[wanita-muslimah] Laporan Muhibah Emha Ainun Nadjib ke Belanda
CINTAI ISTRI SENDIRI, HORMATI ISTRI ORANG LAIN JANGAN DIBALIK Oleh : dr. Eddy Supriyadi, Vrije Universiteit, Amsterdam Konferensi Pers KiaiKanjeng dan Emha di Denhaag 7/10/2008 hari pertama kedatangan mereka sebenarnya dipenuhi ketegangan situasi Belanda yang menurut Aart Velberg penyelenggara dari Protestantse Kerk in Nederland situasi komunikasi lintas Agama dan budaya agak terganggu sesudah terbitnya film `Fitna', meskipun effek sosialnya tidak sejauh yang dikawatirkan, berkat kedewasaan Kaum Muslimin di Belanda yang tidak bereaksi radikal. Meskipun maksud mendatangkan KiaiKanjeng dan Emha adalah meminta mereka berbagi pengalaman, karena memiliki pengalaman mempersambungkan secara kemanusiaan dan kebudayaan di tengah pluralisme masyarakat Indonesia yang jumlahnya sangat besar dan tingkat kerawanan hubungannya relatif juga besar, namun Emha yang dalam publikasi dikategorikan sebagai seniman aktivis Islam seolah-olah diletakkan sebagai pihak yang berseberangan dengan kalangan Belanda yang merasa tidak aman terhadap Islam. Namun suasana kuda-kuda para wartawan mulai terkamuflase karena acara diawali dengan penampilan sejumlah nomer musik KiaiKanjeng yang sama sekali aneh bagi mereka. Pertama, menggunakan alat gamelan yang dikenal sangat tradisional, monoton dan lamban, namun berbunyi sangat dinamis dank eras. Kedua, aransemen yang terdengar adalah cross composition di mana musik bergulir alamiah dan tanpa terasa perubahannya namun mengalir dari indikasi musical benua ke benua, dari etnik tertentu Indonesia ke Barat modern yang dalam beberapa bagian berubah bunyi-bunyi `aliran'nya. Folklore daerah tertentu Eropa bersambung dengan Campursari Jawa, lagu-lagu popular Belanda bersambung tanpa terasa ke Arab klasik, dst. Emha ditemani istrinya Novia Kolopaking dan Pendeta Aart Velberg sedang berdialog dengan Edwin Keijzer, Adviser for the Relations with Islamic World, Kementerian Luar Negeri Belanda. (Foto: Adien Progress) Setelah 30 menit penampilan musik KiaiKanjeng sangat terasa suasana menjadi double-focus. Tema ketegangan Islam menjadi tidak terlalu muncul sebagiamana yang dikawatirkan penyelenggara. Apalagi ketika menjawab pertanyaan tentang apakah label Islamnya Emha tidak justru menegaskan ketegangan hubungan antar-Agama, Aart menjawab bahwa memang begitulah kenyataan lapangannya dan justru kita minta Emha untuk menciptakan persambungan-persambungan, Emha menambahi jawaban dengan santai bahwa sejak saya turun di Schiphol saya bersalaman dengan orang Belanda tanpa menanyakan apa agamanya. Sikap itu bukan hanya milik saya, kita tahu bahkan jamaah haji Indonesia yang naik pesawat Garuda juga belum pernah ada yang menanyakan apakah Pilot dan awak-awak pesawat itu beragama Islam atau tidak. Bahkan Menteri Agama Indonesia dan Majlis Ulama pun tak pernah mempersoalkan apakah yang bikin pesawat Boeing itu kumpulan orang Islam atau orang kafir Suasana konferensi pers menjadi sangat cair. Apalagi kemudian Emha menggoda lebih lanjut dengan mengungkapkan bahwa dalam hal tertentu Agama itu sebaiknya dianggap seperti istri bagi suami atau suami bagi istri. Silahkan setiap orang memilih istri dan suami masing-masing, kemudian mereka tidak perlu memperbandingkan istri siapa yang lebih cantik dan suami siapa yang lebih gagah. Terlebih lagi jangan sampai ada yang menanyakan berapa ukuran BH istrimu, atau menyatakan kepada suami lain bahwa dilihat dari struktur tubuh dan cahaya kulitnya maka istriku memiliki sex-appeal yang lebih dahsyat disbanding istri-istri siapapun. Kepala Bidang Politik KBRI Denhaag dengan berbunga-bunga merespon: Memang hal itu sangat benar. Cintailah istri sendiri dan hormatilah istri orang lain. Jangan dibalik, menghormati istri sendiri dan mencintai istri orang lain . Seusai konferensi Pers beliau bak pengantin baru mengatakan kepada teman-temannya bahwa sejak hari ini saya lebih mencintai istri saya, dan saya kira ada dua akibat yang akan saya dapatkan dari itu. Pertama, nanti malam kami bisa-bisa tidak sanggup mengelak untuk melakukan re-honey-moon. Akibat kedua, mungkin istri saya akan menjadi lebih berani untuk mengajak belanja ke Mal . Emha Berdialog soal pluralitas bergaman dihadapan orang Maroko, Al Jazair, Irak, Iran, Tunisia, dan Belnda sendiri. (Foto : Adien Progress) Undangan PKN dan HKI Belanda kepada KiaiKanjeng dan Emha disupport oleh Kedutaan Besar RI dan dihandle oleh Bidang Politik. Ini untuk pertama kalinya. Karena misalnya ketika beberapa tahun lalu dua kali KiaiKanjeng keliling Inggris, atau ketika mereka ke Mesir, Italia dan Jerman, yang menangani adalah Bidang Kebudayaan dan Pendidikan. Peralihan ke Bidang Politik itu mencerminkan pergeseran atau pengembangan konteks pemahaman tentang komprehensi aktivitas KiaiKanjeng. Atdikbud KBRI London Bambang Wasito pada waktu itu mengatakan kesulitan bertahun-tahun diplomasi kami bagaimana mengembalikan nama baik Indonesia pasca bom Bali dihapus oleh kehadiran seminggu KiaiKanjeng. Gordon Brown sendiri yang menyaksikan
[wanita-muslimah] Reportase Tour Emha Ainun Nadjib-KiaiKanjeng dari Belanda (1)
DUNIA BARAT LELAH TERHADAP ISLAM (Oleh : dr. Eddy Supriyadi, Vrije Universiteit, Amsterdam) Tidak saya sebut laporan pandangan mata, tapi laporan pandangan hati, karena lahir dari rasa cemburu. Yakni cemburu kepada kelompok KiaiKanjeng dan terutama kepada Emha Ainun Nadjib, selama membuntuti tiga hari perjalanan mereka di Denhaag dan Amsterdam, Negeri Belanda. Tentu juga ada rasa bangga, terpompa semangat nasionalisme Merah Putih, tetapi saya hanya seorang pelajar pengejar masa depan studi S3 Childhood Leukemia di Vrije Universiteit Amsterdam: saya tidak merasa berhak mewakili nasionalisme sebuah bangsa besar. Juga muncul rasa ketenangan sebagai seorang yang beragama, tetapi ini perasaan yang relatif, dan tingkat komplikasi ketegangan antar ummat beragama, terutama yang menyangkut Ummat Islam, saat ini, di seluruh dunia, sedang cukup tinggi. Apalagi Negeri Belanda, yang mengalami pembunuhan Theo van Gogh seorang sutradara film oleh seorang Muslim Marokko, serta mengalami film Fitna oleh anggota Parlemen Geert Wilders. Kiaikanjeng dan Emha merupakan sosok yang menempuh prinsip dan sepakterjang yang dalam banyak hal tidak sejalan dengan mainstream nilai-nilai secara nasional maupun apalagi internasional, tetapi tiba-tiba saja mereka klop dengan mainstream itu tanpa saya bisa menemukan apa yang dilanggar oleh mereka atas prinsipnya sendiri. Itu salah satu cemburu saya. Ketika berjumpa dengan Edwin Keijzer, Adviser for the Relations with Islamic World, Kementerian Luar Negeri Belanda, pertentangan yang sebenarnya sangat substansial itu seakan-akan tak ada. Pemerintah Belanda, dan mungkin juga banyak pemerintah negeri Barat lain seperti merasa sangat kelelahan dengan urusan Islam. Mereka membentuk subs-institusi khusus dan mengeluarkan biaya sangat besar untuk urusan hubungan dengan dunia Islam, tetapi mulai terdapat kecenderungan untuk menerapkan suatu policy pengelolaan sosial yang menghindarkan label Agama. Kita memutuskan untuk minum ini makan itu dan ambil suatu pekerjaan, itu tidak harus dikaitkan dengan identitas bahwa saya seorang Kristen. Seluruh pekerjaan ekonomi, politik dan kebudayaan bisa kita langsungkan tanpa harus menyertakan identitas Agama. Tentu saja itu semacam sindiran kepada Protestante Kerk in Netherland (PKN) dan Hendrik Kraemer Instituut yang mengundang KiaiKanjeng dan Emha berkeliling Belanda selama dua minggu dan mengumumkan di media-media bahwa acara-acara yang mereka selenggarakan adalah dalam konteks dialog antar-Agama, dengan Emha diberi label sebagai Penyair Islam. Keijzer tidak berpandangan bahwa dialog antar Agama diperlukan. Ini suatu kecenderungan berpikir sebagaimana di Indonesia sendiri dipikirkan serius untuk menggoalkan suatu aturan baru di mana KTP tidak perlu lagi mencantumkan Agama seseorang. Emha merespon tanpa menunjukkan pertentangan terhadap kecenderungan itu. Kepada orang Kemlu Belanda itu ia mengulangi pernyataanya dalam konferensi pers sehari sebelumnya bahwa ia lebih senang kalau tidak dikenal orang lain dan tidak diundang ke Belanda sebagai orang Islam. Islam itu latar belakang saya, bukan penampilan saya. Mungkin lebih tenang kalau orang tidak perlu memperhatikan saya Muslim atau bukan, cukup mengamati apakah perilaku saya bermanfaat bagi sesama manusia, sebagaimana prinsip sosial Islam, atau tidak. Sebagaimana ketika KiaiKanjeng dan Emha bersilaturahmi, berdialog dan bermusik dengan komunitas Gereja-gereja di Belanda, juga di Italia, Australia atau Inggris -- iktikad primernya adalah berjumpa antar manusia, antar makhluk hasil karya Tuhan. Bahwa gamelan KiaiKanjeng dihamparkan di sisi podium dalam Gereja atau bahkan dilatari gambar Salib sangat besar atau patung Yesus Kristus, kata Emha biarlah Salib dan patung itu menjadi urusan dan proses teologis teman-teman Kristiani, sementara bagi kami ini adalah bagian dari bumi Tuhan, itu adalah gedung, itu adalah garis silang dan patung yang kami tidak terkait dengan konteks bahwa itu Salib dan Yesus. KiaiKanjeng dan Emha jadinya bisa dikategorikan seirama dengan cara berpikir Keijzer dan policy Pemerintah Belanda, serta berbeda pandangan dengan PKN dan HKI yang membawa mereka keliling Belanda. Tetapi ternyata tidak sepenuhnya demikian. Sesudah dialog dengan Kemlu Belanda itu saya mengintip pembicaraannya dengan Aart Verberg, representatif PKN. Emha bilang, Aart pasti memahami batas-batas politik dan aplikasi birokrasi Pemerintah Belanda. Mereka sudah lama direpotkan oleh berbagai kasus yang disebut berkait dengan Islam, yakni yang di Belanda dirumuskan dalam lima points: bahwa dalam pandangan Belanda Islam tergambar melalui wajah (1). Fundamentalisme dan Radikalisme, (2) Terorisme, (3). Kriminalitas, (4). Pendidikan rendah dan (5). Islamofobia. Bisa kita pahami kenapa mereka punya kecenderungan mengambil 'shortcut' dengan delabelling Agama. Jadi kenapa KiaiKanjeng dan Emha bersedia datang ke Belanda padahal PKN dan HKI meletakkan mereka dalam
[wanita-muslimah] Agenda FESTIVAL SENI ANAK 2008
FESTIVAL SENI ANAK 2008 bertempat di Taman Budaya Yogyakarta Pentas Anak (Panggung Terbuka/Halaman TBY, mulai 16.00 WIB-Seleseai) ·Minggu, 2 November 2008 : Ansambel Musik Tradisi, Langen carito, tari Pedang-pedangan ·Senin, 3 November 2008 : Langen Carito, Dalang Anak ·Selasa, 4 November 2008 : Langen Caroto, Pentas Anak BBM ·Rabu, 5 November 2008 : Tari Nusantara, Wayang Kancil ·Kamis, 6 November 2008 : Jathilan Anak (Minggir, Sleman), Teater Anak (Pojok Dolanan) Penta Anak Gedung Tertutup (Sosieted TBY, Mulai 19.30 WIB) · Minggu, 2 November 2008 : Pagelaran Operet AFC `Pangeran Yang Berbahagia' ·Senin, 3 November 2008 : Pentas Operet Anak-anak Taman Siswa ·Selasa, 4 November 2008 : Kethoprak Anak-anak ·Rabu, 5 November 2008 : Pagelaran wayang Bocah (Yayasan Among Bekso Sasminto M) ·Kamis, 6 November 2008 : Konser Musik AMARI Acara Pendukung ·Seminar Nasional ·Workshop Teater-Seni Rupa ·Worksop Tari-teater ·Dongeng Anak Acara Reguler ·Pameran Gasing Internasional ·Pameran Senirupa, Bursa Buku, Mainan Anak ·Pemutaran Film Anak