Ada pendapat bahwa yang terbaik itu adalah mencegah dengan perkataan lho. Silakan disimak berikut ini.
salam, Ari Condro === Sekalian untuk menyambung posting Dan Bow berkaitan merubah kemunkaran dengan tangan/kekuatan/kekuasaan dst. Tentu saja Hadits tersebut benar, tinggal bagaimana pemahaman dan penerapannya. Kalau Hadits tersebut diterapkan apa adanya tanpa menentukan struktur pengelompokan maka yang akan terjadi adalah kekacauan/chaos, karena setiap orang dengan perspektifnya sendiri-sendiri bisa "asal main gebug" terhadap seseorang yang menurut perspektifnya melakukan kemunkaran. Pengelompokan yang saya maksud adalah: pengubahan dengan tangan/kekuatan/kekuasaan hanya bisa dilakukan oleh orang yang posisinya secara hukum (hukum legal, bukan hukum rimba) berada diatas orang yang melakukan kemunkaran. Hal itu berarti mencakup atasan kepada bawahannya, ayah terhadap anggota keluarganya, ibu terhadap anak-anaknya dan seterusnya yang sejenis itu yang diakui secara hukum. Ingat Hadits "kullukum ra`in wa kullukum mas'ulun `an ra`iyyatihi" ketika akan melaksanakan Hadits "man ra'a minkum munkaran ..." tersebut. Pengubahan dengan lisan/perkataan (pernyataan, nasehat atau teguran) bisa dilakukan oleh semua manusia (secara khusus orang yang beriman) kepada sesama manusia. Ingat "tawashau bil haqq wa tawashau bi 'l-shabr". Pengubahan dengan hati/menjauhkan diri/tidak menyukai bisa dilakukan oleh orang yang posisinya dalam realita sebagai bawahan, misalnya anak yang melihat orangtuanya berlaku munkar dan tak memungkinkan untuk menegur; bawahan kepada atasan dan seterusnya. Dalam Hadits "man ra'a minkum munkaran" disebutkan jenis iman yang paling lemah, tetapi tidak disebutkan mana yang paling kuat/berat. Bisa jadi yang pertama, tapi saya tidak melihat alasan untuk meletakkan posisi pertama sebagai bentuk keimanan yang paling kuat/berat. Menurut saya, keimanan yang paling kuat/besar berada pada posisi kedua, dengan lisan/perkataan (pernyataan, nasehat atau teguran) jika tepat dan berani melakukannya. Bukankah Nabi bersabda, "jihad paling besar/berat adalah berkata benar dihadapan (dan ditujukan) kepada penguasa yang curang dan lalim"?! Di sini tangan dan kekuatan tidak laku, karena kalo hal itu dilakukan, yang akan terjadi adalah perang dan kekacauan karena sama-sama merasa kuat dan merasa perlu menjaga posisi/gengsi. Pun, memaksakan kekuatan pada kondisi seperti ini tak ayal malah akan mendapat cap "pemberontak" karena melakukan perlawanan terhadap penguasa yang sah. Contoh terbaik yang relevan dalam masalah ini adalah perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk menyeru Fir'aun dengan perkataan yang sopan dan lembut (qaulan layyinan). Akankah kita mengatakan keimanan Musa dan Harun tidak sekuat sebagaimana mestinya?! Akhirnya, masih berkaitan dengan pekataan, saya ingin mengetuk hati dan otak kita semua akankah perkataan/cuap-cuap kita hanya sebatas cuap-cuap tak bermakna (hanya sebatas menyimak tulisan?) Padahal perkataan bisa lebih baik dan lebih berharga dari perbuatan, tidakkah kita membaca firman-Nya, "qaulun ma`rufun, perkataan yang ma`ruf dan hati yang memaafkan lebih baik dari sedekah yang menyakitkan (perbuatan)...!" Tidakkah kita ingat dzikir-dzikir lisan kita memiliki bobot yang tidak ringan di sisi Allah?! Haruskah kita menilai kebenaran dan kebaikan kata-kata dari amal perbuatan semata? Siapakah yang pernah menyaksikan amal al-Qur'an, amal para nabi? Selain orang yang sezaman dan mengenalnya maka tidak ada lagi!! Karena itu Nabi saw menganggap generasi-generasi belakang yang mengimaninya sebagai kekasihnya. Bagaimana tidak, generasi belakang tak pernah menyaksikan kehidupan Nabi tapi kok masih mempercayai dan mengimaninya. Apakah dasarnya? bukankah perkataan yang baik, perkataan yang benar?! Tidakkah kita pernah berdoa untuk mau mendengarkan perkataan yang baik dan kemudian mengikuti/melaksanakan yang terbaik dari yang kita dengar tersebut?! Pendengaran tentu saja tidak membutuhkan penglihatan atau penyaksian dengan mata kepala. Cukup otak kita menganalisa, bukankah kita dibekali otak untuk menunjang keberhasilan perilaku kita?! Dengan alasan itu saya ingin mengatakan, kita bisa berdakwah dan saling berpesan (wasiat, tawashou) melalui tulisan (perwujudan lain dari perkataan) kepada siapa saja yang mau membaca. Dan membaca tentu saja perintah wahyu pertama bagi Muhammad Saw. dan pengikutnya. Salam, ocHie ----- Original Message ----- From: "Technical Dept" <[EMAIL PROTECTED]> Kalau melihat kemungkaran kan kita disuruhnya, kalau bisa dicegah dengan tangan, cegahlah dengan tangan, kalau tidak dengan perkataan, kalau tidak lagi, minimal kita membenci perbuatan tsb dalam hati (dan ini selemah-lemahnya iman!). ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/