Ada pendapat bahwa yang terbaik itu adalah mencegah dengan perkataan lho.
Silakan disimak berikut ini.

salam,
Ari Condro

===
Sekalian untuk menyambung posting Dan Bow berkaitan merubah kemunkaran
dengan tangan/kekuatan/kekuasaan dst.

Tentu saja Hadits tersebut benar, tinggal bagaimana pemahaman dan
penerapannya. Kalau Hadits tersebut diterapkan apa adanya tanpa menentukan
struktur pengelompokan maka yang akan terjadi adalah kekacauan/chaos, karena
setiap orang dengan perspektifnya sendiri-sendiri bisa "asal main gebug"
terhadap seseorang yang menurut perspektifnya melakukan kemunkaran.

Pengelompokan yang saya maksud adalah: pengubahan dengan
tangan/kekuatan/kekuasaan hanya bisa dilakukan oleh orang yang posisinya
secara hukum (hukum legal, bukan hukum rimba) berada diatas orang yang
melakukan kemunkaran. Hal itu berarti mencakup atasan kepada bawahannya,
ayah terhadap anggota keluarganya, ibu terhadap anak-anaknya dan seterusnya
yang sejenis itu yang diakui secara hukum. Ingat Hadits "kullukum ra`in wa
kullukum mas'ulun `an ra`iyyatihi" ketika akan melaksanakan Hadits "man ra'a
minkum munkaran ..." tersebut.

Pengubahan dengan lisan/perkataan (pernyataan, nasehat atau teguran) bisa
dilakukan oleh semua manusia (secara khusus orang yang beriman) kepada
sesama manusia. Ingat "tawashau bil haqq wa tawashau bi 'l-shabr".

Pengubahan dengan hati/menjauhkan diri/tidak menyukai bisa dilakukan oleh
orang yang posisinya dalam realita sebagai bawahan, misalnya anak yang
melihat orangtuanya berlaku munkar dan tak memungkinkan untuk menegur;
bawahan kepada atasan dan seterusnya.

Dalam Hadits "man ra'a minkum munkaran" disebutkan jenis iman yang paling
lemah, tetapi tidak disebutkan mana yang paling kuat/berat. Bisa jadi yang
pertama, tapi saya tidak melihat alasan untuk meletakkan posisi pertama
sebagai bentuk keimanan yang paling kuat/berat. Menurut saya, keimanan yang
paling kuat/besar berada pada posisi kedua, dengan lisan/perkataan
(pernyataan, nasehat atau teguran) jika tepat dan berani melakukannya.
Bukankah Nabi bersabda, "jihad paling besar/berat adalah berkata benar
dihadapan (dan ditujukan) kepada penguasa yang curang dan lalim"?! Di sini
tangan dan kekuatan tidak laku, karena kalo hal itu dilakukan, yang akan
terjadi adalah perang dan kekacauan karena sama-sama merasa kuat dan merasa
perlu menjaga posisi/gengsi. Pun, memaksakan kekuatan pada kondisi seperti
ini tak ayal malah akan mendapat cap "pemberontak" karena melakukan
perlawanan terhadap penguasa yang sah. Contoh terbaik yang relevan dalam
masalah ini adalah perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk menyeru
Fir'aun dengan perkataan yang sopan dan lembut (qaulan layyinan). Akankah
kita mengatakan keimanan Musa dan Harun tidak sekuat sebagaimana mestinya?!

Akhirnya, masih berkaitan dengan pekataan, saya ingin mengetuk hati dan otak
kita semua akankah perkataan/cuap-cuap kita hanya sebatas cuap-cuap tak
bermakna (hanya sebatas menyimak tulisan?) Padahal perkataan bisa lebih baik
dan lebih berharga dari perbuatan, tidakkah kita membaca firman-Nya, "qaulun
ma`rufun, perkataan yang ma`ruf dan hati yang memaafkan lebih baik dari
sedekah yang menyakitkan (perbuatan)...!" Tidakkah kita ingat dzikir-dzikir
lisan kita memiliki bobot yang tidak ringan di sisi Allah?!

Haruskah kita menilai kebenaran dan kebaikan kata-kata dari amal perbuatan
semata? Siapakah yang pernah menyaksikan amal al-Qur'an, amal para nabi?
Selain orang yang sezaman dan mengenalnya maka tidak ada lagi!! Karena itu
Nabi saw menganggap generasi-generasi belakang yang mengimaninya sebagai
kekasihnya. Bagaimana tidak, generasi belakang tak pernah menyaksikan
kehidupan Nabi tapi kok masih mempercayai dan mengimaninya. Apakah dasarnya?
bukankah perkataan yang baik, perkataan yang benar?! Tidakkah kita pernah
berdoa untuk mau mendengarkan perkataan yang baik dan kemudian
mengikuti/melaksanakan yang terbaik dari yang kita dengar tersebut?!
Pendengaran tentu saja tidak membutuhkan penglihatan atau penyaksian dengan
mata kepala. Cukup otak kita menganalisa, bukankah kita dibekali otak untuk
menunjang keberhasilan perilaku kita?!

Dengan alasan itu saya ingin mengatakan, kita bisa berdakwah dan saling
berpesan (wasiat, tawashou) melalui tulisan (perwujudan lain dari perkataan)
kepada siapa saja yang mau membaca. Dan membaca tentu saja perintah wahyu
pertama bagi Muhammad Saw. dan pengikutnya.


Salam,

ocHie




----- Original Message -----
From: "Technical Dept" <[EMAIL PROTECTED]>

Kalau melihat kemungkaran kan kita disuruhnya, kalau bisa dicegah dengan
tangan, cegahlah dengan tangan, kalau tidak dengan perkataan, kalau tidak
lagi, minimal kita membenci perbuatan tsb dalam hati (dan ini
selemah-lemahnya iman!).









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke