[wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-28 Terurut Topik amy_widiastuti
Mas Ari mungkin mengira semua guru. Maksud saya guru yang PNS itu 
dari jaman dulu kala sudah cukup penghasilannya. Orang tua saya dan 
saudara2 saya guru di kota kecil. Keluarga kami tidak kaya, tapi kami 
juga tidak pernah kekurangan. Kami senang bila pemerintah 
memperhatikan gaji guru, kami juga orang yang tahu terima kasih. Kami 
tidak mau perhatian yang berlebihan yang membuat kami lupa bahwa kami 
harus ikhlas mengajar tanpa mengharapkan materi berlebihan.
Kalau guru yang belum PNS, lebih2 pada sekolah yang tak dikenal 
pemerintah, susah sekali mengukur kesejahterannnya.
Sah-sah saja orang menambah penghasilan demi kebutuhannya yang 
meningkat. Semua orang dengan berbagai profesi bahkan suka nyambi 
demi mendapatkan lebih dari biasanya atau pun tidak suka menganggur.
Karena itu gampang ditemui tentara dan polisi yang nyambi jadi 
pengaman klub malam, pegawai pemda yang nyambi jadi konsultan, guru 
nyambi jadi tukang ojek, dsb.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro"  
wrote:
>
> Di kick andy, pernah ada episode yg mengangkat profil kepala 
sekolah di jkt yang juga berprofesi jadi pemulung.
> 
> Mbak belum pernah lihat ?
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: "amy_widiastuti" 
> 
> Date: Fri, 26 Dec 2008 17:35:46 
> To: 
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
Muslimah
> 
> 
> Saya setuju dengan tulisan di bawah.
> Saya pahami bahwa untuk peduli sesuatu, bukan berarti tanpa ukuran 
> yang benar. Misalnya memberi penghargaan berupa gelar PAHLAWAN, 
bukan 
> berarti diberikan dengan gampang kepada Naga Bonar, Si Pitung, Jaka 
> Sembung bahkan Bang Ji-i.
> Terlalu naif bila kita tutup mata terhadap siapa yang layak 
> mendapatkan penghargaan sebenarnya.
> Selama ini, sebenarnya kita dipaksa sepakat dengan 
slogan "Rendahnya 
> kualitas pendidikan karena kurangnya penghargaan pada guru".
> Dari jaman dulu kala, Guru bukanlah profesi untuk menjadi kaya. 
Guru 
> adalah profesi pengabdian, sampai-sampai guru digelari Pahlawan 
tanpa 
> tanda jasa. Menjadi salah kaprah bila guru dijadikan profesi "bisa 
> kaya". Hal ini akan mengurangi semangat pengabdian seorang guru. 
> Karena guru akan saling melihat kekayaan guru lainnya. Padahal kaya 
> atau tidaknya seseorang tergantung takdir Tuhan.
> Bila dianggap profesi, secara materi, guru didesain untuk menjadi 
> orang cukup. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin, tetapi secara 
strata 
> sosial, guru selalu ada di papan atas.
> Mengukur kesejahteraan guru juga berbeda-beda. Saya lahir dari 
> keluarga guru di kota kecil, dan saya berpengalaman ke pelosok2 
tanah 
> air, tak pernah menjumpai guru antre zakat, juga tak menjumpai guru 
> bermobil BMW. Bahkan dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang, 
tak 
> ada kelurga guru yang kelaparan, tak ada keluarga guru yang buta 
> huruf tak mampu sekolah.
> Isu guru terlalu dibesar2kan, terutama menjelang PEMILU, karena 
guru 
> sangat potensial menjaring suara pemilih pemula.
> So what dengan kesejahteraan guru? 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany"  
> wrote:
> >
> > Kalo baca buku 'laskar pelangi the phenomenon' ; ternyata kisah 
> laskar pelangi ini mencerahkan.
> > Banyak kesaksian dari orang2 yg mula2 terpuruk, putus asa, tidak 
> semangat, yg malu jadi guru
> > menjadi terbangkitkan rasa percaya dirinya setelah baca laskar 
> pelangi.
> > 
> > Bahkan kemudian orang2 tionghwa beramairamai pulang kampung ke 
> Belitong.
> > Rumah Bu Mus juga disambangi banyak orang untuk sekedar 
berfotoria, 
> minta tanda tangan.
> > 
> > Murid2nya selain Ikal, seperti Mahar, A Kiong, Kucai juga memberi 
> kesaksian serupa tentang peranan
> > Bu Mus dalam karir mereka selanjutnya.
> > 
> > salam, 
> > l.meilany
> >   - Original Message - 
> >   From: Ary Setijadi Prihatmanto 
> >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> >   Sent: Wednesday, December 10, 2008 7:54 AM
> >   Subject: Re: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
> Muslimah
> > 
> > 
> >   Menurut saya artikelnya menggunakan sudut yang nggak pas.
> >   Jangan karena mau nembak SBY, malah nembak orang yang nggak ada 
> urusannya dengan politik.
> > 
> >   Bukankah semua sepakat bahwa rendahnya kualitas pendidikan 
salah 
> satunya karena kurangnya penghargaan terhadap guru.
> > 
> >   Jadi seharusnya bukan Ibu muslimahnya yang di-utak-utik.
> >   Tapi harusnya dipikirkan agar ada sebanyak mungkin penghargaan 
bg 
> guru, terutama di tempat2 terpencil...
> >   Ayo Mega, SB, JK, HNW dll., berlomba-lomba dalam kebaikan... 
> anda2 bisa apa?
> >   Bukan cuman ngurusin ora

[wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-26 Terurut Topik amy_widiastuti
Saya setuju dengan tulisan di bawah.
Saya pahami bahwa untuk peduli sesuatu, bukan berarti tanpa ukuran 
yang benar. Misalnya memberi penghargaan berupa gelar PAHLAWAN, bukan 
berarti diberikan dengan gampang kepada Naga Bonar, Si Pitung, Jaka 
Sembung bahkan Bang Ji-i.
Terlalu naif bila kita tutup mata terhadap siapa yang layak 
mendapatkan penghargaan sebenarnya.
Selama ini, sebenarnya kita dipaksa sepakat dengan slogan "Rendahnya 
kualitas pendidikan karena kurangnya penghargaan pada guru".
Dari jaman dulu kala, Guru bukanlah profesi untuk menjadi kaya. Guru 
adalah profesi pengabdian, sampai-sampai guru digelari Pahlawan tanpa 
tanda jasa. Menjadi salah kaprah bila guru dijadikan profesi "bisa 
kaya". Hal ini akan mengurangi semangat pengabdian seorang guru. 
Karena guru akan saling melihat kekayaan guru lainnya. Padahal kaya 
atau tidaknya seseorang tergantung takdir Tuhan.
Bila dianggap profesi, secara materi, guru didesain untuk menjadi 
orang cukup. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin, tetapi secara strata 
sosial, guru selalu ada di papan atas.
Mengukur kesejahteraan guru juga berbeda-beda. Saya lahir dari 
keluarga guru di kota kecil, dan saya berpengalaman ke pelosok2 tanah 
air, tak pernah menjumpai guru antre zakat, juga tak menjumpai guru 
bermobil BMW. Bahkan dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang, tak 
ada kelurga guru yang kelaparan, tak ada keluarga guru yang buta 
huruf tak mampu sekolah.
Isu guru terlalu dibesar2kan, terutama menjelang PEMILU, karena guru 
sangat potensial menjaring suara pemilih pemula.
So what dengan kesejahteraan guru? 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany"  
wrote:
>
> Kalo baca buku 'laskar pelangi the phenomenon' ; ternyata kisah 
laskar pelangi ini mencerahkan.
> Banyak kesaksian dari orang2 yg mula2 terpuruk, putus asa, tidak 
semangat, yg malu jadi guru
> menjadi terbangkitkan rasa percaya dirinya setelah baca laskar 
pelangi.
> 
> Bahkan kemudian orang2 tionghwa beramairamai pulang kampung ke 
Belitong.
> Rumah Bu Mus juga disambangi banyak orang untuk sekedar berfotoria, 
minta tanda tangan.
> 
> Murid2nya selain Ikal, seperti Mahar, A Kiong, Kucai juga memberi 
kesaksian serupa tentang peranan
> Bu Mus dalam karir mereka selanjutnya.
> 
> salam, 
> l.meilany
>   - Original Message - 
>   From: Ary Setijadi Prihatmanto 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, December 10, 2008 7:54 AM
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
Muslimah
> 
> 
>   Menurut saya artikelnya menggunakan sudut yang nggak pas.
>   Jangan karena mau nembak SBY, malah nembak orang yang nggak ada 
urusannya dengan politik.
> 
>   Bukankah semua sepakat bahwa rendahnya kualitas pendidikan salah 
satunya karena kurangnya penghargaan terhadap guru.
> 
>   Jadi seharusnya bukan Ibu muslimahnya yang di-utak-utik.
>   Tapi harusnya dipikirkan agar ada sebanyak mungkin penghargaan bg 
guru, terutama di tempat2 terpencil...
>   Ayo Mega, SB, JK, HNW dll., berlomba-lomba dalam kebaikan... 
anda2 bisa apa?
>   Bukan cuman ngurusin orang sholat dengan cara lain, punya nabi 
lain saja...
> 
>   Komunitas seharusnya malah nantang para calon itu untuk berbuat 
nyata,
>   minimal buat JANJI tertulis, mereka mau buat apa kalo terpilih...
> 
>   Ada guru mau ngajar di pedalaman belitung, kalimantan atau papua 
saja sudah untung.
>   Ini bertahun-tahun nggak dibayar, bayarannya kurang dan lain2.
>   Baru dikasih penghargaan begitu saja sudah banyak yang mau 
memanfaatkan (utk kampanye positif maupun negatif) ;-(
> 
>   Salam
>   Ary
> 
>   - Original Message - 
>   From: Sunny 
>   To: Undisclosed-Recipient:; 
>   Sent: Sunday, December 07, 2008 3:25 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah
> 
>   Jawa Pos
> 
>   Kamis, 04 Desember 2008 ] 
> 
>   Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah 
> 
>   Tim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sungguh jeli dalam 
memanfaatkan momentum. Ibu Guru Muslimah yang kini sangat terkenal 
seiring dengan populernya novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea 
Hirata dibawa ke Jakarta untuk dianugerahi Satyalancana Pendidikan.
> 
>   Sungguh, memberikan penghargaan kepada "nama top" seperti Ibu 
Guru Muslimah untuk saat ini akan lebih banyak bermanfaat daripada 
memberikannya kepada nama Ibu/Bapak Guru Anu yang namanya tidak 
populer. Rakyat akan mudah menengok peristiwa penghargaan tersebut. 
Dan, si pemberi penghargaan (SBY) pun akan mendapatkan tengokan 
serupa.
> 
>   Nah, di sinilah proses pencitraan akan terbangun. Bila dikaitkan 
dengan kepentingan popularitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 
2009, manfaat pencitraan positif seperti itu jelas akan banyak. Dan, 
SBY yang sudah membulatkan tekad untuk maju lagi dalam Pilpres 2009 
jelas sangat membutuhkan hal tersebut.
> 
>   Kita tidak hendak mengatakan bahwa pemberian penghargaan kepada 
Ibu Guru Muslimah adalah berbau politis. Terlalu dini kalau 
kesimpulan itu ditarik. Hanya, ada sedikit ganjalan te