[wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-28 Terurut Topik amy_widiastuti
Mas Ari mungkin mengira semua guru. Maksud saya guru yang PNS itu 
dari jaman dulu kala sudah cukup penghasilannya. Orang tua saya dan 
saudara2 saya guru di kota kecil. Keluarga kami tidak kaya, tapi kami 
juga tidak pernah kekurangan. Kami senang bila pemerintah 
memperhatikan gaji guru, kami juga orang yang tahu terima kasih. Kami 
tidak mau perhatian yang berlebihan yang membuat kami lupa bahwa kami 
harus ikhlas mengajar tanpa mengharapkan materi berlebihan.
Kalau guru yang belum PNS, lebih2 pada sekolah yang tak dikenal 
pemerintah, susah sekali mengukur kesejahterannnya.
Sah-sah saja orang menambah penghasilan demi kebutuhannya yang 
meningkat. Semua orang dengan berbagai profesi bahkan suka nyambi 
demi mendapatkan lebih dari biasanya atau pun tidak suka menganggur.
Karena itu gampang ditemui tentara dan polisi yang nyambi jadi 
pengaman klub malam, pegawai pemda yang nyambi jadi konsultan, guru 
nyambi jadi tukang ojek, dsb.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro"  
wrote:
>
> Di kick andy, pernah ada episode yg mengangkat profil kepala 
sekolah di jkt yang juga berprofesi jadi pemulung.
> 
> Mbak belum pernah lihat ?
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: "amy_widiastuti" 
> 
> Date: Fri, 26 Dec 2008 17:35:46 
> To: 
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
Muslimah
> 
> 
> Saya setuju dengan tulisan di bawah.
> Saya pahami bahwa untuk peduli sesuatu, bukan berarti tanpa ukuran 
> yang benar. Misalnya memberi penghargaan berupa gelar PAHLAWAN, 
bukan 
> berarti diberikan dengan gampang kepada Naga Bonar, Si Pitung, Jaka 
> Sembung bahkan Bang Ji-i.
> Terlalu naif bila kita tutup mata terhadap siapa yang layak 
> mendapatkan penghargaan sebenarnya.
> Selama ini, sebenarnya kita dipaksa sepakat dengan 
slogan "Rendahnya 
> kualitas pendidikan karena kurangnya penghargaan pada guru".
> Dari jaman dulu kala, Guru bukanlah profesi untuk menjadi kaya. 
Guru 
> adalah profesi pengabdian, sampai-sampai guru digelari Pahlawan 
tanpa 
> tanda jasa. Menjadi salah kaprah bila guru dijadikan profesi "bisa 
> kaya". Hal ini akan mengurangi semangat pengabdian seorang guru. 
> Karena guru akan saling melihat kekayaan guru lainnya. Padahal kaya 
> atau tidaknya seseorang tergantung takdir Tuhan.
> Bila dianggap profesi, secara materi, guru didesain untuk menjadi 
> orang cukup. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin, tetapi secara 
strata 
> sosial, guru selalu ada di papan atas.
> Mengukur kesejahteraan guru juga berbeda-beda. Saya lahir dari 
> keluarga guru di kota kecil, dan saya berpengalaman ke pelosok2 
tanah 
> air, tak pernah menjumpai guru antre zakat, juga tak menjumpai guru 
> bermobil BMW. Bahkan dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang, 
tak 
> ada kelurga guru yang kelaparan, tak ada keluarga guru yang buta 
> huruf tak mampu sekolah.
> Isu guru terlalu dibesar2kan, terutama menjelang PEMILU, karena 
guru 
> sangat potensial menjaring suara pemilih pemula.
> So what dengan kesejahteraan guru? 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany"  
> wrote:
> >
> > Kalo baca buku 'laskar pelangi the phenomenon' ; ternyata kisah 
> laskar pelangi ini mencerahkan.
> > Banyak kesaksian dari orang2 yg mula2 terpuruk, putus asa, tidak 
> semangat, yg malu jadi guru
> > menjadi terbangkitkan rasa percaya dirinya setelah baca laskar 
> pelangi.
> > 
> > Bahkan kemudian orang2 tionghwa beramairamai pulang kampung ke 
> Belitong.
> > Rumah Bu Mus juga disambangi banyak orang untuk sekedar 
berfotoria, 
> minta tanda tangan.
> > 
> > Murid2nya selain Ikal, seperti Mahar, A Kiong, Kucai juga memberi 
> kesaksian serupa tentang peranan
> > Bu Mus dalam karir mereka selanjutnya.
> > 
> > salam, 
> > l.meilany
> >   - Original Message - 
> >   From: Ary Setijadi Prihatmanto 
> >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> >   Sent: Wednesday, December 10, 2008 7:54 AM
> >   Subject: Re: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
> Muslimah
> > 
> > 
> >   Menurut saya artikelnya menggunakan sudut yang nggak pas.
> >   Jangan karena mau nembak SBY, malah nembak orang yang nggak ada 
> urusannya dengan politik.
> > 
> >   Bukankah semua sepakat bahwa rendahnya kualitas pendidikan 
salah 
> satunya karena kurangnya penghargaan terhadap guru.
> > 
> >   Jadi seharusnya bukan Ibu muslimahnya yang di-utak-utik.
> >   Tapi harusnya dipikirkan agar ada sebanyak mungkin penghargaan 
bg 
> guru, terutama di tempat2 terpencil...
> >   Ayo Mega, SB, JK, HNW dll., berlomba-lomba dalam kebaikan... 
> anda2 bisa apa?
> >   Bukan cuman ngurusin ora

Re: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-26 Terurut Topik Ari Condro
Di kick andy, pernah ada episode yg mengangkat profil kepala sekolah di jkt 
yang juga berprofesi jadi pemulung.

Mbak belum pernah lihat ?


salam,



-Original Message-
From: "amy_widiastuti" 

Date: Fri, 26 Dec 2008 17:35:46 
To: 
Subject: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah


Saya setuju dengan tulisan di bawah.
Saya pahami bahwa untuk peduli sesuatu, bukan berarti tanpa ukuran 
yang benar. Misalnya memberi penghargaan berupa gelar PAHLAWAN, bukan 
berarti diberikan dengan gampang kepada Naga Bonar, Si Pitung, Jaka 
Sembung bahkan Bang Ji-i.
Terlalu naif bila kita tutup mata terhadap siapa yang layak 
mendapatkan penghargaan sebenarnya.
Selama ini, sebenarnya kita dipaksa sepakat dengan slogan "Rendahnya 
kualitas pendidikan karena kurangnya penghargaan pada guru".
Dari jaman dulu kala, Guru bukanlah profesi untuk menjadi kaya. Guru 
adalah profesi pengabdian, sampai-sampai guru digelari Pahlawan tanpa 
tanda jasa. Menjadi salah kaprah bila guru dijadikan profesi "bisa 
kaya". Hal ini akan mengurangi semangat pengabdian seorang guru. 
Karena guru akan saling melihat kekayaan guru lainnya. Padahal kaya 
atau tidaknya seseorang tergantung takdir Tuhan.
Bila dianggap profesi, secara materi, guru didesain untuk menjadi 
orang cukup. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin, tetapi secara strata 
sosial, guru selalu ada di papan atas.
Mengukur kesejahteraan guru juga berbeda-beda. Saya lahir dari 
keluarga guru di kota kecil, dan saya berpengalaman ke pelosok2 tanah 
air, tak pernah menjumpai guru antre zakat, juga tak menjumpai guru 
bermobil BMW. Bahkan dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang, tak 
ada kelurga guru yang kelaparan, tak ada keluarga guru yang buta 
huruf tak mampu sekolah.
Isu guru terlalu dibesar2kan, terutama menjelang PEMILU, karena guru 
sangat potensial menjaring suara pemilih pemula.
So what dengan kesejahteraan guru? 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany"  
wrote:
>
> Kalo baca buku 'laskar pelangi the phenomenon' ; ternyata kisah 
laskar pelangi ini mencerahkan.
> Banyak kesaksian dari orang2 yg mula2 terpuruk, putus asa, tidak 
semangat, yg malu jadi guru
> menjadi terbangkitkan rasa percaya dirinya setelah baca laskar 
pelangi.
> 
> Bahkan kemudian orang2 tionghwa beramairamai pulang kampung ke 
Belitong.
> Rumah Bu Mus juga disambangi banyak orang untuk sekedar berfotoria, 
minta tanda tangan.
> 
> Murid2nya selain Ikal, seperti Mahar, A Kiong, Kucai juga memberi 
kesaksian serupa tentang peranan
> Bu Mus dalam karir mereka selanjutnya.
> 
> salam, 
> l.meilany
>   - Original Message - 
>   From: Ary Setijadi Prihatmanto 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, December 10, 2008 7:54 AM
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
Muslimah
> 
> 
>   Menurut saya artikelnya menggunakan sudut yang nggak pas.
>   Jangan karena mau nembak SBY, malah nembak orang yang nggak ada 
urusannya dengan politik.
> 
>   Bukankah semua sepakat bahwa rendahnya kualitas pendidikan salah 
satunya karena kurangnya penghargaan terhadap guru.
> 
>   Jadi seharusnya bukan Ibu muslimahnya yang di-utak-utik.
>   Tapi harusnya dipikirkan agar ada sebanyak mungkin penghargaan bg 
guru, terutama di tempat2 terpencil...
>   Ayo Mega, SB, JK, HNW dll., berlomba-lomba dalam kebaikan... 
anda2 bisa apa?
>   Bukan cuman ngurusin orang sholat dengan cara lain, punya nabi 
lain saja...
> 
>   Komunitas seharusnya malah nantang para calon itu untuk berbuat 
nyata,
>   minimal buat JANJI tertulis, mereka mau buat apa kalo terpilih...
> 
>   Ada guru mau ngajar di pedalaman belitung, kalimantan atau papua 
saja sudah untung.
>   Ini bertahun-tahun nggak dibayar, bayarannya kurang dan lain2.
>   Baru dikasih penghargaan begitu saja sudah banyak yang mau 
memanfaatkan (utk kampanye positif maupun negatif) ;-(
> 
>   Salam
>   Ary
> 
>   - Original Message - 
>   From: Sunny 
>   To: Undisclosed-Recipient:; 
>   Sent: Sunday, December 07, 2008 3:25 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah
> 
>   Jawa Pos
> 
>   Kamis, 04 Desember 2008 ] 
> 
>   Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah 
> 
>   Tim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sungguh jeli dalam 
memanfaatkan momentum. Ibu Guru Muslimah yang kini sangat terkenal 
seiring dengan populernya novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea 
Hirata dibawa ke Jakarta untuk dianugerahi Satyalancana Pendidikan.
> 
>   Sungguh, memberikan penghargaan kepada "nama top" seperti Ibu 
Guru Muslimah untuk saat ini akan lebih banyak bermanfaat daripada 
memberikannya kepada nama Ibu/Bapak Guru Anu yang namanya tidak 
populer. Rakyat akan mudah menengok peristiwa penghargaan tersebut. 
Dan, si pemberi penghargaan (SBY) pun akan

[wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-26 Terurut Topik amy_widiastuti
Saya setuju dengan tulisan di bawah.
Saya pahami bahwa untuk peduli sesuatu, bukan berarti tanpa ukuran 
yang benar. Misalnya memberi penghargaan berupa gelar PAHLAWAN, bukan 
berarti diberikan dengan gampang kepada Naga Bonar, Si Pitung, Jaka 
Sembung bahkan Bang Ji-i.
Terlalu naif bila kita tutup mata terhadap siapa yang layak 
mendapatkan penghargaan sebenarnya.
Selama ini, sebenarnya kita dipaksa sepakat dengan slogan "Rendahnya 
kualitas pendidikan karena kurangnya penghargaan pada guru".
Dari jaman dulu kala, Guru bukanlah profesi untuk menjadi kaya. Guru 
adalah profesi pengabdian, sampai-sampai guru digelari Pahlawan tanpa 
tanda jasa. Menjadi salah kaprah bila guru dijadikan profesi "bisa 
kaya". Hal ini akan mengurangi semangat pengabdian seorang guru. 
Karena guru akan saling melihat kekayaan guru lainnya. Padahal kaya 
atau tidaknya seseorang tergantung takdir Tuhan.
Bila dianggap profesi, secara materi, guru didesain untuk menjadi 
orang cukup. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin, tetapi secara strata 
sosial, guru selalu ada di papan atas.
Mengukur kesejahteraan guru juga berbeda-beda. Saya lahir dari 
keluarga guru di kota kecil, dan saya berpengalaman ke pelosok2 tanah 
air, tak pernah menjumpai guru antre zakat, juga tak menjumpai guru 
bermobil BMW. Bahkan dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang, tak 
ada kelurga guru yang kelaparan, tak ada keluarga guru yang buta 
huruf tak mampu sekolah.
Isu guru terlalu dibesar2kan, terutama menjelang PEMILU, karena guru 
sangat potensial menjaring suara pemilih pemula.
So what dengan kesejahteraan guru? 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany"  
wrote:
>
> Kalo baca buku 'laskar pelangi the phenomenon' ; ternyata kisah 
laskar pelangi ini mencerahkan.
> Banyak kesaksian dari orang2 yg mula2 terpuruk, putus asa, tidak 
semangat, yg malu jadi guru
> menjadi terbangkitkan rasa percaya dirinya setelah baca laskar 
pelangi.
> 
> Bahkan kemudian orang2 tionghwa beramairamai pulang kampung ke 
Belitong.
> Rumah Bu Mus juga disambangi banyak orang untuk sekedar berfotoria, 
minta tanda tangan.
> 
> Murid2nya selain Ikal, seperti Mahar, A Kiong, Kucai juga memberi 
kesaksian serupa tentang peranan
> Bu Mus dalam karir mereka selanjutnya.
> 
> salam, 
> l.meilany
>   - Original Message - 
>   From: Ary Setijadi Prihatmanto 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, December 10, 2008 7:54 AM
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru 
Muslimah
> 
> 
>   Menurut saya artikelnya menggunakan sudut yang nggak pas.
>   Jangan karena mau nembak SBY, malah nembak orang yang nggak ada 
urusannya dengan politik.
> 
>   Bukankah semua sepakat bahwa rendahnya kualitas pendidikan salah 
satunya karena kurangnya penghargaan terhadap guru.
> 
>   Jadi seharusnya bukan Ibu muslimahnya yang di-utak-utik.
>   Tapi harusnya dipikirkan agar ada sebanyak mungkin penghargaan bg 
guru, terutama di tempat2 terpencil...
>   Ayo Mega, SB, JK, HNW dll., berlomba-lomba dalam kebaikan... 
anda2 bisa apa?
>   Bukan cuman ngurusin orang sholat dengan cara lain, punya nabi 
lain saja...
> 
>   Komunitas seharusnya malah nantang para calon itu untuk berbuat 
nyata,
>   minimal buat JANJI tertulis, mereka mau buat apa kalo terpilih...
> 
>   Ada guru mau ngajar di pedalaman belitung, kalimantan atau papua 
saja sudah untung.
>   Ini bertahun-tahun nggak dibayar, bayarannya kurang dan lain2.
>   Baru dikasih penghargaan begitu saja sudah banyak yang mau 
memanfaatkan (utk kampanye positif maupun negatif) ;-(
> 
>   Salam
>   Ary
> 
>   - Original Message - 
>   From: Sunny 
>   To: Undisclosed-Recipient:; 
>   Sent: Sunday, December 07, 2008 3:25 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah
> 
>   Jawa Pos
> 
>   Kamis, 04 Desember 2008 ] 
> 
>   Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah 
> 
>   Tim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sungguh jeli dalam 
memanfaatkan momentum. Ibu Guru Muslimah yang kini sangat terkenal 
seiring dengan populernya novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea 
Hirata dibawa ke Jakarta untuk dianugerahi Satyalancana Pendidikan.
> 
>   Sungguh, memberikan penghargaan kepada "nama top" seperti Ibu 
Guru Muslimah untuk saat ini akan lebih banyak bermanfaat daripada 
memberikannya kepada nama Ibu/Bapak Guru Anu yang namanya tidak 
populer. Rakyat akan mudah menengok peristiwa penghargaan tersebut. 
Dan, si pemberi penghargaan (SBY) pun akan mendapatkan tengokan 
serupa.
> 
>   Nah, di sinilah proses pencitraan akan terbangun. Bila dikaitkan 
dengan kepentingan popularitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 
2009, manfaat pencitraan positif seperti itu jelas akan banyak. Dan, 
SBY yang sudah membulatkan tekad untuk maju lagi dalam Pilpres 2009 
jelas sangat membutuhkan hal tersebut.
> 
>   Kita tidak hendak mengatakan bahwa pemberian penghargaan kepada 
Ibu Guru Muslimah adalah berbau politis. Terlalu dini kalau 
kesimpulan itu ditarik. Hanya, ada sedikit ganjalan te

Re: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-08 Terurut Topik Ari Condro
Lihat saja nanti kelanjutan rame rame gugatan roxanne vs andrea hirata.

Linda chrstanty yg nyaris ampir jadi a ling saja mencium bau sengketa antara 
andrian hirata dengan saudara saudaranya sendiri. Yan dan satu lagi, yg dulu 
diawal awal pengenalan laskar pelangi paling rajin bantu muterin film tentang 
belitong.

Hrd di telkom bandung saja punya record kalau andrian hirata menikah dengan 
roxanne yang belakangan dicampakkan begitu saja.  Sapa sih cewek yang nggak 
sakit hati ?

Roxanne ini si flora dalam terminologi laskar pelangi.  :(

Kejadian aa gym jilid dua juga neh !


salam,



-Original Message-
From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 09 Dec 2008 04:33:59 
To: 
Subject: [wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah


Kalo berdasarkan yang ku tonton di acara Kick-ANdy sih, memang 
Andrea Hirata muridnya bu Muslimah. Mereka dipertemukan di acara tsb 
dgn surprised (maksute si Andrea Hirata gak dikasih tau dulu kalo bu 
Muslimahnya juga akan hadir). Jadi, pertemuan yang mengharukan.  

Gak tau ya kalo acara Kick Andy itu juga di'kibulin' ama Andrea 
Hirata dan Ibu Muslimah.

Wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Memangnya andrian hirata beneran muridnya bu muslimah ?  
> 
> Ada yg memberikan info kalau roxanne atau istri andrian hirata lah 
yg menjadi tokoh flora yang merupakan penutur pertama dalam laskar 
pelangi yg benar benar murid asli bu muslimah.
> 
> Andrian sendiri sekolah di sd pt timah.
> 
> Reasonable jika di buku berikutnya, sang pemimpi, edensor dan 
maryamah karpov, jiwanya berbeda dengan laskar pelangi dan tidak 
lagi twisted.  Cerita laskar pelangi adalah ttg lintang dan bu mus, 
tapi cerita yg lain adalah ttg andrian hirata him self.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Sat, 6 Dec 2008 21:25:57 
> To: 
> Subject: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah
> 
> 
> Jawa Pos
> 
>  Kamis, 04 Desember 2008 ] 
> 
> Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah 
> 
> 
> Tim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sungguh jeli dalam 
memanfaatkan momentum. Ibu Guru Muslimah yang kini sangat terkenal 
seiring dengan populernya novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea 
Hirata dibawa ke Jakarta untuk dianugerahi Satyalancana Pendidikan.
> 
> Sungguh, memberikan penghargaan kepada "nama top" seperti Ibu Guru 
Muslimah untuk saat ini akan lebih banyak bermanfaat daripada 
memberikannya kepada nama Ibu/Bapak Guru Anu yang namanya tidak 
populer. Rakyat akan mudah menengok peristiwa penghargaan tersebut. 
Dan, si pemberi penghargaan (SBY) pun akan mendapatkan tengokan 
serupa.
> 
> Nah, di sinilah proses pencitraan akan terbangun. Bila dikaitkan 
dengan kepentingan popularitas menjelang Pemilihan Presiden 
(Pilpres) 2009, manfaat pencitraan positif seperti itu jelas akan 
banyak. Dan, SBY yang sudah membulatkan tekad untuk maju lagi dalam 
Pilpres 2009 jelas sangat membutuhkan hal tersebut.
> 
> Kita tidak hendak mengatakan bahwa pemberian penghargaan kepada 
Ibu Guru Muslimah adalah berbau politis. Terlalu dini kalau 
kesimpulan itu ditarik. Hanya, ada sedikit ganjalan terkait dengan 
peristiwa tersebut. Ibu Guru Muslimah yang semula muncul dan populer 
dalam karya fiksi mendadak bisa muncul di alam nyata. Tidak tanggung-
tanggung, kemunculannya langsung menyeruak di pusaran kekuasaan. 
Betapa hebatnya!
> 
> Dalam konteks novel dan film Laskar Pelangi, sosok Ibu Guru 
Muslimah memang sangat luar biasa. Kreatif, inovatif, tangguh, dan 
penuh dedikasi. Namun, benarkah gambaran ideal itu sebanding lurus 
dengan kenyataan di lapangan?
> 
> Bagi Andrea, si penulis novel, bisa jadi sosok Ibu Guru Muslimah 
mungkin sedemikian luar biasa. Dan, karena keluarbiasaan itulah, 
Andrea terilhami untuk membuat sebuah karya fiksi yang 
dilatarbelakangi kisah nyata. 
> 
> Namun, karena yang dibuat Andrea adalah karya fiksi, kendati 
mirip, ia tetap bukan yang sesungguhnya. Artinya, penggambaran di 
novel bisa jadi tidak luput dari emosi dan subjektivitas yang 
didorong perasaan cintanya yang begitu besar. Sehingga, tidak 
tertutup kemungkinan adanya penggambaran yang melebihi kadar yang 
semestinya.
> 
> Jika asumsi itu benar, tentu Andrea tidak bisa dipersalahkan. 
Bukankah dia tetap mengategorikan hasil karyanya sebagai karya 
fiksi, bukan sejarah? 
> 
> Karena itu, beruntunglah Ibu Guru Muslimah yang kebetulan memiliki 
murid seperti Andrea. Sebab, dari karya fiksi muridnya itulah, dia 
kini menerima penghargaan sangat tinggi dari negara.
> 
> Di sisi lain, bersabarlah guru yang kebetulan tidak seberuntung 
Ibu Guru Muslimah. Kendati perjuangan, kreasi, inovasi, dan 
dedikasinya bisa jadi sama atau bahkan 

[wanita-muslimah] Re: Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah

2008-12-08 Terurut Topik Lina Dahlan
Kalo berdasarkan yang ku tonton di acara Kick-ANdy sih, memang 
Andrea Hirata muridnya bu Muslimah. Mereka dipertemukan di acara tsb 
dgn surprised (maksute si Andrea Hirata gak dikasih tau dulu kalo bu 
Muslimahnya juga akan hadir). Jadi, pertemuan yang mengharukan.  

Gak tau ya kalo acara Kick Andy itu juga di'kibulin' ama Andrea 
Hirata dan Ibu Muslimah.

Wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Memangnya andrian hirata beneran muridnya bu muslimah ?  
> 
> Ada yg memberikan info kalau roxanne atau istri andrian hirata lah 
yg menjadi tokoh flora yang merupakan penutur pertama dalam laskar 
pelangi yg benar benar murid asli bu muslimah.
> 
> Andrian sendiri sekolah di sd pt timah.
> 
> Reasonable jika di buku berikutnya, sang pemimpi, edensor dan 
maryamah karpov, jiwanya berbeda dengan laskar pelangi dan tidak 
lagi twisted.  Cerita laskar pelangi adalah ttg lintang dan bu mus, 
tapi cerita yg lain adalah ttg andrian hirata him self.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Sat, 6 Dec 2008 21:25:57 
> To: 
> Subject: [wanita-muslimah] Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah
> 
> 
> Jawa Pos
> 
>  Kamis, 04 Desember 2008 ] 
> 
> Pencitraan SBY dalam Ibu Guru Muslimah 
> 
> 
> Tim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sungguh jeli dalam 
memanfaatkan momentum. Ibu Guru Muslimah yang kini sangat terkenal 
seiring dengan populernya novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea 
Hirata dibawa ke Jakarta untuk dianugerahi Satyalancana Pendidikan.
> 
> Sungguh, memberikan penghargaan kepada "nama top" seperti Ibu Guru 
Muslimah untuk saat ini akan lebih banyak bermanfaat daripada 
memberikannya kepada nama Ibu/Bapak Guru Anu yang namanya tidak 
populer. Rakyat akan mudah menengok peristiwa penghargaan tersebut. 
Dan, si pemberi penghargaan (SBY) pun akan mendapatkan tengokan 
serupa.
> 
> Nah, di sinilah proses pencitraan akan terbangun. Bila dikaitkan 
dengan kepentingan popularitas menjelang Pemilihan Presiden 
(Pilpres) 2009, manfaat pencitraan positif seperti itu jelas akan 
banyak. Dan, SBY yang sudah membulatkan tekad untuk maju lagi dalam 
Pilpres 2009 jelas sangat membutuhkan hal tersebut.
> 
> Kita tidak hendak mengatakan bahwa pemberian penghargaan kepada 
Ibu Guru Muslimah adalah berbau politis. Terlalu dini kalau 
kesimpulan itu ditarik. Hanya, ada sedikit ganjalan terkait dengan 
peristiwa tersebut. Ibu Guru Muslimah yang semula muncul dan populer 
dalam karya fiksi mendadak bisa muncul di alam nyata. Tidak tanggung-
tanggung, kemunculannya langsung menyeruak di pusaran kekuasaan. 
Betapa hebatnya!
> 
> Dalam konteks novel dan film Laskar Pelangi, sosok Ibu Guru 
Muslimah memang sangat luar biasa. Kreatif, inovatif, tangguh, dan 
penuh dedikasi. Namun, benarkah gambaran ideal itu sebanding lurus 
dengan kenyataan di lapangan?
> 
> Bagi Andrea, si penulis novel, bisa jadi sosok Ibu Guru Muslimah 
mungkin sedemikian luar biasa. Dan, karena keluarbiasaan itulah, 
Andrea terilhami untuk membuat sebuah karya fiksi yang 
dilatarbelakangi kisah nyata. 
> 
> Namun, karena yang dibuat Andrea adalah karya fiksi, kendati 
mirip, ia tetap bukan yang sesungguhnya. Artinya, penggambaran di 
novel bisa jadi tidak luput dari emosi dan subjektivitas yang 
didorong perasaan cintanya yang begitu besar. Sehingga, tidak 
tertutup kemungkinan adanya penggambaran yang melebihi kadar yang 
semestinya.
> 
> Jika asumsi itu benar, tentu Andrea tidak bisa dipersalahkan. 
Bukankah dia tetap mengategorikan hasil karyanya sebagai karya 
fiksi, bukan sejarah? 
> 
> Karena itu, beruntunglah Ibu Guru Muslimah yang kebetulan memiliki 
murid seperti Andrea. Sebab, dari karya fiksi muridnya itulah, dia 
kini menerima penghargaan sangat tinggi dari negara.
> 
> Di sisi lain, bersabarlah guru yang kebetulan tidak seberuntung 
Ibu Guru Muslimah. Kendati perjuangan, kreasi, inovasi, dan 
dedikasinya bisa jadi sama atau bahkan melebihi Ibu Guru Muslimah. 
Namun, karena tidak memiliki murid yang sehebat Andrea, nasibnya 
menjadi berbeda.
> 
> Untuk sekadar mengurangi "ganjalan", tidak ada salahnya bila kini 
kita mencoba berbaik sangka bahwa pemberian Satyalancana Pendidikan 
kepada Ibu Guru Muslimah tidak hanya dirujukkan pada karya fiksi 
Laskar Pelangi. Namun, didasarkan pada data-data akurat dan 
penelitian yang mendalam.
> 
> Sungguh sangat sedihnya kita bila sampai pemberian penghargaan itu 
hanya didasarkan pada sebuah karya fiksi. Sebab, kalau hal tersebut 
sampai terjadi, sama artinya negara Indonesia -yang wujud di alam 
nyata ini- digeser dan dimasukkan ke alam fiksi. Sungguh, semoga hal 
itu tidak benar! (*)
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>