[wanita-muslimah] Nuriyah, Menteri Pendidikan Kuwait Lolos dari Mosi Tidak Percaya

2008-01-24 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
 http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C0%7CX

Nuriyah, Menteri Pendidikan  Kuwait Lolos dari Mosi Tidak Percaya 
 Jurnalis: Mohamad Guntur Romli 
 Jurnalperempuan.com-Jakarta. Nuriyah  al-Shubayh, menteri pendidikan Kuwait 
lolos dari mosi tidak percaya yang  didakwakan padanya di Parlemen Kuwait 
(Majlis al-Ummah). Nuriyah adalah  satu-satunya menteri perempuan dalam 
pemerintahan di Kuwait saat ini, dan dia  perempuan kedua yang menjabat menteri 
setelah Ma’shumah al-Mubarak.  

Kuwait adalah salah satu negara teluk yang masyarakatnya masih sangat  
konservatif. Namun Nuriyah tampil dengan citra perempuan Kuwait yang modern,  
sejak ia diangkat menjadi menteri pendidikan 26 Maret 2007 ia menolak 
mengenakan  jilbab saat diambil sumpah jabatan. 

Rupanya alasan ini pula yang  menyebabkan kepemimpinanya di Departemen 
Pendidikan Kuwait terus-menerus  diserang oleh kubu fundamentalis Islam di 
Parlemen Kuwait. 

Tanggal 8 Januari  lalu ia disidang selama 9 jam di Parlemen dan diancam 
dicopot dengan terbitnya  mosi tidak percaya karena empat alasan, pertama, 
menciderai lembaga  legislatif dan mempengaruhi anggota legislatif dengan 
informasi yang sesat,  kedua melanggar batas undang-undang dan aturan 
administrasi,  ketiga, kualitas pendidikan yang menurun, dan keempat merongrong 
 etika dan tradisi fundamental masyarakat Kuwait. 

Nuriyah telah membela  seorang siswi berusia 12 tahun yang dipindahkan dari 
sekolahnya ke sekolah lain.  Siswi itu dituduh menulis kata-kata tak “layak” 
dalam Al-Quran dan dituding  melecehkan kitab suci. Namun menurut Nuriyah siswi 
tersebut belum terbukti  menghina, dan keputusan pemindahan sekolah harus 
dianulir. 

Nuriyah juga  dituduh memberikan informasi yang sesat pada anggota Parlemen 
karena dianggap  mengingkari kejadian pelecehan seksual yang dilakukan oleh 
tiga pekerja Asia  terhadap siswi sekolah dasar. Nuriyah membela diri bahwa ia 
waktu itu berpegang  pada hasil penyedidikan awal. Namun setelah tiga pekerja 
itu mengaku atas  perbuatan mereka di Pengadilan, Nuriyah pun meminta maaf 
karena memberikan  informasi yang belum lengkap dan mengakui kejadian tersebut. 

Rongrongan  terhadap etika fundamental masyarakat Kuwait diarahkan pada kuatnya 
sikap dan  pilihah Nuriyah untuk tidak pakai jilbab. Bagi kubu fundamentalis 
Nuriyah telah  melanggar syariat Islam dan tradisi Arab. Tetapi Nuriyah mampu 
membantah tuduhan  itu dengan cemerlang. 

Melalui sidang di Parlemen Selasa 22 Januari  kemaren, Nuriyah berhasil 
memperoleh kepercayaan dari Parlemen setelah  pemungutan suara dengan hasil 27 
suara mendukung, 19 suara menolak, dan 2 suara  abstain. 

Nuriyah al-Shubay memperoleh gelar sarjara pendidikan dari  Universitas Kuwai 
tahun 1975, ia memulai karirnya di depatemen pendidikan  sebagai guru 
1975-1980, menjadi wakil direktur 1980-1984, direktur sekolah  menengah pertama 
1984-1986, pengawas urusan pendidikan di wilayah ibu kota  Kuwait 1986-1990, 
dan karirnya terus naik di departemen pendidikan pusat, ia  menjabat deputi 
direktur pendidikan umum 2000-2006, namun ia mengundurkan diri  dari departemen 
pendidikan karena menteri pendidikan waktu itu Dr Adil  al-Thabathabai 
memindahkannya ke posisi lain. Pada tanggal 26 Maret 2007 ia  dipercaya menjadi 
menteri pendidikan karena dianggap menguasai dalam bidang  itu.* Sumber: 
aljazeera.net/helwa.maktoob.com/ ar.wikipedia.org 



Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Santunan Untuk Keluarga Slamet Diserahkan

2008-01-23 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=37


Santunan Untuk Keluarga Slamet Diserahkan
 

Nuriyah (41) tak kuasa menahan tangis-haru ketika rombongan dari Komunitas Utan 
Kayu menyampaikan duka-cita dan santunan Selasa 22 Januari. Nuriyah adalah 
istri Slamet pedagang gorengan di Terminal Badak Kabupaten Pandeglang Banten 
yang bunuh diri gara-gara bahan pokok untuk dagangan gorengan naik tinggi.   
 Komunitas Utan Kayu yang diwakili Nong Darol Mahmada menyerahkan uang 8 juta 
rupiah.Uang ini dihimpun sejak acara Doa dan Renungan Lintas Agama di Komunitas 
Utan Kayu Kamis 17 Januari, dan selanjutnya dari para pendengar Radio Utan Kayu 
89.5 FM, KBR68H, dan anggota Komunitas Utan Kayu. Ikut dalam rombongan tersebut 
jurnalis dari KBR68H, AFP, dan Jurnal Perempuan. 
  
 Ketika menerima rombongan Nuriyah didampingi putra bungsunya yang masih 
berusia 4.5 tahun. Dari pernikahannya dengan Slamet, pasangan ini yang tinggal 
di sebuah rumah gedek berukuran 7 x 7 milik orang tua Nuriyah dikaruni 4 orang 
putra. Anak tertua laki-laki berusia 26 tahun saat ini profesinya tukang ojek, 
anak kedua perempuan berusia 22 tahun telah menikah, sedangkan yang ketiga 
berusia 18 tahun masih duduk di kelas 3 SMK Pandeglang. 
  
 “Saya akan gunakan uang ini untuk biaya hidup keluarga saya, terutama 
anak-anak, dan untuk biaya selamatan 40 hari meninggalnya Slamet nanti” kata 
Nuriyah terbata-bata.
  
 Menurut pengakuan Nuriyah selama 6 hari sejak meninggalnya Slamet ia tidak 
berani keluar rumah meskipun banyak wartawan dan pelayat yang datang. Cara 
meninggal Slamet yang bagi banyak orang dianggap tak wajar membuatnya merasa 
malu, menanggung aib, dan sangat tertekan. Ditambah lagi beban keluarga yang 
semakin berat sementara Nuriyah hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di 
rumah seorang haji tetangganya dan hanya menerima upah 150 ribu tiap bulan. 
  
 Namun kejadian tragis yang menimpa Slamet mendatangkan simpati. Hutang Slamet 
sebesar 2.5 juta dibebaskan. “Hutang itu digunakan oleh Slamet untuk modal tiap 
hari dan kebutuhan rumah tangga, bukan buat foya-foya, setiap mau jualan ia 
pinjam uang untuk modal.” Papar Nuriyah.
  
 Slamet juga tak mampu membayar biaya sekolah Si Oji anaknya nomer tiga di SMK 
yang telah menunggak sejak kelas 2. menurut Nuriyah guru-guru Oji pun tegerak 
untuk membebaskan biaya sekolah sampai dia lulus Juni nanti. Bupati Pandeglang 
yang diwakilkan istrinya memberi santunan 1 juta rupiah.  
  
 Menurut Nong Darol yang juga berasal dari Pandeglang bantuan untuk Slamet 
masih dibuka bagi mereka ingin membantu khususnya biaya pendidikan dua anak 
Slamet. “Saya tanya Si Oji—anak ketiga Slamet—lulus SMK katanya mau kerja 
mungkin jadi tukang ojek juga seperti kakaknya, untuk itu kami berharap ada 
yang membiayai Si Oji kuliah dan juga untuk putra bungsunnya.” Tutur Nong.
  
 Sebelum rombongan dari Komunitas Utan Kayu pulang Nuriyah menyampaikan ucapan 
terima kasih pada orang-orang yang sangat simpati dan memberi bantuan.
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Perempuan Aceh Tanpa Kedaulatan (Diskusi di TUK)

2008-01-21 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=36


Perempuan Aceh Tanpa Kedaulatan
Perempuan Aceh belum memiliki kedaulatan atas tubuh mereka 
sendiri. Sejak konflik GAM dan Milter Indonesia, tubuh perempuan Aceh menjadi 
sasaran: menggali informasi, dan menundukkan musuh. Demikian kata pembuka dari 
presentasi Azriana, komisioner Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) 
dalam diskusi “Perempuan Aceh dan Syariat Islam” di Teater Utan Kayu, Rabu 16 
Januari.
  
 Dan setelah konflik selesai melalui perdamaian bukan berarti perempuan Aceh 
telah merdeka atas tubuhnya, mereka menjadi sasaran berikutnya melalui isu 
penerapan syariat Islam. 
  
 Semboyan “Aceh Serambi Mekkah” adalah kebanggaan bagi kaum laki-laki namun 
musibah bagi kaum perempuan karena slogan tersebut tak bisa terjadi kecuali 
melalui pemasungan terhadap tubuh perempuan. Kedengarannya agak heroik juga 
“Serambi Mekkah” itu tegak setelah makluk-aurat itu ditutup rapat-rapat. 
  
 Diskusi ini digelar setelah pemutaran tiga film dokumenter yang berkaitan 
dengan tema tersebut. Tiga film dokumenter itu dibuat oleh perempuan-perempuan 
Aceh sendiri yang dilatih melalui workshop yang diselenggarakan oleh Ragam. 
  
 Menurut Ariani Djalal penanggungjawab program tersebut awalnya 
perempuan-perempuan muda Aceh yang dilatihnya merasa tak yakin mereka bisa 
membuat film. 
  
 ”Masa sih kami bisa pegang kamera dan bikin film,” kata Ariani menirukan 
komentar mereka. Tak hanya itu saja, tema syariat Islam dan perempuan adalah 
tema yang sangat sensitif di Aceh, karena tak hanya melibatkan domain politik, 
juga otoritas agama. 
  
 ”Saya juga tak yakin program ini bisa berjalan dengan baik, namun syukur 
semuanya lancar” tutur Ariani. 
  
 Bagi Ariani tiga film itu bisa menjadi cermin dan bahan diskusi bagi 
wilayah-wilayah lain yang tengah atau sedang bertujuan menerapkan syariat Islam 
  
 Bagi Lisabona Rahman, seorang kritikus film yang juga menjadi pembicara dalam 
diskusi itu, tiga film tersebut mungkin tidak akan bisa menjadi diskusi 
internal di Aceh karena bisa mendatangkan masalah bagi para pembuatnya atau 
bagi responden yang memberikan pengakuan yang berbeda terhadap isu penerapan 
syariat Islam di Aceh. 
  
 Dan nasib ini juga semakin membuat para inong di Aceh semakin suram, atas 
tubuh mereka sendiri sudah tak memiliki kedaulatan, dan suara mereka pun 
nantinya akan mengalami penyumbatan.

 
Bagi anda yang tertarik menonton tiga film dokumenter itu, atau ingin menggelar 
diskusi di tempat lain silakan kontak Ariani Djalal: [EMAIL PROTECTED]  


   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ajakan Santunan untuk Keluarga Slamet

2008-01-17 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
  http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=34


Ajakan Santunan untuk Keluarga Slamet 
   
  Sekitar 50 orang yang hadir di Kedai Tempo, Komunitas Utan Kayu, Kamis 17 
Januari, larut dalam kesedihan. Kematian Slamet yang tragis memanggil mereka: 
tokoh dan masyarakat lintas agama untuk berdoa dan menyatakan keprihatinan. 
   
  Siti Musdah Mulia dari ICRP memulai dengan doa, ungkapan duka, dan 
keprihatinan. Selanjutnya diikuti dengan tokoh-tokoh lintas agama yang lain, 
Zafrullah Pontoh (JAI), Pdt Albertus Patty dari GKI, Pdt Martin Sinaga dari 
Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta, Pdt Gomar Gultom dari PGI, Bikhu 
Bhadravidya dari Majelis Buddhayana Indonesia, Romo Benny Susetyo dari KWI, 
Romo Jus Felix Mawengkang, MSC, dan ditutup Abd Moqsith Ghazali dari Jaringan 
Islam Liberal.
   
  Dalam acara itu juga dibacakan Catatan Pinggir Goenawan Mohamad yang ditulis 
tahun 1986 “The Death of Sukardal”, kisah tukang becak yang gantung diri karena 
becaknya dirampas oleh petugas. Goenawan Mohamad juga memberikan orasi: 
menceritakan sosok Slamet yang  meninggalkan seorang istri, empat orang anak 
dan hutang yang belum terbayar. Slamet  memiliki hutang 5 juta  dan baru 
terbayar 2.5 juta. Slamet tak mampu lagi membayar sisanya. Slamet tak bisa 
berharap lagi dari jualan gorengan karena harga bahan-bahan pokok naik terus: 
tempe, tepung, minyak goreng dan minyak tanah. 
   
  Acara tersebut ditutup pemutaran sebuah film berjudul “Kematian di Jakarta” 
karya Ucu Agustin yang mengisahkan kematian orang-orang terlantar di Jakarta. 
   
  Dalam acara tersebut juga secara spontan terkumpul dana sebesar 2 juta rupiah 
yang berasal dari orang-orang yang hadir sebagai santunan bagi keluarga Slamet. 
Untuk selanjutnya pengumpulan dana akan dilanjutkan oleh KBR68H dan Radio Utan 
Kayu sampai hari Senin dan diumumkan oleh radio tersebut.  
   
  Bagi anda yang tergerak untuk ikut menyumbang bisa melalui  nomer rekening 
5800091090 BCA Utan Kayu a.n PT. Media Lintas Inti Nusantara. Untuk kontak 
silakan hubungi Mak Rebecca Gultom 0815-1800844 dan Paul bagian Promosi KBR68H 
dan FM 89.2 Utan Kayu 021-8513386. 
   
  Dana terakhir yang terkumpul sebelum diserahkan ke keluarga Slamet akan kami 
umumkan. (Nong Darol Mahmada) 
  
Catatan Pinggir Goenawan Mohamad, The Death of Sukardal

http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=35




Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Uji Kelayakan Lembaga Fatwa

2008-01-17 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
http://guntur.name/2008/01/18/uji-kelayakan-lembaga-fatwa/
Uji Kelayakan Lembaga FatwaMohamad Guntur Romli

 Apa kriteria sebuah lembaga fatwa (dârul iftâ’) agar bisa 
dipercaya? Dalam kitab Lisan al-Arab karya Ibn Mandzur, fatwa memiliki beberapa 
makna. Yang terpenting: fatwa berarti penjelasan atas persoalan yang musykil 
dan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
 
Selanjutnya, ulama fikih membangun terminologi fatwa, yang saya sarikan dari 
pendapat Ibn Hamadan dalam kitab Al-Furuq, bahwa fatwa adalah penjelasan dan 
pemberitahuan tentang hukum syariat tanpa ikatan kemestian–tabyîn al-hukm 
al-syar’i wal ikhbar bihi duna ilzâm. Dari terminologi ini, fatwa adalah 
penjelasan dan pemahaman, maqam-nya bukan maqam syariat, dan perlu batas yang 
tegas antara fatwa dan hukum syariat.
 
 
Yang lebih penting lagi dari penjelasan tentang fatwa tersebut bahwa fatwa dari 
seseorang atau lembaga tidak mesti diikuti, tak ada keharusan untuk menjalankan 
sebuah fatwa. Kesimpulan yang bisa ditarik: sifat fatwa tidak mengikat, karena 
ia hanyalah penjelasan, kadarnya jauh di bawah hukum syariat. Hukum fatwa tidak 
mutlak sebagaimana hukum syariat.
 
Jarak antara syariat dan pendapat ini sangat disadari oleh para imam pendiri 
empat mazhab yang terkenal dalam fikih: Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan 
Hanbali. Menurut Imam Hanafi, “Tak seorang pun boleh mengambil pendapat kami, 
tanpa mengetahui asal-usul pendapat kami.” Imam Maliki berujar, “Aku manusia 
biasa, bisa benar dan salah, maka telaahlah pendapatku.” Imam Syafi’i 
menegaskan, “Jika Anda menemukan dalam kitabku yang bertentangan dengan sunah, 
ikutilah sunah dan tanggalkan pendapatku.” Imam Hanbali menyimpulkan, “Jangan 
bertaklid padaku atau pada Maliki, Syafi’i, Awza’i, atau Tsauri, ambillah 
asal-usul pendapat mereka.”
 
Para “imam-mazhab” itu sangat menyadari keterbatasan ijtihad manusiawi dan 
adanya batas di antara dua wilayah: syariat dan pendapat, serta iktikad untuk 
menggerus kerak fanatisme yang acap kali menutupi akal sehat umat.

Fatwa juga tidak bisa menjadi hukum publik. Dikisahkan dalam kitab Siyar A’lâm 
Nubalâ’(Biografi Para Tokoh yang Mulia), ketika seorang khalifah Bani Abbasiyah 
meminta Imam Malik menjadikan kitabnya, Al-Muwaththa’, menjadi hukum negara, 
dan menggantungkannya di Ka’bah, dengan tegas Imam Malik menolak.
 
Pun sebuah fatwa harus dikeluarkan dengan penuh hati-hati. Fatwa tak bisa 
dilontarkan secara amat mudah (al-tasâhul): tak semua pertanyaan dibutuhkan 
fatwa, tak harus menjawab seluruh pertanyaan gara-gara menjaga gengsi. 

Menjawab semua pertanyaan adalah kegilaan. Dari hadis riwayat Al-Baihaqi, 
“Barang siapa yang menjawab seluruh pertanyaan dari manusia, berarti dia 
majnun. Singkatnya, mudah berfatwa hanya dilakukan oleh orang gila.”
 
Dengan demikian, para ulama fikih klasik yang memperbincangkan tema ini tidak 
memisahkan antara pentingnya fatwa sekaligus risiko dan dampak dari fatwa. Bagi 
mereka, ulama sebagai ahli waris para nabi (waratsatul anbiyâ’) memiliki posisi 
yang penting untuk melayani permintaan dan menjawab pertanyaan umat.
 
Namun, risikonya jauh lebih besar. Dari hadis yang diriwayatkan oleh Al-Darami, 
misalnya, “Orang yang paling berani berfatwa di antara kalian berarti ia paling 
berani masuk neraka.” Karena itulah, fatwa hanya berasal dari mereka yang 
memiliki bekal ilmu pengetahuan yang lebih. Bagi mereka yang berfatwa–dalam 
beberapa riwayat hadis disebutkan “tanpa ilmu”–diancam hukuman berlapis-lapis: 
“dilaknat malaikat langit dan bumi”, “didudukkan di atas api neraka”, dan 
“menanggung dosa dari manusia yang mengikuti fatwanya”.
 
Namun, yang terjadi saat ini bertolak belakang. Dalam konteks politik, fatwa 
kekinian yang sering dimunculkan hanyalah doktrin bahwa ulama ahli waris nabi, 
sedangkan kewajiban dan kriterianya dibenamkan dalam-dalam.
 
Padahal Nabi Muhammad diakui sebagai nabi karena memiliki kriteria kenabian, 
yang membedakan dia dengan mereka yang hanya mengaku-ngaku nabi. Secara 
otomatis, bagi mereka yang ingin dianggap sebagai ahli waris nabi, tentu saja 
harus memiliki kriteria. Bila tidak, mereka hanya mengaku-ngaku ahli waris nabi.
 
Percakapan tentang kriteria ulama yang mampu berfatwa inilah yang raib dari 
percakapan publik. Maka tak mengherankan bila fatwa malah menimbulkan 
kekacauan. Dalam kondisi ini, perlu ada pembenahan yang harus dilakukan dimulai 
dari pemerintah. Dalam sepanjang sejarah, sebuah majelis fatwa tak terpisah 
dari kekuasaan.
 
Dalam pengantar kitab Al-Majmû’ karya Imam Al-Nawawi, ditegaskan: pemerintah 
memiliki kewajiban menyeleksi para mufti, bila layak, ditetapkan, bila tidak, 
mesti diturunkan. Dalam istilah sekarang, seorang mufti harus melewati uji 
kelayakan. Sayangnya, hal ini tidak terjadi di negeri ini. Dalam kitab ini juga 
diceritakan bahwa Imam Malik tidak pernah berani berfatwa kecuali setelah ada 
70 orang yang memberi kesaksian bahwa ia layak berfatwa.
 
Semestinya uji kelayakan ini diterapkan pada sebuah lembaga 

[wanita-muslimah] Undangan: Doa dan Keprihatinan untuk Slamet

2008-01-16 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
  Doa dan Keprihatinan untuk Slamet
   
  Rabu kemarin (16/1) lagi-lagi ada berita yang menyayat hati kita semua. 
Slamet seorang pedagang gorengan di Pasar Badak Pandeglang Banten terpaksa 
mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Ia tak tahan dengan tekanan hajat 
hidup yang semakin berat. Sebagai pedagang kecil pendapatannya terus menurun, 
sementara minyak tanah semakin sulit didapat dan harganya terus naik. Ditambah 
melonjaknya harga bahan-bahan pokok dagangannya: tempe, tepung terigu, tepung 
tapioka, sayuran dan minyak goreng.
   
  Slamet adalah satu dari ribuan pedagang makanan yang terkena dampak dari 
buruknya pemerintah mengatur negeri ini. Tidak pernah jelas sampai sekarang 
bagaimana program pemerintah membantu masyarakat miskin. Yang ada justru setiap 
kebijakan pemerintah semakin membuat masyarakat miskin susah.
 
 
  Manakala seluruh doa dan perhatian di negeri ini dipusatkan ke Soeharto, 
nasib Slamet semakin terpinggirkan, dan mungkin akan terlupakan. Peristiwa 
Slamet ini mengetuk hati kita, dan menggugah nurani bahwa hari demi hari masa 
depan rakyat kecil semakin tak pasti di negeri ini. Slamet adalah tumbal dari 
pembiaran dan ketidakpedulian, serta kesewenang-wenangan Pemerintah yang terus 
menerus berlangsung.
   
  Untuk itu kami, Komunitas Utan Kayu, mengundang anda mengadakan doa dan 
keprihatinan untuk almarhum Slamet. Acara akan diadakan di Komunitas Utan Kayu, 
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta, Kamis 17 Januari 2008, pukul 19.00-selesai. 
   
  Acara akan diisi doa dan pencerahan oleh Musdah Mulia (ICRP, Islam), Bikhu 
Bhadravidya (Majelis Buddhayana Indonesia), Gomar Gultom (PGI), KH Wahid 
Maryanto (Pengasuh Pesantren), Benny Susetyo (KWI), Abd Moqsith Ghazali (Wahid 
Institute), Albertus Patty (GKI), Martin Sinaga (STT), Neng Dara Affiah 
(Fatayat-NU), Zafrullah Pontoh (JAI), dan tokoh-tokoh agama lainnya, yang 
kemudian ditutup dengan orasi keprihatinan oleh Goenawan Mohamad.
  

Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Hari Ini: Perempuan Aceh Syariat Islam (Diskusi dan Pemutaran Film)

2008-01-15 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Salam,
Hanya ingin mengingatkan kembali, Diskusi dan Pemutaran Film tentang Perempuan 
Aceh dan Syariat Islam dilaksanakan hari ini, Rabu 16 Januari pukul 19.00 di 
Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu no 68H.
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=125


   Rabu, 16 Januari 2008, 19:00 WIB
   Diskusi dan Pemutaran Film Dokumenter
   PEREMPUAN ACEH  SYARIAT ISLAM  Narasumber: Lisabona 
Rahman, Azriana, dan Ariani Djalal.
 
Bagaimana nasib perempuan Aceh di tengah jerat-jerat syariat Islam? Anda bisa 
menyaksikannya melalui tiga film dokumenter yang dibuat langsung oleh 
perempuan-perempuan Aceh. 

Film pertama, berjudul Meuneunggui (Mode), menggambarkan penerapan syariat 
Islam di Aceh—yang dimulai dengan kewajiban berjilbab pada kaum perempuan 
Aceh—justru menggairahkan dunia fashion, dengan maraknya pelbagai mode jilbab 
yang dipakai perempuan-perempuan di Aceh. Marak pula praktik sweeping yang 
dilakukan oleh sekelompok laki-laki bersarung dan berbaju putih. 

Film kedua, Bungong (Bunga), menayangkan gambaran dan nasib yang penuh kontras 
antara perempuan dan lelaki di Banda Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Kaum 
ibu—dalam balutan busana muslimah—harus mengasuh anak, mencuci piring, menjaga 
rumah, sedangkan kaum laki-laki dengan santai menghabiskan waktu ngobrol di 
kedai kopi. Film ini juga menampilkan kesaksian seorang perempuan yang telah 
berjilbab tapi ternyata belum aman dari gangguan; ia mengaku payudaranya pernah 
diremas seorang lelaki tak dikenal ketika berada di jalan raya yang sepi. 

Film ketiga, Bak Lon Kaloen (Kala Aku Melihat), berupaya menggali informasi 
dari Wilayatul Hisbah (polisi syariah): apa tugas mereka, apa prosedur-prosedur 
yang harus ditempuh, termasuk merazia jilbab. Dan tentu saja apa pemahaman 
mereka tentang syariat Islam yang tak lebih dari masalah jilbab, busana 
muslimah, dan “menjadikan perempuan lebih berakhlak”. 

Setelah pemutaran film dokumenter yang masing-masing berdurasi 10 
menit--dimulai pukul 19.00 WIB--akan diadakan diskusi dengan Lisabona Rahman, 
pengamat film dan peneliti masalah jender, Azriana, Komisioner Komnas 
Perempuan, dan pendiri Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk 
Keadilan (LBH APIK) Lhoksumawe Aceh yang banyak melakukan advokasi hukum 
terhadap kasus-kasus yang menimpa kaum perempuan Aceh, dan Ariani Djalal, 
manajer pogram Ragam Media Network. Diskusi ini merupakan kerja sama Komunitas 
Utan Kayu dengan Ragam Media Network.
Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun


 

Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Radio Suara Porong Mengudara

2007-11-29 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
   http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=30
   
  Siaran Pers KBR68H
  Radio Suara Porong Mengudara
   
  Hari Sabtu 24 November 2007, Radio Suara Porong, Sidoarjo, Jawa Timur mulai 
mengudara di gelombang 107,8 FM. Radio komunitas ini punya motto ”Suara Korban 
Lumpur Lapindo”.
   
  Suara Porong didirikan oleh masyarakat korban lumpur Lapindo dengan bantuan 
KBR68H dan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), di Komunitas Utan 
Kayu, Jakarta. Para korban itu sebagian besar masih tinggal di tempat 
penampungan pengungsi di Pasar Porong, yang sekaligus menjadi markas dan lokasi 
studio siaran.
   
  Radio Suara Porong didirikan dengan maksud agar warga korban lumpur panas 
bisa mendapatkan akses informasi dan memiliki media komunikasi yang dikelola 
sendiri. Selain untuk hiburan, radio ini bakal menjadi sarana bagi warga untuk 
mengirimkan informasi dan menangkap kabar dari dunia luar. Dengan demikian 
kebutuhan informasi dan komunikasi para warga bisa terpenuhi.
   
  Ide dan persiapan pendirian radio ini dimulai bulan Oktober 2007 lalu. KBR68H 
dan PPMN menyiapkan bantuan teknis pendirian radio. Pelatihan untuk para awak 
radio dalam hal pengelolaan radio komunitas juga diselenggarakan dengan 
menggandeng Radio Komunitas Angkringan Yogyakarta sebagai tim mentor.
   
  Selain menyiarkan program sendiri, radio ini merelay beberapa program KBR68H 
yang cocok dengan kebutuhan mereka. Sejak mengudara, Radio Suara Porong tak 
pernah sepi dari warga yang datang untuk sekadar melihat-lihat atau berbincang 
dengan para pengelola radio.
   
  Untuk sementara ini, Suara Porong on-air setiap Senin – Jumat pk. 16.00 – 
21.00 WIB dan Sabtu – Minggu pk. 09.00 – 21.00 WIB.
   
  Contact Person : 
  Sdr. Betrix (Project Officer PPMN untuk Radio Suara Porong) HP : 021-70798687



Mohamad Guntur Romli
http://guntur.name/
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan Pertunjukan Acapella Mataraman di TUK

2007-11-29 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Salam,

Silakan anda datang untuk menonton pertunjukan musik ini. Kelompok Acapella 
Mataraman ini sangat unik, menggunakan mulut sebagai alat musik. Dengan mulut, 
mereka menirukan bunyi-bunyi dari pelbagai jenis musik; mulai musik Jawa, 
Dangdut, India, dan Barat. Sangat unik, menarik dan menghibur. Apalagi ditambah 
pesindennya, Soimah yang suaranya sangat merdu, lincah dan cantik jelita. 

http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=122

Jumat, 30 November dan Sabtu 1 Desember 2007, pukul 20:00 WIB
   Konser Acapella Mataraman (Yogyakarta)
   CANGKEM KUADRAT Pimpinan Pardiman Djojonegoro.
 
Grup vokal Acapella Mataraman, yang para anggotanya berlatar musik Jawa, kerap 
bereksperimen membaurkan berbagai gaya paduan suara dan bahasa, dengan humor 
dan ironi. Tak mengherankan jika di tengah sebuah tembang Jawa yang mereka 
nyanyikan tiba-tiba terdengar lagu India, Mandarin, atau Barat yang kemudian 
bisa beralih lagi ke corak musik yang lain sama sekali, dan semua itu 
berlangsung mengalir begitu saja secara spontan, kocak dan segar. Kerap juga 
mereka bawakan lagu yang sudah luas dikenal namun dengan tempo dan ritme yagn 
sudah diubah, lebih lambat atau cepat, sehingga terdengar seperti asing tetapi 
sekaligus asyik. Di dalam suasana gayeng yang mereka ciptakan dari oplosan 
berbagai unsur itu ada kalanya terselip satir sosial-politik yang tajam. 
Acapella Mataraman dipimpin oleh komponis Pardiman Djojonegoro dan didukung 
antara lain oleh pesinden Soimah Pancawati.
Tempat pertunjukan ini di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No 68H, dan 
tidak dipungut biaya.




Mohamad Guntur Romli
http://guntur.name/
   
-
Be a better sports nut! Let your teams follow you with Yahoo Mobile. Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan: 8 Penyair Muda Baca Karya di TUK

2007-11-08 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Salam

Kami mengundang anda untuk menyaksikan pembacaan puisi-puisi dari 8 penyair 
muda Indonesia yang akan dibacakan oleh penyairnya sendiri. Acara tersebut akan 
digelar di Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No 68H Jakarta selama dua hari 
Jumat 9 November dan Sabtu 10 November 2007 pukul 20.00 WIB

Silakan anda hadir dan tidak dipungut biaya sedikit pun.

Mohamad Guntur Romli
http://guntur.name/

   http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=121

Jumat, 09 November dan Sabtu 10 November 2007 pukul  20:00 WIB
   8 PENYAIR MUDA BACA KARYA
   Binhad Nurrohmat, Dina Oktaviani, Fadjroel Rachman, Hasan Aspahani, 
Inggit Putria Marga, Lupita Lukman, Pranita Dewi, S. Yoga.
Banyak penyair baru bermunculan dalam khazanah sastra Indonesia, dengan 
berbagai corak pengucapan dan tema. Kita dapat menyimak kehadiran karya mereka 
di berbagai media massa, merasakan gairah, kegagapan maupun kefasihan mereka, 
pun tak jarang menikmati kesegaran yang mereka tawarkan. 

Dan tak sedikit di antara mereka yang telah memasuki tingkat kematangan. Bulan 
ini Teater Utan Kayu mengundang beberapa nama yang barangkali bisa dibilang 
termasuk gelombang baru dalam kepenyairan Indonesia untuk membacakan 
karya-karya mereka: Hasan Aspahani (Batam), Inggit Putria Marga dan Lupita 
Lukman (Lampung), Fadjroel Rachman dan Binhad Nurrohmat (Jakarta), Dina 
Oktaviani (Yogyakarta), S. Yoga (Nganjuk), dan Pranita Dewi (Bali). Kami 
mengundang anda untuk menyimak dan menikmat bersama penampilan mereka.

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Saksikan Kongkow Bareng Gus Dur di Youtube

2007-11-05 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Kongkow Bareng Gus Dur di Youtube

Acara Kongkow Bareng Gus Dur yang diproduksi oleh KBR68H Jakarta bisa 
disaksikan di youtube.com. Anda bisa telusuri di search youtube.com dengan 
mengetik kongkow atau kbr68h. Rekaman acara Kongkow Bareng Gus Dur ini 
telah disiarkan oleh 13 televisi lokal di Indonesia. Dalam acara ini, Gus Dur 
ditemani seorang narasumber tamu yang memperbincangkan tema-tema yang beragam. 
Narasumber tamu itu misalnya, Dawam Rahardjo, Asvi Marwan Adam, Ulil 
Abshar-Abdalla, Luthfi Assyaukanie, Rumadi, Maria Pakpahan, Yusman Roy, Ioanes 
Rakhmat, Hamid Basyaib, dll.   


Untuk program radio, acara Kongkow Bareng Gus Dur terus mengudara dari Kedai 
Tempo, Komunitas Utan Kayu, Jakarta, setiap Sabtu pukul 10.00 WIB yang 
disiarkan lebih 70 radio jaringan KBR68H di Nusantara. Untuk wilayah Jakarta, 
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, acara Kongkow Gus Dur bisa disimak di Radio 
Utan Kayu 89.2 FM.

Selamat menonton

Mohamad Guntur Romli
Pembawa Acara Kongkow Bareng Gus Dur

http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=28
 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan Acara Pembukaan Pameran Karya John Gurrin di Galeri Lontar

2007-11-02 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
  http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=120
   
  Undangan Acara Pembukaan Pameran
   
  Galari Lontar, Komunitas Utan Kayu, mengundang anda dalam acara Pembukaan 
Pameran Karya-karya John Gurrin Selasa 6 November 2007 pukul 19.30 WIB. 
   
  Di acara pembukaan ini akan ada sambutan dari Goenawan Mohamad dari Komunitas 
Utan Kayu, Asikin Hasan dari Galeri Lontar, dan John Gurrin. Acara pembukaan 
akan dimeriahkan dengan permain biola Stephanie Griffin, istri John Gurrin.
   
  Kami tunggu kehadiran anda.
   
  Terima kasih
   
   
  Tentang pameran ini
   
  Kebanyakan foto di pameran ini langsung atau tak langsung terkait dengan 
Stephanie Griffin. Hal ini bisa dipahami karena keterlibatan panjang Stephanie 
dengan musik Tony Prabowo. 
   
  Stephanie pertama bertemu dengan Tony di New York, saat Autumnal Leaves, 
karya orkestral Tony, digelar perdana di Lincoln Center oleh the New Juilliard 
Ensemble. Klimaks emosi karya ini terletak pada bagian ketiga, pada solo viola 
yang membubung liris. 
   
  Sejak mula, Stephanie langsung lulut pada musik ini. Demikian pula Tony, yang 
sangat terkesan oleh tafsir Stephanie. Dari sini mengalirlah persahabatan dan 
kolaborasi musik yang indah, yang dalam perjalanannya membuahkan sejumlah 
konser di Indonesia dan Amerika serta sederet karya Tony untuk viola solo, 
karya untuk viola dan vokal, untuk viola dan piano, untuk viola dalam dua 
opera, dan sebuah karya yang cukup baru, Pastoral, yang digubah untuk dua 
soprano dan kuartet gesek Stephanie, Momenta.
   
  Cinta Tony pada pengembaraan musik Stephanie dan cinta Stephanie pada musik 
Tony merupakan contoh gemilang bertemunya dua pemusik internasional di kancah 
dunia musik kontemporer. 
   
  Pameran ini terdiri dari tiga bagian:
   
  Set pertama adalah sebuah pernikahan Estonia, yang diwarnai kanak-kanak 
berambut pirang. Sekuen ini adalah sebuah fantasi lamunan atas kenangan masa 
lalu.
   
  Set kedua menampilkan Brooklyn serta pantai pulau Coney dan Brighton. Segala 
penanda lokasi nampak sirna di pantai—kita bisa berada di manapun. 
   
  Set ketiga adalah sekumpulan still photo dari video pengiring yang baru-baru 
ini saya buat untuk karya Stephanie dan Tony Music for Multiple Violas, 
B-A-C-H 2004.  Saat membuatnya, saya mendapatkan pemahaman baru tentang 
komposisi ini, yang lalu ingin saya terjemahkan ke layar. Tentu saja 
gambar-gambar ini adalah rekaman sekilas belaka atas video yang mendasarinya.
 
  
   
  Tentang John Gurrin
   
  John Gurrin adalah seorang seniman yang bekerja di beragam media. Pendidikan 
film diperolehnya di McGill University, Montreal dan Syracuse University.  Pada 
awal karirnya John diundang ke Venice Biennale untuk karya komputer 
interaktifnya, “One Hour of Love.”  Sejalan dengan penjelajahannya dalam dunia 
film, video dan karya berbasis komputer, John kian menampakkan bakat luar 
biasanya dalam suara dan bunyi. Setelah lulus dari Syracuse John langsung 
bekerja di departemen bunyi New York University Tisch School of the Arts. Di 
universitas yang sama, ia menjabat pengajar penuh di fakultas film. Sebagai 
perancang suara, John pernah bekerja dengan band Metallica (Unforgiven), and 
Nike. 
   
  Beberapa tahun belakangan ini, John menggarap rekaman Stephanie Griffin dalam 
tafsirnya atas, antara lain, karya-karya Tony Prabowo, Kee Yong Chong, Arthur 
Kampela dan Tristan Murail.
   
  Baru-baru ini John menyelesaikan karya video baru yang mengiringi karya Tony 
Prabowo B-A-C-H 2004 di National Museum of Singapore.
   
  Karya kreatif John sangat unik, puitis dan hidup. John juga punya portfolio 
fotografi yang luas, yang menampilkan perspektifnya yang unik atas 
tempat-tempat seperti Rajasthan, Jakarta, Istanbul, Estonia, Irlandia, Inggris, 
Vancouver dan Williamsburg, Brooklyn.  
   
  Akhir-akhir ini, John melewatkan hari-harinya dengan mengotak-atik instalasi 
video di studionya di Brooklyn.
   
  Pameran ini akan berlangsung   06 November 2007 - 21 
November 2007 

   
  
 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan Acara Pembukaan Pameran Karya John Gurrin di Galeri Lontar

2007-11-02 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
  http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=120
   
  Undangan Acara Pembukaan Pameran
   
  Galari Lontar, Komunitas Utan Kayu, mengundang anda dalam acara Pembukaan 
Pameran Karya-karya John Gurrin Selasa 6 November 2007 pukul 19.30 WIB. 
   
  Di acara pembukaan ini akan ada sambutan dari Goenawan Mohamad dari Komunitas 
Utan Kayu, Asikin Hasan dari Galeri Lontar, dan John Gurrin. Acara pembukaan 
akan dimarakkan dengan permain biola Stephanie Griffin, istri John Gurrin.
   
  Kami tunggu kehadiran anda.
   
  Terima kasih
   
   
  Tentang pameran ini
   
  Kebanyakan foto di pameran ini langsung atau tak langsung terkait dengan 
Stephanie Griffin. Hal ini bisa dipahami karena keterlibatan panjang Stephanie 
dengan musik Tony Prabowo. 
   
  Stephanie pertama bertemu dengan Tony di New York, saat Autumnal Leaves, 
karya orkestral Tony, digelar perdana di Lincoln Center oleh the New Juilliard 
Ensemble. Klimaks emosi karya ini terletak pada bagian ketiga, pada solo viola 
yang membubung liris. 
   
  Sejak mula, Stephanie langsung lulut pada musik ini. Demikian pula Tony, yang 
sangat terkesan oleh tafsir Stephanie. Dari sini mengalirlah persahabatan dan 
kolaborasi musik yang indah, yang dalam perjalanannya membuahkan sejumlah 
konser di Indonesia dan Amerika serta sederet karya Tony untuk viola solo, 
karya untuk viola dan vokal, untuk viola dan piano, untuk viola dalam dua 
opera, dan sebuah karya yang cukup baru, Pastoral, yang digubah untuk dua 
soprano dan kuartet gesek Stephanie, Momenta.
   
  Cinta Tony pada pengembaraan musik Stephanie dan cinta Stephanie pada musik 
Tony merupakan contoh gemilang bertemunya dua pemusik internasional di kancah 
dunia musik kontemporer. 
   
  Pameran ini terdiri dari tiga bagian:
   
  Set pertama adalah sebuah pernikahan Estonia, yang diwarnai kanak-kanak 
berambut pirang. Sekuen ini adalah sebuah fantasi lamunan atas kenangan masa 
lalu.
   
  Set kedua menampilkan Brooklyn serta pantai pulau Coney dan Brighton. Segala 
penanda lokasi nampak sirna di pantai—kita bisa berada di manapun. 
   
  Set ketiga adalah sekumpulan still photo dari video pengiring yang baru-baru 
ini saya buat untuk karya Stephanie dan Tony Music for Multiple Violas, 
B-A-C-H 2004.  Saat membuatnya, saya mendapatkan pemahaman baru tentang 
komposisi ini, yang lalu ingin saya terjemahkan ke layar. Tentu saja 
gambar-gambar ini adalah rekaman sekilas belaka atas video yang mendasarinya.
 
  
   
  Tentang John Gurrin
   
  John Gurrin adalah seorang seniman yang bekerja di beragam media. Pendidikan 
film diperolehnya di McGill University, Montreal dan Syracuse University.  Pada 
awal karirnya John diundang ke Venice Biennale untuk karya komputer 
interaktifnya, “One Hour of Love.”  Sejalan dengan penjelajahannya dalam dunia 
film, video dan karya berbasis komputer, John kian menampakkan bakat luar 
biasanya dalam suara dan bunyi. Setelah lulus dari Syracuse John langsung 
bekerja di departemen bunyi New York University Tisch School of the Arts. Di 
universitas yang sama, ia menjabat pengajar penuh di fakultas film. Sebagai 
perancang suara, John pernah bekerja dengan band Metallica (Unforgiven), and 
Nike. 
   
  Beberapa tahun belakangan ini, John menggarap rekaman Stephanie Griffin dalam 
tafsirnya atas, antara lain, karya-karya Tony Prabowo, Kee Yong Chong, Arthur 
Kampela dan Tristan Murail.
   
  Baru-baru ini John menyelesaikan karya video baru yang mengiringi karya Tony 
Prabowo B-A-C-H 2004 di National Museum of Singapore.
   
  Karya kreatif John sangat unik, puitis dan hidup. John juga punya portfolio 
fotografi yang luas, yang menampilkan perspektifnya yang unik atas 
tempat-tempat seperti Rajasthan, Jakarta, Istanbul, Estonia, Irlandia, Inggris, 
Vancouver dan Williamsburg, Brooklyn.  
   
  Akhir-akhir ini, John melewatkan hari-harinya dengan mengotak-atik instalasi 
video di studionya di Brooklyn.
  Pameran ini akan berlangsung 06 November 2007 sampai 21 November 2007 
   
   
  
 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan Bedah Empat Buku Puisi Terkini di TUK

2007-10-29 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Salam
Bagi anda yang berminat silakan hadir.
Terima kasih

-Guntur-


http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=118
   Selasa, 30 Oktober 2007, 19:00 WIB
   Diskusi EMPAT BUKU PUISI TERKINI
   (Karya Iyut Fitra, Mardi Luhung, Mashuri, Zen Hae) Pembicara: Arif Bagus 
Prasetyo  Kris Budiman Moderator: Akmal Nasery Basral.

Puisi Indonesia dewasa ini terus bergerak di antara kutub-kutub yang seakan tak 
berubah: antara kerumitan dan kesederhanaan ungkapan, antara kepekatan dan 
kejernihan imaji, antara karnaval dan kesunyian. Tentu saja para penyair tak 
serta-merta hanya bergerak ke salah satu kutub itu. Bahkan sejumlah penyair 
tampaknya menemukan semacam ramuan pribadi yang mencoba mempertemukan (atau 
menabrakkan) ekstrem-ekstrem yang berlawanan itu, atau mengolah berbagai anasir 
dari sumber-sumber yang kian beragam: dari tradisi kampung halaman hingga 
hiperrealitas dunia media, dari yang esoterik hingga yang pop, dari humor 
hingga horor. Bagaimanakah hasilnya? Tawaran estetik dan tematik apa saja yang 
telah diajukan oleh para penyair terkini? Akan melaju ke manakah kerja 
penciptaan puisi yang berlangsung dalam bahasa Indonesia hari ini? 
Pertanyaan-pertanyaan ini penting dan menarik, tapi tentu memerlukan 
penyelidikan yang memadai untuk mendapatkan jawabnya. Setidaknya dengan 
mendiskusikan
 sejumlah buku puisi yang terbit belakangan ini, kita bisa beroleh sedikit 
gambaran tentang keadaan perpuisian Indonesia kini. Untuk itulah kami 
mengundang dua pembicara, Kris Budiman (peneliti dan kritikus sastra dari UGM) 
dan Arif Bagus Prasetyo (penyair dan esais), untuk membicarakan empat kumpulan 
puisi yang terbit belum lama ini. Kris Budiman akan membahas Musim Retak (Iyut 
Fitra) dan Ngaceng (Mashuri), sedangkan Arif Bagus Praseyo akan mengulas Ciuman 
Bibirku yang Kelabu (Mardi Luhung) dan Paus Merah Jambu (Zen Hae). Moderator 
diskusi ini Akmal Nasery Basral. 
 ARIF BAGUS PRASETYO lahir pada 30 September 1971. Aktif sebagai penulis dan 
kurator. Telah menghasilkan, antara lain, buku puisi Mahasukka, buku kritik 
sastra Epifenomenon dan buku kritik seni rupa Melampaui Rupa. Tinggal di 
Denpasar, Bali.
 
Kris Budiman adalah penulis yang sudah bahagia dengan novel tipisnya, Lumbini 
(Yogyakarta: Jalasutra, 2006); mengajar antropologi dan semiotika di beberapa 
perguruan tinggi di Yogyakarta.
  

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Undangan Diskusi SEJARAH POLITIK BAHASA INDONESIA di TUK

2007-10-29 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
Salam
Bagi anda yang berminat pada tema diskusi ini, silakan hadir, tidak dipungut 
biaya.

-Guntur-

Penanggungjawab diskusi di Komunitas Utan Kay
 
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=119

Rabu, 31 Oktober 2007, 19:00 WIB
   Diskusi SEJARAH POLITIK BAHASA INDONESIA
   Pembicara: Jos Daniel Parera  Bambang Kaswanti Purwo
Moderator Ibnu Wahyudi

Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No.68H Jakarta 

Sejarah politik bahasa nasional kita dimulai ketika pemerintah kolonial Belanda 
membatasi penggunaan bahasa Belanda oleh pribumi—masyarakat Hindia-Belanda. Hal 
inilah yang kemudian kian mendorong penggunaan bahasa Melayu sebagai lingua 
franca dalam pergerakan kemerdekaan. Pada perkembangannya, bahasa Indonesia 
yang bermula dari bahasa Melayu itu tidak bisa lepas dari persoalan bagaimana 
ia menjadi bahasa nasional, bagaimana hubungannya dengan bahasa daerah dan 
bahasa asing, serta bagaimana sebuah kebijakan politik ikut membentuk bahasa 
nasional tersebut. Berangkat dari sebuah risalah yang ditulis oleh H.M.J. 
Maier, From Heteroglossia to Polyglossia: The Creation of Malay and Dutch in 
The Indies, dalam bulan bahasa ini Komunitas Utan Kayu akan menggelar diskusi 
tentang sejarah politik bahasa Indonesia dengan pembicara Jos Daniel Parera 
(Guru Besar Studi Linguistik di Universitas Negeri Jakarta) dan Bambang 
Kaswanti Purwo (Guru Besar Studi Linguistik Universitas Katolik Atma
 Jaya Jakarta).


 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kongkow Bareng Gus Dur Kembali Mengudara di Yogyakarta

2007-10-08 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=23

Jakarta 8 Oktober 2007

Siaran Pers :

Kongkow Bareng Gus Dur Kembali Mengudara di Yogyakarta


Talkshow televisi dengan nara sumber KH Abdurrahman Wahid, yang bertajuk 
Kongkow Bareng Gus Dur akhirnya mengudara kembali di Yogyakarta. Manajemen 
Yogya TV, mulai 5 Oktober 2007, melanjutkan kembali penayangan acara itu, 
setelah mendengar masukan dari penonton dan berbagai kelompok masyarakat di 
Yogya.

Kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi, kepada Yogya TV yang telah membuka 
pintu dialog dengan mendengar aspirasi warga Yogya. Penghargaan yang tinggi 
juga kami tujukan kepada berbagai organisasi masyarakat, organisasi jurnalis, 
organisasi keagamaan, juga tokoh tokoh masyarakat yang dengan tulus memberi 
masukan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat secara damai.

Pengalaman ini, kami harap akan semakin mematangkan kami, para pengelola media, 
dalam memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat. 

Kongkow Bareng Gus Dur adalah acara rutin yang diadakan KBR68H setiap Sabtu 
pagi pukul 10.00 WIB, dan disiarkan langsung oleh lebih dari 70 radio anggota 
jaringan di seluruh Indonesia. 

Program itu juga diputar untuk stasiun televisi, dan tersedia 15 episode yang 
siap tayang. Versi televisi ini diproduksi KBR68H bersama School for Broadcast 
Media (SBM), dan disebarluaskan dengan dukungan Ragam dan Yayasan Tifa. Saat 
ini, sebanyak 13 televisi lokal menyiarkan acara tersebut.


Santoso
Direktur Utama 
KBR68H


   
-
Need a vacation? Get great deals to amazing places on Yahoo! Travel. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Buku Terbaru Goenawan Mohamad: Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai

2007-10-06 Terurut Topik Komunitas Utan Kayu
  http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=22
  Buku Terbaru Goenawan Mohamad
   

Buku terbaru Goenawan Mohamad telah terbit dalam dua bahasa: Indonesia dan 
Inggris. 
   

TUHAN DAN HAL-HAL YANG TAK SELESAI
 Penerbit: KataKita, Jakarta, September 2007
 Tebal 162 halaman
 Harga Rp 50.000. 
  

Versi Inggris: 

 ON GOD AND OTHER UNFINISHED THINGS
 Terjemahan Laksmi Pamuntjak
 Tebal 162 halaman
 Harga Rp 75.000. 
   
 
 Buku Goenawan Mohamad terbaru ini berupa 99 esei liris pendek yang berangkat 
dari aforisme, mengikuti jejak Percikan Permenungan karya Roestam Effendi di 
tahun 1930-an. Angka 99, dengan berasosiasi kepada 99 nama Tuhan menurut 
tradisi Islam, juga mengesankan ketidak -selesaian. 
   
 
 Isinya pada umumnya merupakan eksplorasi saat-saat religious, pengalaman 
puitis, juga renungan tentang Tuhan, iman, kematian dan kekuasaan. 
   
 
 Dalam mengembangkan pemikirannya, Goenawan Mohamad mengolah dan mengritik 
percikan filsafat Eropa (Heidegger, Levinas, Derrida, Marion, dan Badiou, 
misalnya), dan filsafat Islam, khususnya, Ibn Sina, Al-Ghazali serta Ibn Rusdh. 
Ia juga memakai bahan-bahan dari sastra Jawa klasik. Salah satu eseinya 
menunjukkan persamaan Serat Cabolek (khususnya tentang pertemuan Bima dengan 
Dewa Ruci) dengan meditasi Cartesian tentang subyek.
 
 Kutipan dari buku Goenawan Mohamad, “Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai” 
 

   **
  
   Demak: Pada suatu hari yang mungkin tak sebenarnya terjadi di abad ke-16, 
dengan sabar sembilan  orang wali mendirikan mesjid pertama di kota pantai 
utara Jawa ini. Beratus-ratus tahun kemudian cerita terus beredar, bahwa salah 
seorang dari mereka, Sunan Kalijaga, menyusun  tiang mesjid di Demak itu dari 
tatal: serpihan kayu yang tersisa dan lapisan yang lepas ketika papan dirampat 
ketam. 

   Saya bayangkan dengan takjub: sebuah mesjid yang ditopang oleh yang 
terbuang, yang remeh dan yang tak bisa disusun rata  --  bukan sebuah rumah 
Tuhan yang berdiri karena pokok yang lurus dan kukuh, dengan lembing dan 
tahta..  


   **

   Dari riwayat yang rusak, manusia membayangkan satu titik di depan yang 
sempurna. Titik itu seringkali jelas ditegaskan, tapi sebenarnya ia adalah, 
untuk memakai kata-kata Laclau, sebuah “penanda yang kosong”. Kekosongan ini 
bukan berarti sesuatu yang sepenuhnya negatif. Justru penanda itu begitu 
menggetarkan dan menggerakkan kita, dan lahirlah damba. Dengan damba itu kita 
membuat sejarah untuk mengisi penanda yang kosong itu dengan sesuatu yang bisa 
yang ditandai secara memadai. 

   Tak mudah dijelaskan dari mana datang ajektif dalam penanda kosong yang 
melahirkan dan menggerakkan damba itu -- katakanlah nilai “adil” dalam 
kata-kata “masyarakat yang berkeadilan”. Mungkin sebab itu orang berbicara 
tentang wahyu. Cerita tentang wahyu adalah cerita saat manusia jadi makhluk 
yang terbatas: ia mengalami persentuhan dengan Yang Tak Terbatas. Ketika wahyu 
datang pertama kali, demikianlah kisah Nabi Muhammad yang kita dengar sejak 
kanak-kanak, ia terguncang, ketakutan, dan menutup diri dalam selimut. Kefanaan 
dipaparkan dalam hubungan dengan yang abadi.



   **
  
   Iman lebih kaya ketimbang kemurnian. Iman adalah bianglala yang semarak. 
Yang menghendakinya sebagai sehelai pembalut putih yang steril lupa bahwa 
manusia bukan cetakan tunggal mumi Adam di atas bumi. Bahkan tak ada mumi, juga 
dalam kotak kaca, yang tanpa sejarah, tanpa ketelanjuran kebudayaan.  
  
   Yang kekal selamanya saling membelah dengan bumi yang guyah. 


   **

   Yang menyangka ada jalan pintas dalam iman akan menemukan jalan buntu dalam 
sejarah.  Tiap masa selalu ada orang yang mengembara dan membuka kembali pintu 
ke gurun pasir tempat Musa -- yang tak diperkenankan melihat wajah Tuhan --  
mencoba menebak kehendak-Nya terus menerus. Di sana  tanda-tanda tetap 
merupakan tanda-tanda, bukan kebenaran itu sendiri.  Di sana banyak hal belum 
selesai.

   Gurun pasir tak sepenuhnya dialahkan, dan cadar selalu kembali seperti 
kabut. Manusia bisa tersesat, tapi sejarah menunjukkan bahwa iman tak pernah 
jera justru ketika Tuhan tak jadi bagian benda-benda yang terang. 

   **

   Tiap doa mengandung  ketegangan. Doa selalu bergerak antara ekspresi yang 
berlimpah dan sikap diam, antara hasrat ingin mengerti dan rasa takjub yang 
juga takzim. Di depan Ilahi, Yang Maha Tak-Tersamai, lidah tak bisa bertingkah.

   Bila ada agama yang memusuhi syair,  itu karena ia lupa bahwa puisi juga 
sejenis doa. “Di pintu-Mu aku mengetuk/aku tak bisa berpaling”, tulis Chairil 
Anwar, antara lega dan putus-asa. Puisi, bahkan dalam pernyataannya yang 
tersuram, adalah rasa hampa tapi juga sikap bersyukur yang tak diakui.


   
   
-
Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. 

[Non-text portions of this message have been removed]