Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
Ini sambungannya dari mana ya? Garuk-garuk kepala aku. (Padahal sudah lama aku ndak disini.) --- Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > lho, sato percaya hadits ? kirain inkarus sunnah :D > > salam, > Ari Condro > > - Original Message - > From: "satosakaki2004" <[EMAIL PROTECTED]> > Ceritanya sahih. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
Wah pak dokter, gitu saja bingung. Ya ialah, manusiawi dan juga idealogis dan sosialis. Ada saatnya kita harus lembut dan opemaaf, ada saatnya harus tegas dan keras. Bahkan ilahiah. Bukankah Tuhan pun demikian, penuh paradoks? Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin, Maha Pemaaf sekaligus Maha Keras SiksaNya. Tak perlu bingung, yang mesti kita pelajari, kapan saat tegas dan keras itu dan kapan saat pemaaf itu. Dari apa yang saya tangkap, Rosululloh bersikap keras dan tegas di saat ada tindakan, ucapan atau perilaku yang akan menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan atau menodai aturan hidup kemasyarakatan, yang diturunkan Alloh melalui RosulNya. Memang kalo dicuplik sebagian-sebagian kisahnya, jadi membingungkan dan membuat perbincanga berkepanjangan. salam, manAR On 4/14/06, Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan > bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. > > ---Original Message--- > > From: [EMAIL PROTECTED] > Date: 04/13/06 03:14:52 > To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; > [EMAIL PROTECTED] > Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" > > Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" > > > Rabu, 12 April 2006 > Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak > perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark, > Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya > Resensi: > > Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan > Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang > junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif > di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan. > Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf > kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba > memuat > ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, > dan > negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi. > Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat > arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan > sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris. > Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene > dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian > tubuhnya; seolah Al-Qur'an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang > haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah > kita > mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario > untuk kembali menyudutkan Islam. > Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa > berkepentingan untuk menguasai negeri Islam. > Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas. > Karena jelas ini sebuah pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu > hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati. > Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan "Dahulu ada seorang > lelaki Islam yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah > seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu > malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian > itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk > mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi > dan > kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah > wanita > tadi tumpah sia-sia." > Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah > Khathamah > --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir. > Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa > yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang > lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: > Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian > membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan > melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot > betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw. > berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian > berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah > dan > Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada > `Umair bin `Adi." > Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum > yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam > sebuah > Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn > memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki > institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian > dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak! > Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu t
Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
lho, sato percaya hadits ? kirain inkarus sunnah :D salam, Ari Condro - Original Message - From: "satosakaki2004" <[EMAIL PROTECTED]> Ceritanya sahih. Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment SPONSORED LINKS Women Different religions beliefs Islam Muslimah Women in islam YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" - The Real Image of Prophet Muhammad
The Real Image of Prophet Muhammad Mercy to Kids: Anas always greeted children as he passed them, saying that he did so because he had observed the Prophet doing the same thing. ( Bukhari and Muslim) Ibn `Abbas said that the Prophet used to hold the first of any seasonal harvest, he used put it on his eyes then on his lips and say Oh Allah! Like you have made us see its beginning (of the season), allow us to see its end. Then he would give it to any child sitting around him." (Tabarani) Prophet Muhammad's Gentleness and Tactfulness: Aisha stated that, The Prophet never used foul language and never entertained people with obscene jokes. He was well behaved when he entered the market places. His habit was not to repel evil with mutual evil. He was forgiving and could grant pardon.' (Tirmidhi) Husain the grandson of the Prophet asked his father, Ali , about the Prophet's conduct. Ali replied, 'He was always cheerful, gentle and mild. There was no rigidity or coarseness in his conduct. He was neither a faultfinder nor a boisterous person and he steered away from any kind of futile engagement.' (Tabarani) The Prophet encouraged the achievers and never deprived anybody of hope. He refrained from boasting, hoarding wealth and involvement in matters that did not concern him as well as from using sharp rebukes and exposing people with the intention to disgrace and defame. (Tirmidhi) While speaking, he addressed matters constructively with the objective of good for all. His audience remained motionless as they gave him their undivided attention. Birds could find a safe place to sit on their heads during these sessions (being so preoccupied in his comments). None of his listeners would interrupt while he spoke. They waited until he completed his discussion and the person who then requested to participate was allowed to address the group first, followed by the second and the third and so on. Participants were treated with respect - each was allowed to finish his statement without objection or interference - and everybody would listen to him attentively. Sometimes visitors to Madina were harsh as they questioned him about Islam, but he was always polite and tolerant towards them. When a person spoke in his company, he would not object unless the person spoke incorrectly, and then he would either stop the speaker or stand up and leave the conversation. (Tirmidhi) The Prophet laughed at things that were humorous and was excited by things that excited his Companions. With regards to the needy, he encouraged those less needy to support them. He objected to being praised excessively and tolerated it only as a way of being shown thanks for his kindness. (Tirmidhi) Prophet Muhammad smiled so spontaneously that each one of the Companions, as they gathered around him during their visits to his house, thought to be the favorite Companion. Jareer Ibn Abdullah said, 'I have not seen the Prophet, since I embraced Islam, without a smile on his face. I saw him smiling when he could not see me and he was smiling in my presence.' ( Bukhari ) Abdullaah Ibn Haarith said, 'I never came across a person who smiled as much as the Prophet. The Prophet regarded smiling with a brother as an act of charity. (Tirmidhi Prophet Muhammad's Humility: He said, "If I were to be invited to eat trotters of sheep or cows or if they were given to me as gifts I would proudly accept such gestures of goodwill." (Tirmidhi) He said, "Don't commend me as Christians commend Jesus the sun of Marry. But say about me, the servant and the messenger of Allah." (Muslim) The companions of Prophet Muhammad used to stay sitting when he come because they know how he feels bad when they stand for him. (Tirmidhi) Aisha said, "Prophet Muhammad used to stitch his clothes, milk the goats and help in the chores inside the house.' (Bukhari and Muslim) He said, "'None shall enter Paradise with a grain of boast or pride still in the heart." (Muslim) Once a newcomer to his gathering was filled with awe and anxiety. When he detected this, the Prophet\said to the person, 'Please relax and be at ease! I am not a great monarch. I am only a son of a lady who ate cured meat.' (Ibn Majah) The Prophet (Sallallaahu Alayhi Wasallam) never refused to listen to the problems of his followers. A poor old lady once told him that she desperately needed to talk to him about a problem. He comforted her by saying that he is prepared to meet her anywhere and on any road of Madina to discuss the matter that worried her. (Abu Dawud) Prophet Muhammad's Sense of Humor: A Bedouin called Zaahir was selling his commodities in the market. The Prophet approached him from behind and, clasping his arms around Zaahir , challenged him to release himself f
[wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
Ceritanya sahih. Asma binti Marwan adalah seorang penyair. Umair bin Adi masuk ke rumahnya tengah malam dimana Asma tidur diantara lima orang bocah anaknya, satu diantaranya sedang menyusu. Dia pisahkan anak yang lagi menyusu itu lalu dia tikam Asma pada dada sampai tembus ke punggungnya. Ini dari Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Asma_bint_Marwan >From Ibn Sa'd's Kitab al-Tabaqat al-Kabir, translated by S. Moinul Haq, volume 2, page 31. "SARIYYAH OF UMAYR IBN ADI" Then (occurred) the sariyyah of Umayr ibn adi Ibn Kharashah al-Khatmi against Asma Bint Marwan, of Banu Umayyah Ibn Zayd, when five nights had remained from the month of Ramadan, in the beginning of the nineteenth month from the hijrah of the apostle of Allah. Asma was the wife of Yazid Ibn Zayd Ibn Hisn al-Khatmi. She used to revile Islam, offend the prophet and instigate the (people) against him. She composed verses. Umayr Ibn Adi came to her in the night and entered her house. Her children were sleeping around her. There was one whom she was suckling. He searched her with his hand because he was blind, and separated the child from her. He thrust his sword in her chest till it pierced up to her back. Then he offered the morning prayers with the prophet at al-Medina. The apostle of Allah said to him: "Have you slain the daughter of Marwan?" He said: "Yes. Is there something more for me to do?" He [Muhammad] said: "No. Two goats will butt together about her. This was the word that was first heard from the apostle of Allah. The apostle of Allah called him Umayr, "basir" (the seeing). --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf > dan bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. > > ---Original Message--- > > From: [EMAIL PROTECTED] > Date: 04/13/06 03:14:52 > To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; > [EMAIL PROTECTED] > Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" > > Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" > > > Rabu, 12 April 2006 > Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak > perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark, > Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya > Resensi: > > Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan > Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang > junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif > di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan. > Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf > kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba memuat > ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, dan > negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi. > Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat > arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan > sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris. > Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene > dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian > tubuhnya; seolah Al-Qur'an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang > haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah kita > mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario > untuk kembali menyudutkan Islam. > Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa > berkepentingan untuk menguasai negeri Islam. > Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas. > Karena jelas ini sebuah pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu > hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati. > Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan "Dahulu ada seorang > lelaki Islam yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah > seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu > malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian > itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk > mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi dan > kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah wanita > tadi tumpah sia-sia." > Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah Khathamah > --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir. > Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa > yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang > lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: > Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian > membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan > melaporkan kepada baginda Nabi Saw.
Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
- Original Message - From: "hancurkan demokrasi tegakkan khilafah" <[EMAIL PROTECTED]> To: "pks pks" <[EMAIL PROTECTED]> Cc: "erwin fs" <[EMAIL PROTECTED]>; "krisnaji2002" <[EMAIL PROTECTED]>; "Achmad Chamdani Eka P." <[EMAIL PROTECTED]>; "perwanto pur" < [EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, February 06, 2006 4:08 PM Subject: [PKS] Seputar Hukum Menghina Rasul Seputar Hukum Menghina Rasul 1. Bentuk-Bentuk Menghina Rasul Imam Ibnu Taimiyah dalam bukunya "Ash Sharim Al Maslul 'ala Syatimi Ar Rasul" telah menjelaskan batasan tentang tindakan orang-orang yang menghujat Nabi Muhammad saw. Sebagai berikut: "Kata-kata yang bertujuan menyalahkan, merendahkan martabatnya, kemudian melaknat, menjelek-jelekkan, menuduh Rasululullah saw. tidak adil, meremehkan serta mengolok-olok Rasulullah saw." Ibnu Taimiyah menukil pendapat Al Qadlo 'Iyadl yang menjelaskan bentuk-bentuk hujatan Nab saw. sebagai berikut: "Orang-orang yang menghujat Rasululah saw. adalah orang-orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasul saw. ada kekurangan atau mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya. Selain itu, juga menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia, menentang atau mensejajarkan Rasululah saw dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengecilkan, memburuk-burukkan dan mencari-cari kesalahannya. Maka orang tersebut adalah yang orang yang telah menghujat Rasul saw. terhadap orang tersebut, ia harus dibunuh . . ." 2. Vonis mati Imam Asy Syaukani menukil pendapat para fuqaha antara lain pendapat Imam Malik yang mengatakan bahwa orang kafir dzimmi seperti Yahudi, Nashrani, dan sebagainya, yang menghujat Rasulullah saw. terhadap mereka hars dijatuhi hukuman mati, kecuali apabila mereka bertaubat dan masuk Islam. Sedangkan bagi seorang Muslim, ia harus dieksekusi tanpa diterima taubatnya. Imam Asy Syaukani mengatakan bahwa pendapat tersebut sama dengan pendapat Imam Syafi'i dan Imam Hambali. Imam Asy Syaukani dalam kitab "Nailul Authar" jilid VII, halaman 213-215, mengemukakan dua hadits tentang hukuman bagi penghinaan Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. yang berbunyi: "Bahwa ada seorang wanita yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. (oleh karena perbuatannya itu), maka perempuan itu telah dicekik sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rasulullah saw. menghalalkan darahnya". (HR Abu Daud) Ibnu Abbas telah meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi, bahwa ada seorang laki-laki buta yang istrinya senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Lelaki itu berusaha melarang dan memperingatkan agar istrinya itu tidak melakukannya. Sampai pada suatu malam (seperti biasanya) istrinya itu mulai lagi mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. (Merasa tidak tahan lagi), lelaki itu lalu mengambil kapak kemudian dia tebaskan ke perut istrinya dan ia hunjamkan dalam-dalam sampai istrinya itu mati. Keesokan harinya, turun pemberitahuan dari Allah swt kepada Rasulullah saw yang menjelaskan kejadian tersebut. Lantas , hari itu juga beliau saw. mengumpulkan kaum muslimin dan bersabda: "Dengan menyebut asma Allah, aku minta orang yang melakukannya, yang sesungguhnya tindakan itu adalah hakku; mohon ia berdiri." Kemudian (kulihat) lelaki buta itu berdiri dan berjalan dengan meraba-raba sampai ia turun di hadapan Rasulullah saw, kemudian ia duduk seraya berkata: "akulah suami yang melakukan hal tersebut ya Rasulullah saw. Kulakukan hal tersebut karena ia senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan dirimu. Aku telah berusaha melarang dan selalu mengingatkannya, tetapi ia tetap melakukannya. Dari wanita itu, aku mendapatkan dua orang anak (yang cantik) seperti mutiara. Istriku itu sayang padaku. Tetapi kemarin ketika ia (kembali) mencela dan menjelek-jelekkan dirimu, lantas aku mengambil kapak, kemudian menebaskannya ke perut istriku dan menghujamkan kuat-kuat ke perut istriku dan menghujamkan kuat-kuat sampai ia mati. Kemudian Rasululah saw. bersabda: "Saksikanlah bahwa darahnya (wanita itu) halal" (HR. Abu Daud dan An Nasa'i) 3. Siapa pengeksekusi? Empat belas abad yang lalu, tepatnya di kota madinah pada masa Rasulullah saw. ada seorang munafiqun yang bernama Abdullah bin Ubay bin salul. Ketika itu ia bersumpah: "Demi Allah, apabila aku kembali ke Madinah, tentu orang yang paling mulia akan segera mngusir orang yang paling hina." Maksud Abdullah bin Ubay adalah bahwa dirinya yang ketika itu termasuk pemimpin di antara pemuka kalangan munafiqun yang menganggap lebih mulia daripada Rasulullah saw; dan bahwasanya Rasulullah Muhammad saw. itu adalah orang yang paling rendah martabatnya di antara mereka. Dengan demikian, beliau tidak layak lagi memimpin mereka. Begitulah maksud Abdullah bin Ubay. Berita tersebut didengar oleh Zaid bin Al Arqam, kemudian ia menyampaikannya kepada Umar. Umar sangat geram mendengar hal ini, lalu ia melapor kepada Rasulullah saw. Dengan menahan emosi, ia berkata, "Izinkan aku, ya Rasulullah, untuk membunu
Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
Setuju Dok...! Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 04/13/06 03:14:52 To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" Rabu, 12 April 2006 Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark, Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya Resensi: Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan. Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba memuat ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, dan negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi. Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris. Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian tubuhnya; seolah Al-Quran, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah kita mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario untuk kembali menyudutkan Islam. Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa berkepentingan untuk menguasai negeri Islam. Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas. Karena jelas ini sebuah pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati. Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan Dahulu ada seorang lelaki Islam yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi dan kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah wanita tadi tumpah sia-sia. Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah Khathamah --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir. Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw. berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada `Umair bin `Adi." Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam sebuah Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak! Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu terus suarakan bahwa syariat Islam mengancam penghujat Nabi dengan hukuman yang sangat keras. Ini penting, sekurang-kurangnya sebagai seruan moral. Karena dalam banyak kasus pelecehan agama, hukuman yang diperoleh pelaku biasanya sangat ringan. Padahal yang dihujat adalah Nabi kita, pedoman hidup kita, bahkan Allah SWT. Tuhan kita. Kita juga perlu memberikan pembanding bagi pranata hukum yagn ada bahwa tidaklah ringan hukuman bagi si penghujat Islam. Kepada umat Islam, kejadian ini semestinya menyadarkan kita bahwa Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan rela hingga kita mengikuti millah mereka. Bukankah Allah sudah menegaskan: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (Al-Baqarah: 120). Dan, kali ini, bentuk ketidakrelaan mereka bukan berupa ayat, tetapi fakta. Dan fakta-fakta terus dan terus akan berbicara. Ironisnya, rangkaian fakta
[wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 04/13/06 03:14:52 To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" Rabu, 12 April 2006 Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark, Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya Resensi: Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan. Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba memuat ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, dan negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi. Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris. Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian tubuhnya; seolah Al-Quran, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah kita mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario untuk kembali menyudutkan Islam. Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa berkepentingan untuk menguasai negeri Islam. Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas. Karena jelas ini sebuah pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati. Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan Dahulu ada seorang lelaki Islam yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi dan kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah wanita tadi tumpah sia-sia. Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah Khathamah --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir. Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw. berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada `Umair bin `Adi." Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam sebuah Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak! Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu terus suarakan bahwa syariat Islam mengancam penghujat Nabi dengan hukuman yang sangat keras. Ini penting, sekurang-kurangnya sebagai seruan moral. Karena dalam banyak kasus pelecehan agama, hukuman yang diperoleh pelaku biasanya sangat ringan. Padahal yang dihujat adalah Nabi kita, pedoman hidup kita, bahkan Allah SWT. Tuhan kita. Kita juga perlu memberikan pembanding bagi pranata hukum yagn ada bahwa tidaklah ringan hukuman bagi si penghujat Islam. Kepada umat Islam, kejadian ini semestinya menyadarkan kita bahwa Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan rela hingga kita mengikuti millah mereka. Bukankah Allah sudah menegaskan: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (Al-Baqarah: 120). Dan, kali ini, bentuk ketidakrelaan mereka bukan berupa ayat, tetapi fakta. Dan fakta-fakta terus dan terus akan berbicara. Ironisnya, rangkaian fakta-fakta ini pun belum bisa membuat umat Islam bersatu untuk melawan makar orang-or