[wanita-muslimah] Laporan Muhibah Emha Ainun Nadjib ke Belanda

2008-10-13 Terurut Topik jemekmime
CINTAI ISTRI SENDIRI, HORMATI ISTRI ORANG LAIN JANGAN DIBALIK

Oleh : dr. Eddy Supriyadi, Vrije Universiteit, Amsterdam


Konferensi Pers KiaiKanjeng dan Emha di Denhaag 7/10/2008 hari pertama
kedatangan mereka sebenarnya dipenuhi ketegangan situasi Belanda yang
menurut Aart Velberg penyelenggara dari Protestantse Kerk in Nederland
situasi komunikasi lintas Agama dan budaya agak terganggu sesudah
terbitnya film `Fitna', meskipun effek sosialnya tidak sejauh yang
dikawatirkan, berkat kedewasaan Kaum Muslimin di Belanda yang tidak
bereaksi radikal.

Meskipun maksud mendatangkan KiaiKanjeng dan Emha adalah meminta
mereka berbagi pengalaman, karena memiliki pengalaman
mempersambungkan secara kemanusiaan dan kebudayaan di tengah
pluralisme masyarakat Indonesia yang jumlahnya sangat besar dan
tingkat kerawanan hubungannya relatif juga besar, namun Emha yang
dalam publikasi dikategorikan sebagai seniman aktivis Islam
seolah-olah diletakkan sebagai pihak yang berseberangan dengan
kalangan Belanda yang merasa tidak aman terhadap Islam.

Namun suasana kuda-kuda para wartawan mulai terkamuflase karena acara
diawali dengan penampilan sejumlah nomer musik KiaiKanjeng yang sama
sekali aneh bagi mereka. Pertama, menggunakan alat gamelan yang
dikenal sangat tradisional, monoton dan lamban, namun berbunyi sangat
dinamis dank eras. Kedua, aransemen yang terdengar adalah cross
composition di mana musik bergulir alamiah dan tanpa terasa
perubahannya namun mengalir dari indikasi musical benua ke benua, dari
etnik tertentu Indonesia ke Barat modern yang dalam beberapa bagian
berubah bunyi-bunyi `aliran'nya. Folklore daerah tertentu Eropa
bersambung dengan Campursari Jawa, lagu-lagu popular Belanda
bersambung tanpa terasa ke Arab klasik, dst.
 
Emha ditemani istrinya Novia Kolopaking dan Pendeta Aart Velberg
sedang berdialog dengan Edwin Keijzer, Adviser for the Relations with
Islamic World, Kementerian Luar Negeri Belanda. (Foto: Adien Progress)

Setelah 30 menit penampilan musik KiaiKanjeng sangat terasa suasana
menjadi double-focus. Tema ketegangan Islam menjadi tidak terlalu
muncul sebagiamana yang dikawatirkan penyelenggara. Apalagi ketika
menjawab pertanyaan tentang apakah label Islamnya Emha tidak justru
menegaskan ketegangan hubungan antar-Agama, Aart menjawab bahwa
memang begitulah kenyataan lapangannya dan justru kita minta Emha
untuk menciptakan persambungan-persambungan, Emha menambahi jawaban
dengan santai bahwa sejak saya turun di Schiphol saya bersalaman
dengan orang Belanda tanpa menanyakan apa agamanya. Sikap itu bukan
hanya milik saya, kita tahu bahkan jamaah haji Indonesia yang naik
pesawat Garuda juga belum pernah ada yang menanyakan apakah Pilot dan
awak-awak pesawat itu beragama Islam atau tidak. Bahkan Menteri Agama
Indonesia dan Majlis Ulama pun tak pernah mempersoalkan apakah yang
bikin pesawat Boeing itu kumpulan orang Islam atau orang kafir…

Suasana konferensi pers menjadi sangat cair. Apalagi kemudian Emha
menggoda lebih lanjut dengan mengungkapkan bahwa dalam hal tertentu
Agama itu sebaiknya dianggap seperti istri bagi suami atau suami bagi
istri. Silahkan setiap orang memilih istri dan suami masing-masing,
kemudian mereka tidak perlu memperbandingkan istri siapa yang lebih
cantik dan suami siapa yang lebih gagah. Terlebih lagi jangan sampai
ada yang menanyakan berapa ukuran BH istrimu, atau menyatakan kepada
suami lain bahwa dilihat dari struktur tubuh dan cahaya kulitnya maka
istriku memiliki sex-appeal yang lebih dahsyat disbanding istri-istri
siapapun.

Kepala Bidang Politik KBRI Denhaag dengan berbunga-bunga merespon:
Memang hal itu sangat benar. Cintailah istri sendiri dan hormatilah
istri orang lain. Jangan dibalik, menghormati istri sendiri dan
mencintai istri orang lain…. Seusai konferensi Pers beliau bak
pengantin baru mengatakan kepada teman-temannya bahwa sejak hari ini
saya lebih mencintai istri saya, dan saya kira ada dua akibat yang
akan saya dapatkan dari itu. Pertama, nanti malam kami bisa-bisa tidak
sanggup mengelak untuk melakukan re-honey-moon. Akibat kedua, mungkin
istri saya akan menjadi lebih berani untuk mengajak belanja ke Mal….
 
Emha Berdialog soal pluralitas bergaman dihadapan orang Maroko, Al
Jazair, Irak, Iran, Tunisia, dan Belnda sendiri. (Foto : Adien Progress)

Undangan PKN dan HKI Belanda kepada KiaiKanjeng dan Emha disupport
oleh Kedutaan Besar RI dan dihandle oleh Bidang Politik. Ini untuk
pertama kalinya. Karena misalnya ketika beberapa tahun lalu dua kali
KiaiKanjeng keliling Inggris, atau ketika mereka ke Mesir, Italia dan
Jerman, yang menangani adalah Bidang Kebudayaan dan Pendidikan.
Peralihan ke Bidang Politik itu mencerminkan pergeseran atau
pengembangan konteks pemahaman tentang komprehensi aktivitas KiaiKanjeng.

Atdikbud KBRI London Bambang Wasito pada waktu itu mengatakan
kesulitan bertahun-tahun diplomasi kami bagaimana mengembalikan nama
baik Indonesia pasca bom Bali dihapus oleh kehadiran seminggu
KiaiKanjeng. Gordon Brown sendiri yang menyaksikan 

[wanita-muslimah] Reportase Tour Emha Ainun Nadjib-KiaiKanjeng dari Belanda (1)

2008-10-11 Terurut Topik jemekmime
DUNIA BARAT LELAH TERHADAP ISLAM

(Oleh : dr. Eddy Supriyadi, Vrije Universiteit, Amsterdam)


Tidak saya sebut laporan pandangan mata, tapi laporan pandangan hati,
karena lahir dari rasa cemburu. Yakni cemburu kepada kelompok
KiaiKanjeng dan terutama kepada Emha Ainun Nadjib, selama membuntuti
tiga hari perjalanan mereka di Denhaag dan Amsterdam, Negeri Belanda.
Tentu juga ada rasa bangga, terpompa semangat nasionalisme Merah
Putih, tetapi saya hanya seorang pelajar pengejar masa depan studi S3
Childhood Leukemia di Vrije Universiteit Amsterdam: saya tidak merasa
berhak mewakili nasionalisme sebuah bangsa besar. Juga muncul rasa
ketenangan sebagai seorang yang beragama, tetapi ini perasaan yang
relatif, dan tingkat komplikasi ketegangan antar ummat beragama,
terutama yang menyangkut Ummat Islam, saat ini, di seluruh dunia,
sedang cukup tinggi. Apalagi Negeri Belanda, yang mengalami pembunuhan
Theo van Gogh seorang sutradara film oleh seorang Muslim Marokko,
serta mengalami film Fitna oleh anggota Parlemen Geert Wilders.
Kiaikanjeng dan Emha merupakan sosok yang menempuh prinsip dan
sepakterjang yang dalam banyak hal tidak sejalan dengan mainstream
nilai-nilai secara nasional maupun apalagi internasional, tetapi
tiba-tiba saja mereka klop dengan mainstream itu tanpa saya bisa
menemukan apa yang dilanggar oleh mereka atas prinsipnya sendiri. Itu
salah satu cemburu saya. Ketika berjumpa dengan Edwin Keijzer, Adviser
for the Relations with Islamic World, Kementerian Luar Negeri Belanda,
pertentangan yang sebenarnya sangat substansial itu seakan-akan tak ada.
Pemerintah Belanda, dan mungkin juga banyak pemerintah negeri Barat
lain seperti merasa sangat kelelahan dengan urusan Islam. Mereka
membentuk subs-institusi khusus dan mengeluarkan biaya sangat besar
untuk urusan hubungan dengan dunia Islam, tetapi mulai terdapat 
kecenderungan untuk menerapkan suatu policy pengelolaan sosial yang
menghindarkan label Agama. Kita memutuskan untuk minum ini makan itu
dan ambil suatu pekerjaan, itu tidak harus dikaitkan dengan identitas
bahwa saya seorang Kristen. Seluruh pekerjaan ekonomi, politik dan
kebudayaan bisa kita langsungkan tanpa harus menyertakan identitas Agama.
Tentu saja itu semacam sindiran kepada Protestante Kerk in Netherland
(PKN) dan Hendrik Kraemer Instituut yang mengundang KiaiKanjeng dan
Emha berkeliling Belanda selama dua minggu dan mengumumkan di
media-media bahwa acara-acara yang mereka selenggarakan adalah dalam
konteks dialog antar-Agama, dengan Emha diberi label sebagai Penyair
Islam. Keijzer tidak berpandangan bahwa dialog antar Agama
diperlukan. Ini suatu kecenderungan berpikir sebagaimana di Indonesia
sendiri dipikirkan serius untuk menggoalkan suatu aturan baru di mana
KTP tidak perlu lagi mencantumkan Agama seseorang.
Emha merespon tanpa menunjukkan pertentangan terhadap kecenderungan
itu. Kepada orang Kemlu Belanda itu ia mengulangi pernyataanya dalam
konferensi pers sehari sebelumnya bahwa ia lebih senang kalau tidak
dikenal orang lain dan tidak diundang ke Belanda sebagai orang Islam.
Islam itu latar belakang saya, bukan penampilan saya. Mungkin lebih
tenang kalau orang tidak perlu memperhatikan saya Muslim atau bukan,
cukup mengamati apakah perilaku saya bermanfaat bagi sesama manusia,
sebagaimana prinsip sosial Islam, atau tidak.
Sebagaimana ketika KiaiKanjeng dan Emha bersilaturahmi, berdialog dan
bermusik dengan komunitas Gereja-gereja di Belanda, juga di Italia,
Australia atau Inggris -- iktikad primernya adalah berjumpa antar
manusia, antar makhluk hasil karya Tuhan. Bahwa gamelan KiaiKanjeng
dihamparkan di sisi podium dalam Gereja atau bahkan dilatari gambar
Salib sangat besar atau patung Yesus Kristus, kata Emha biarlah Salib
dan patung itu menjadi urusan dan proses teologis teman-teman
Kristiani, sementara bagi kami ini adalah bagian dari bumi Tuhan, itu
adalah gedung, itu adalah garis silang dan patung yang kami tidak
terkait dengan konteks bahwa itu Salib dan Yesus.
KiaiKanjeng dan Emha jadinya bisa dikategorikan seirama dengan cara
berpikir Keijzer dan policy Pemerintah Belanda, serta berbeda
pandangan dengan  PKN dan HKI yang membawa mereka keliling Belanda.
Tetapi ternyata tidak sepenuhnya demikian. Sesudah dialog dengan Kemlu
Belanda itu saya mengintip pembicaraannya dengan Aart Verberg,
representatif PKN. Emha bilang, Aart pasti memahami batas-batas
politik dan aplikasi birokrasi Pemerintah Belanda. Mereka sudah lama
direpotkan oleh berbagai kasus yang disebut berkait dengan Islam,
yakni yang di Belanda dirumuskan dalam lima points: bahwa dalam
pandangan Belanda Islam tergambar melalui wajah (1). Fundamentalisme
dan Radikalisme, (2) Terorisme, (3). Kriminalitas, (4). Pendidikan
rendah dan (5). Islamofobia. Bisa kita pahami kenapa mereka punya
kecenderungan mengambil 'shortcut' dengan delabelling Agama.
Jadi kenapa KiaiKanjeng dan Emha bersedia datang ke Belanda padahal
PKN dan HKI meletakkan mereka dalam 

[wanita-muslimah] Agenda FESTIVAL SENI ANAK 2008

2008-10-06 Terurut Topik jemekmime
 FESTIVAL SENI ANAK 2008
bertempat di Taman Budaya Yogyakarta

Pentas Anak (Panggung Terbuka/Halaman TBY, mulai 16.00 WIB-Seleseai)
·Minggu, 2 November 2008 : Ansambel Musik Tradisi, Langen carito,
tari Pedang-pedangan
·Senin, 3 November 2008 : Langen Carito, Dalang Anak
·Selasa, 4 November 2008 : Langen Caroto, Pentas Anak BBM
·Rabu, 5 November 2008 : Tari Nusantara, Wayang Kancil
·Kamis, 6 November 2008 : Jathilan Anak (Minggir, Sleman), Teater
Anak (Pojok Dolanan)

Penta Anak Gedung Tertutup (Sosieted TBY, Mulai 19.30 WIB)
· Minggu, 2 November 2008 : Pagelaran Operet AFC `Pangeran Yang
Berbahagia'
·Senin, 3 November 2008 : Pentas Operet Anak-anak Taman Siswa
·Selasa, 4 November 2008 : Kethoprak Anak-anak
·Rabu, 5 November 2008 : Pagelaran wayang Bocah (Yayasan Among
Bekso Sasminto M)
·Kamis, 6 November 2008 : Konser Musik AMARI

Acara Pendukung
·Seminar Nasional
·Workshop Teater-Seni Rupa
·Worksop Tari-teater
·Dongeng Anak

Acara Reguler
·Pameran Gasing Internasional
·Pameran Senirupa, Bursa Buku, Mainan Anak
·Pemutaran Film Anak