[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-25 Terurut Topik Wahyu Pamungkas
Pak Ali
Assalamualaikum wr wb.
Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang dilandasi dengan 
data data akurat berdasarkan data resmi atau pandangan pandangan 
politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan kedepan. Tapi 
untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tidak didukung 
data resmi, sampai saat ini saya masih belum tertarik dengan 
tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha mencampurkan gaya tulisan 
berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tanpa 
dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih menyesatkan. Maka saya 
sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang tulisan KG itu, 
jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau masyarakat kita percaya 
dengan tulisan tersebut.

Sekedar buat bahan pertimbangan saja.
1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak sampai
2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium yang 10 US$/bl 
perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost, padahal kita 
perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk menemukan sumur 
minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost hanyalah biaya 
biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan bahwa untuk menemukan 
minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya tersebut akan 
bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat pengeboran minyak 
lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu masih sekitar 
175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600 ribu/hari. Itupun 
sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia sendiri, daerah 
explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga biaya untuk 
mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit.
3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium, tapi juga solar, 
minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih rendah. Jadi 
pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar 
dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping itu, tiap 
fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak mungkin outputnya 
mencapai 100%
4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin harga sebenarnya 
yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Juga perlu 
ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke Indonesia.
5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita masing menghasilkan 
devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga untuk dipakai untuk 
nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk tahun 2008  
dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95 US$/bbl 
(kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena pejabat-pejabat muslim 
banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau tidak bisa 
mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun masih fantastis, 
dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa dari  minyak menurut 
hitungan KKG). 
Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara logika hanya ada 
dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi pemerintah pada sektor 
sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap menjaga APBN

Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin dengan data data 
KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar menguasai angka 
akurat yang bisa membeberkan

Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin badan badan terkait 
bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling list, kalau mau.

Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin bahwa harga minyak 
masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk mengurangi, saya tidak 
sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada usaha pemerintah 
untuk benar benar menjalankan aturan aturan yang sudah dikeluarkan, 
sehingga kebocoran kebocoran ditempat lain bisa juga dikurangi. Nah 
kalau pemerintah bisa pasang target untuk mengurangi kebocoran, lalu 
berdasarkan target tersebut serta perhitungan yang rasional dan 
transparant, mungkin kita bisa menerima kenaikan harga BBM.

Transparansi itu perlu kita kita tidak disesatkan dengan pandangan 
tanpa angka angka akurat. Mungkin Menko Ekonomi bisa menyebar spread 
sheet resmi untuk menjelaskan dari mana angka angka 135.1 dan 200 
trilliun dihitung :PENJELASAN PEMERINTAH TENTANG KEPUTUSAN PEMERINTAH 
RI DALAM HAL PENGURANGAN SUBSIDI BBM DAN KEBIJAKAN LAIN YANG 
MENYERTAINYA

Sejak setahun terakhir harga minyak mentah dunia terus melambung. 
Kalau pada tahun lalu harga minyak berkisar pada angka USD 80/barrel, 
pada saat ini kisaran harganya berada pada tingkat di atas USD 130/
barrel. Hal ini menggelembungkan angka subsidi BBM  ketingkat yang 
tidak mungkin lagi dipertahankan. Jika harga minyak mencapai rata-
rata USD 120/barel sepanjang tahun 2008 maka subsidi BBM mencapai 
lebih dari Rp 200  triliun. Padahal menurut UU No 16/2008 tentang 
APBN(P) 2008 yang disetujui DPR,  ditetapkan batas maksimal anggaran 
subsidi BBM hanya sebesar Rp 135,1 triliun. 

Saya coba petik dari milis lain:
 Suara rakyat memang mesti didengar, itu jelas, akan tetapi tidak 
semua suara itu logis dan benar, karena tidak semua orang mengerti 
apa sebab dan akibat dari kebijakan, tidak semua orang bisa lepas 
dari ke-subjektifan penilaiannya. Oleh karenanya pemerintah dan 
legislatif harusnya lebih arif 

Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-25 Terurut Topik Ari Condro


Oom wahyu sangat rasional,
Padahal ciri ciri muslim yang baik adalah yang tidak menggunakan akalnya.

Lha, bagaimana ini bisa terjadi ?
Ada yang sedang goncang dgn identitas keislaman mas wahyu ?  :). Ini berandai 
andai mas.

Bagaimana ?








Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED]

Date: Sun, 25 May 2008 13:38:17 
To:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga 
BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..


Pak Ali
 Assalamualaikum wr wb.
 Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang dilandasi dengan 
 data data akurat berdasarkan data resmi atau pandangan pandangan 
 politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan kedepan. Tapi 
 untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tidak didukung 
 data resmi, sampai saat ini saya masih belum tertarik dengan 
 tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha mencampurkan gaya tulisan 
 berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data akurat tapi tanpa 
 dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih menyesatkan. Maka saya 
 sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang tulisan KG itu, 
 jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau masyarakat kita percaya 
 dengan tulisan tersebut.
 
 Sekedar buat bahan pertimbangan saja.
 1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak sampai
 2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium yang 10 US$/bl 
 perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost, padahal kita 
 perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk menemukan sumur 
 minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost hanyalah biaya 
 biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan bahwa untuk menemukan 
 minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya tersebut akan 
 bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat pengeboran minyak 
 lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu masih sekitar 
 175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600 ribu/hari. Itupun 
 sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia sendiri, daerah 
 explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga biaya untuk 
 mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit.
 3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium, tapi juga solar, 
 minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih rendah. Jadi 
 pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar 
 dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping itu, tiap 
 fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak mungkin outputnya 
 mencapai 100%
 4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin harga sebenarnya 
 yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Juga perlu 
 ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke Indonesia.
 5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita masing menghasilkan 
 devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga untuk dipakai untuk 
 nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk tahun 2008 
 dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95 US$/bbl 
 (kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena pejabat-pejabat muslim 
 banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau tidak bisa 
 mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun masih fantastis, 
 dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa dari minyak menurut 
 hitungan KKG). 
 Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara logika hanya ada 
 dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi pemerintah pada sektor 
 sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap menjaga APBN
 
 Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin dengan data data 
 KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar menguasai angka 
 akurat yang bisa membeberkan
 
 Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin badan badan terkait 
 bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling list, kalau mau.
 
 Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin bahwa harga minyak 
 masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk mengurangi, saya tidak 
 sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada usaha pemerintah 
 untuk benar benar menjalankan aturan aturan yang sudah dikeluarkan, 
 sehingga kebocoran kebocoran ditempat lain bisa juga dikurangi. Nah 
 kalau pemerintah bisa pasang target untuk mengurangi kebocoran, lalu 
 berdasarkan target tersebut serta perhitungan yang rasional dan 
 transparant, mungkin kita bisa menerima kenaikan harga BBM.
 
 Transparansi itu perlu kita kita tidak disesatkan dengan pandangan 
 tanpa angka angka akurat. Mungkin Menko Ekonomi bisa menyebar spread 
 sheet resmi untuk menjelaskan dari mana angka angka 135.1 dan 200 
 trilliun dihitung :PENJELASAN PEMERINTAH TENTANG KEPUTUSAN PEMERINTAH 
 RI DALAM HAL PENGURANGAN SUBSIDI BBM DAN KEBIJAKAN LAIN YANG 
 MENYERTAINYA
 
 Sejak setahun terakhir harga minyak mentah dunia terus melambung. 
 Kalau pada tahun lalu harga minyak berkisar pada angka USD 80/barrel, 
 pada saat ini kisaran harganya berada pada tingkat di atas USD 130/
 barrel. Hal ini menggelembungkan angka subsidi BBM ketingkat

Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-25 Terurut Topik Muhammad Aly
Wa'alaikum Salam P Wahyu,

Wah bgmn Mas Wahyu bisa memajukan ummat...? bawalah
ummat indonesia yg mayoritas muslim ini menuju
Baldataun toyyibatun Warobbun Goffur... 

Menurut Kwik Kian Gie biaya operasional hanya 10%,
sementara di LN rata2 hanya 7%. Ingat Nyedot sendiri
Mas.. tuk import hanya tambahan kekurangan saja tdk
banyak. kekurangannya khan bisa me lobby ke negara2
opec di arab. barter apa saja yg saling
menguntungkan.. Aqua juga bisa why not...

Coba saja lihat atau browsing ke LN .. bgmn mereka
mengelola usaha refinery alias nyedot SDA dengan
baik..sistematis dan profit sharingnya jelas dan
negaranya byk diuntungkan... bahkan bisa menggaji sgt
mahal tenaga2 asing asal eropa/amrik berpuluh2 tahun
tuh.. tenaga indonesia saja di LN spt di Arab GCC
untuk level operator minimal Rp15jt/bln belum air
ticket, education assistant dll perbulan bisa 25jt an.
Rakyat arab sugih dari adanya refinery yg berjalan
dengan sistematisnya sgt baik, jauh dari korupsi dan
tenaga kerjanya juga kecipratan makmur he3.. nah
inilah Baldataun toyyibatun Warobbun Goffur... 

Di pertamina operator bisa 5juta sdh bagus biaya
hidup meroket kasian khan...

Jgnlah generasi kita dijadikan makin suram saja...saya
baca surat kabar di middle east kemarin sedih juga P
wahyu .. Indonesia producer oil/gas menaikkan BBM
30%!! di tulis besar2 lagi...

Semoga indonesia bisa menuju Baldataun toyyibatun
Warobbun Goffur... Aamiin.

Barokallohu fiik P Wahyu,
aly

--- Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Ali
 Assalamualaikum wr wb.
 Saya masih mengagumi tulisan dan pandangan KKG yang
 dilandasi dengan 
 data data akurat berdasarkan data resmi atau
 pandangan pandangan 
 politiknya bila datanya hanya berdasarkan pandangan
 kedepan. Tapi 
 untuk tulisan tulisan yang memerlukan data akurat
 tapi tidak didukung 
 data resmi, sampai saat ini saya masih belum
 tertarik dengan 
 tulisannya. Dalam soal BBM ini,KKG berusaha
 mencampurkan gaya tulisan 
 berandai andai dengan tulisan yang memerlukan data
 akurat tapi tanpa 
 dukungan data resmi. Hasilnya malah lebih
 menyesatkan. Maka saya 
 sangat setuju dengan istilah Jusuf Kalla tentang
 tulisan KG itu, 
 jangan asal njeplak. Sayang sebenarnya kalau
 masyarakat kita percaya 
 dengan tulisan tersebut.
 
 Sekedar buat bahan pertimbangan saja.
 1. Produksi minyak kita 1 juta barrel juta tidak
 sampai
 2. Biaya untuk memproduksi minyak sampai ke premium
 yang 10 US$/bl 
 perlu dicari datanya. KKG hanya bicara Lifting Cost,
 padahal kita 
 perlu memasukkan biaya biaya lain yakni biaya untuk
 menemukan sumur 
 minyak serta menyediakan fasilitasnya. Lifting Cost
 hanyalah biaya 
 biaya operational sehari hari. Dengan kenyataan
 bahwa untuk menemukan 
 minyak saat ini makin mahal, tentu biaya biaya
 tersebut akan 
 bertambah. Sekedar gambaran saja, biaya sewa alat
 pengeboran minyak 
 lepas pantai laut dalam, sekitar 3-4 tahun yang lalu
 masih sekitar 
 175 ribu US$/hari. Sekarang sudah sekitar 500-600
 ribu/hari. Itupun 
 sudah sukar didapatkan di pasaran. Di indonesia
 sendiri, daerah 
 explorasi sudah mencapai daerah laut dalam sehingga
 biaya untuk 
 mendapatkan sumur menjadi tidak sedikit.
 3. Hasil produksi pengilangan tidak hanya premium,
 tapi juga solar, 
 minyak tanah dll dengan mutu dan harga yang lebih
 rendah. Jadi 
 pengandaian semuanya menghasilkan bahan bakar 
 dengan harga 4500 Rp/lt juga tidak benar. Disamping
 itu, tiap 
 fasilitas refinery khan punya effisiensi. Tidak
 mungkin outputnya 
 mencapai 100%
 4. Harga 100 US$/blls itu kan harga spot. Mungkin
 harga sebenarnya 
 yang kita bayar lebih tinggi atau bahkan lebih
 rendah. Juga perlu 
 ditambahkan harga pengiriman dari negeri asal ke
 Indonesia.
 5. Yang terakhir, saya masih yakin, memang kita
 masing menghasilkan 
 devisa dari hasil minyak ini, tapi khan itu juga
 untuk dipakai untuk 
 nutupi APBN yang totalnya sampai 854 trilliun untuk
 tahun 2008  
 dengan anggapan patokan harga minyak yang sekitar 95
 US$/bbl 
 (kalaupun dianggap ada kecolongan 30% karena
 pejabat-pejabat muslim 
 banyak yang tidak menutup keran dengan rapat atau
 tidak bisa 
 mengatasi keran yang bocor, angka akhir APBN pun
 masih fantastis, 
 dibandingkan dengan perhitungan pemasukan devisa
 dari  minyak menurut 
 hitungan KKG). 
 Kalau harga minyak lebih dari level tersebut, secara
 logika hanya ada 
 dua hal, kurangi APBN atau kurangi subsidi
 pemerintah pada sektor 
 sektor tertentu (BBM, listrik dll) untuk tetap
 menjaga APBN
 
 Dari kelima hal tersebut saja, saya lalu tidak yakin
 dengan data data 
 KKG. Mungkin ada ahli Menko Ekonomi yang benar benar
 menguasai angka 
 akurat yang bisa membeberkan
 
 Kuncinya adalah keterbukaan pemerintah. Mungkin
 badan badan terkait 
 bisa menyebarkan hasil perhitungan lewat miling
 list, kalau mau.
 
 Seperti komentar saya sebelumnya, saya masih yakin
 bahwa harga minyak 
 masih disubsidi. Entah berapa. Tapi untuk
 mengurangi, saya tidak 
 sepenuhnya setuju dengan langkah ini, tanpa ada
 usaha pemerintah 
 

[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-24 Terurut Topik Wahyu Pamungkas
Assalamualaikum wr wb.

Ayat itu benar adanya. Kalau berkah itu  belum datang atau tidak 
pernah datang, itu karena sebagian besar umat islam belum bertakwa 
dengan sebenar-benarnya. Itu kaitannya dengan bencana ekonomi yang 
kita alami kali ini. Sementara bencana bencana alam yang kita alami, 
saya masih melihatnya sebagai bencana alam normal yang akan dan pasti 
kita hadapi karena memang letak negara kita yang ada didaerah labil 
antara lapisan asia dan australia, belum lagi ditambah dengan 
kenyataan bahwa kita memiliki jumlah gunung berapi aktif yang 
terbanyak didunia. Saya belum melihatnya sebagai akibat tidak 
bertaqwanya umat islam di indonesia. Kita malah harus mengantisipasi 
dengan menciptakan sarana sarana untuk menghadapi gejala alam yang 
normal ini. Sampai akhirnya kita tidak akan mampu lagi mengatasinya 
karena nanti akan tiba saatnya dimana bumi digoncangkan dengan 
goncangannya (yang dahsyat), surat Al- Zalzalah.

Namun, seperti yang saya singgung sebelumnya, bencana ekonomi yang 
kita alami kali ini sangat relevan dengan tidak bertaqwanya umat 
islam di Indonesia.

Kalau harga BBM naik itu wajar karena memang berkaitan langsung 
dengan harga minyak bumi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kalau 
nanti menembus angka 200 US$/bbl, mungkin akan lebih menarik lagi. 
Tidak layak juga untuk membandingkan harga minyak dinegara lain 
karena mereka punya policy yang berbeda dan juga kekayaan yang 
berbeda. Tidak layak membandingkan dengan Venezuela, dimana harga air 
tawar botolan perliternya lebih mahal dibanding dengan harga bensin. 
Dengan 18 ribu rupiah bisa isi tanki penuh ukuran 40 liter mungkin, 
sementara air tawar setengah liter sudah 1 US$. Mereka kaya minyak, 
dengan produksi lebih dari tiga kali lipat dari Indonesia sementara 
jumlah penduduk hanya 20% dari kita. Di Cuba harga bensin sampai 1 
Euro/liter atau sekitar 15 ribu rupiah.
Sementara di Indonesia, harga minyak itu mungkin masih wajar 
dibandingkan dengan biaya normal yang mungkin mencapai sekitar 1.1 
US$/liter. Terlebih dengan kenyataan bahwa kita sekarang sudah bukan 
exportir lagi (walau masih mempertahankan gengsi untuk tetap jadi 
anggota OPEC), maka untuk kebutuhan dalam negeripun kita masih harus 
impor. Kegiatan explorasi agak tersendat karena kondisi politik yang 
tidak stabil.

Masalahnya sekarang, apakah wajar melakukan kenaikan itu sementara 
mungkin masih banyak kecolongan disektor lain yang bila dikurangi 
mungkin bisa membantu subsidi BBM. Aturan aturan yang telah dibuat 
untuk membuat distribusi BBM adil dan merata belum bisa diterapkan 
dengan benar. Betapa banyak kendaraan high class yang harusnya 
membeli BBM tanpa subsidi tapi paling depan untuk ngantri di pom 
bensin bersubsidi, berapa banyak kita kecolongan minyak solar 
bersubsidi dan dijual keluar negeri dengan harga tinggi. Belum lagi 
menyinggung aturan aturan lain yang belum dijalankan dengan benar, 
pemberantasan korupsi, issue upeti dari BUMN ke anggota-anggota 
legislatif yang perlu dibuktikan, yang mungkin membuat BUMN menjadi 
tidak ekonomis dan patut diberikan kepala pengelola yang mampu 
mengurusnya dengan benar. Kenapa kita mesti melarang penjualan BUMN 
kalau nyatanya orang orang yang dipercaya tidak mampu meningkatkan 
kinerjanya atau kita tidak mampu mengelolalnya karena terlalu 
banyaknya upeti yang wajib disetor sehingga kinerja perusahaan 
demikian rendah?. Krakatau Steel pernah diharapkan menjadi macan 
dunia untuk industri baja. Potensinya, sampai saat ini, masih sangat 
besar. Nayatanya kali ini ? Mungkin terlalu banyak kebocoran. Kalau 
tidak efisien karena terlalu banyak pegawai, mungkin bisa dimengerti 
dengan kondisi tenaga kerja di Indonesia kali ini. Tapi kalau tidak 
effisien karena terlalu banyak kecolongan ? Itu makanan empuk buat 
Mittal Steel yang terkenal dengan pola operasi yang sangat effisien. 
Betapa banyak dana yang terkumpul, tidak resmi, lalu terbuang untuk 
biaya kampanye seperti kasusnya Damhuri.
Kasus kasus anggota DPR yang mungkin terkait dengan BI dan tak ada 
kabarnya, kasus lain tentang penyelewengan wewenang sehingga 
peraturan peraturan mudah digoalkan hanyalah sekian dari banyak 
contoh bencana yang kita hadapi dan harus kita atasi. 
Kasus-kasus korupsi di department dan daerah, bagaimana kontrol dan 
auditnya? Bagaimana proses pembuktian harta para pejabat?

Disini umat islam indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar. 
Umat islam lebih dari 90% penduduk Indonesia. Secara tidak langsung 
umat islam indonesia mempunyai andil yang paling besar atas 
terpuruknya ekonomi indonesia. Kita mesti malu dengan ini dan tidak 
hanya menyalahkan pemerintah. Buat pengusaha islam, sudahkan kita 
berdisiplin untuk membayar pajak? Buat yang memiliki mobil mewah, 
sadarkah anda bahwa selayaknya anda harus membeli BBM tanpa subsidi?
Dalam kehidupan sehari hari, sudah demikian tertib dan patuhkan kita 
dengan aturan lalu lintas, negara, perusahaan dan lainnya? Korupsikah 
kita?
Sebagai umat islam, selayaknya kita 

Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-24 Terurut Topik Muhammad Aly
Ayo Pa Wahyu nonton skrng di RCTI Kwik Kian
Gie dengan mentamben online BBM naik lagi... Biaya
nyedot SDA bbm dari minyak mentah smp jadi bensin
premium cuma Rp 630,-/liter dengan 1 US dolar = Rp
10,000 (standard terjelek kata Kwik Kian Gie)

Waduh byk amat untungnya dari Rp4.500 minta naik pula
6rb waduh segunung deh untungnya para pejabat2 kita ..
Punya SDA sendiri kok harga amriknya.. 
jgn2 harga nasi uduk harga california hua2.. ha2... 
Harga soto betawi di JKT harga Washington ampun
deh
Cicak makan nyamuk he3...
Yg penting bgmn transparan dan sesui rules yg
profesional.

slm,
ali


Sekilas pandangan dari Kwik Kian Gie
Slm kmbli,
aly

Subject: Opini: Kenapa BBM harus naik?

Subsidi BBM Bukan Pengeluaran Uang. Uangnya Dilarikan
Kemana?

Jumat, 11 April 08Dengan melonjaknya harga minyak
mentah di pasaran
dunia sampai di atas US$ 100 per barrel, DPR dan
Pemerintah
menyepakati mengubah pos subsidi BBM dengan jumlah Rp.
153 trilyun.
Artinya Pemerintah sudah mendapat persetujuan DPR
mengeluarkan uang
tunai sebesar Rp. 153 trilyun tersebut untuk dipakai
sebagai subsidi
dari kerugian Pertamina qq. Pemerintah. Jadi akan ada
uang yang
dikeluarkan? 

Saya sudah sangat bosan mengemukakan pendapat saya
bahwa kata subsidi
BBM itu tidak sama dengan adanya uang tunai yang
dikeluarkan. Maka
kalau DPR memperbolehkan Pemerintah mengeluarkan uang
sampai jumlah
yang begitu besarnya, uangnya dilarikan ke mana? 

Dengan asumsi-asumsi untuk mendapat pengertian yang
jelas, atas dasar
asumsi-asumsi, pengertian subsidi adalah sebagai
berikut. 

Harga minyak mentah US$ 100 per barrel. Karena 1
barrel = 159 liter,
maka harga minyak mentah per liter US$ 100 : 159 = US$
0,63. Kalau
kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, harga minyak mentah
menjadi Rp. 6.300
per liter. 

Untuk memproses minyak mentah sampai menjadi bensin
premium kita
anggap dibutuhkan biaya sebesar US$ 10 per barrel atau
Rp. 630 per
liter. Kalau ini ditambahkan, harga pokok bensin
premium per liternya
sama dengan Rp. 6.300 + Rp. 630 = Rp. 6.930. Dijualnya
dengan harga
Rp. 4.500. Maka rugi Rp. 2.430 per liternya. Jadi
perlu subsidi. 

Alur pikir ini benar. Yang tidak benar ialah bahwa
minyak mentah yang
ada di bawah perut bumi Indonesia yang miliknya bangsa
Indonesia
dianggap harus dibeli dengan harga di pasaran dunia
yang US$ 100 per
barrel. Padahal tidak. Buat minyak mentah yang ada di
dalam perut bumi
Indonesia, Pemerintah dan Pertamina kan tidak perlu
membelinya? Memang
ada yang menjadi milik perusahaan minyak asing dalam
rangka kontrak
bagi hasil. Tetapi buat yang menjadi hak bangsa
Indonesia, minyak
mentah itu tidak perlu dibayar. Tidak perlu ada uang
tunai yang harus
dikeluarkan.
Sebaliknya, Pemerintah kelebihan uang tunai. 

Memang konsumsi lebih besar dari produksi sehingga
kekurangannya harus
diimpor dengan harga di pasar internasional yang
mahal, yang dalam
tulisan ini dianggap saja US$ 100 per barrel. 
Data yang selengkapnya dan sebenarnya sangat sulit
atau bahkan tidak
mungkin diperoleh. Maka sekedar untuk mempertanyakan
apakah memang ada
uang yang harus dikeluarkan untuk subsidi atau tidak,
saya membuat
perhitungan seperti Tabel terlampir. 
Nah kalau perhitungan ini benar, ke mana kelebihan
yang Rp. 35 trilyun
ini, dan ke mana uang yang masih akan dikeluarkan
untuk apa yang
dinamakan subsidi sebesar Rp.153 trilyun itu? 

Seperti terlihat dalam Tabel perhitungan, uangnya yang
keluar tidak
ada. Sebaliknya, yang ada kelebihan uang sebesar Rp.
35,31 trilyun. 

PERHITUNGAN ARUS KELUAR MASUKNYA UANG TUNAI TENTANG
BBM (Harga minyak
mentah 100 doll. AS) 

DATA DAN ASUMSI 

Produksi : 1 juta barrel per hari

70 % dari produksi menjadi BBM hak bangsa Indonesia 

Konsumsi 60 juta kiloliter per tahun 
Biaya lifting, pengilangan dan pengangkutan US $ 10
per barrel, 1 US $
= Rp. 10.000 
Harga Minyak Mentah di pasar internasional Rp. US $
100 per barrel, 1
barrel = 159 liter 
Dasar perhitungan : Bensin Premium dengan harga jual
Rp. 4.500 per liter

PERHITUNGAN 

- Produksi dalam liter per tahun : 70 % x (1,000.000 x
159 ) x 365 =
40,624,500,000
- Konsumsi dalam liter per tahun 60,000,000,000
- Kekurangan yang harus diimpor dalam liter per tahun
19,375,500,000
- Rupiah yang harus dikeluarkan untuk impor ini :
(19,375,500, 000 :
159) x 100 x 10.000 = 121,900,000, 000,000

Walaupun harus impor dengan harga US$ 100 per barrel
Pemerintah masih
kelebihan uang tunai sebesar 35,316,815,000, 000
Perhitungan kelebihan penerimaan uang untuk setiap
liter bensin
premium yang dijual :

- Harga Bensin Premium per liter (dalam rupiah) 4,500 
- Biaya lifting, pengilangan dan transportasi US $ 10
per barrel atau
per liter : (10 x 10.000) : 159 = Rp. 630 (dibulatkan)
630 
- Kelebihan uang per liter Rp 3,870 
- Kelebihan uang dalam rupiah dari produksi dalam
negeri :
40,624,500,000 x Rp. 3.870 = 157,216,815, 000,000

Oleh Kwik Kian Gie

--- Wahyu Pamungkas [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamualaikum wr wb.
 
 Ayat itu benar adanya. Kalau berkah itu  belum
 datang atau tidak 
 pernah datang, 

[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-23 Terurut Topik Khalid Walid
apabila penduduk negri2 beriman dan bertakwa kepadaKU, nicaya akan AKU turunkan 
keberkahan dari langit dan dari bumi (Al Qur'an)...
coba anda amati, bagaimana iman dan orang takwa sebagian kaum muslimin di 
indonesia saat...??
coba anda amati berapa orang2 islam di indonesia yang melasanakan shalat 5 
waktu di mesjid2/langgar2/surau2...
coba anda amati bagaimana kondisi wanita muslima indonesia hari ini..
bagaimana pakaian mereka..? seperti siapa cara berpakaina mereka ?
coba anda amati bagaiman kondisi umat islam indonesia hari ini...?
apakah mereka mengangkap agama ini penting atau tidak ?
kira2 Allah swt murka atau tidak dengan kondisi orang islam hari ini ?
lantas salah siapa kalo di indonesia hidup menjadi sempit dan semakin sempit?
lantas salah siapa kalo bencana demi bencana datang silih berganti sebagaimana 
terjadi pada umat2 terdahulu..?
jadi apa yang harus orang / pribadi muslim perbaiki hari ini..?

- Original Message 
From: Mufti F [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, May 24, 2008 3:05:32 AM
Subject: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM, Kajian Naif atas 
Kenaikan harga..




“BBM naik tinggi, susu tak terbeli.. orang pintar tarik subsidi, anak
kami kurang gizi“(petikan lirik lagu Galang Rambu
Anarki - Iwan Fals)

Lagi-lagi, akhirnya harga BBM dinaikkan kembali.. Istana Presiden/Wapres
beserta para jongos setia-nya terus mensosialisasikan ketidakadilan dibalik
subsidi BBM dan kebijakan (seolah-olah) pro poor BLT’nya melalui
berbagai lini kekuasaan. Rupanya mereka tidak pernah ngerti atau lebih tepatnya
pura-pura tidak tahu bahwa menaikkan harga BBM membawa dampak efek bola salju
inflasi dan peningkatan pengangguran. Beban hidup, kian menghimpit sementara
daya beli makin menurun. Angka-angka Statistik memang sangat mudah dimainkan
dan dimanipulasi sesuai selera, apalagi jika oleh mereka yang berkuasa..

Siapa bilang subsidi BBM hanya menguntungkan orang kaya saja?! Nyatanya
efek dari naiknya BBM berpengaruh bukan hanya pada psikologi sebagian besar
masyarakat kita, tapi berpengaruh nyata pula pada kenaikan harga-harga di
berbagai sektor kehidupan.. Bagi kita masyarakat kelas menengah, apalagi bagi
pejabat-pejabat di sekitaran istana sana maupun bagi para pengusaha, kenaikan
harga BBM yang diikuti dengan inflasi di berbagai sektor mungkin tidak terlalu
signifikan berpengaruh terhadap kehidupan, tapi tidak bagi masyarakat 
kebanyakan!! .
Orang-orang ‘kuat’ bisa bersandar pada penghasilannya, atau mencari obyek yang
bisa diserahi beban (misalnya dengan menaikkan harga produk atau mengurangi
pengeluaran) atas kenaikan harga BBM dan harga-harga lainnya. Sementara
masyarakat kebanyakan hanya bisa pasrah, menerima nasib sambil menghibur diri
dalam ketidakberdayaan.

Sampai beberapa hari kemarin kendatipun BBM’nya belum resmi naik, di
luaran sana harga-harga sudah mulai dan masih terus merangkak. Antrean di
SPBU-SPBU terus memanjang. Sebelum kenaikan harga BBM diresmikan saja
harga-harga komoditas lain sudah mulai naik, apalagi setelah resmi tentunya.
Beberapa hari belakangan ini harga Premium di pengecer non-SPBU yang biasanya
5000/liter di kota2 besar Jawa dan Sumatera telah berganti harga menjadi
minimal 6.000/liter. Belum lagi harga-harga barang lainnya yang juga ikut
merangkak. Sebuah proses latihan adaptasi mungkin..

Pantaskah di negara penghasil minyak bumi yang masih relatif miskin ini
harga BBM dibuat setara harga pasaran dunia?! Daya beli masyarakat kita masih
rendah bung! Dengan pendapatan perkapita hanya 810 US$ haruskah kita membayar
hingga Rp. 6000/liter Premium.. Iran yang memiliki GNP 2,5 kali Indonesia pun
menjual Premium hanya Rp. 820/liter bagi rakyatnya. Malaysia saja yang 
pendapatan
perkapitanya lebih dari 4 kali kita menjual BBM hanya Rp. 4870/liter, saat
harga di Indonesia masih Rp. 4500/liter. Tak usahlah membandingkan dengan
Jepang, Saudi Arabia ataupun Amerika Serikat jika tidak ingin dada kita kian
terasa sesak. Yang lucunya lagi, saat harga minyak dunia naik harga BBM di kita
harus dinaikkan, namun tatkala harga minyak dunia sedang turun, harga BBM (yang
seolah-olah masih) bersubsidi tidak mengenal kata turun. 

Selamat datang kembali kebijakan BLT yang (seolah-olah) pro-poor.
100.000/bulan hanya lah pigura 'pemanis' ditengah kian beratnya beban hidup.
Ini hanyalah solusi palsu ( ad hoc). Pemberian BLT (Bantuan
Langsung Tunai) Plus tahun 2005 lalu pun sudah terbukti gagal mencegah dari
bertambah miskinnya rakyat. Berdasarkan hasil Susenas BPS 2006, ketika harga
BBM dinaikkan bulan Maret dan Oktober 2005 lalu, terjadi pula peningkatan angka
kemiskinan dari 15,97% pada Februari 2005 menjadi 17,75% rakyat Indonesia yang
miskin pada bulan Maret 2006 lalu. Belum lagi efek-efek sosial lainnya seperti
kecemburuan, kemalasan, ketergantungan, dll pada masyarakat. 

Biaya sekolah pun tetap mahal tidak juga kunjung gratis. Program
peningkatan infrastruktur pedesaan yang dijanjikan 

[wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM,--- iman dan tawa tidak betul kpad Allah swt..

2008-05-23 Terurut Topik Khalid Walid
apabila penduduk negri2 beriman dan bertakwa kepadaKU, nicaya akan AKU turunkan 
keberkahan dari langit dan dari bumi (Al Qur'an)...
coba anda amati, bagaimana iman dan orang takwa sebagian kaum muslimin di 
indonesia saat...??
coba anda amati berapa orang2 islam di indonesia yang melasanakan shalat 5 
waktu di mesjid2/langgar2/surau2...
coba anda amati bagaimana kondisi wanita muslima indonesia hari ini..
bagaimana pakaian mereka..? seperti siapa cara berpakaina mereka ?
coba anda amati bagaiman kondisi umat islam indonesia hari ini...?
apakah mereka mengangkap agama ini penting atau tidak ?
kira2 Allah swt murka atau tidak dengan kondisi orang islam hari ini ?
lantas salah siapa kalo di indonesia hidup menjadi sempit dan semakin sempit?
lantas salah siapa kalo bencana demi bencana datang silih berganti sebagaimana 
terjadi pada umat2 terdahulu..?
jadi apa yang harus orang / pribadi muslim perbaiki hari ini..?

- Original Message 
From: Mufti F [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, May 24, 2008 3:05:32 AM
Subject: Islam_liberal Ada apa di Balik Kenaikan harga BBM, Kajian Naif atas 
Kenaikan harga..




“BBM naik tinggi, susu tak terbeli.. orang pintar tarik subsidi, anak
kami kurang gizi“(petikan lirik lagu Galang Rambu
Anarki - Iwan Fals)

Lagi-lagi, akhirnya harga BBM dinaikkan kembali.. Istana Presiden/Wapres
beserta para jongos setia-nya terus mensosialisasikan ketidakadilan dibalik
subsidi BBM dan kebijakan (seolah-olah) pro poor BLT’nya melalui
berbagai lini kekuasaan. Rupanya mereka tidak pernah ngerti atau lebih tepatnya
pura-pura tidak tahu bahwa menaikkan harga BBM membawa dampak efek bola salju
inflasi dan peningkatan pengangguran. Beban hidup, kian menghimpit sementara
daya beli makin menurun. Angka-angka Statistik memang sangat mudah dimainkan
dan dimanipulasi sesuai selera, apalagi jika oleh mereka yang berkuasa..

Siapa bilang subsidi BBM hanya menguntungkan orang kaya saja?! Nyatanya
efek dari naiknya BBM berpengaruh bukan hanya pada psikologi sebagian besar
masyarakat kita, tapi berpengaruh nyata pula pada kenaikan harga-harga di
berbagai sektor kehidupan.. Bagi kita masyarakat kelas menengah, apalagi bagi
pejabat-pejabat di sekitaran istana sana maupun bagi para pengusaha, kenaikan
harga BBM yang diikuti dengan inflasi di berbagai sektor mungkin tidak terlalu
signifikan berpengaruh terhadap kehidupan, tapi tidak bagi masyarakat 
kebanyakan!! .
Orang-orang ‘kuat’ bisa bersandar pada penghasilannya, atau mencari obyek yang
bisa diserahi beban (misalnya dengan menaikkan harga produk atau mengurangi
pengeluaran) atas kenaikan harga BBM dan harga-harga lainnya. Sementara
masyarakat kebanyakan hanya bisa pasrah, menerima nasib sambil menghibur diri
dalam ketidakberdayaan.

Sampai beberapa hari kemarin kendatipun BBM’nya belum resmi naik, di
luaran sana harga-harga sudah mulai dan masih terus merangkak. Antrean di
SPBU-SPBU terus memanjang. Sebelum kenaikan harga BBM diresmikan saja
harga-harga komoditas lain sudah mulai naik, apalagi setelah resmi tentunya.
Beberapa hari belakangan ini harga Premium di pengecer non-SPBU yang biasanya
5000/liter di kota2 besar Jawa dan Sumatera telah berganti harga menjadi
minimal 6.000/liter. Belum lagi harga-harga barang lainnya yang juga ikut
merangkak. Sebuah proses latihan adaptasi mungkin..

Pantaskah di negara penghasil minyak bumi yang masih relatif miskin ini
harga BBM dibuat setara harga pasaran dunia?! Daya beli masyarakat kita masih
rendah bung! Dengan pendapatan perkapita hanya 810 US$ haruskah kita membayar
hingga Rp. 6000/liter Premium.. Iran yang memiliki GNP 2,5 kali Indonesia pun
menjual Premium hanya Rp. 820/liter bagi rakyatnya. Malaysia saja yang 
pendapatan
perkapitanya lebih dari 4 kali kita menjual BBM hanya Rp. 4870/liter, saat
harga di Indonesia masih Rp. 4500/liter. Tak usahlah membandingkan dengan
Jepang, Saudi Arabia ataupun Amerika Serikat jika tidak ingin dada kita kian
terasa sesak. Yang lucunya lagi, saat harga minyak dunia naik harga BBM di kita
harus dinaikkan, namun tatkala harga minyak dunia sedang turun, harga BBM (yang
seolah-olah masih) bersubsidi tidak mengenal kata turun. 

Selamat datang kembali kebijakan BLT yang (seolah-olah) pro-poor.
100.000/bulan hanya lah pigura 'pemanis' ditengah kian beratnya beban hidup.
Ini hanyalah solusi palsu ( ad hoc). Pemberian BLT (Bantuan
Langsung Tunai) Plus tahun 2005 lalu pun sudah terbukti gagal mencegah dari
bertambah miskinnya rakyat. Berdasarkan hasil Susenas BPS 2006, ketika harga
BBM dinaikkan bulan Maret dan Oktober 2005 lalu, terjadi pula peningkatan angka
kemiskinan dari 15,97% pada Februari 2005 menjadi 17,75% rakyat Indonesia yang
miskin pada bulan Maret 2006 lalu. Belum lagi efek-efek sosial lainnya seperti
kecemburuan, kemalasan, ketergantungan, dll pada masyarakat. 

Biaya sekolah pun tetap mahal tidak juga kunjung gratis. Program
peningkatan infrastruktur pedesaan yang dijanjikan