Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-05-25 Terurut Topik Sato Sakaki



Ini sambungannya dari mana ya? Garuk-garuk kepala aku.
(Padahal sudah lama aku ndak disini.) 

--- Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> lho, sato percaya hadits ?  kirain inkarus sunnah :D
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
> - Original Message - 
> From: "satosakaki2004" <[EMAIL PROTECTED]>
> Ceritanya sahih.


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 








Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "wanita-muslimah" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-05-24 Terurut Topik oman abdurahman
Wah pak dokter, gitu saja bingung. Ya ialah, manusiawi dan juga idealogis
dan sosialis. Ada saatnya kita harus lembut dan opemaaf, ada saatnya harus
tegas dan keras. Bahkan ilahiah. Bukankah Tuhan pun demikian, penuh
paradoks? Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin, Maha Pemaaf
sekaligus Maha Keras SiksaNya. Tak perlu bingung, yang mesti kita pelajari,
kapan saat tegas dan keras itu dan kapan saat pemaaf itu.

Dari apa yang saya tangkap, Rosululloh bersikap keras dan tegas di saat ada
tindakan, ucapan atau perilaku yang akan menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan
atau menodai aturan hidup kemasyarakatan, yang diturunkan Alloh melalui
RosulNya.

Memang kalo dicuplik sebagian-sebagian kisahnya, jadi membingungkan dan
membuat perbincanga berkepanjangan.

salam,
manAR


On 4/14/06, Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan
> bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih.
>
> ---Original Message---
>
> From: [EMAIL PROTECTED]
> Date: 04/13/06 03:14:52
> To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
>
> Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
>
>
> Rabu, 12 April 2006
> Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak
> perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark,
> Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya
> Resensi:
>
> Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan
> Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang
> junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif
> di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan.
> Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf
> kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba
> memuat
> ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand,
> dan
> negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi.
> Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat
> arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan
> sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris.
> Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene
> dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian
> tubuhnya; seolah Al-Qur'an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang
> haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah
> kita
> mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario
> untuk kembali menyudutkan Islam.
> Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa
> berkepentingan untuk menguasai negeri Islam.
> Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas.
> Karena jelas ini sebuah  pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu
> hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati.
> Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan "Dahulu ada seorang
> lelaki Islam –yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah
> seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu
> malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian
> itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk
> mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi
> dan
> kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah
> wanita
> tadi tumpah sia-sia."
> Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah
> Khathamah
> --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir.
> Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa
> yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang
> lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata:
> Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian
> membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan
> melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot
> betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw.
> berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian
> berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah
> dan
> Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada
> `Umair bin `Adi."
> Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum
> yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam
> sebuah
> Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn
> memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki
> institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian
> dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak!
> Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu t

Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-05-24 Terurut Topik Ari Condro



lho, sato percaya hadits ?  kirain inkarus sunnah :D

salam,
Ari Condro

- Original Message - 
From: "satosakaki2004" <[EMAIL PROTECTED]>
Ceritanya sahih.









Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Women
  
  
Different religions beliefs
  
  
Islam
  
  


Muslimah
  
  
Women in islam
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "wanita-muslimah" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" - The Real Image of Prophet Muhammad

2006-04-16 Terurut Topik jano ko
 
  The Real Image of Prophet Muhammad
   
  Mercy to Kids:
   
   
  Anas always greeted children as he passed them, saying that he did so because 
he had observed the Prophet doing the same thing. ( Bukhari and Muslim)
   
   
   
  Ibn `Abbas  said that the Prophet used to hold the first of any seasonal 
harvest, he used put it on his eyes then on his lips and say “Oh Allah! Like 
you have made us see its beginning (of the season), allow us to see its end.” 
Then he would give it to any child sitting around him." (Tabarani)
   
   
   
  Prophet Muhammad's Gentleness and Tactfulness:
   
   
  Aisha stated that, ‘The Prophet never used foul language and never 
entertained people with obscene jokes. He was well behaved when he entered the 
market places. His habit was not to repel evil with mutual evil. He was 
forgiving and could grant pardon.' (Tirmidhi)
   
   
   
  Husain  the grandson of the Prophet asked his father, Ali , about the 
Prophet's conduct. Ali replied, 'He was always cheerful, gentle and mild. There 
was no rigidity or coarseness in his conduct. He was neither a faultfinder nor 
a boisterous person and he steered away from any kind of futile engagement.' 
(Tabarani)
   
   
   
  The Prophet encouraged the achievers and never deprived anybody of hope. He 
refrained from boasting, hoarding wealth and involvement in matters that did 
not concern him as well as from using sharp rebukes and exposing people with 
the intention to disgrace and defame. (Tirmidhi)
   
   
   
   
  While speaking, he addressed matters constructively with the objective of 
good for all. His audience remained motionless as they gave him their undivided 
attention. Birds could find a safe place to sit on their heads during these 
sessions (being so preoccupied in his comments). None of his listeners would 
interrupt while he spoke. They waited until he completed his discussion and the 
person who then requested to participate was allowed to address the group 
first, followed by the second and the third and so on. Participants were 
treated with respect - each was allowed to finish his statement without 
objection or interference - and everybody would listen to him attentively. 
Sometimes visitors to Madina were harsh as they questioned him about Islam, but 
he was always polite and tolerant towards them. When a person spoke in his 
company, he would not object unless the person spoke incorrectly, and then he 
would either stop the speaker or stand up and leave the conversation.
 (Tirmidhi) 
   
   
   
   
  The Prophet laughed at things that were humorous and was excited by things 
that excited his Companions. With regards to the needy, he encouraged those 
less needy to support them. He objected to being praised excessively and 
tolerated it only as a way of being shown thanks for his kindness. (Tirmidhi)
   
   
  Prophet Muhammad smiled so spontaneously that each one of the Companions, as 
they gathered around him during their visits to his house, thought to be the 
favorite Companion. Jareer Ibn Abdullah said, 'I have not seen the Prophet, 
since I embraced Islam, without a smile on his face. I saw him smiling when he 
could not see me and he was smiling in my presence.' ( Bukhari )
   
   
  Abdullaah Ibn Haarith said, 'I never came across a person who smiled as much 
as the Prophet. The Prophet  regarded smiling with a brother as an act of 
charity. (Tirmidhi
   
   
   
  Prophet Muhammad's Humility:
   
  He said, "If I were to be invited to eat trotters of sheep or cows or if they 
were given to me as gifts I would proudly accept such gestures of goodwill." 
(Tirmidhi)
   
  He said, "Don't commend me as Christians commend Jesus the sun of Marry. But 
say about me, the servant and the messenger of Allah." (Muslim)
   
  The companions of Prophet Muhammad used to stay sitting when he come because 
they know how he feels bad when they stand for him. (Tirmidhi)
   
  Aisha said, "Prophet Muhammad used to stitch his clothes, milk the goats and 
help in the chores inside the house.' (Bukhari and Muslim)
  He said, "'None shall enter Paradise with a grain of boast or pride still in 
the heart." (Muslim)
   
  Once a newcomer to his gathering was filled with awe and anxiety. When he 
detected this, the Prophet\said to the person, 'Please relax and be at ease! I 
am not a great monarch. I am only a son of a lady who ate cured meat.' (Ibn 
Majah)
   
  The Prophet (Sallallaahu Alayhi Wasallam) never refused to listen to the 
problems of his followers. A poor old lady once told him that she desperately 
needed to talk to him about a problem. He comforted her by saying that he is 
prepared to meet her anywhere and on any road of Madina to discuss the matter 
that worried her. (Abu Dawud)
   
  Prophet Muhammad's Sense of Humor:
   
  A Bedouin called Zaahir  was selling his commodities in the market. The 
Prophet approached him from behind and, clasping his arms around Zaahir , 
challenged him to release himself f

[wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-04-15 Terurut Topik satosakaki2004
Ceritanya sahih. Asma binti Marwan adalah seorang penyair.
Umair bin Adi masuk ke rumahnya tengah malam dimana Asma tidur
diantara lima orang bocah anaknya, satu diantaranya sedang menyusu.
Dia pisahkan anak yang lagi menyusu itu lalu dia tikam Asma pada dada
sampai tembus ke punggungnya.
Ini dari Wikipedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Asma_bint_Marwan

>From Ibn Sa'd's Kitab al-Tabaqat al-Kabir, translated by S. Moinul
Haq, volume 2, page 31.

"SARIYYAH OF UMAYR IBN ADI"

Then (occurred) the sariyyah of Umayr ibn adi Ibn Kharashah
al-Khatmi against Asma Bint Marwan, of Banu Umayyah Ibn Zayd, when
five nights had remained from the month of Ramadan, in the beginning
of the nineteenth month from the hijrah of the apostle of Allah. Asma
was the wife of Yazid Ibn Zayd Ibn Hisn al-Khatmi. She used to revile
Islam, offend the prophet and instigate the (people) against him. She
composed verses. Umayr Ibn Adi came to her in the night and entered
her house. Her children were sleeping around her. There was one whom
she was suckling. He searched her with his hand because he was blind,
and separated the child from her. He thrust his sword in her chest
till it pierced up to her back. Then he offered the morning prayers
with the prophet at al-Medina. The apostle of Allah said to him: "Have
you slain the daughter of Marwan?" He said: "Yes. Is there something
more for me to do?" He [Muhammad] said: "No. Two goats will butt
together about her. This was the word that was first heard from the
apostle of Allah. The apostle of Allah called him Umayr, "basir" (the
seeing). 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf  
> dan bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. 
>  
> ---Original Message---
>  
> From: [EMAIL PROTECTED]
> Date: 04/13/06 03:14:52
> To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
>  
> Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" 
> 
>  
> Rabu, 12 April 2006 
> Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak
> perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark,
> Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya 
> Resensi: 
> 
> Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark
mengkartunkan
> Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang
> junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom
aktif
> di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan.
> Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta
maaf
> kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan
berlomba-lomba memuat
> ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New
Zealand, dan
> negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi.
> Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka
sangat
> arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan
> sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris.
> Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene
> dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian
> tubuhnya; seolah Al-Qur'an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang
> haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat
darah kita
> mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah
skenario
> untuk kembali menyudutkan Islam.
> Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa
> berkepentingan untuk menguasai negeri Islam.
> Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas.
> Karena jelas ini sebuah  pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu
> hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati.
> Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan "Dahulu ada seorang
> lelaki Islam –yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah
> seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu
> malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya,
kejadian
> itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk
> mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta
tadi dan
> kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap
darah wanita
> tadi tumpah sia-sia."
> Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah
Khathamah
> --dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir.
> Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya:
"Siapa
> yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang
> lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas
berkata: 
> Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian
> membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan
> melaporkan kepada baginda Nabi Saw.

Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-04-13 Terurut Topik Ari Condro
 - Original Message -
From: "hancurkan demokrasi tegakkan khilafah" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "pks pks" <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: "erwin fs" <[EMAIL PROTECTED]>; "krisnaji2002" <[EMAIL PROTECTED]>;
"Achmad Chamdani Eka P." <[EMAIL PROTECTED]>; "perwanto pur" <
[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, February 06, 2006 4:08 PM
Subject: [PKS] Seputar Hukum Menghina Rasul

Seputar Hukum Menghina Rasul


1. Bentuk-Bentuk Menghina Rasul
Imam Ibnu Taimiyah dalam bukunya "Ash Sharim Al Maslul 'ala Syatimi Ar
Rasul" telah menjelaskan batasan tentang tindakan orang-orang yang menghujat
Nabi Muhammad saw. Sebagai berikut:

"Kata-kata yang bertujuan menyalahkan, merendahkan martabatnya, kemudian
melaknat, menjelek-jelekkan, menuduh Rasululullah saw. tidak adil,
meremehkan serta mengolok-olok Rasulullah saw."

Ibnu Taimiyah menukil pendapat Al Qadlo 'Iyadl yang menjelaskan
bentuk-bentuk
hujatan Nab saw. sebagai berikut:

"Orang-orang yang menghujat Rasululah saw. adalah orang-orang yang mencela,
mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasul saw. ada kekurangan atau
mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya. Selain itu, juga
menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia, menentang atau
mensejajarkan Rasululah saw dengan orang lain dengan niat untuk mencela,
menghina, mengecilkan, memburuk-burukkan dan mencari-cari kesalahannya. Maka
orang tersebut adalah yang orang yang telah menghujat Rasul saw. terhadap
orang tersebut, ia harus dibunuh . . ."

2. Vonis mati
Imam Asy Syaukani menukil pendapat para fuqaha antara lain pendapat Imam
Malik yang mengatakan bahwa orang kafir dzimmi seperti Yahudi, Nashrani, dan
sebagainya, yang menghujat Rasulullah saw. terhadap mereka hars dijatuhi
hukuman mati, kecuali apabila mereka bertaubat dan masuk Islam. Sedangkan
bagi seorang Muslim, ia harus dieksekusi tanpa diterima taubatnya. Imam Asy
Syaukani mengatakan bahwa pendapat tersebut sama dengan pendapat Imam
Syafi'i dan Imam Hambali.

Imam Asy Syaukani dalam kitab "Nailul Authar" jilid VII, halaman 213-215,
mengemukakan dua hadits tentang hukuman bagi penghinaan Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. yang berbunyi:

"Bahwa ada seorang wanita yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan
Nabi saw. (oleh karena perbuatannya itu), maka perempuan itu telah dicekik
sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rasulullah saw. menghalalkan
darahnya". (HR Abu Daud)

Ibnu Abbas telah meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi, bahwa ada seorang
laki-laki buta yang istrinya senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan Nabi
saw. Lelaki itu berusaha melarang dan memperingatkan agar istrinya itu tidak
melakukannya. Sampai pada suatu malam (seperti biasanya) istrinya itu mulai
lagi mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. (Merasa tidak tahan lagi),
lelaki itu lalu mengambil kapak kemudian dia tebaskan ke perut istrinya dan
ia hunjamkan dalam-dalam sampai istrinya itu mati. Keesokan harinya, turun
pemberitahuan dari Allah swt kepada Rasulullah saw yang menjelaskan kejadian
tersebut. Lantas , hari itu juga beliau saw. mengumpulkan kaum muslimin dan
bersabda:

"Dengan menyebut asma Allah, aku minta orang yang melakukannya, yang
sesungguhnya tindakan itu adalah hakku; mohon ia berdiri."
Kemudian (kulihat) lelaki buta itu berdiri dan berjalan dengan meraba-raba
sampai ia turun di hadapan Rasulullah saw, kemudian ia duduk seraya berkata:

"akulah suami yang melakukan hal tersebut ya Rasulullah saw. Kulakukan hal
tersebut karena ia senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan dirimu. Aku
telah berusaha melarang dan selalu mengingatkannya, tetapi ia tetap
melakukannya. Dari wanita itu, aku mendapatkan dua orang anak (yang cantik)
seperti mutiara. Istriku itu sayang padaku. Tetapi kemarin ketika ia
(kembali) mencela dan menjelek-jelekkan dirimu, lantas aku mengambil kapak,
kemudian menebaskannya ke perut istriku dan menghujamkan kuat-kuat ke perut
istriku dan menghujamkan kuat-kuat sampai ia mati.

Kemudian Rasululah saw. bersabda:

"Saksikanlah bahwa darahnya (wanita itu) halal" (HR. Abu Daud dan An Nasa'i)

3. Siapa pengeksekusi?

Empat belas abad yang lalu, tepatnya di kota madinah pada masa Rasulullah
saw. ada seorang munafiqun yang bernama Abdullah bin Ubay bin salul. Ketika
itu ia bersumpah:

"Demi Allah, apabila aku kembali ke Madinah, tentu orang yang paling mulia
akan segera mngusir orang yang paling hina."

Maksud Abdullah bin Ubay adalah bahwa dirinya yang ketika itu termasuk
pemimpin di antara pemuka kalangan munafiqun yang menganggap lebih mulia
daripada Rasulullah saw; dan bahwasanya Rasulullah Muhammad saw. itu adalah
orang yang paling rendah martabatnya di antara mereka. Dengan demikian,
beliau tidak layak lagi memimpin mereka. Begitulah maksud Abdullah bin Ubay.

Berita tersebut didengar oleh Zaid bin Al Arqam, kemudian ia menyampaikannya
kepada Umar. Umar sangat geram mendengar hal ini, lalu ia melapor kepada
Rasulullah saw. Dengan menahan emosi, ia berkata, "Izinkan aku, ya
Rasulullah, untuk membunu

Re: [wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-04-13 Terurut Topik P|R|E|N|D|69
Setuju Dok...!

Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa 
Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan
bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. 

---Original Message--- 

From: [EMAIL PROTECTED] 
Date: 04/13/06 03:14:52 
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED] 
Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" 

Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" 


Rabu, 12 April 2006 
Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak
perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark,
Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya 
Resensi: 

Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan
Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang
junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif
di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan. 
Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf
kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba memuat
ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, dan
negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi. 
Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat
arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan
sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris.
Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene
dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian
tubuhnya; seolah Al-Qur’an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang
haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah kita
mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario
untuk kembali menyudutkan Islam. 
Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa
berkepentingan untuk menguasai negeri Islam. 
Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas.
Karena jelas ini sebuah  pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu
hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati. 
Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan “Dahulu ada seorang
lelaki Islam –yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah
seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu
malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian
itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk
mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi dan
kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah wanita
tadi tumpah sia-sia.” 
Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah Khathamah
--dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir.
Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa
yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang
lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: 
Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian
membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan
melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot
betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw.
berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian
berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan
Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada
`Umair bin `Adi." 
Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum
yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam sebuah
Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn
memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki
institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian
dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak! 
Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu terus suarakan bahwa
syariat Islam mengancam penghujat Nabi dengan hukuman yang sangat keras. Ini
penting, sekurang-kurangnya sebagai seruan moral. Karena dalam banyak kasus
pelecehan agama, hukuman yang diperoleh pelaku biasanya sangat ringan. 
Padahal yang dihujat adalah Nabi kita, pedoman hidup kita, bahkan Allah SWT.
Tuhan kita. Kita juga perlu memberikan pembanding bagi pranata hukum yagn
ada bahwa tidaklah ringan hukuman bagi si penghujat Islam. 
Kepada umat Islam, kejadian ini semestinya menyadarkan kita bahwa Yahudi dan
Nasrani selamanya tidak akan rela hingga kita mengikuti millah mereka.
Bukankah Allah sudah menegaskan: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120). 
Dan, kali ini, bentuk ketidakrelaan mereka bukan berupa ayat, tetapi fakta.
Dan fakta-fakta terus dan terus akan berbicara. Ironisnya, rangkaian
fakta

[wanita-muslimah] Re: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"

2006-04-13 Terurut Topik Kartono Mohamad
Cerita ini bahkan mengukuhkan bahwa Nabi muhammad bukan orang pemaaf dan
bahkan kejam. Perlu klarifikasi apakah cerita ini sahih. 
 
---Original Message---
 
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: 04/13/06 03:14:52
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
Subject: [zamanku] Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!"
 
Hanya Satu untuk Penghujat Nabi, "Vonis Mati!" 

 
Rabu, 12 April 2006 
Di masa Nabi, para penghina Rasulullah "divonis mati". Umat Islam, tidak
perlu membikin karikatur tandingan sebagaimana dilakukan koran Denmark,
Jyllands-Posten, atau koran-koran Eropa lainnya 
Resensi: 

Pers Eropa kembali berulah. Harian Jyllands-Posten, Denmark mengkartunkan
Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya digambar, tetapi juga dilecehkan. Sang
junjungan, diilustrasikan menjadi sosok bersorban lengkap dengan bom aktif
di kepalanya. Tentu ini bukan kebetulan tetapi kesengajaan.
Arogansi bangsa Eropa, tampak gamblang dari penolakan mereka meminta maaf
kepada umat Islam. Tanpa merasa berdosa, mereka bahkan berlomba-lomba memuat
ulang kartun-kartun itu. Sebut misalnya Norwegia, Perancis, New Zealand, dan
negara-negara Eropa lainnya. Semua atas nama kebebasan dan toleransi.
Agaknya, Eropa atau Barat kembali menunjukkan Islamophobia. Mereka sangat
arogan dan keterlaluan. Rasulullah SAW yang kita puja digambarkan dengan
sosok pembawa bom di kepala; seolah bahwa Islam adalah agama teroris.
Rasulullah saw juga digambarkan dengan seekor binatang yang nota bene
dagingnya diharamkan oleh Islam untuk dimakan, dan najis pula bagian
tubuhnya; seolah Al-Qur’an, pedoman hidup kita, berasal dari sosok yang
haram dan najis, sekaligus ini bentuk penghinaan pula dan membuat darah kita
mendidih. Tak ada maksud lain dari penistaan ini, kecuali sebuah skenario
untuk kembali menyudutkan Islam.
Mengapa? Karena bagi Barat, Islam adalah the next enemy. Mereka merasa
berkepentingan untuk menguasai negeri Islam.
Tentu, umat Islam, tidak akan membikin karikatur serupa untuk membalas.
Karena jelas ini sebuah  pembalasan yang tak berimbang. Hanya ada satu
hukuman berimbang dalam kasus semacam ini: vonis mati.
Dalam riwayat Ahmad, Jarir meriwayatkan, mengatakan “Dahulu ada seorang
lelaki Islam –yang dia maksud adalah si buta- yang menumpang di rumah
seorang wanita Yahudi. Wanita ini terus menerus mencaci Nabi SAW. suatu
malam, lelaki buta itu mencekik wanita tadi hingga mati. Esoknya, kejadian
itu dilaporkan kepada Nabi SAW. maka beliau memanggil orang-orang untuk
mengusut pembunuhan wanita tersebut. Lalu berdirilah si lelaki buta tadi dan
kemudian menuturkan perihal wanita tadi. Maka beliau menganggap darah wanita
tadi tumpah sia-sia.”
Dan dari Ibnu `Abbas ra, dia berkata: "Seorang wanita dari kabilah Khathamah
--dia bernama `Ashma' binti Marwan-- mengejek Nabi Saw. melalui sya`ir.
Mendengar ejekan tadi, maka Nabi Saw. berkata pada para sahabatnya: "Siapa
yang siap membereskan wanita itu untukku?" Maka tampil berdiri seorang
lelaki dari kaumnya, dia adalah Umair bin `Adi Al Khatami, lantas berkata: 
Saya ya Rasulullah!" Lalu dia pergi mencari wanita tadi dan kemudian
membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan
melaporkan kepada baginda Nabi Saw. Nabi Saw.pun kemudian berkata: "Bandot
betina sudah tak lagi menanduk." `Umair menuturkan: "Lalu Nabi Saw.
berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian
berkata "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan
Rasul-Nya secara diam-diam tanpa diketahui orang, maka lihatlah kepada
`Umair bin `Adi."
Hadits di atas memang memiliki konteks yagn khusus di mana supremasi hukum
yang berlaku ketika itu adalah Islam. Islam ketika itu bernaung dalam sebuah
Daulah Islamiyah, sehingga ketika agama dilecehkan, ada institusi yagn
memberikan hukuman. Berbeda dengan sekarang, umat Islam tak memiliki
institusi yang berwibawa untuk melakukan hal itu. Namun, apakah kemudian
dengan ini kita diam seribu bahasa? Tentu tidak!
Dalam konteks semacam ini, agaknya umat Islam perlu terus suarakan bahwa
syariat Islam mengancam penghujat Nabi dengan hukuman yang sangat keras. Ini
penting, sekurang-kurangnya sebagai seruan moral. Karena dalam banyak kasus
pelecehan agama, hukuman yang diperoleh pelaku biasanya sangat ringan.
Padahal yang dihujat adalah Nabi kita, pedoman hidup kita, bahkan Allah SWT.
Tuhan kita. Kita juga perlu memberikan pembanding bagi pranata hukum yagn
ada bahwa tidaklah ringan hukuman bagi si penghujat Islam.
Kepada umat Islam, kejadian ini semestinya menyadarkan kita bahwa Yahudi dan
Nasrani selamanya tidak akan rela hingga kita mengikuti millah mereka.
Bukankah Allah sudah menegaskan: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120).
Dan, kali ini, bentuk ketidakrelaan mereka bukan berupa ayat, tetapi fakta.
Dan fakta-fakta terus dan terus akan berbicara. Ironisnya, rangkaian
fakta-fakta ini pun belum bisa membuat umat Islam bersatu untuk melawan
makar orang-or