for others to see, even if it seems entertaining for some people in the dramatic reality fashion. The broadcaster claims to have a psychologist at hand, so if there was one, why did they allow this show to happen the way it, and not be a lot more child sensitive. You must know that there are other talent search shows in other parts of the world involving young singers/talents. But not one I know puts them in this trechearous spot for a period of time on air (the show being LIVE) and off stage. Star Search is one of them and another is Got Talent. They both feature extensive child talents. Yes, there will always be disappointments on the side of the child, especially if they have tried very hard. But must we exploit them to this extent for the sake of entertainment and the ratings of the broadcaster? How shallowand how irresponsible. There are many other ways to interpret this reality and how children behave when defeated, but this Idola Cilik way is not ideal. Ask the child psychologist. ...I am certain he will agree with me. Anyway, I hope the broadcaster will muster enough courage not to carry on this way, but find another way to feature children. Yes, it is tough and the ratings may fall. But it is for the sake of the children. With Indonesian/american Idol, I believe, it is different. The show is directed at a pop culture appeal, and the contestants are of the age where some responsible decisions can be made by themselves. Not with children Please see if anyone can stop this from going on. For I had enough of watching it. I stop watching. (j vanthiel)
[wanita-muslimah] Ayo Kita Beralih ke KPR Syariah
Ayo Kita Beralih ke KPR Syariah (Diambil dari Kisah Nyata) Oleh : Alihozi (Praktisi) sumber, http://alihozi77.blogspot.com/ Salah satu produk unggulan perbankan nasional dalam menyalurkan kredit konsumtif adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) , hampir semua bank berlomba lomba menawarkan produk KPR nya kepada masyarakat dengan memberikan segala fasilitas kemudahan dari proses pengajuan , keringanan biaya admnistrasi , tingkat suku bunga dan lain sebagainya, ini terlihat dari iklan iklan KPR yang terpasang hampir di semua sudut kota Jakarta. Bagaimana cara memilih bank yang benar benar menguntungkan bukan hanya pada saat proses pengajuan KPR, tingkat suku bunga yang rendah tetapi juga menguntungkan pada saat proses pembayaran pelunasan KPR. Saya sebagai seorang praktisi perbankan syariah , saya menyarankan agar dalam mengambil KPR pilihlah bank syariah karena berdasarkan pengalaman saya bekerja di bank syariah banyak anggota masyarakat yang mengajukan KPR ke bank syariah dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Mereka ingin menghindari praktek bunga (riba) di Bank Konvensional, yang mana setiap keterlambatan pembayaran angsuran akan menambah pembayaran bunga. (Lihat juga tulisan saya : Suatu Malam di kawasan bintaro .) 2. Mereka kecewa dengan laporan pembayaran angsuran yang diberikan Bank Konvensional yang ternyata setiap membayar angsuran KPR pada awal awal tahun perjanjian KPR sebagian besar hanya untuk membayar bunganya saja dan untuk pembayaran pokoknya hanya sedikit sekali sehingga outstanding pokok KPR nya turunnya tidak signifikan. Untuk itu mereka mau mengalihkan KPRnya ke bank syariah , karena di bank syariah setiap membayar angsuran antara pembayaran pokok dengan pembayaran margin hampir berimbang , sehingga penurunan outstanding pokok KPRnya signifikan. Seperti contoh kasus ini : Pada tanggal 18 Maret 2008 , saya mengunjungi calon nasabah yang akan mengambil KPR di bank syariah tempat saya bekerja, ia tinggal di daerah Utan kayu -Jakarta Timur. Saya menanyakan Mengapa ibu ingin memindahkan (take over) pinjaman ibu dari bank konvensional ke bank syariah? Ibu tsb mengeluarkan jadwal pembayaran angsuran yang diberikan oleh bank konvensional lalu menyerahkan kepada saya, ternyata memang bank konvensional tempat ia meminjam membuat jadwal pembayaran angsuran itu lebih besar komposisinya untuk pembayaran bunga daripada untuk pembayaran pokoknya . Ia meminjam Rp.500 juta dengan jangka waktu 5 tahun dan ia telah membayar angsuran 10 bulan sebanyak 150 juta, namun outstanding pokoknya baru turun Rp 30 juta saja. Dari penjelasan di atas saya mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak mudah tergiur dengan tawaran tawaran dari bank yang menawarkan segala fasilitas kemudahan untuk mengambil KPR , seperti cepatnya proses pencairan dan rendahnya tingkat suku bunga Mari kita kembali kepada KPR dengan system syariah, namun ada beberapa hal yang harus dipastikan sebelum mengambil KPR di suatu bank syariah yaitu: 1. Pastikan KPR yang diambil di suatu bank syariah itu benar benar bebas bunga.(bebas pembayaran bunga karena keterlambatan pembayaran angsuran) 2. Pastikan Jadwal pembayaran angsuran KPR itu komposisi antara pembayaran pokok dengan margin itu berimbang (tidak jauh berbeda). sumber, http://alihozi77.blogspot.com/ Salam Cinta, agussyafii
[wanita-muslimah] Re: ..detik2 menyambut buah hatiku..
loh ini kan blognya temen kantorku :o) ternyata ada juga di wm, dunia ternyata selebar daun kelor yah huehehe... salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: dari blog mbaknya mas anjar ___ 22 Maret 2008 (HPL-1) Siang jam 10.00
Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??
Tapi dengan punya duit bisa punya istri lebih dari satu. Masalah adil itu hal yg abstrak :-) Kalo seorang perempuan yg miskin diambil jadi istri ke dua, dikasih duit meski nggak sama dengan istri yg lain, dihina-hina sama istri yg lain juga sudah merasa bersyukur :-)) Salam, l.meilany - Original Message - From: Sunny To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, March 29, 2008 6:35 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Yang punya duit banyak bukan jaminan untuk adil tintanya kepada isteri-isternya, jangan dilupakan apa yang dikatakan : money is a good servant but bad a master - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, March 29, 2008 10:23 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Begini Herni - saya sekedar mau ngomongin masalah materi Poligami itu hak seseorang. Ada syaratnya. Diantaranya materi Jika orang itu telah punya uang dan menurutnya ia bisa adil, gak pa-pa dong ia berpoligami. Tapi, ini kan menimbulkan kecemburuan bagi orang2 yg mau poligami tapi ndak punya cukup uang. Menimbulkan prasangka buruk. Seperti misalnya jamaah Aa Gym; sialan gue langganan sms aa, beli produk MQ, bukannya untuk bikin pesantren malahan untuk kawin lagi. Orang yg gak punya cukup uang tapi kepingin punya bini yg masih baru, yg lebih semlohei kemana jalannya: Ke puncak kan, bermut'ah ria, pan ngasih duitnya gak seumur hidup. Atau zinah dengan pelajar di Bogor [ ada kisahnya di trans tv], katanya ' perempuan pelajar lebih nurut cuma ditraktir makan enak, dibeliin baju ke mol, gak ada tuntutan lain. Akhirnya poligami menjadi kejahatan. Ada orang yg punya duit banyak dia seneng elektronik, gadget, ponselnya banyak. Notebook, laptop lebih dari 3. Untuk dibawa-bawa, sambil minum kopi di cafe bisa ngimel. Di tarok di kamar untuk main game. Di tarok di meja kerja untuk milisan, di tarok di kamar makan untuk buka situs. Gak pa-pa kan. Lha wong dia beli pake duitnya sendiri, hasil kerja. Tapi, itu namanya berlebihan, boros, betul tidak. Di islam boros tidak berhemat itu dilarang, ada ayatnya. Kehidupan begini juga menimbulkan kejahatan, gimana gitu orang yg seneng internetan tapi nggak punya komputer? Nyolong kan, ngerampokkan? Poligami, kehidupan boros, berhedonisria adalah perilaku yg mengakibatkan kejahatan. Jadi memang jangan deh berpoligami dengan dalih sunah rosul, dengan dalih agama Boros, beli barang2 gak ada yg sakit ati. Tapi poligami akan menimbulkan sakit ati yg di 'beli' perasaan gitu loh. Salam, l.meilany - Original Message - From: Herni Sri Nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 25, 2008 1:10 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Eh kamu, nongol lagi :-) Kan udah jelas. Yg mau dibangun adalah generasi muda monogamist garis keras. No selingkuh. No flirting (for fun). No free and unsave sex. And no poligami. Generasi yg energinya memang dipakai secara optimal, buat hal-hal yg lebih penting di dunia ini (ngutip mas akmal). Tetap melakukan yg 'fun' tapi bukan yg 'fun-fun' spt nge-sex membabi buta atau apalah.. Kalau mau ambil posisi 'garis keras' harusnya yg kaya gini :-) Selingkuh, flirting, nge-sex, poligami kan time consuming, need lots of resources, biaya mahal, belum biaya immaterialnya, ketar-ketir, dad-dig-dug (tinggal deer-nya doang hehehe), dll.. Setia sama satu pasangan kan menyenangkan. Satu aja gak abis-abis hehehe... dan punya satu pasangan pun, kita sebenarnya sudah 'poligami' 'selingkuh' ma kerjaan maksudte, hehehe... Coba aja liat kata dik doank apa didi nini thowok ah lupa, di kompas pagi ini yg menduakan istrinya dng hobi dan kesenangannya melukis. Komentar lewat doang. Komentar lainnya menyusul hehe. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Rye Woo [EMAIL PROTECTED] wrote: Numpang yaaa... Wua ternyata tren bahas temaaa ga ada matiinyaa y.SEMANGATTT TERU.. Cobaaa kita bahas Tema yg jelas2 dilarang agama dan sangat menghancurkan : SELINGKUH PERGAULAN BEBAS... yang kasusnya sebenarnya mulai jauhh lebih membudaya sangan membahayakan/merugikan bagi semuanyaaa.yg selingkuh itu bukan hanya suami aja, tapi istri juga bnyk melakukannya.. Pergaulan anak muda sekarang sebagian mulai sudah tdk terkontrol, menjurus kepada seks bebas... Klo memang kita semua Peduli dg kebaikan/kemanusiaan mari kita bahas dan coba berpartisipasi menyelesaikan masalah ini.. kalo perlu kita smsin tuhh presiden supaya lebih peduli mari kita bombardir masalah ini.. Jangan sampe kita sibuk memborbardir poligami.. ehhh anak/suami/istri kita malah selingkuh or bergaul bebas. (Gaa bangeettt deehhh)...
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Orang yang mengalami penyimpangan tetap pantas disebut/mendapat sebutan 'sakit'.. cuma saja mereka merasa demikian (sakit) atau tidak itu soal perasaan saja.. mirip dengan (konon/katanya) orang gila.. :-p CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/7 L.Meilany [EMAIL PROTECTED]: Nimbrung : Kadang2 ada yg jadi hombreng/lesbinya karena mode. Tuntutan bisnis, gaya hidup, pergaulan. Critanya lagi ada di Kompas : selebriti . Kalo kehidupan tersebut malahan membahagiakan kenapa orang lain mengkhawatirkan? Kan kehidupan seks yg abnormal itu bukan cuma hombreng/lesbi banyak lagi. Kalo perilaku seksual itu merugikan, membuat keonaran, menyakiti orang lain boleh deh di tangkap polisi. Seperti beberapa waktu lalu di jalan seputar Pakubuwono menjelang senja. Ada beberapa perempuan yg pulang kerja nunggu bus. Tiba2 berhenti mobhil mewah, penumpangnya laki2 perlente turun. Dihadapan para perempuan itu ia mempertontonkan kelaminnya, puas ketika [para perempuan itu menjerit-jerit. Dan.kembalilah ia ke mobil. Yg kayak gini banyak di kendaraan umum. Dulu di metromini ada laki2 yg bertampang santri, pake kupluk, baju koko sibuk ber'onani' [ maaf]. Saya pikir banyak orang 2yg mengalami penyimpangan seks, cuma saja mereka nggak merugikan orang lain. Dan mereka itu mungkin saja ada dekat di sekitar kita. Mungkin ia juga orang2 yg agamis, terpelajar, sopan. Salam, l.meilany - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 9:12 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN??
Itu sialnya bila miskin dan tidak berpendidikan atau tidak mempunyai kecakapan. Tetapi biarpun begitu, mungkin sekali bila kaum wanita berani maju disegala bidang pasti masyarakat bisa menjadi baik. jadi yang miskin tidak hanya menerimo belas kasihan, tetapi menerimo didasarkan atas hak pemilikan. Bukankah kaum ibu adalah penididik pertama dan terbanyak, jadi kemajuan untuk mencapai masyarakat lebih baik tentunya terletak ditangan wanita. Bayangkan saja angkanya jumlah wanita adalah 50% dari jumlah penduduk. Singkatnya harus lebih berani memainkan peranan dalam masyarakat. Apa bisa begitu? - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, April 07, 2008 11:34 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Tapi dengan punya duit bisa punya istri lebih dari satu. Masalah adil itu hal yg abstrak :-) Kalo seorang perempuan yg miskin diambil jadi istri ke dua, dikasih duit meski nggak sama dengan istri yg lain, dihina-hina sama istri yg lain juga sudah merasa bersyukur :-)) Salam, l.meilany - Original Message - From: Sunny To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, March 29, 2008 6:35 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Yang punya duit banyak bukan jaminan untuk adil tintanya kepada isteri-isternya, jangan dilupakan apa yang dikatakan : money is a good servant but bad a master - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, March 29, 2008 10:23 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Begini Herni - saya sekedar mau ngomongin masalah materi Poligami itu hak seseorang. Ada syaratnya. Diantaranya materi Jika orang itu telah punya uang dan menurutnya ia bisa adil, gak pa-pa dong ia berpoligami. Tapi, ini kan menimbulkan kecemburuan bagi orang2 yg mau poligami tapi ndak punya cukup uang. Menimbulkan prasangka buruk. Seperti misalnya jamaah Aa Gym; sialan gue langganan sms aa, beli produk MQ, bukannya untuk bikin pesantren malahan untuk kawin lagi. Orang yg gak punya cukup uang tapi kepingin punya bini yg masih baru, yg lebih semlohei kemana jalannya: Ke puncak kan, bermut'ah ria, pan ngasih duitnya gak seumur hidup. Atau zinah dengan pelajar di Bogor [ ada kisahnya di trans tv], katanya ' perempuan pelajar lebih nurut cuma ditraktir makan enak, dibeliin baju ke mol, gak ada tuntutan lain. Akhirnya poligami menjadi kejahatan. Ada orang yg punya duit banyak dia seneng elektronik, gadget, ponselnya banyak. Notebook, laptop lebih dari 3. Untuk dibawa-bawa, sambil minum kopi di cafe bisa ngimel. Di tarok di kamar untuk main game. Di tarok di meja kerja untuk milisan, di tarok di kamar makan untuk buka situs. Gak pa-pa kan. Lha wong dia beli pake duitnya sendiri, hasil kerja. Tapi, itu namanya berlebihan, boros, betul tidak. Di islam boros tidak berhemat itu dilarang, ada ayatnya. Kehidupan begini juga menimbulkan kejahatan, gimana gitu orang yg seneng internetan tapi nggak punya komputer? Nyolong kan, ngerampokkan? Poligami, kehidupan boros, berhedonisria adalah perilaku yg mengakibatkan kejahatan. Jadi memang jangan deh berpoligami dengan dalih sunah rosul, dengan dalih agama Boros, beli barang2 gak ada yg sakit ati. Tapi poligami akan menimbulkan sakit ati yg di 'beli' perasaan gitu loh. Salam, l.meilany - Original Message - From: Herni Sri Nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 25, 2008 1:10 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Apakah poligami itu takdir ? SELINGKUH/PERg BEBAS GMN?? Eh kamu, nongol lagi :-) Kan udah jelas. Yg mau dibangun adalah generasi muda monogamist garis keras. No selingkuh. No flirting (for fun). No free and unsave sex. And no poligami. Generasi yg energinya memang dipakai secara optimal, buat hal-hal yg lebih penting di dunia ini (ngutip mas akmal). Tetap melakukan yg 'fun' tapi bukan yg 'fun-fun' spt nge-sex membabi buta atau apalah.. Kalau mau ambil posisi 'garis keras' harusnya yg kaya gini :-) Selingkuh, flirting, nge-sex, poligami kan time consuming, need lots of resources, biaya mahal, belum biaya immaterialnya, ketar-ketir, dad-dig-dug (tinggal deer-nya doang hehehe), dll.. Setia sama satu pasangan kan menyenangkan. Satu aja gak abis-abis hehehe... dan punya satu pasangan pun, kita sebenarnya sudah 'poligami' 'selingkuh' ma kerjaan maksudte, hehehe... Coba aja liat kata dik doank apa didi nini thowok ah lupa, di kompas pagi ini yg menduakan istrinya dng hobi dan kesenangannya melukis. Komentar lewat doang. Komentar lainnya menyusul hehe. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Rye Woo [EMAIL PROTECTED] wrote: Numpang yaaa... Wua ternyata tren bahas
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Nimbrung : Kadang2 ada yg jadi hombreng/lesbinya karena mode. Tuntutan bisnis, gaya hidup, pergaulan. Critanya lagi ada di Kompas : selebriti . Kalo kehidupan tersebut malahan membahagiakan kenapa orang lain mengkhawatirkan? Kan kehidupan seks yg abnormal itu bukan cuma hombreng/lesbi banyak lagi. Kalo perilaku seksual itu merugikan, membuat keonaran, menyakiti orang lain boleh deh di tangkap polisi. Seperti beberapa waktu lalu di jalan seputar Pakubuwono menjelang senja. Ada beberapa perempuan yg pulang kerja nunggu bus. Tiba2 berhenti mobhil mewah, penumpangnya laki2 perlente turun. Dihadapan para perempuan itu ia mempertontonkan kelaminnya, puas ketika [para perempuan itu menjerit-jerit. Dan.kembalilah ia ke mobil. Yg kayak gini banyak di kendaraan umum. Dulu di metromini ada laki2 yg bertampang santri, pake kupluk, baju koko sibuk ber'onani' [ maaf]. Saya pikir banyak orang 2yg mengalami penyimpangan seks, cuma saja mereka nggak merugikan orang lain. Dan mereka itu mungkin saja ada dekat di sekitar kita. Mungkin ia juga orang2 yg agamis, terpelajar, sopan. Salam, l.meilany - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 9:12 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka jadi hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi hormon. Emangnya diapain itu boneka...:-) Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan karakter asmaul husna yang mesti kita tumbuhkan dalam diri kita masing2, bukannya mau numbuhin hormon male/female. Lina2: Sepertinya prie tea sudah menyinggung soal kebiasaan. Kebiasaan laki2 dengan dunia feminin dan sebaliknya. Ini bisa mempengaruhi hormon yang
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Nimbrung : Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut kemanusiaan. Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya. Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana? Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi. Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal mereka aktif di masjid. Lantas gimana solusinya? Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya sebelum bersebadan, suka sama binatang, suka sama mayat dll. Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'. Tapi kalo memang ia gak normal gimana? Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum. Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku hombreng, lesbi. Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin orientasi seksualnya menjadi menyimpang. Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat. Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling cipika cipiki, kayak hombreng. Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, rangkulan mesra, kok kayak lesbi. :-)) Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania. Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah. Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan hasil jarahan disekolah. Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar. Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] karena suka ngambil permen, kue2 kering tapi nggak ngaku ngambil... Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. Anaknya yg klepto juga rajin solat. Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. Penampilannya juga islami. Salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Pengkategorian tersebut siapa yang melakukan? Tidak tertutup kemungkinan keputusan tersebut dipilih oleh kalangan yang 'toleran' dengan kondisi homo/lesbi.. atau bahkan praktisi-nya.. Kalau sudah begitu, ya tidak mengherankan toh.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/4 Donnie [EMAIL PROTECTED]: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka jadi hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi hormon. Emangnya diapain itu boneka...:-) Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan karakter asmaul husna yang mesti kita tumbuhkan dalam diri kita masing2, bukannya mau numbuhin hormon male/female. Lina2: Sepertinya prie tea sudah menyinggung soal kebiasaan. Kebiasaan laki2 dengan dunia feminin dan sebaliknya. Ini bisa mempengaruhi hormon yang akhirnya mempengaruhi sifat. Mungkin seorang psikolog bisa lebih menjelaskan
Re: [wanita-muslimah] Re: Andi Mallarangeng dilarang istri nonton AAC
Nimbrung curhat : 1. Ada yg bilang, sebenernya film kalo diputar di bioskop boleh gak sih ditonton oleh umat Islam? Kebanyakan orang yg Islamnya kenceng kalo kepingin lihat film beli dvdnya lantas di tonton bareng2 di rumah, di kumpulan pengajian. Karena kalo di bioskop malahan nanti pada bikin film sendiri,. terutama pasangan2 ikhwan dan akhwat itu loh :-) Gelap2-an pula, apalagi jam tayangnya selalu waktu2 jam solat. 2. Dah gitu ini film cinta2-an; akhlak Islam apakah bisa menerima kisah roman/percintaan/asmara yg di beberkan. Bukankah beberapa waktu lalu saja di milis ada yg bilang nikah itu gak usah pake cinta, di jodohin saja. Pacarannya setelah menikah. Lha kok sekarang malahan demen lihat film romans, sayang2-an :-)) 3. Kalo sutradaranya sendiri bilang bahwa film AAC itu ibarat film Heart + jilbab. Poligami : Film 'Berbagi suami' juga kisah poligami bahkan lebih membumi indonesia. 'He's just a man next door' [ film As good as its gets]. Kalo Fahri itu laki2 antah berantah yg super segalanya di negara antah berantah Bukankah umat Islam tidak boleh mengkhayalkan, memuja-muji; apalagi sesuatu kisah yg hanya bikinan/tidak nyata? 4. Menpora Adyaksa Dault pun ikut kebakaran kumis ketika launching film Kun Fayakuun yg akan putar 17 /4. ia mengatakan semua petinggi negara wajib nonton film ini, karena ini kisah betulan, nyata, bukan kisah jadi2-an. Film ini mengajarkan orang untuk ikhlas berZIS. Kalo AAC itu mengajarkan apa? Y sesama umat Islam saja dah sewot untuk urusan film..:-) 5. AAC itu sekedar film hiburan bukan film dakwah bukan film islami. Tapi kalo memang genre film semacam AAC yg laku keras mungkin nanti akan rame2 berbisnis film semacam ini. Pokoknya artis2nya dipakaikan jilbab semua. :-)) Sekedar melupakan antrian beras, gas, minyak tanah, minyak goreng. Ngantri di bioskop lebih menyenangkan. Film islami gitu loh. Sampai ada yg nonton 2x...alamaaak Padahal lebih banyak lagi film2 indonesia yg bagus [ menurut saya] yg lebih mengetengahkan realita kehidupan. Tapi umat Islam kebanyakan ndak suka. Lebih suka yg roman2an, yg indah2 yg mengawang-awang. 6. Menurut saya tidak semua novel, bisa dituangkan ke layar lebar. Apalagi kalo kisah fiksi. Itu kayak kisah sulap sim salabim saja. Salam maap, l.meilany - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 3:56 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Andi Mallarangeng dilarang istri nonton AAC Punjabi bersaudara kan pertimbangannya bisnis/materi, bos.. Jadi dukungannya bukan persoalan keimanan.. :-p Mas Satriyo, pesan yang disampaikan Mas Wikan sebenarnya sudah cukup jelas.. masa masih mau dilebarin lagi sih? Ini sebuah teguran bagi kita juga.. Bahkan kabarnya Muhammadiyah sendiri awalnya tidak berani mendukung rencana pemfilman novel ini.. emang sih Muhammadiyah bukan lembaga profit(?), yang berani mengambil resiko.. seperti bos sinetron.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]: emangnya Wikan mau bantu kalo waktu itu dia minta tolong ke Wikan? jangan biasa generalisasi yang childish lah ... :-) cappeee deehhh salam, satriyo 2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]wikan.danar%40gmail.com : kalau baca blognya hanung malah lebih ngenes lagi ... buat bikin film AAC ini, malah ditolak berkali2 sama orang islam dikerjain pula sama orang islam malah orang non-muslim yang banyakan support dan bantu dia dia mau cari lokasi shooting di pesantren di indonesia, kagak boleh cari santri yang mau dijadiin peran utama gak dapet, akhirnya dapet si fredi nuril ada yang tampang dan aktingnya pas buat jadi fahri yang ikhwan ... tapi agamanya hindu, akhirnya gak jadi ... mau syuting di mesir, dikerjain sama orang mesir biayanya jadi mahal banget ... padahal orang mesir mayoritas islam ... akhirnya syuting dipindah ke india yang mayoritas hindu nyari investor ke sana ke mari ke orang islam gak dapet, malah dapet dari orang india si punjabi brothers ... syuting buat lokasi pengadilan mesir malah di katedral jakarta mana tuh muslimin brotherhoodnya ... kok malah rekan2 yang non-muslim yang mensupport film ini giliran filmnya jadi, malah non-muslim dihina dina dibilang memboikot film AAC duh ... :( salam, -- wikan http://wikan.multiply.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Artikel International Herald Tribune tentang Ayu Utami
catatan pinggir: coba perhatikan baik-baik bahasa yang dipakai dalam artikel di bawah, terutama yang oleh Ayu Utami, Philip Yampolsky orang Ford Foundation itu dan John McGlynn. kedua laki-laki asing berkebangsaan Amerika Serikat ini sangat dekat dengan TUK, si John itu sendiri aktif terlibat dalam Lontar TUK. kok gak ada suara lain, dari luar TUK, dikutip dalam artikel ini! bukankah seperti menurut Goenawan Mohamad sendiri dalam Kasus Chavchay, sebuah laporan jurnalistik harus punya dua sisi (cover both sides, istilah dia) baru bisa diterima sebagai benar!!! dan perhatikan jugak bagaimana tubuh Ayu Utami digambarkan buat para pembaca yang jelas pasti kebanyakan laki-laki asing jugak! nah! -Saut Situmorang = A Young Novelist Challenges Indonesia's Taboos JAKARTA: For Indonesia, 1998 was a time of two revolutions, political and cultural. Suharto's downfall and the subsequent election of President Abdurrahman Wahid received worldwide attention, but no one outside noticed the appearance of Saman, a novella by an unknown 27- year-old named Ayu Utami. The book quickly became a phenomenon, reigniting the kind of public debate that had atrophied under Suharto's regime. It touched on virtually all of Indonesia's taboos: extra-marital sex, political repression, the relationship between Christians and Muslims, hatred of the Chinese. That book was like a whirlwind, says Philip Yampolsky of the Ford Foundation here. No one had talked about politics like that before, or, for that matter, about sex like that before. Two years later, Indonesians await the long-delayed second book, tentatively entitled Laila Never Called in New York, which Ayu considers the completed version of Saman. In the meantime she has become a quasi-celebrity, unusual in a country where writers live on the fringes. The audience for literature in Indonesia is so small, and easily challenged, says John McGlynn, editor in chief of Jakarta's Lontar Foundation. Short stories have much more of a tradition than novels. Saman shows signs of being a draft scenes undeveloped, sketchy characters but is still an impressive work, written in fresh, lively prose shifting among different times and locations. At its core is the story of the Catholic priest Wis and his transformation from political passivity to dissidence. Surrounding him are four women, originally his students Yasmin, Laila, Shakuntala and Cok whose voices, woven together in Faulknerian fashion, form the novel. The book is set in the 1990s but its key events take place in the early '80s, when Indonesia's economic miracle demanded a brutal price for development. Wis, who teaches at a Catholic school, takes the side of villagers dispossessed by the government. He organizes protests, escapes a crackdown and moves overseas, reborn as the activist Saman. But Saman is less about politics than love and personal awakening, as if Costa-Gavras were directing Magnolia. Wis's political awakening is paralleled by a sexual one, as he breaks his vows to have a passionate affair with Yasmin. Part of what makes Saman so extraordinary is its undermining of expectations. Its sexuality is never the comfortable kind: While Laila has an adulterous affair, Yasmin's love for Wis culminates in explicitly erotic letters evoking Genesis and the Song of Songs. Its treatment of ethnicity and religion is subversive: Wis, the Catholic priest, is Javanese (most Javanese are Muslim) and works in Muslim South Sumatra rather than the Christian North; Muslim Laila's married lover is a Christian; anti-Chinese hostility a meeting of rubber tappers ends in condemnation of Chinese colonialism is balanced by sympathetic Chinese characters. The clampdown scenes broke the silence of self-censorship. You get a very vivid picture of what happened when the government started putting the screws on these small rural communities, Yampolsky says. So did the graphic sex. Don't underestimate how daring she was, Yampolsky adds. There's a disconnect in this country between what's represented as the norm and how people actually behave. Ayu has her own explanation. I read Tintin when I was a kid, she says, laughing, in the café of the arts center Tuk, where she works, organizing film series, lectures and performances. That was my original inspiration. Ayu's beauty her luminous eyes and sensuously noble features have worked more against than for her, inspiring bizarre accusations that she not only had an affair with her mentor Goenewan Mohammed, but that Goenewan was the true author of Saman. This misogynist conspiracy theory used as proof the unlikelihood that a young woman, never before published, could create such a self- assured work, without answering why Goenewan, a famous editor and essayist, would give it away. And as Yampolsky puts it, why would a Muslim, even an open-minded one, write a novel so saturated in Christianity?
[wanita-muslimah] 1.056 TKI Ilegal Diselundupkan ke Libya
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/07/18073282/1.056.tki.ilegal.diselundupkan.ke.libya Senin, 7 April 2008 | 18:07 WIB1 1.056 TKI Ilegal Diselundupkan ke Libya Laporan Wartawan Kompas C Windoro AT JAKARTA, KOMPAS - Polisi menangkap dalang pengirim 1.056 tenaga kerja Indonesia (TKI) diselundupkan ke Libya. Diduga, sejumlah staf Kedutaan Besar (Kedubes) Libya, di Jakarta, terlibat. Menanggapi hal itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Adang Firman, mengatakan, akan melihat kemungkinan penangkapan staf Kedubes tersebut, setelah mempertimbangkan unsur kekebalan diplomatik mereka. Polda Metro masih mengupayakan memanggil pihak Kedubes Libya setelah mempelajari kasusnya. Terutama menyangkut unsur kekebalan diplomatik yang mereka miliki. Kalau unsur pidananya jelas, ya kita tangkap, tegas Adang, Senin (7/4). Kepala Satuan Sumber Daya dan Lingkungan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro, Ajun Komisaris Besar Bahagia Dachi yang dihubungi terpisah hari itu menjelaskan, pihaknya telah mengamankan dua TKI, Kastun dan Rini. Setelah diselidiki, polisi menduga, sejak 2003, lewat bantuan fasilitas diplomatik Libya, ada 1.056 TKI diselundupkan ke Libya. Dachi mengatakan, pihaknya telah menangkap tersangka Lumi Sara Shinta (40), direktur PT Wadi Daima Indah, perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor. Sejak tahun 2003, Shinta mendapat pesanan dari pejabat Kedubes Libya mengirim TKI ke Libya. Untuk memberangkatkan TKI, ia memanfaatkan sebuah perusahaan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia), jelas Dachi. Agar lancar, tersangka meminta bantuan BY, yang bertugas sebagai penghubung dengan bagian Imigrasi. Tersangka mendapat kemudahan memperoleh visa dengan bantuan seorang petinggi Kedubes Libya. TKI diberangkatkan ke Libya. Dari sana, TKI disebar ke sejumlah negara di Timur Tengah, ungkap Dachi. Menurut dia, pengiriman TKI ilegal ini berawal dari hubungan baik tersangka dengan salah satu petinggi Kedubes Libya. Hubungan baik ini diawali dengan kegiatan suplai barang kebutuhan Kedubes Libya yang dilakukan tersangka. Petinggi Kedubes Libya lalu minta tersangka mencarikan TKI. Kepada tersangka, pejabat Kedubes itu menjanjikan tersangka, uang 100 dollar AS untuk setiap TKI. Menurut pengakuan tersangka, pejabat Kedubes itu menyiapkan seluruh dokumen dan visa ke Libya. Sejumlah dokumen tersebut sudah kita sita, ucap Dachi. Ia mengatakan, pihaknya mengungkap kasus ini setelah menerima surat dari Kedutaan Besar RI di Tripoli, Libya, Maret lalu. Isi surat menyebutkan, ada sejumlah TKI ditahan karena mencuri. Setelah kami selidiki, para TKI itu dikirim PT milik tersangka Shinta yang bukan PJTKI. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Ayo Bantu Pusat Krisis Terpadu RSCM
Ayo Bantu Pusat Krisis Terpadu RS. Cipto Mangukusumo untuk Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Ny.Ita (31 thn, bukan nama sebenarnya) datang ke Pusat Krisis Terpadu RS.Cipto Mangukusumo. Dia luka kepalanya sampai berdarah-darah akibat dipukul dengan palu besi oleh suaminya.Dia datang ke PKT RSCM untuk mendapatkan pertolongan medis dan psikologis. Dia juga minta diobati anusnya karena suaminya yang juga pelaku kekerasan sering memaksanya melakukan anal seks, sehingga membuat anusnya terasa perih karena terdapat luka lecet. Pelaku kekerasan itu tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri sebut saja Tn.Tio (31 Thn, bukan nama sebenarnya). Ini bukan kejadian yang pertama, korban sering kali dipukul dan dianiaya pelaku karena hal-hal sepele saja.Misalnya belum menyiapkan sendok dan garpu ketika pelaku mau makan. Bukan itu saja kata-kata penghinaan sering kali keluar dari mulut pelaku. Bahkan diperparah lagi pelaku sering menghabiskan penghasilan korban dan hanya memberi nafkah semaunya saja Cerita diatas bukanlah sepenggal cerita sinetron atau khayalan saja. Itu benar-benar terjadi. Korbannya datang ke Pusat Krisis Terpadu RS.Cipto Mangunkusumo (PKT-RSCM) guna meminta bantuan pemulihan dari sakit fisiknya dan trauma psikologisnya. Bahkan PKT RSCM pernah harus mengoperasi mata seorang ibu rumah tangga sebut saja Ny.Dewi (25 thn,bukan nama sebenarnya) karena ditusuk dengan gunting oleh suaminya. Sehingga PKT harus segera mengoperasi mata Ny.Dewi untuk menghindari infeksi. Selain itu PKT harus menyediakan rumah aman (shelter) untuk Ny.Dewi karena yang bersangkutan saat itu sedang hamil 5 bulan, dan tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta, dia ada di rumah aman (shelter) sampai melahirkan. Beruntung bagi Ny Ita dan Ny.Dewi karena keberadaan PKT RSCM ini. Selain mereka dapat pemulihan fisik dari luka-luka pada tubuhnya secara gratis juga sekaligus mendapatkan pendampingan psikologis dari pekerja sosial dan psikolog di PKT RSCM. Sejak berdiri tahun 2000 silam PKT RSCM sudah melayani 4511 orang perempuan dan anak korban kekerasan. Berarti rata-rata tiap tahun PKT RSCM melayani 600 kasus atau 2 orang sehari. Sebagian besar dari mereka membutuhkan bantuan kesehatan akibat luka-luka fisik pada tubuhnya yang ditanggani oleh para dokter dan juga penanganan psikologis dari pekerja sosial/psikolog yang bekerja di PKT RSCM tersebut. Tapi apa yang terjadi? Pemerintah dan DPR belum juga menunjukan keberpihakannya pada perempuan dan anak korban kekerasan. Meskipun Negara sudah mengeluarkan UU No.23 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tetapi Negara lupa bahwa korban memerlukan proses pemulihan luka fisik dan psikis serta keterlantaran ekonomi. Sehingga tidak terdapat anggaran untuk pelaksanaan pemulihan itu baik di APBD/APBN dan anggaran di Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Akibatnya sungguh memilukan, PKT RSCM berjalan terseok-seok karena tidak adanya dana operasional atau dana untuk membiayai pengobatan secara gratis untuk para perempuan dan anak korban kekerasan.Bahkan karena ketidaktersediaan dana PKT RSCM ini terancam ditutup 6 bulan ke depan.Kenyataan yang sungguh menyedihkan dan memilukan. Untuk itu kami memohon dan mengajak kepada Bpk / Ibu sekalian untuk memberikan sumbangan/bantuan/zakat maal/infaq/shadaqoh agar tetap PKT RSCM ini bisa berjalan menerima,mengobati,dan memulihkan perempuan dan anak korban kekerasan. Sambil kami melakukan upaya advokasi kebijakan kepada pemerintah agar ada alokasi dana khusus bagi keberadaan PKT-RSCM ini didalam APBD/APBN atau anggaran di Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Untuk itu mohon kiranya bantuan tersebut dapat Bpk / Ibu transfer ke rekening Pusat Krisis Terpadu di Bank Mandiri Cabang RSCM dengan no.rekening: 122-00-0002497-9. Berapapun jumlah bantuan Bpk / Ibu tentu sangat berarti bagi para perempuan dan anak korban kekerasan. Semoga amal baik Bpk / Ibu mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.Amin.Bantuan dana itu akan sangat berarti untuk biaya operasional PKT RSCM agar tidak jadi ditutup 6 bulan lagi. Apabila Bpk / Ibu ingin menjadi donatur tetap untuk PKT RSCM tersebut silahkan hubungi kami di email: [EMAIL PROTECTED] / titiana.adinda[at]gmail.com, HP: 0815 160 9391 (dengan Dinda). Laporan pertanggungjawaban dana bantuan ini akan kami sebarkan di milis/email ini setiap 3 bulan sekali. Atas perhatian Bpk / Ibu sekalian kami ucapkan terima kasih. Bantuan Bpk / Ibu sangat berarti bagi proses pemulihan perempuan dan anak korban kekerasan. Hapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak ! Hormat Kami, dr.Mutia Prayanti, SPOG Titiana Adinda/Dinda Direktur PKT RSCM Relawan Fundraising PKT RSCM === Kunjungi blogku di: http://titiana-adinda
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Ya kalangan psikiatris sendiri.. emang siapa yang menentukan (in general) definisi normal atau tidaknya sesuatu/orang? Donnie On Apr 7, 2008, at 5:24 PM, IrwanK wrote: Pengkategorian tersebut siapa yang melakukan? Tidak tertutup kemungkinan keputusan tersebut dipilih oleh kalangan yang 'toleran' dengan kondisi homo/lesbi.. atau bahkan praktisi-nya.. Kalau sudah begitu, ya tidak mengherankan toh.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/4 Donnie [EMAIL PROTECTED]: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka jadi hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat hubungannya dengan kebiasaan/konstruk sosial, kok jadi hormon. Emangnya diapain itu boneka...:-) Bermain dengan boneka/mobil2an itu mungkin menimbulkan sifat feminin/maskulin (bukan hormon female/male), sebagai cerminan karakter asmaul husna
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang punya otoritas untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis terus tetep aja sakit. aya..aya wae.. DOnnie On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote: PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka jadi hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat hubungannya dengan
[wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
numpang lewat hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter, akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki master, dsb penyakit apa yg paling sulit diobati? Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam? Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa?? ternyata jawabannya: Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg paling sulit diobati mprie --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang punya otoritas untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis terus tetep aja sakit. aya..aya wae.. DOnnie On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote: PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu
Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Maksudnya? (apakah dalam konteks menjawab posting saya?) Donnie = On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote: numpang lewat hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter, akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki master, dsb penyakit apa yg paling sulit diobati? Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam? Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa?? ternyata jawabannya: Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg paling sulit diobati mprie --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang punya otoritas untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis terus tetep aja sakit. aya..aya wae.. DOnnie On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote: PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 07/04/2008 18:22:52 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa psikologinya deh. Mo bilang 'penyakit' kek, 'minoritas' kek. Ilmu kan memang begitu sifatnya, bisa berubah ato bergeser. Intinya mereka itu berbeda dari mayoritas. Kenapa berbeda? karena ada kelainan dari batasan normal. Lina: Memangnya kenapa. Yak gpp. Yang dikhawatirkan bagi orang yang peduli dengan kesehatan kan hormonnya menjadi gak imbang. Alangkah baiknya laki2 lebih banyak (hormon) maskulinnya dari pada (hormon) femininnya. Gitu juga sebaliknya. Makanya dari kecil dibiasakan spt itu. Argumennya kurang meyakinkan, masak karena bermain dengan boneka jadi hormonnya nggak imbang??? Bermain dengan boneka lebih dekat
Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan orientasi seksual. Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula, mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau berobat/tidak sadar dirinya sakit? Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu) Silakan mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian ... Salam, On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maksudnya? (apakah dalam konteks menjawab posting saya?) Donnie = On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote: numpang lewat hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter, akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki master, dsb penyakit apa yg paling sulit diobati? Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam? Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa?? ternyata jawabannya: Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg paling sulit diobati mprie --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang punya otoritas untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis terus tetep aja sakit. aya..aya wae.. DOnnie On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote: PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti
Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Mas DWS, definisi sakit atau penyakit biasanya ditujukan kepada keadaan yang dialami seseorang sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang itu tidak dapat menjalankan tugas sehari-harinya secara optimal. Keadaan tersebut ditandai dengan gejala-gejala yang spesifik untuk penyakit tersebut, diketahui patofisiologinya (mekanisme bagaimana penyakit itu terjadi atau mempengaruhi fungsi tubuh). Homoseksualitas tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai penyakit karena keadaan itu tidak mengganggu fungsi tubuh (fungsi untuk melakukan hubungan seks tetap ada hanya ditujukan kepada sesama jenis), tidak diketahui pula patofisiologinya. Yang terjadi hanyalah bahwa ia lebih bergairah terhadap sesama jenis dan tidak bergairah terhadap lawan jenisnya. Kalau seorang homseks kemudian mengalami, katakanlah stres, barulah ia disebut sakit. Seperti juga orang heteroseks yang terkena stres. Mudah-mudahan makin membingungkan KM ---Original Message--- From: Dwi W. Soegardi Date: 08/04/2008 0:09:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan orientasi seksual. Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula, mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau berobat/tidak sadar dirinya sakit? Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu) Silakan mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian ... Salam, On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maksudnya? (apakah dalam konteks menjawab posting saya?) Donnie = On Apr 7, 2008, at 10:33 PM, prie tea wrote: numpang lewat hasil survey kepada ahli kesehatan, baik dokter, akupunturis, naturopath, herbalis, kebatinan, reiki master, dsb penyakit apa yg paling sulit diobati? Apakah Kanker? Syaraf? Tulang belakang? Panas Dalam? Infeksi? AIDS? Penyakit jiwa? ato apa?? ternyata jawabannya: Penyakit... yg penderitanya ga merasa sakit, itu yg paling sulit diobati mprie --- Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho bukannya mbak Lina yang tadinya bilang bahwa homosexualitas adalah sex disorder. Lha salah satu profesi yang punya otoritas untuk membuat label normal atau tidak normalnya individu adalah profesi medis.. jadi jangan dibalik karena yang buat profesi medis terus tetep aja sakit. aya..aya wae.. DOnnie On Apr 7, 2008, at 6:22 PM, Lina Dahlan wrote: PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
P dokter K. Mohamad, Homoseks/lesbian yang jelas itu Penyakit.. Penyakit Akhlakul karimah... Alloh maha luas dengan ilmuNya. mungkin ada yang tau penyakit apa yang akan timbul dari spt maaf melakukan kesenangan Sodomi sesama lelaki (homoseks)... kalau Alloh SWT melarang keras memakan daging babi dan anjing tentu ada penyakit yg akan timbul bila memakannya.. padahal daging babi/anjing itu eeenaak..kata teman2 kristiani. bisa dilanjutkan..., slm, aly --- Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 07/04/2008 18:22:52 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 03/04/2008 14:23:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Lina: Kontrak Sosial. Apa yang dimaksudkan oleh prie tea juga merupakan kontrak sosial, bahwa kita (maryoritas) mengusahakan kesembuhan bagi minoritas. Toh prie tea jg gak bilang homo or lesbi bukan manusia. Manusia sakit. Mia: Mba Lina, Prie kan sudah menjelaskan bahwa pendapatnya berdasarkan kesehatan dan hormon saja, jadi saya berangkat mengikuti argumennya sendiri. Lebih jauh lagi ilustrasinya Fukuyama itu menyiratkan bahwa sisi kesetaraan itu tetap ada untuk minoritas (dalam bukunya dia sedang bicara tentang HAM untuk mayoritas dan minoritas itu pada level yang sama, dengan indikator 'humility'. Dalam bahasa agamis kita 'humility' ini mungkin bisa disebut ketaqwaan, kesalehan). Lina2: Iya. Soal kesetaraan, prie tea kan gak bilang kalo homo/lesbi (minoritas) ini bukan manusia, artinya tetep aja mereka manusia, haknya sama dengan manusia lain. Tapi namanya sakit ya butuh disembuhkan. Tetep aja ada bedanya. Mia: FYI, wacana psikologi bahwa orientasi gay adalah penyakit sudah bergeser, dan Prof. Fukuyama tidak mendasarkan pendapatnya pada psikologi penyakit, tapi minoritas saja, dan bukan 'minoritas sakit'. Lina: Terserahlah bahasa
[wanita-muslimah] Women and Children Trafficking in West Java Causing More Concern
Women and Children Trafficking in West Java Causing More Concern Monday, 07 April, 2008 | 19:05 WIB TEMPO Interactive, Bandung: Several cities and regencies in West Java have become places for dispatch and transit of women and children trafficking. This is very bad, said Ellin Rozana, director of the Women'a Institute in Bandung, Monday (07/04). According to Ellin, the official report from coordinating ministry for People's Welfare mentioned Sukabumi, Tangerang, Bekasi, Indramayu, Bandung, Karawang, Cianjur, and Kuningan as some of cities as dispatch areas. Bandung and Losari in Cirebon are also identified as transit areas, she said. Some 43.5 percent of the victims are as young as 14 years old. But mostly, the trafficking of children involved for those who are 17 years old, said Ellin. According to her, several factors worsen the situation, including poverty, employment issues, limited access to education, as well as social and cultural aspects. Discriminative practices such as early marriage for women and women not needing higher education are also reasons for human trafficking, said Ellin. Head of Public Research and Education division from the institute of Children Rights Advocacy, Andi Akbar, said that they have advocated three children as the victims of human trafficking in 2007. But not even one case could be sent to the attorney's office, said Andi. Ellin and Andi said they expected the new West Java Governor to be serious about handling this issue. Regional regulation for women and children trafficking should be immediately approved, said Ellin. Rana Akbari Fitriawan [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Want a husband? Get a degree
Refleksi: Berlaku untuk Indonesia? Want a husband? Get a degree Adele Horin and Harriet Alexander April 7, 2008 Women with degrees are more likely to marry than their less educated sisters, in a dramatic reversal of an established pattern, new analysis of the 2006 census shows. Those who have been to university are now the ones with the best chance of finding a husband, leading some to worry that marriage is becoming the province of the more educated and the well-off. The analysis, by Genevieve Heard, of the Centre for Population and Urban Research at Monash University, turns on its head traditional assumptions about educated women. The assumption was the more women invested in education and career, the less interested they would be in family, and the less [they would] need to be supported by a husband, Dr Heard said. It was also assumed they were less traditional in their outlook on life. In 1996 women without university degrees had higher marriage rates. But within a decade it was no longer the case. By 2006 61 per cent of women aged 30 to 34 who had degrees were married, compared with 53 per cent of those without post-school qualifications. University-educated women older than 34 were also more likely to be married. Even among women in their 20s, the marriage gap between those with and without degrees had closed. Wanting to be married before having a child motivated Diana Fassos - who is 26, has an arts-commerce degree and works for an investment bank - and her partner to formalise their relationship. She had been with her partner for six years and expected they would marry. The growing proportion of married women with degrees is set against a backdrop of plummeting marriage rates in all age groups - a trend in developed countries that has caused the United Nations to declare that formal marriage is receding everywhere. By 2006 the proportion of all Australian women aged 30 to 34 who were married had fallen to 56 per cent, down 9 percentage points from 1996. But Dr Heard has found that, when education levels are examined, the decline in marriage is not consistent. Among university-educated women aged 30 to 34 falling marriage rates had stabilised by 2006 but continued to decline rapidly among other women. In the decade to 2006 the marriage gap between men with degrees and those without became wider than ever. Seventy-six per cent of men aged 40 to 44 who had degrees were married, compared with 57 per cent of men without post-school qualifications. Richer men were also more likely to be married, the analysis, published in the journal People And Place, shows. Dr Heard suggested economic reasons might lie behind the new marriage story. While more Australians had been in de facto relationships over the past 20 years, it was mostly the better-educated who married. She said they might need to formally join forces to buy a house and fulfil other aspirations. Such aspirations may be out of the reach of many men and women without post-school qualifications, she said. The economy might have been good enough for the less educated and less well-off to live together but not to marry. Dr Heard, 30, and soon to marry her partner of two years, said it seemed wrong to assume that educated women were rebels. They have the most choices open to them and they are choosing to do things the traditional way. Ms Fassos never considered a permanent relationship with her partner without marriage. That would probably never happen because we both come from Greek backgrounds and our parents would kill us, she said. But the pair had their own reasons and they had nothing to do with pooling their finances. They wanted to be husband and wife before having children. Ms Fassos assumed her relationship would involve a wedding and was unfazed about the timing. So when her partner proposed in December she did not realise what was happening. He said, 'I'd like us to get married before we live together' . and I said, 'Sounds good, we'll talk about it when it happens,' she said. And he's like, 'No, I'm asking you to marry me.' This story was found at: http://www.theage.com.au/articles/2008/04/06/1207420201204.html [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas bisaa disembuhkan. Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira. Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ? ___ Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] From maid to minister
http://english.aljazeera.net/NR/exeres/D9C60E9F-6536-4FDE-8658-304D4B8931E7.htm SUNDAY, APRIL 06, 2008 3:01 MECCA TIME, 0:01 GMT From maid to minister By Gabriel Elizondo in Brasilia Marina Silva was unable to read or write until she was 17-years-old When Marina Silva was 16, she was illiterate. She lived in the small and isolated Brazilian Amazon state of Acre, and worked as a maid and seamstress to support her siblings. Her mother and two sisters died when she was 14, and Silva herself was suffering a life threatening illness, with which she still battles today. So how, then, did Marina Silva rise to become the Brazilian minister of environment and share the UN's highest environmental prize with the likes of Al Gore, former US vice-president and Noble Peace Prize winner? The story of Marina Silva is well known in Brazil. It is a remarkable rise for a woman who now is considered by many in the environmental movement as an unlikely trailblazer. Many politicians around the world are born into wealth, and Brazil is no exception. But Maria Silva had no such luck. Silva was born deep inside the Brazilian Amazon. Her father worked as a rubber tapper, extracting liquid from trees that is then a main ingredient of rubber. Life was tough, her two sisters died six months before her mother, Silva's brother passed away when he was just seven days old. Silva did not grow up wanting to be a famous politician, her dream was more simple. Literal ambition When I was growing up ... people that worked in the government belonged to traditional families, families that owned some kind of property,Silva told Al Jazeera in at her home in the capital Brasilia. Critics say Silva's policies are taking jobs away from workers in the Amazon I was the daughter of a man who worked in a semi-slavery regime, so it was unimaginable to think of having a public job. My dream was to become literate. Silva watched her father read and was left with a feeling of amazement. My father knew how to read and I was fascinated when I saw him looking at a piece of paper and then speaking about what that paper said. My dream was to learn how to read and to become a nun and to be able to help others as a teacher, to take care of others. To fulfill that dream Silva moved to Rio Branco, the state capital. When I got to Rio Branco, I started to take literacy classes in a programme for young people and adults, she said. I learned how to read and write in 15 days. Political activist Silva was then able to work her way into university, where she graduated with a degree in history. She briefly became a teacher, before meeting Chico Mendes, a famous Brazilian environmental and labour rights activist. Shortly after meeting Mendes, Silva decided to dedicate her life to saving the Amazon rainforest. She became the youngest woman ever elected to the Brazilian senate, where she distinguished herself as someone who fought at all costs for environmental rights. Six years ago Luis Inacio Lula da Silva, the president, himself famous for working as a shoe shine boy as a child, named Silva as the head of the ministry of environment. It is a position which oversees the Amazon, the world's largest forest. Silva immediately confronted powerful logging, agriculture and corporate interests responsible for deforestation - a task few of her predecessors had dared take on. I cannot see my life separated from my fight, Silva said. I cannot see my fight isolated. I see it as an effort of many people inside and outside Brazil in the defence of the Amazon. Silva suffered early set-backs. During her first year almost 600,000 miles of illegal highways were discovered in the middle of the Amazon. But Silva fought on, and was eventually was credited for slowing the pace of deforestation by holding law breakers accountable at all costs, while also setting up inventive projects for sustainable development in indigenous communities. The Amazon forest lost 17 per cent of its vegetation in the last 400 years but the majority of this deforestation was done in the
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Beliau lebih merupakan seorang dai daripada psikiater karena dalam pedoman diagnosis psikiater sedunia, homoseksualitas tidak disebut sebagai penyakit sehingga tidak perlu disembuhkan. Tetapi kalau ada masalah kejiwaan yang dialami akibat homoseksualnya itu (misalnya menjadi stres atau tidak PD karena sering diolok atau dikucilkan), ia perlu dibantu. KM ---Original Message--- From: Ari Condro Date: 08/04/2008 4:09:54 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas bisaa disembuhkan. Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira. Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ? ___ Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ... Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Informasi Penting
Informasi Penting Assalamu'alaikum wr.wb Bagi yang berminat bermacam2 shalat dan doa hajat, shalat dan doa utk mendapat kemudahan dan keberkahan rizki, foto tempat2 bersejarah, silahkan berkunjung ke: http://shalatdoa.blogspot.com http://syamsuri149.wordpress.com Terima kasih, jika Anda berkenan untuk memberitahu pada keluarga dan sahabat2 Anda. Wassalam Syamsuri Rifai
Re: [wanita-muslimah] penyakit yang paling sulit diobati ... was Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Sebenarnya kerancuan ini disebabkan kerancuan dalam mendefinisikan apa yang disebut normal dan tidak normal dan siapa yang mendefinisikan. Pada satu sisi normal didefinisikan (secara sosial) sebagai sesuatu yang umum terjadi di dalam populasi jadi kalau tidak umum maka dianggap tidak normal. maka kalau sesuatu yang jarang/kecil kemungkinan terjadinya misalnya kecacatan, orang dengan ciri yang ekstrim (terlalu tinggi, terlalu rendah, terlalu buruk), homosexualitas atau beda keyakinan/ideologi dengan sebagian besar populasi, dianggap sesuatu yang tidak normal a.k.a sakit. Ini merupakan salah satu mekanisme alam untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Semacam politik identitas Sementara definisi normal/tidak normal atau sehat/sakit dalam ranah medis, meskipun memiliki ide yang serupa (sesuatu yang umum/tidak umum terjadi), tetapi ditambah dengan adanya perubahan struktur dan/ atau ketidak seimbangan fungsi baik secara biologis maupun sosial. Karena sehat dan sakit sebenarnya bukan kondisi yang dikotomis tapi fungsi yang kontinuum dari sebuah kondisi manusia. maka untuk bisa memberi label sehat/sakitnya seseorang dibutuhkan sebuah titik (cut of point) untuk membuatnya menjadi dikotomis (sehat atau sakit), karena orang yang punya kondisi diatas titik tersebut umumnya mempunyai kerusakan struktur atau fungsi biologis maupun sosial. Nah cut of point itu yang disebut kriteria diagnosis. misalnya sebagai contoh adalah gula darah dan penyakit diabetes. Didalam populasi, [setiap orang] kadar gula darah bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi. Tetapi dari pengamatan menunjukkan bahwa orang dengan kadar gula darah diatas batas tertentu mempunyai kerusakan struktur biologis yang menyebabkan tubuhnya tidak dapat berfungsi seperti sediakala (kalau luka sukar sembuh, ada gangguan fungsi sistem saraf, dll) maka kondisi diatas batas tersebut ditetapkan secara medis sebagai tidak normal/sakit [diabetes] WHO mendefinisikan sehat sebagai a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity dimana menunjukkan bahwa sehat mensyaratkan adanya kemampuan untuk berfungsi secara sosial tidak hanya melulu absennya sebuah penyakit atau kecacatan. Disini gangguan jiwa karena kerusakan struktur biologis umumnya sulit untuk dideteksi, maka ukurannya adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berfungsi secara sosial. Yang menjadi masalah adalah fungsi sosial sangat dipengaruhi oleh nilai sosial dan kultural disebuah masyarakat. Untuk itu kriteria kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat dari seberapa berhasil dan efektifnya seseorang berfungsi secara sosial, mampu menghadapi stress sehari-hari, mempunyai hubungan yang memuaskan, mempunyai hidup yang independen, mempunyai kemampuan untuk memantul (bounce back) atau recover dari situasi yang sulit (diambil dari wikipedia tentang definisi kesehatan jiwa) Jadi dari kriteria2 tersebut kayaknya memang homosexualitas tidak bisa dikategorikan lagi sebagai sesuatu kondisi yang sakit. Karena seorang homosex jika, merasa nyaman dengan kondisinya, bisa berfungsi secara sosial, tidak merugikan orang lain, mampu menghadapi stressnya secara sehat, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai sakit. Jadi bagi mereka yang kecewa bahwa homosexualitas tidak lagi dianggap sebagai sexual disorder, anda sekalian dapat memberikan argumentasi bahwa itu merupakan keterbatasan/kelemahan definisi ilmu kedokteran modern/barat. Dan memang, seandainya itu sebuah kelemahan, sampai ilmu kedokteran bisa mempunyai definisi yang lebih baik (entah karena kemauan teknologi atau temuan temuan ilmiah yang baru), maka mau tidak mau kita harus bisa puas dan kosisten untuk menggunakan definisi tersebut. karena bukannya paradigma ilmu adalah falsibilitas sebuah ide. regards, Donnie (bukan tabib) On Apr 7, 2008, at 11:52 PM, Dwi W. Soegardi wrote: Sepertinya banyak yang menyamakan antara penyakit jiwa dengan orientasi seksual. Saya sarankan ada yang menjelaskan dari sisi medis apa saja kriteria penyakit dan kelainan? Mengapa homoseksualitas dianggap preferensi/orientasi seksual? Atau sebaliknya, dari sisi medis pula, mengapa ada yang menganggap kaum homo adalah pesakitan yang tidak mau berobat/tidak sadar dirinya sakit? Mohon penjelasan yang lebih lengkap tapi rada populer gitu (soalnya ngga kuat kalo harus kuliah di Fak. Kedokteran dulu) Silakan mas Prie, mas Donnie, pak KM, dokter2, tabib2, dan dukun2 sekalian ... Salam, On 4/7/08, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maksudnya? (apakah dalam konteks menjawab posting saya?) Donnie
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Kalo yang Dokternya tante Arcon pasti bencis2 yang pada kegirangan. ;-)) Secara kemungkinan besar mereka untuk memiliki Om arcon yang macho... heheheheee.. Bukan begitu omm... pisss.. ;-)) Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas bisaa disembuhkan. Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira. Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ? ___ Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links - You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Jadi kalo menurut konsep Pak Dokter Homoseks itu seperti apa?? dan baiknya seperti apa yang harus di lakukan unt permasalahan ini secara utuhh... Kalo mengkaitkan dengan keimanan, bukannya Homoseks itu jelas2 dilarang... dan yg sy tauu Allah menciptakan manusia itukan menjadi laki2 dan perempuan.. belum pernah sy dengar Allah menurukan banci/lesbi.. Ato pak dokter juga punya konsep lainn...? Kalo ayee punya vikir, Homoseks itu adalah sebuah PILIHAN HIDUP. Karena saya beragama Islam, yang saya pahami itu perbuatan yang dilarang, mk homoseks itu adalah pilihan hidup yang buruk.. Sama seperti pilihan2 lainn nyaa ada yang baik ada yang buruk.. Spt org yg selingkuhh, mencuri, Korupsi, kalo udah menjadi kebiasaan kan susah merubahnyaa.. banyak sekali kasusnya.. malah selingkuh/freesex korupsi sudah tidak aneh lagi di negara ini karna udah jadi tabiat dan ini juga bukan penyakit kan menurut dokter?.. Apakah ini juga akan di biarkan dan di legalisasi..? Makanya kita juga perlu mengembalikan kembali pada sisi keimanan semua... Kalo aye sihh pengennya semoga semuanya bisa Baik (homoseks, selingkuh, freeseks, korupsi) dan hidup sesuai dg tuntunan Agama, tapi di kembalikan ke pribadi masing2 lagi.. tinggal mau milih yang mana, yang baik apa yang buruk.. dan itu menjadi hak individu selama tidak merugikan/mengganggu yg lain. Tapi kalo ada yang mngusulkan melegalisasi keburukan, berati ada pula pihak yang menentang dengan keras termasuk ayee... Tips ayee : -Lakukan edukasi sejak dini pada sanak sodare ape tetangge supaya memahami mana yang baik mana yang buruk.. -Klo sudah terlanjur, mari kita coba untuk mengajaknya kembali sesuai dengan fitrah dan kodrat manusia yang sesuai dg Ajaran dan tuntunan agama. Yakinlah apa yang dibolehkan dilarang oleh Allah itu untuk kebikan kita.. Rgd.. commend plzzz.. Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Beliau lebih merupakan seorang dai daripada psikiater karena dalam pedoman diagnosis psikiater sedunia, homoseksualitas tidak disebut sebagai penyakit sehingga tidak perlu disembuhkan. Tetapi kalau ada masalah kejiwaan yang dialami akibat homoseksualnya itu (misalnya menjadi stres atau tidak PD karena sering diolok atau dikucilkan), ia perlu dibantu. KM ---Original Message--- From: Ari Condro Date: 08/04/2008 4:09:54 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme Habis, dokternya tidak menolak homoseksualitas sih :) coba semua dokter, terutama yg psikiater seperti dadang hawari semua, yg bilang homoseksualitas bisaa disembuhkan. Pasti deh banyak kalangan agama yg sorak sorak bergembira. Kalau dadang hawari itu psikolog atau psikiter pak? Kok kalau seminarnya yg ngadain anak LDK atau PKS pasti beliau yg diundang ? ___ Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ... Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] - You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Kalo mpok meii tipee yang mana yaaa... yang ga normalkah??? hehehe... Smogaaa ajee Mpok meii tipe yang normal alias ga hombrenxxx, solehah dan calon ahli surga aminn... L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nimbrung : Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut kemanusiaan. Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya. Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana? Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi. Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal mereka aktif di masjid. Lantas gimana solusinya? Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya sebelum bersebadan, suka sama binatang, suka sama mayat dll. Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'. Tapi kalo memang ia gak normal gimana? Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum. Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku hombreng, lesbi. Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin orientasi seksualnya menjadi menyimpang. Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat. Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling cipika cipiki, kayak hombreng. Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, rangkulan mesra, kok kayak lesbi. :-)) Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania. Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah. Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan hasil jarahan disekolah. Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar. Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] karena suka ngambil permen, kue2 kering tapi nggak ngaku ngambil... Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. Anaknya yg klepto juga rajin solat. Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. Penampilannya juga islami. Salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed] - You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Kunci Sukses Bisnis Khadijah
Maaf, kepada moderator yang baik hati, kami numpang info buku: Kunci Sukses Bisnis Khadijah Dalam salah satu hadits, disebutkan bahwa Khadijah adalah perempuan terbaik dari golongan Islam, sebagaimana Maryam binti Imran menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Sebelum datangnya Islam, ia sudah dijuluki sebagai ath-thahirah perempuan suci, karena ia memiliki kehormatan, kedudukan tinggi, keimanan sejati, jiwa besar, dan perilaku suci. Dari sifat-sifat kemuliaan yang dimiliki Khadijah, ternyata mampu mengantarkannya pada kesuksesan yang gemilang. Selain kaya raya dan terkenal sebagai pedagang yang sukses, ia bahkan juga mendapatkan kabar gembira dari Allah yang disampaikan melalui Jibril kepada Nabi Muhammad saw berupa rumah di surga yang terbuat dari kayu. Selengkapnya: http://www.qultummedia.com === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] IIBF yang Menggamit
silalah baca di www.atriza.blogspot.com
[wanita-muslimah] 9 Penyebab ketakutan berbicara di depan umum
9 Penyebab Ketakutan Berbicara di Depan Umum Hampir kebanyakan orang yang pernah merasakan berbicara didepan umum, pasti pernah mengalami ketakutan. Keringat dingin, gelisah, selalu merasa ingin ke toilet adalah sebagian refleksi dari rasa ketakutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ada 9 penyebab ketakutan yang signifikan ketika berbicara didepan umum : 1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar. 2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut. 3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua mata melihat padanya. 4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya. 5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif. 6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang. 7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di cepan umum ini semakin menjadi-jadi. 8. Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum. 9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum. Semua penyebab ketakutan diatas harus diatasi, pahamilah bahwa semua orang mengalaminya bahkan pembicara hebatpun pasti pernah mengalaminya. So kenali dan taklukan penyebab rasa takutmu. Goodluck IBSC TV Presenter Jln. Pengadegan Timur Raya no 1 Jakarta 12770 HYPERLINK http://www.ibsctvpresenter.com/www.ibsctvpresenter.com E HYPERLINK mailto:[EMAIL PROTECTED][EMAIL PROTECTED] OPEN NEW CLASS START 17 April 2008 Internal Virus Database is out-of-date. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.9.6/865 - Release Date: 24/06/2007 8:33 [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Trs: [Guyon-Yook] BULAN PERNAH TERBELAH..... (with picture)
Assalmualaikum, Dari millis tetangga mungkin bermanfaat. Thanks, Ihsan Santosa http://www.solusiberatbadan.com Langsing alami bergaransi 08128 33 64 55 Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut : Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah mengandung mukjizat secara ilmiah ? Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu. Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok) ? Rasulullah bertanya, Apa yang kalian inginkan ? Mereka menjawab: Coba belahlah bulan ... Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja menyihir orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?. Mereka menjawab, Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!! !. Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, Ini adalah sihir yang terus-menerus, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka.. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap . sampai akhir surat Al-Qamar. Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan? Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: Dipersilahkan dengan senang hati. Daud Musa Pitkhok berkata, Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah ... Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat
[wanita-muslimah] Makna Cinta
Makna Cinta Pada satu malam istri saya hanya mengajar santriwati biarpun yang hadir itu cuman dua anak. Dengan tekunnya dia membimbing mengaji. Baginya mengajar dua anak dan mengajar dua puluh anak sama saja karena itu tugasnya. dulu pernah saya berbincang dengannya, katanya mengajar bukan profesi namun sebuah panggilan jiwa. Sekalipun tidak sebagai pengajar dalam formalitas namun mengajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Itulah sebabnya mengajar adalah kecintaan yang terdalam pada kemanusiaan. Makna cinta bagi setiap manusia berbeda. Makna cinta itulah yang juga memaknai kehidupan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi masyarakatnya, bagi bangsanya, bagi dunia dan bagi alam sekitarnya. Ada orang yang merasa dirinya bermakna tetapi tidak dipandang bermakna oleh orang lain, sebaliknya ada orang yang merasa dirinya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tetapi orang lain sangat menghormatinya. Ada seorang tokoh, oleh Amerika dipandang sebagai terroris yang sangat jahat, tetapi oleh bangsanya sendiri dia dielu-elukan sebagai pahlawan sejati. Ada orang yang tinggal berada dalam suatu lingkungan dalam waktu yang lama, tetapi kehadirannya tidak berpengaruh apa-apa bagi lingkungan masyarakatnya maka ia tidak dipandang bermakna, hadirnya tidak membuat genap, dan absennya tidak membuat ganjil. Sebaliknya ada orang yang hanya melintas sebentar dalam kehidupan masyarakat, tetapi karena kehadirannya membawa perubahan besar kepada tatanan masyarakat maka sepeninggal orang tersebut namanya masih selalu disebut, gagasannya masih selalu didiskusikan, pendapatnya masih selalu dirujuk orang. Waktu yang sebentar tetapi fungsional dalam membawa perubahan, maka kehadiran sebentar itu dipandang sangat bermakna, sehingga nama orang itu diabadikan dalam nama jalan atau gedung, atau bahkan banyak bayi lahir yang kemudian diberi nama dengan nama orang itu. dan orang itu adalah anda! Salam Cinta, Agussyafii === Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Keluargaku, Surgaku silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau sms 0888 176 48 72
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
Yang melarang dokter menganggap hal tersebut sebagai bukan penyakit siapa Pak? Ini kan mirip dengan Badan Kehormatan DPR yang mengatur soal aturan bagi aleg di dpr.. atau pengadilan militer bagi anggota militer.. Nah masalahnya, apakah aturan/definisi yang mereka terapkan itu sejalan dengan nilai kebenaran yang diajarkan dalam agama/tidak, jangan ditanya.. Karena mereka tidak selalu berjalan dengan norma agama.. dalam hal ini soal penyimpangan minat/perilaku/tindakan seksual.. Seseorang/kelompok yang toleran atau bahkan praktisi suatu 'perilaku' logikanya akan 'menolong' atau minimal memaklumi 'perilaku' tersebut.. termasuk dengan tidak memperburuk penyebutannya sebagai suatu penyimpangan, misalnya.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/7 Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED]: Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 07/04/2008 18:22:52 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme
mas Irwan, kalo saya boleh teruskan lini berfikir ini, para dokter yang ngeh iman alias berprofesi dokter tapi tidak menafikan tuntunan keimanannya, untuk kalangan islam, misalnya ada Bulan Sabit Merah, Mer-C atau IMANI (Islamic Medical Association and Network Indonesia), dll salam, satriyo 2008/4/8 IrwanK [EMAIL PROTECTED]: Yang melarang dokter menganggap hal tersebut sebagai bukan penyakit siapa Pak? Ini kan mirip dengan Badan Kehormatan DPR yang mengatur soal aturan bagi aleg di dpr.. atau pengadilan militer bagi anggota militer.. Nah masalahnya, apakah aturan/definisi yang mereka terapkan itu sejalan dengan nilai kebenaran yang diajarkan dalam agama/tidak, jangan ditanya.. Karena mereka tidak selalu berjalan dengan norma agama.. dalam hal ini soal penyimpangan minat/perilaku/tindakan seksual.. Seseorang/kelompok yang toleran atau bahkan praktisi suatu 'perilaku' logikanya akan 'menolong' atau minimal memaklumi 'perilaku' tersebut.. termasuk dengan tidak memperburuk penyebutannya sebagai suatu penyimpangan, misalnya.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/7 Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] kmjp47%40indosat.net.id: Saya jadi bingung. Psikiater juga dokter. Kalau para dokter tidak menganggap bahwa homoseks/lesbian adalah penyakit, bagaimana orang non-dokter bersikeras bahwa mereka itu tetap aja sakit? Rasanya para dokter mempunytai otoritas ilmiah untuk membuat diagnosis apakah suatu fenomena, gejala atau keluhan, itu penyakit atau bukan. KM ---Original Message--- From: Lina Dahlan Date: 07/04/2008 18:22:52 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Musdah Mulia: Islam Mengakui Lesbianisme PPDGJ ini sendiri kan panduan yang dibuat oleh pada medis. Jadi, ruang lingkupnya pembahasan homo/lesbi tetap dalam dunia medis toh? Pskiater juga dalam dunia medis toh? Bukan dalam konteks ilmu komputer or ilmu teknik kan? Kalo seorang ahli komputer tentunya gak akan bicara (ato buat panduan) soal homo/lesbi. Jaid, seperti pak Irwan bilang, ini tetep aja 'sakit'. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam PPDGJ (panduan p diagnosis gangguan jiwa) yang ke 10 (kalo gak salah), homosexualitas sudah tidak dikategorikan sebagai sexual disorder tapi dikategorikan sebagai sexual preference. Donnie On Apr 4, 2008, at 9:12 AM, Lina Dahlan wrote: Terimakasih pak KM atas pandangannya dalam dunia medis. Lalu bagaimana dgn pandangan psikatris. Apakah pskiatris termasuk dalam dunia medis? Dibedakan kah? Katanya pernah diuraikan dalam buku psikiatri bhw hal2 yang disebutkan itu merupakan gangguan perilaku seksual. Lebih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi ; baik itu psikoterapi dari psikiater, keluarga maupun diskusi grup. Dukungan lingkungan yang kondusif juga berperan dalam penyembuhan karakternya. Ini kan semua namanya terapi(Yg psiko bukan yang medis, gitu kali ya Pak?) untuk penyembuhan atas gangguan tsb. Saya paham kalo seorang dokter hanya bertindak atas keluhan pasiennya. Kalo pasiennya merasa nyaman dengan 'kehomoannya', berarti ia tidak punya keluhan apapun dan seorang dokter tidak perlu bertindak apa-apa. Diluar konteks itu, apakah seorang dokter/pskiatris tidak mempunyai kepedulian atas makin berkembangnya homo dan lesbi yang akhirnya akan memusnahkan spesies homosapiens...:-). Kelewat ekstrim ya? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmjp47@ wrote: Ikut nimbrung. Dalam dunia medis, homo atau lesbi tidak termasuk penyakit sehingga tidak perlu diterapi atau disembuhkan. Ia hanya digolongkan sebagai preferensi seksual. Tetapi kalau orang homo atau lesbi tidak merasa nyaman dengan kondisinya itu, dokter mempunyai kewajiban untuk membantu agar ia dapat lepas dari kegelisahannya. Silakan diskusi dilanjutkan KM [Non-text portions of this message have been removed] -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]