Re: [wanita-muslimah] RE: Re: Masalah Izin Rumah Ibadah, oleh Solahudin Wahid

2005-11-13 Terurut Topik Ari Condro
Ada pendapat bahwa yang terbaik itu adalah mencegah dengan perkataan lho.
Silakan disimak berikut ini.

salam,
Ari Condro

===
Sekalian untuk menyambung posting Dan Bow berkaitan merubah kemunkaran
dengan tangan/kekuatan/kekuasaan dst.

Tentu saja Hadits tersebut benar, tinggal bagaimana pemahaman dan
penerapannya. Kalau Hadits tersebut diterapkan apa adanya tanpa menentukan
struktur pengelompokan maka yang akan terjadi adalah kekacauan/chaos, karena
setiap orang dengan perspektifnya sendiri-sendiri bisa "asal main gebug"
terhadap seseorang yang menurut perspektifnya melakukan kemunkaran.

Pengelompokan yang saya maksud adalah: pengubahan dengan
tangan/kekuatan/kekuasaan hanya bisa dilakukan oleh orang yang posisinya
secara hukum (hukum legal, bukan hukum rimba) berada diatas orang yang
melakukan kemunkaran. Hal itu berarti mencakup atasan kepada bawahannya,
ayah terhadap anggota keluarganya, ibu terhadap anak-anaknya dan seterusnya
yang sejenis itu yang diakui secara hukum. Ingat Hadits "kullukum ra`in wa
kullukum mas'ulun `an ra`iyyatihi" ketika akan melaksanakan Hadits "man ra'a
minkum munkaran ..." tersebut.

Pengubahan dengan lisan/perkataan (pernyataan, nasehat atau teguran) bisa
dilakukan oleh semua manusia (secara khusus orang yang beriman) kepada
sesama manusia. Ingat "tawashau bil haqq wa tawashau bi 'l-shabr".

Pengubahan dengan hati/menjauhkan diri/tidak menyukai bisa dilakukan oleh
orang yang posisinya dalam realita sebagai bawahan, misalnya anak yang
melihat orangtuanya berlaku munkar dan tak memungkinkan untuk menegur;
bawahan kepada atasan dan seterusnya.

Dalam Hadits "man ra'a minkum munkaran" disebutkan jenis iman yang paling
lemah, tetapi tidak disebutkan mana yang paling kuat/berat. Bisa jadi yang
pertama, tapi saya tidak melihat alasan untuk meletakkan posisi pertama
sebagai bentuk keimanan yang paling kuat/berat. Menurut saya, keimanan yang
paling kuat/besar berada pada posisi kedua, dengan lisan/perkataan
(pernyataan, nasehat atau teguran) jika tepat dan berani melakukannya.
Bukankah Nabi bersabda, "jihad paling besar/berat adalah berkata benar
dihadapan (dan ditujukan) kepada penguasa yang curang dan lalim"?! Di sini
tangan dan kekuatan tidak laku, karena kalo hal itu dilakukan, yang akan
terjadi adalah perang dan kekacauan karena sama-sama merasa kuat dan merasa
perlu menjaga posisi/gengsi. Pun, memaksakan kekuatan pada kondisi seperti
ini tak ayal malah akan mendapat cap "pemberontak" karena melakukan
perlawanan terhadap penguasa yang sah. Contoh terbaik yang relevan dalam
masalah ini adalah perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk menyeru
Fir'aun dengan perkataan yang sopan dan lembut (qaulan layyinan). Akankah
kita mengatakan keimanan Musa dan Harun tidak sekuat sebagaimana mestinya?!

Akhirnya, masih berkaitan dengan pekataan, saya ingin mengetuk hati dan otak
kita semua akankah perkataan/cuap-cuap kita hanya sebatas cuap-cuap tak
bermakna (hanya sebatas menyimak tulisan?) Padahal perkataan bisa lebih baik
dan lebih berharga dari perbuatan, tidakkah kita membaca firman-Nya, "qaulun
ma`rufun, perkataan yang ma`ruf dan hati yang memaafkan lebih baik dari
sedekah yang menyakitkan (perbuatan)...!" Tidakkah kita ingat dzikir-dzikir
lisan kita memiliki bobot yang tidak ringan di sisi Allah?!

Haruskah kita menilai kebenaran dan kebaikan kata-kata dari amal perbuatan
semata? Siapakah yang pernah menyaksikan amal al-Qur'an, amal para nabi?
Selain orang yang sezaman dan mengenalnya maka tidak ada lagi!! Karena itu
Nabi saw menganggap generasi-generasi belakang yang mengimaninya sebagai
kekasihnya. Bagaimana tidak, generasi belakang tak pernah menyaksikan
kehidupan Nabi tapi kok masih mempercayai dan mengimaninya. Apakah dasarnya?
bukankah perkataan yang baik, perkataan yang benar?! Tidakkah kita pernah
berdoa untuk mau mendengarkan perkataan yang baik dan kemudian
mengikuti/melaksanakan yang terbaik dari yang kita dengar tersebut?!
Pendengaran tentu saja tidak membutuhkan penglihatan atau penyaksian dengan
mata kepala. Cukup otak kita menganalisa, bukankah kita dibekali otak untuk
menunjang keberhasilan perilaku kita?!

Dengan alasan itu saya ingin mengatakan, kita bisa berdakwah dan saling
berpesan (wasiat, tawashou) melalui tulisan (perwujudan lain dari perkataan)
kepada siapa saja yang mau membaca. Dan membaca tentu saja perintah wahyu
pertama bagi Muhammad Saw. dan pengikutnya.


Salam,

ocHie




- Original Message -
From: "Technical Dept" <[EMAIL PROTECTED]>

Kalau melihat kemungkaran kan kita disuruhnya, kalau bisa dicegah dengan
tangan, cegahlah dengan tangan, kalau tidak dengan perkataan, kalau tidak
lagi, minimal kita membenci perbuatan tsb dalam hati (dan ini
selemah-lemahnya iman!).









 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~

[wanita-muslimah] RE: Re: Masalah Izin Rumah Ibadah, oleh Solahudin Wahid

2005-11-12 Terurut Topik Technical Dept
Setuju saya dengan Mbak Ning,
Kalau melihat kemungkaran kan kita disuruhnya, kalau bisa dicegah dengan
tangan, cegahlah dengan tangan, kalau tidak dengan perkataan, kalau tidak
lagi, minimal kita membenci perbuatan tsb dalam hati (dan ini
selemah-lemahnya iman!). Saya juga bisa mengerti dengan orang yang 'gerah'
melihat kekerasan, tapi juga gak setuju kalau langsung 'hantam kromo' begitu
saja.
Mungkin kita bisa bicara, biar saja hukum yang menyelesaikan. Tapi toh kita
sendiri juga tahu, seperti apa sih hukum ditegakkan di Indonesia kita
tercinta ini.
Kita diajarkan 'mencubit' kalau kita 'dicubit', jadi . banyak-banyak
istighfar ya. Mungkin tanpa sadar perkataan kita 'mencubit' org lain.

Date: Wed, 2 Nov 2005 10:33:15 +0800
From: "Tri Budi Lestyaningsih \(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: Re: Masalah Izin Rumah Ibadah, oleh Solahudin Wahid


Ya itulah mas perbedaannya Islam dengan liberal. Islam menyuruh orang
untuk care terhadap orang lain, amar ma'ruf nahi munkar. Sedangkan
liberal, asalkan tidak mengganggu saya EGP? Kan gitu. Kalau Islam, ngga
boleh dan ngga bisa kita nafsi-nafsi begitu...

Oh ya mas noteo dan prof DP, saya juga tidak setuju lho dengan
kekerasan, main serang tempat maksiat. Tapi saya bisa mengerti (mengerti
tidak sama dengan setuju lho), kenapa ada kelompok orang yang melakukan
hal tersebut. Menurut saya, ini sebenarnya adalah suatu reaksi dari
kurang tanggap dan konsistennya penegak hukum dan polisi di negara ini,
sehingga mereka "tidak tahan lagi". Maaf kalau istilah yang saya pakai
kurang baik.

Solusinya, menurut saya, himbau terus penegak hukum untuk menegakkan
hukum secara benar dan konsisten. Jangan sampai keduluan oleh
orang-orang tersebut.

Wassalaam,
-Ning

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Anti Teokrasi
Sent: Wednesday, November 02, 2005 10:21 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: RE: [wanita-muslimah] Re: Masalah Izin Rumah Ibadah, oleh
Solahudin Wahid

"Tri Budi Lestyaningsih (Ning)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kita boleh, bahkan wajib membenci tindakan-tindakan maksiat.
_

'Maksiat' sudah mempunyai rujukan hukum dan penanganannya sudah
diserahkan kepada pihak yang berwajib. Kalau penegak hukum belum
berfungsi dengan baik, yang perlu dikoreksi adalah fungsi penegakan
hukumnya bukan lalu menggantikan menjadi penegak hukum
sendiri(vigilante).  Tapi ngomong-omong definisi maksiat itu apa? Anita
Tami mencoba menggambarkannya sebagai berikut:

"Saya dengan senang hati mendoakan mereka yg bermaksiat untuk
 kembali ke jalan yg bersih sehingga tidak merugikan orang lain.
 Definisi maksiat buat saya adalah mereka yg merugikan orang lain.
 Selain itu, selama bulan ramadhan saya tetap bisa beribadah dengan
 baik jika tidak ada yg mengganggu saya. Jika yg dimaksud oleh anda
 bahwa pelaku maksiat adalah mereka yg minum-minum di bar, maka
 mereka itu sama sekali tidak mengganggu saya. Kan mereka minum atau
 berpesta untuk diri sendiri. Mereka tidak menyerang rumah saya
 ataupun melempar bom ke rumah saya, sehingga saya tetap bisa
 beribadah dengan tenang selama bulan Ramadhan."

Ini adalah salah satu sudut pandang yang cerdas dan saya yakin AT sudah
cukup tercerahkan (educated)!

Bravo Anita...

Noteo









 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/