[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
Pak Ali Assalamualaikum wr wb. Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang dilandasi dengan data data akurat berdasarkan data resmi atau pandangan pandangan politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan kedepan. Tapi untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tidak didukung data resmi, sampai saat ini saya masih belum tertarik dengan tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha mencampurkan gaya tulisan berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tanpa dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih menyesatkan. Maka saya sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang tulisan KG itu, jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau masyarakat kita percaya dengan tulisan tersebut. Sekedar buat bahan pertimbangan saja. 1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak sampai 2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium yang 10 US$/bl perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost, padahal kita perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk menemukan sumur minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost hanyalah biaya biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan bahwa untuk menemukan minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya tersebut akan bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat pengeboran minyak lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu masih sekitar 175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600 ribu/hari. Itupun sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia sendiri, daerah explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga biaya untuk mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit. 3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium, tapi juga solar, minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih rendah. Jadi pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping itu, tiap fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak mungkin outputnya mencapai 100% 4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin harga sebenarnya yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Juga perlu ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke Indonesia. 5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita masing menghasilkan devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga untuk dipakai untuk nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk tahun 2008 dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95 US$/bbl (kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena pejabat-pejabat muslim banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau tidak bisa mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun masih fantastis, dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa dari minyak menurut hitungan KKG). Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara logika hanya ada dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi pemerintah pada sektor sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap menjaga APBN Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin dengan data data KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar menguasai angka akurat yang bisa membeberkan Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin badan badan terkait bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling list, kalau mau. Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin bahwa harga minyak masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk mengurangi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada usaha pemerintah untuk benar benar menjalankan aturan aturan yang sudah dikeluarkan, sehingga kebocoran kebocoran ditempat lain bisa juga dikurangi. Nah kalau pemerintah bisa pasang target untuk mengurangi kebocoran, lalu berdasarkan target tersebut serta perhitungan yang rasional dan transparant, mungkin kita bisa menerima kenaikan harga BBM. Transparansi itu perlu kita kita tidak disesatkan dengan pandangan tanpa angka angka akurat. Mungkin Menko Ekonomi bisa menyebar spread sheet resmi untuk menjelaskan dari mana angka angka 135.1 dan 200 trilliun dihitung :PENJELASAN PEMERINTAH TENTANG KEPUTUSAN PEMERINTAH RI DALAM HAL PENGURANGAN SUBSIDI BBM DAN KEBIJAKAN LAIN YANG MENYERTAINYA Sejak setahun terakhir harga minyak mentah dunia terus melambung. Kalau pada tahun lalu harga minyak berkisar pada angka USD 80/barrel, pada saat ini kisaran harganya berada pada tingkat di atas USD 130/ barrel. Hal ini menggelembungkan angka subsidi BBM ketingkat yang tidak mungkin lagi dipertahankan. Jika harga minyak mencapai rata- rata USD 120/barel sepanjang tahun 2008 maka subsidi BBM mencapai lebih dari Rp 200 triliun. Padahal menurut UU No 16/2008 tentang APBN(P) 2008 yang disetujui DPR, ditetapkan batas maksimal anggaran subsidi BBM hanya sebesar Rp 135,1 triliun. Saya coba petik dari milis lain: Suara rakyat memang mesti didengar, itu jelas, akan tetapi tidak semua suara itu logis dan benar, karena tidak semua orang mengerti apa sebab dan akibat dari kebijakan, tidak semua orang bisa lepas dari ke-subjektifan penilaiannya. Oleh karenanya pemerintah dan legislatif harusnya lebih arif
Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
Oom wahyu sangat rasional, Padahal ciri ciri muslim yang baik adalah yang tidak menggunakan akalnya. Lha, bagaimana ini bisa terjadi ? Ada yang sedang goncang dgn identitas keislaman mas wahyu ? :). Ini berandai andai mas. Bagaimana ? Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED] Date: Sun, 25 May 2008 13:38:17 To:wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt.. Pak Ali Assalamualaikum wr wb. Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang dilandasi dengan data data akurat berdasarkan data resmi atau pandangan pandangan politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan kedepan. Tapi untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tidak didukung data resmi, sampai saat ini saya masih belum tertarik dengan tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha mencampurkan gaya tulisan berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tanpa dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih menyesatkan. Maka saya sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang tulisan KG itu, jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau masyarakat kita percaya dengan tulisan tersebut. Sekedar buat bahan pertimbangan saja. 1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak sampai 2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium yang 10 US$/bl perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost, padahal kita perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk menemukan sumur minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost hanyalah biaya biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan bahwa untuk menemukan minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya tersebut akan bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat pengeboran minyak lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu masih sekitar 175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600 ribu/hari. Itupun sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia sendiri, daerah explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga biaya untuk mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit. 3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium, tapi juga solar, minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih rendah. Jadi pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping itu, tiap fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak mungkin outputnya mencapai 100% 4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin harga sebenarnya yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Juga perlu ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke Indonesia. 5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita masing menghasilkan devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga untuk dipakai untuk nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk tahun 2008 dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95 US$/bbl (kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena pejabat-pejabat muslim banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau tidak bisa mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun masih fantastis, dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa dari minyak menurut hitungan KKG). Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara logika hanya ada dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi pemerintah pada sektor sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap menjaga APBN Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin dengan data data KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar menguasai angka akurat yang bisa membeberkan Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin badan badan terkait bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling list, kalau mau. Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin bahwa harga minyak masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk mengurangi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada usaha pemerintah untuk benar benar menjalankan aturan aturan yang sudah dikeluarkan, sehingga kebocoran kebocoran ditempat lain bisa juga dikurangi. Nah kalau pemerintah bisa pasang target untuk mengurangi kebocoran, lalu berdasarkan target tersebut serta perhitungan yang rasional dan transparant, mungkin kita bisa menerima kenaikan harga BBM. Transparansi itu perlu kita kita tidak disesatkan dengan pandangan tanpa angka angka akurat. Mungkin Menko Ekonomi bisa menyebar spread sheet resmi untuk menjelaskan dari mana angka angka 135.1 dan 200 trilliun dihitung :PENJELASAN PEMERINTAH TENTANG KEPUTUSAN PEMERINTAH RI DALAM HAL PENGURANGAN SUBSIDI BBM DAN KEBIJAKAN LAIN YANG MENYERTAINYA Sejak setahun terakhir harga minyak mentah dunia terus melambung. Kalau pada tahun lalu harga minyak berkisar pada angka USD 80/barrel, pada saat ini kisaran harganya berada pada tingkat di atas USD 130/ barrel. Hal ini menggelembungkan angka subsidi BBM ketingkat
Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
Wa'alaikum Salam P Wahyu, Wah bgmn Mas Wahyu bisa memajukan ummat...? bawalah ummat indonesia yg mayoritas muslim ini menuju Baldataun toyyibatun Warobbun Goffur... Menurut Kwik Kian Gie biaya operasional hanya 10%, sementara di LN rata2 hanya 7%. Ingat Nyedot sendiri Mas.. tuk import hanya tambahan kekurangan saja tdk banyak. kekurangannya khan bisa me lobby ke negara2 opec di arab. barter apa saja yg saling menguntungkan.. Aqua juga bisa why not... Coba saja lihat atau browsing ke LN .. bgmn mereka mengelola usaha refinery alias nyedot SDA dengan baik..sistematis dan profit sharingnya jelas dan negaranya byk diuntungkan... bahkan bisa menggaji sgt mahal tenaga2 asing asal eropa/amrik berpuluh2 tahun tuh.. tenaga indonesia saja di LN spt di Arab GCC untuk level operator minimal Rp15jt/bln belum air ticket, education assistant dll perbulan bisa 25jt an. Rakyat arab sugih dari adanya refinery yg berjalan dengan sistematisnya sgt baik, jauh dari korupsi dan tenaga kerjanya juga kecipratan makmur he3.. nah inilah Baldataun toyyibatun Warobbun Goffur... Di pertamina operator bisa 5juta sdh bagus biaya hidup meroket kasian khan... Jgnlah generasi kita dijadikan makin suram saja...saya baca surat kabar di middle east kemarin sedih juga P wahyu .. Indonesia producer oil/gas menaikkan BBM 30%!! di tulis besar2 lagi... Semoga indonesia bisa menuju Baldataun toyyibatun Warobbun Goffur... Aamiin. Barokallohu fiik P Wahyu, aly --- Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Ali Assalamualaikum wr wb. Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang dilandasi dengan data data akurat berdasarkan data resmi atau pandangan pandangan politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan kedepan. Tapi untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tidak didukung data resmi, sampai saat ini saya masih belum tertarik dengan tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha mencampurkan gaya tulisan berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tanpa dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih menyesatkan. Maka saya sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang tulisan KG itu, jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau masyarakat kita percaya dengan tulisan tersebut. Sekedar buat bahan pertimbangan saja. 1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak sampai 2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium yang 10 US$/bl perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost, padahal kita perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk menemukan sumur minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost hanyalah biaya biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan bahwa untuk menemukan minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya tersebut akan bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat pengeboran minyak lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu masih sekitar 175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600 ribu/hari. Itupun sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia sendiri, daerah explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga biaya untuk mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit. 3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium, tapi juga solar, minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih rendah. Jadi pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping itu, tiap fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak mungkin outputnya mencapai 100% 4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin harga sebenarnya yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Juga perlu ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke Indonesia. 5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita masing menghasilkan devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga untuk dipakai untuk nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk tahun 2008 dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95 US$/bbl (kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena pejabat-pejabat muslim banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau tidak bisa mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun masih fantastis, dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa dari minyak menurut hitungan KKG). Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara logika hanya ada dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi pemerintah pada sektor sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap menjaga APBN Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin dengan data data KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar menguasai angka akurat yang bisa membeberkan Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin badan badan terkait bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling list, kalau mau. Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin bahwa harga minyak masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk mengurangi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada usaha pemerintah
[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
Assalamualaikum wr wb. Ayat itu benar adanya. Kalau berkah itu belum datang atau tidak pernah datang, itu karena sebagian besar umat islam belum bertakwa dengan sebenar-benarnya. Itu kaitannya dengan bencana ekonomi yang kita alami kali ini. Sementara bencana bencana alam yang kita alami, saya masih melihatnya sebagai bencana alam normal yang akan dan pasti kita hadapi karena memang letak negara kita yang ada didaerah labil antara lapisan asia dan australia, belum lagi ditambah dengan kenyataan bahwa kita memiliki jumlah gunung berapi aktif yang terbanyak didunia. Saya belum melihatnya sebagai akibat tidak bertaqwanya umat islam di indonesia. Kita malah harus mengantisipasi dengan menciptakan sarana sarana untuk menghadapi gejala alam yang normal ini. Sampai akhirnya kita tidak akan mampu lagi mengatasinya karena nanti akan tiba saatnya dimana bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), surat Al- Zalzalah. Namun, seperti yang saya singgung sebelumnya, bencana ekonomi yang kita alami kali ini sangat relevan dengan tidak bertaqwanya umat islam di Indonesia. Kalau harga BBM naik itu wajar karena memang berkaitan langsung dengan harga minyak bumi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kalau nanti menembus angka 200 US$/bbl, mungkin akan lebih menarik lagi. Tidak layak juga untuk membandingkan harga minyak dinegara lain karena mereka punya policy yang berbeda dan juga kekayaan yang berbeda. Tidak layak membandingkan dengan Venezuela, dimana harga air tawar botolan perliternya lebih mahal dibanding dengan harga bensin. Dengan 18 ribu rupiah bisa isi tanki penuh ukuran 40 liter mungkin, sementara air tawar setengah liter sudah 1 US$. Mereka kaya minyak, dengan produksi lebih dari tiga kali lipat dari Indonesia sementara jumlah penduduk hanya 20% dari kita. Di Cuba harga bensin sampai 1 Euro/liter atau sekitar 15 ribu rupiah. Sementara di Indonesia, harga minyak itu mungkin masih wajar dibandingkan dengan biaya normal yang mungkin mencapai sekitar 1.1 US$/liter. Terlebih dengan kenyataan bahwa kita sekarang sudah bukan exportir lagi (walau masih mempertahankan gengsi untuk tetap jadi anggota OPEC), maka untuk kebutuhan dalam negeripun kita masih harus impor. Kegiatan explorasi agak tersendat karena kondisi politik yang tidak stabil. Masalahnya sekarang, apakah wajar melakukan kenaikan itu sementara mungkin masih banyak kecolongan disektor lain yang bila dikurangi mungkin bisa membantu subsidi BBM. Aturan aturan yang telah dibuat untuk membuat distribusi BBM adil dan merata belum bisa diterapkan dengan benar. Betapa banyak kendaraan high class yang harusnya membeli BBM tanpa subsidi tapi paling depan untuk ngantri di pom bensin bersubsidi, berapa banyak kita kecolongan minyak solar bersubsidi dan dijual keluar negeri dengan harga tinggi. Belum lagi menyinggung aturan aturan lain yang belum dijalankan dengan benar, pemberantasan korupsi, issue upeti dari BUMN ke anggota-anggota legislatif yang perlu dibuktikan, yang mungkin membuat BUMN menjadi tidak ekonomis dan patut diberikan kepala pengelola yang mampu mengurusnya dengan benar. Kenapa kita mesti melarang penjualan BUMN kalau nyatanya orang orang yang dipercaya tidak mampu meningkatkan kinerjanya atau kita tidak mampu mengelolalnya karena terlalu banyaknya upeti yang wajib disetor sehingga kinerja perusahaan demikian rendah?. Krakatau Steel pernah diharapkan menjadi macan dunia untuk industri baja. Potensinya, sampai saat ini, masih sangat besar. Nayatanya kali ini ? Mungkin terlalu banyak kebocoran. Kalau tidak efisien karena terlalu banyak pegawai, mungkin bisa dimengerti dengan kondisi tenaga kerja di Indonesia kali ini. Tapi kalau tidak effisien karena terlalu banyak kecolongan ? Itu makanan empuk buat Mittal Steel yang terkenal dengan pola operasi yang sangat effisien. Betapa banyak dana yang terkumpul, tidak resmi, lalu terbuang untuk biaya kampanye seperti kasusnya Damhuri. Kasus kasus anggota DPR yang mungkin terkait dengan BI dan tak ada kabarnya, kasus lain tentang penyelewengan wewenang sehingga peraturan peraturan mudah digoalkan hanyalah sekian dari banyak contoh bencana yang kita hadapi dan harus kita atasi. Kasus-kasus korupsi di department dan daerah, bagaimana kontrol dan auditnya? Bagaimana proses pembuktian harta para pejabat? Disini umat islam indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Umat islam lebih dari 90% penduduk Indonesia. Secara tidak langsung umat islam indonesia mempunyai andil yang paling besar atas terpuruknya ekonomi indonesia. Kita mesti malu dengan ini dan tidak hanya menyalahkan pemerintah. Buat pengusaha islam, sudahkan kita berdisiplin untuk membayar pajak? Buat yang memiliki mobil mewah, sadarkah anda bahwa selayaknya anda harus membeli BBM tanpa subsidi? Dalam kehidupan sehari hari, sudah demikian tertib dan patuhkan kita dengan aturan lalu lintas, negara, perusahaan dan lainnya? Korupsikah kita? Sebagai umat islam, selayaknya kita
Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
Ayo Pa Wahyu nonton skrng di RCTI Kwik Kian Gie dengan mentamben online BBM naik lagi... Biaya nyedot SDA bbm dari minyak mentah smp jadi bensin premium cuma Rp 630,-/liter dengan 1 US dolar = Rp 10,000 (standard terjelek kata Kwik Kian Gie) Waduh byk amat untungnya dari Rp4.500 minta naik pula 6rb waduh segunung deh untungnya para pejabat2 kita .. Punya SDA sendiri kok harga amriknya.. jgn2 harga nasi uduk harga california hua2.. ha2... Harga soto betawi di JKT harga Washington ampun deh Cicak makan nyamuk he3... Yg penting bgmn transparan dan sesui rules yg profesional. slm, ali Sekilas pandangan dari Kwik Kian Gie Slm kmbli, aly Subject: Opini: Kenapa BBM harus naik? Subsidi BBM Bukan Pengeluaran Uang. Uangnya Dilarikan Kemana? Jumat, 11 April 08Dengan melonjaknya harga minyak mentah di pasaran dunia sampai di atas US$ 100 per barrel, DPR dan Pemerintah menyepakati mengubah pos subsidi BBM dengan jumlah Rp. 153 trilyun. Artinya Pemerintah sudah mendapat persetujuan DPR mengeluarkan uang tunai sebesar Rp. 153 trilyun tersebut untuk dipakai sebagai subsidi dari kerugian Pertamina qq. Pemerintah. Jadi akan ada uang yang dikeluarkan? Saya sudah sangat bosan mengemukakan pendapat saya bahwa kata subsidi BBM itu tidak sama dengan adanya uang tunai yang dikeluarkan. Maka kalau DPR memperbolehkan Pemerintah mengeluarkan uang sampai jumlah yang begitu besarnya, uangnya dilarikan ke mana? Dengan asumsi-asumsi untuk mendapat pengertian yang jelas, atas dasar asumsi-asumsi, pengertian subsidi adalah sebagai berikut. Harga minyak mentah US$ 100 per barrel. Karena 1 barrel = 159 liter, maka harga minyak mentah per liter US$ 100 : 159 = US$ 0,63. Kalau kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, harga minyak mentah menjadi Rp. 6.300 per liter. Untuk memproses minyak mentah sampai menjadi bensin premium kita anggap dibutuhkan biaya sebesar US$ 10 per barrel atau Rp. 630 per liter. Kalau ini ditambahkan, harga pokok bensin premium per liternya sama dengan Rp. 6.300 + Rp. 630 = Rp. 6.930. Dijualnya dengan harga Rp. 4.500. Maka rugi Rp. 2.430 per liternya. Jadi perlu subsidi. Alur pikir ini benar. Yang tidak benar ialah bahwa minyak mentah yang ada di bawah perut bumi Indonesia yang miliknya bangsa Indonesia dianggap harus dibeli dengan harga di pasaran dunia yang US$ 100 per barrel. Padahal tidak. Buat minyak mentah yang ada di dalam perut bumi Indonesia, Pemerintah dan Pertamina kan tidak perlu membelinya? Memang ada yang menjadi milik perusahaan minyak asing dalam rangka kontrak bagi hasil. Tetapi buat yang menjadi hak bangsa Indonesia, minyak mentah itu tidak perlu dibayar. Tidak perlu ada uang tunai yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, Pemerintah kelebihan uang tunai. Memang konsumsi lebih besar dari produksi sehingga kekurangannya harus diimpor dengan harga di pasar internasional yang mahal, yang dalam tulisan ini dianggap saja US$ 100 per barrel. Data yang selengkapnya dan sebenarnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin diperoleh. Maka sekedar untuk mempertanyakan apakah memang ada uang yang harus dikeluarkan untuk subsidi atau tidak, saya membuat perhitungan seperti Tabel terlampir. Nah kalau perhitungan ini benar, ke mana kelebihan yang Rp. 35 trilyun ini, dan ke mana uang yang masih akan dikeluarkan untuk apa yang dinamakan subsidi sebesar Rp.153 trilyun itu? Seperti terlihat dalam Tabel perhitungan, uangnya yang keluar tidak ada. Sebaliknya, yang ada kelebihan uang sebesar Rp. 35,31 trilyun. PERHITUNGAN ARUS KELUAR MASUKNYA UANG TUNAI TENTANG BBM (Harga minyak mentah 100 doll. AS) DATA DAN ASUMSI Produksi : 1 juta barrel per hari 70 % dari produksi menjadi BBM hak bangsa Indonesia Konsumsi 60 juta kiloliter per tahun Biaya lifting, pengilangan dan pengangkutan US $ 10 per barrel, 1 US $ = Rp. 10.000 Harga Minyak Mentah di pasar internasional Rp. US $ 100 per barrel, 1 barrel = 159 liter Dasar perhitungan : Bensin Premium dengan harga jual Rp. 4.500 per liter PERHITUNGAN - Produksi dalam liter per tahun : 70 % x (1,000.000 x 159 ) x 365 = 40,624,500,000 - Konsumsi dalam liter per tahun 60,000,000,000 - Kekurangan yang harus diimpor dalam liter per tahun 19,375,500,000 - Rupiah yang harus dikeluarkan untuk impor ini : (19,375,500, 000 : 159) x 100 x 10.000 = 121,900,000, 000,000 Walaupun harus impor dengan harga US$ 100 per barrel Pemerintah masih kelebihan uang tunai sebesar 35,316,815,000, 000 Perhitungan kelebihan penerimaan uang untuk setiap liter bensin premium yang dijual : - Harga Bensin Premium per liter (dalam rupiah) 4,500 - Biaya lifting, pengilangan dan transportasi US $ 10 per barrel atau per liter : (10 x 10.000) : 159 = Rp. 630 (dibulatkan) 630 - Kelebihan uang per liter Rp 3,870 - Kelebihan uang dalam rupiah dari produksi dalam negeri : 40,624,500,000 x Rp. 3.870 = 157,216,815, 000,000 Oleh Kwik Kian Gie --- Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum wr wb. Ayat itu benar adanya. Kalau berkah itu belum datang atau tidak pernah datang,
[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
apabila penduduk negri2 beriman dan bertakwa kepadaKU, nicaya akan AKU turunkan keberkahan dari langit dan dari bumi (Al Qur'an)... coba anda amati, bagaimana iman dan orang takwa sebagian kaum muslimin di indonesia saat...?? coba anda amati berapa orang2 islam di indonesia yang melasanakan shalat 5 waktu di mesjid2/langgar2/surau2... coba anda amati bagaimana kondisi wanita muslima indonesia hari ini.. bagaimana pakaian mereka..? seperti siapa cara berpakaina mereka ? coba anda amati bagaiman kondisi umat islam indonesia hari ini...? apakah mereka mengangkap agama ini penting atau tidak ? kira2 Allah swt murka atau tidak dengan kondisi orang islam hari ini ? lantas salah siapa kalo di indonesia hidup menjadi sempit dan semakin sempit? lantas salah siapa kalo bencana demi bencana datang silih berganti sebagaimana terjadi pada umat2 terdahulu..? jadi apa yang harus orang / pribadi muslim perbaiki hari ini..? - Original Message From: Mufti F [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 24, 2008 3:05:32 AM Subject: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM, Kajian Naif atas Kenaikan harga.. BBM naik tinggi, susu tak terbeli.. orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi(petikan lirik lagu Galang Rambu Anarki - Iwan Fals) Lagi-lagi, akhirnya harga BBM dinaikkan kembali.. Istana Presiden/Wapres beserta para jongos setia-nya terus mensosialisasikan ketidakadilan dibalik subsidi BBM dan kebijakan (seolah-olah) pro poor BLTnya melalui berbagai lini kekuasaan. Rupanya mereka tidak pernah ngerti atau lebih tepatnya pura-pura tidak tahu bahwa menaikkan harga BBM membawa dampak efek bola salju inflasi dan peningkatan pengangguran. Beban hidup, kian menghimpit sementara daya beli makin menurun. Angka-angka Statistik memang sangat mudah dimainkan dan dimanipulasi sesuai selera, apalagi jika oleh mereka yang berkuasa.. Siapa bilang subsidi BBM hanya menguntungkan orang kaya saja?! Nyatanya efek dari naiknya BBM berpengaruh bukan hanya pada psikologi sebagian besar masyarakat kita, tapi berpengaruh nyata pula pada kenaikan harga-harga di berbagai sektor kehidupan.. Bagi kita masyarakat kelas menengah, apalagi bagi pejabat-pejabat di sekitaran istana sana maupun bagi para pengusaha, kenaikan harga BBM yang diikuti dengan inflasi di berbagai sektor mungkin tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap kehidupan, tapi tidak bagi masyarakat kebanyakan!! . Orang-orang kuat bisa bersandar pada penghasilannya, atau mencari obyek yang bisa diserahi beban (misalnya dengan menaikkan harga produk atau mengurangi pengeluaran) atas kenaikan harga BBM dan harga-harga lainnya. Sementara masyarakat kebanyakan hanya bisa pasrah, menerima nasib sambil menghibur diri dalam ketidakberdayaan. Sampai beberapa hari kemarin kendatipun BBMnya belum resmi naik, di luaran sana harga-harga sudah mulai dan masih terus merangkak. Antrean di SPBU-SPBU terus memanjang. Sebelum kenaikan harga BBM diresmikan saja harga-harga komoditas lain sudah mulai naik, apalagi setelah resmi tentunya. Beberapa hari belakangan ini harga Premium di pengecer non-SPBU yang biasanya 5000/liter di kota2 besar Jawa dan Sumatera telah berganti harga menjadi minimal 6.000/liter. Belum lagi harga-harga barang lainnya yang juga ikut merangkak. Sebuah proses latihan adaptasi mungkin.. Pantaskah di negara penghasil minyak bumi yang masih relatif miskin ini harga BBM dibuat setara harga pasaran dunia?! Daya beli masyarakat kita masih rendah bung! Dengan pendapatan perkapita hanya 810 US$ haruskah kita membayar hingga Rp. 6000/liter Premium.. Iran yang memiliki GNP 2,5 kali Indonesia pun menjual Premium hanya Rp. 820/liter bagi rakyatnya. Malaysia saja yang pendapatan perkapitanya lebih dari 4 kali kita menjual BBM hanya Rp. 4870/liter, saat harga di Indonesia masih Rp. 4500/liter. Tak usahlah membandingkan dengan Jepang, Saudi Arabia ataupun Amerika Serikat jika tidak ingin dada kita kian terasa sesak. Yang lucunya lagi, saat harga minyak dunia naik harga BBM di kita harus dinaikkan, namun tatkala harga minyak dunia sedang turun, harga BBM (yang seolah-olah masih) bersubsidi tidak mengenal kata turun. Selamat datang kembali kebijakan BLT yang (seolah-olah) pro-poor. 100.000/bulan hanya lah pigura 'pemanis' ditengah kian beratnya beban hidup. Ini hanyalah solusi palsu ( ad hoc). Pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) Plus tahun 2005 lalu pun sudah terbukti gagal mencegah dari bertambah miskinnya rakyat. Berdasarkan hasil Susenas BPS 2006, ketika harga BBM dinaikkan bulan Maret dan Oktober 2005 lalu, terjadi pula peningkatan angka kemiskinan dari 15,97% pada Februari 2005 menjadi 17,75% rakyat Indonesia yang miskin pada bulan Maret 2006 lalu. Belum lagi efek-efek sosial lainnya seperti kecemburuan, kemalasan, ketergantungan, dll pada masyarakat. Biaya sekolah pun tetap mahal tidak juga kunjung gratis. Program peningkatan infrastruktur pedesaan yang dijanjikan
[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..
apabila penduduk negri2 beriman dan bertakwa kepadaKU, nicaya akan AKU turunkan keberkahan dari langit dan dari bumi (Al Qur'an)... coba anda amati, bagaimana iman dan orang takwa sebagian kaum muslimin di indonesia saat...?? coba anda amati berapa orang2 islam di indonesia yang melasanakan shalat 5 waktu di mesjid2/langgar2/surau2... coba anda amati bagaimana kondisi wanita muslima indonesia hari ini.. bagaimana pakaian mereka..? seperti siapa cara berpakaina mereka ? coba anda amati bagaiman kondisi umat islam indonesia hari ini...? apakah mereka mengangkap agama ini penting atau tidak ? kira2 Allah swt murka atau tidak dengan kondisi orang islam hari ini ? lantas salah siapa kalo di indonesia hidup menjadi sempit dan semakin sempit? lantas salah siapa kalo bencana demi bencana datang silih berganti sebagaimana terjadi pada umat2 terdahulu..? jadi apa yang harus orang / pribadi muslim perbaiki hari ini..? - Original Message From: Mufti F [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 24, 2008 3:05:32 AM Subject: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM, Kajian Naif atas Kenaikan harga.. BBM naik tinggi, susu tak terbeli.. orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi(petikan lirik lagu Galang Rambu Anarki - Iwan Fals) Lagi-lagi, akhirnya harga BBM dinaikkan kembali.. Istana Presiden/Wapres beserta para jongos setia-nya terus mensosialisasikan ketidakadilan dibalik subsidi BBM dan kebijakan (seolah-olah) pro poor BLTnya melalui berbagai lini kekuasaan. Rupanya mereka tidak pernah ngerti atau lebih tepatnya pura-pura tidak tahu bahwa menaikkan harga BBM membawa dampak efek bola salju inflasi dan peningkatan pengangguran. Beban hidup, kian menghimpit sementara daya beli makin menurun. Angka-angka Statistik memang sangat mudah dimainkan dan dimanipulasi sesuai selera, apalagi jika oleh mereka yang berkuasa.. Siapa bilang subsidi BBM hanya menguntungkan orang kaya saja?! Nyatanya efek dari naiknya BBM berpengaruh bukan hanya pada psikologi sebagian besar masyarakat kita, tapi berpengaruh nyata pula pada kenaikan harga-harga di berbagai sektor kehidupan.. Bagi kita masyarakat kelas menengah, apalagi bagi pejabat-pejabat di sekitaran istana sana maupun bagi para pengusaha, kenaikan harga BBM yang diikuti dengan inflasi di berbagai sektor mungkin tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap kehidupan, tapi tidak bagi masyarakat kebanyakan!! . Orang-orang kuat bisa bersandar pada penghasilannya, atau mencari obyek yang bisa diserahi beban (misalnya dengan menaikkan harga produk atau mengurangi pengeluaran) atas kenaikan harga BBM dan harga-harga lainnya. Sementara masyarakat kebanyakan hanya bisa pasrah, menerima nasib sambil menghibur diri dalam ketidakberdayaan. Sampai beberapa hari kemarin kendatipun BBMnya belum resmi naik, di luaran sana harga-harga sudah mulai dan masih terus merangkak. Antrean di SPBU-SPBU terus memanjang. Sebelum kenaikan harga BBM diresmikan saja harga-harga komoditas lain sudah mulai naik, apalagi setelah resmi tentunya. Beberapa hari belakangan ini harga Premium di pengecer non-SPBU yang biasanya 5000/liter di kota2 besar Jawa dan Sumatera telah berganti harga menjadi minimal 6.000/liter. Belum lagi harga-harga barang lainnya yang juga ikut merangkak. Sebuah proses latihan adaptasi mungkin.. Pantaskah di negara penghasil minyak bumi yang masih relatif miskin ini harga BBM dibuat setara harga pasaran dunia?! Daya beli masyarakat kita masih rendah bung! Dengan pendapatan perkapita hanya 810 US$ haruskah kita membayar hingga Rp. 6000/liter Premium.. Iran yang memiliki GNP 2,5 kali Indonesia pun menjual Premium hanya Rp. 820/liter bagi rakyatnya. Malaysia saja yang pendapatan perkapitanya lebih dari 4 kali kita menjual BBM hanya Rp. 4870/liter, saat harga di Indonesia masih Rp. 4500/liter. Tak usahlah membandingkan dengan Jepang, Saudi Arabia ataupun Amerika Serikat jika tidak ingin dada kita kian terasa sesak. Yang lucunya lagi, saat harga minyak dunia naik harga BBM di kita harus dinaikkan, namun tatkala harga minyak dunia sedang turun, harga BBM (yang seolah-olah masih) bersubsidi tidak mengenal kata turun. Selamat datang kembali kebijakan BLT yang (seolah-olah) pro-poor. 100.000/bulan hanya lah pigura 'pemanis' ditengah kian beratnya beban hidup. Ini hanyalah solusi palsu ( ad hoc). Pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) Plus tahun 2005 lalu pun sudah terbukti gagal mencegah dari bertambah miskinnya rakyat. Berdasarkan hasil Susenas BPS 2006, ketika harga BBM dinaikkan bulan Maret dan Oktober 2005 lalu, terjadi pula peningkatan angka kemiskinan dari 15,97% pada Februari 2005 menjadi 17,75% rakyat Indonesia yang miskin pada bulan Maret 2006 lalu. Belum lagi efek-efek sosial lainnya seperti kecemburuan, kemalasan, ketergantungan, dll pada masyarakat. Biaya sekolah pun tetap mahal tidak juga kunjung gratis. Program peningkatan infrastruktur pedesaan yang dijanjikan