[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-27 Terurut Topik Dan
Seperti yg disebut Kant, niat baik adalah sumber kebaikan.  Hanya
dengan niat baik kebajikan dapat mulai ditegakkan.  Ilmu, kecerdasan
dsb tidak otomatis dapat menegakkan kebaikan dan kebajikan.

Lihat saja para ulama teokrat, konglomerat hitam, birokrat korup, dsb
karena memang niat baiknya diragukan maka hasilnya juga gagal dalam 
menegakkan kebaikan dan keadilan.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Aisha berkata =
>
>   Kembali ke masalah niat baik, seperti yang dijelaskan mas Ary,
niat baik ketika kita ngobrol di milis itu bukan sekedar mendoakan
orang lain tapi niat baik saat membaca pendapat atau tulisan anggota
lainnya, tanpa prasangka buruk dan seenaknya men-cap atau memberikan
julukan buruk terhadap anggota lainnya. Lebih parah lagi jika berfikir
buruk dan memberi julukan buruk itu ketika tidak memahami maksud
anggota lainnya alias tidak nyambung:)
> 
>   ===
>
>
>   Jano - ko =
>
>
>   CONTOH JULUKAN BURUK  =  JAKA SEMBUNG
>   :(
>
>   ---
>
>   Jangan - jangan mas ase benar bahwa banyak anggauta WM anggauta
Wali songo alias pada mempunyai kwalitas sebagai "wali", wah ampuh
tenan mempunyai kemampuan "meneropong", "menebak", "meramal" de el el.
>
>   Lhotapi para dukun itu kan juga "mempunyai" kemampuan ?
>   Piye iki mas ase ?, maksude kata-kata mas ase tentang "wali songo"
itu bagaimana tho ? tolong dijelaskan ya...
>
>   Bingun dech jano-ko
>
>   Salaman karo mas ase.
>
>
>   ooo0ooo
>   
> 
> Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Wah gak nyambung lagi:)
> Mas Ary cerita tentang niat baik, malah dijawab makanan halal, jika
bicara makanan halal kan tidak hanya karena zatnya saja yang halal,
misal telur, gudeg (atinya kenapa pakai huruf besar?), tapi juga dari
segi cara memperoleh makanan tersebut. Kalau kita makan yang halal
(bukan babi, darah, dll) tapi makanan itu diperoleh dari hasil maling,
uangnya dari hasil korupsi, hasil dari merampas, dll, maka makanan itu
tidak halal lagi.
> 
> Kembali ke masalah niat baik, seperti yang dijelaskan mas Ary, niat
baik ketika kita ngobrol di milis itu bukan sekedar mendoakan orang
lain tapi niat baik saat membaca pendapat atau tulisan anggota
lainnya, tanpa prasangka buruk dan seenaknya men-cap atau memberikan
julukan buruk terhadap anggota lainnya. Lebih parah lagi jika berfikir
buruk dan memberi julukan buruk itu ketika tidak memahami maksud
anggota lainnya alias tidak nyambung:)
> 
> salam
> Aisha
> 
> From : asetijadi
> Mas Ase berkata =
> Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
> tapi ketika MEMBACA tulisan orang...
> 
> Jano - ko =
> Semoga mas ase " berprasangka baik" kepada saya. Amin. :)
> Jano-ko barusan makan gudeg, telor, ATI ayam, uenak tenan. Kalau
makan makanan yang halal itu uenak tenan ya mas ase ?!
> Wassalam.
> --
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> mas Janoko, 
> lho kok mbacane salah lagi? tapi nggak pa-pa, namanya belajar ;-)
> 
> Terima kasih atas doanya, begitu juga doa yang sama buat mas Jan.
Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
tapi ketika MEMBACA tulisan orang... Mohonlah petunjuk Allah swt,
untuk diberi kemudahan dan pemahaman yang baik. untuk diberi berkah
sehingga mendapatkan pelajaran dari yang dibaca. bukan malah mumet
seperti yang mas Janoko keluhkan... begitu mas Jan, sumonggo
dipraktekkan...
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>  
> 
>  Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-26 Terurut Topik asetijadi2004
Ada apa mas Jan?

Wah pantesan mas Jan panggil2,
jadinya agak panas kuping saya...
;-)

kembali makanya "bisao rumongso" mas Jan.

tak ulangi lagi ya...
silahkan diresapi...
dibaca yang tenang dengan hati yang tulus...
saya yakin kok mas Jan itu mau jadi orang baik...

Ini yang saya tulis:

"Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.

Makanya harus "bisa rumongso", 
tahu tempat dan takarannya.

Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
ya baiknya diam dan mendengarkan dulu

kalo mendengarkan saja masih mumet,
ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,

kalo masih mumet juga,
ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo

gitu lho...
jadi jangan salahkan gurunya,
kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...

;-))

monggo, 
biso rumongso mas Jan..."


mudah-mudahan kali ini
mas Jan mbacanya agak bener lan pener...
kalo nggak ya nggak pa-pa, 
namanya saja orang belajar...

yang penting tidak patah semangat...
coba lagi...belum ngerti juga ya baca lagi...
belum ngerti juga...ya baca lagi...
gitu terus mas...

tak tuntun deh...jangan khawatir...

;-))
dengan setulus hati, 
yang ingin membantu mas Jan dari kejahiliyahan.

Ary


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Aisha berkata =
>
>   Kembali ke masalah niat baik, seperti yang dijelaskan mas Ary, 
niat baik ketika kita ngobrol di milis itu bukan sekedar mendoakan 
orang lain tapi niat baik saat membaca pendapat atau tulisan anggota 
lainnya, tanpa prasangka buruk dan seenaknya men-cap atau memberikan 
julukan buruk terhadap anggota lainnya. Lebih parah lagi jika 
berfikir buruk dan memberi julukan buruk itu ketika tidak memahami 
maksud anggota lainnya alias tidak nyambung:)
> 
>   ===
>
>
>   Jano - ko =
>
>
>   CONTOH JULUKAN BURUK  =  JAKA SEMBUNG
>   :(
>
>   ---
>
>   Jangan - jangan mas ase benar bahwa banyak anggauta WM anggauta 
Wali songo alias pada mempunyai kwalitas sebagai "wali", wah ampuh 
tenan mempunyai kemampuan "meneropong", "menebak", "meramal" de el el.
>
>   Lhotapi para dukun itu kan juga "mempunyai" 
kemampuan ?
>   Piye iki mas ase ?, maksude kata-kata mas ase tentang "wali 
songo" itu bagaimana tho ? tolong dijelaskan ya...
>
>   Bingun dech jano-ko
>
>   Salaman karo mas ase.
>
>
>   ooo0ooo
>   
> 
> Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Wah gak nyambung lagi:)
> Mas Ary cerita tentang niat baik, malah dijawab makanan halal, jika 
bicara makanan halal kan tidak hanya karena zatnya saja yang halal, 
misal telur, gudeg (atinya kenapa pakai huruf besar?), tapi juga dari 
segi cara memperoleh makanan tersebut. Kalau kita makan yang halal 
(bukan babi, darah, dll) tapi makanan itu diperoleh dari hasil 
maling, uangnya dari hasil korupsi, hasil dari merampas, dll, maka 
makanan itu tidak halal lagi.
> 
> Kembali ke masalah niat baik, seperti yang dijelaskan mas Ary, niat 
baik ketika kita ngobrol di milis itu bukan sekedar mendoakan orang 
lain tapi niat baik saat membaca pendapat atau tulisan anggota 
lainnya, tanpa prasangka buruk dan seenaknya men-cap atau memberikan 
julukan buruk terhadap anggota lainnya. Lebih parah lagi jika 
berfikir buruk dan memberi julukan buruk itu ketika tidak memahami 
maksud anggota lainnya alias tidak nyambung:)
> 
> salam
> Aisha
> 
> From : asetijadi
> Mas Ase berkata =
> Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
> tapi ketika MEMBACA tulisan orang...
> 
> Jano - ko =
> Semoga mas ase " berprasangka baik" kepada saya. Amin. :)
> Jano-ko barusan makan gudeg, telor, ATI ayam, uenak tenan. Kalau 
makan makanan yang halal itu uenak tenan ya mas ase ?!
> Wassalam.
> --
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> mas Janoko, 
> lho kok mbacane salah lagi? tapi nggak pa-pa, namanya belajar ;-)
> 
> Terima kasih atas doanya, begitu juga doa yang sama buat mas Jan. 
Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya, 
tapi ketika MEMBACA tulisan orang... Mohonlah petunjuk Allah swt, 
untuk diberi kemudahan dan pemahaman yang baik. untuk diberi berkah 
sehingga mendapatkan pelajaran dari yang dibaca. bukan malah mumet 
seperti yang mas Janoko keluhkan... begitu mas Jan, sumonggo 
dipraktekkan...
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>  
> 
>  Send instant messages to your online friends 
http://uk.messenger.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-26 Terurut Topik asetijadi2004
mas Jan,

saya memang berprasangka baik, 
bahwa mas Jan ingin jadi orang baik,
oleh karena itu saya kasih tahu...

coba bersihkan dan luruskan niat,
hilangkan ego diri,
ketika membaca apa yang ditulis orang,
sehingga mendapatkan berkah dari yang dibaca

jangan malah mendapatkan kesulitan
apalagi sampe mumet...
itu namanya nggak berkah 
;-)

kalo saya tidak percaya kalo mas Jan ingin jadi orang baik,
saya jar-no... ngga saya reken
;-)

sumonggo mas Jan, dikerjakan
sing mangpa'at...



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Ase berkata =
>
>   Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
> tapi ketika MEMBACA tulisan orang...
> 
>   
>
>   Jano - ko =
>
>   Semoga mas ase " berprasangka baik" kepada saya. Amin. :)
>
>   Jano-ko barusan makan gudeg, telor, ATI ayam, uenak tenan. Kalau 
makan makanan yang halal itu uenak tenan ya mas ase ?!
>
>   Wassalam.
>
>
>   ---ooo0ooo---
> 
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   mas Janoko, 
> lho kok mbacane salah lagi?
> tapi nggak pa-pa, namanya belajar
> ;-)
> 
> Terima kasih atas doanya, 
> begitu juga doa yang sama buat mas Jan.
> 
> Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
> tapi ketika MEMBACA tulisan orang...
> 
> Mohonlah petunjuk Allah swt,
> untuk diberi kemudahan dan pemahaman yang baik.
> untuk diberi berkah sehingga mendapatkan pelajaran dari yang dibaca.
> 
> bukan malah mumet seperti yang mas Janoko keluhkan...
> 
> begitu mas Jan, 
> sumonggo dipraktekkan...
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> >
> > Mas Ase berkata =
> > 
> > jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> > itu yang utama,
> > berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> > =
> > 
> > Jano - ko =
> > 
> > Kurang opo jano-ko mendoakan mas ase "ikut berbahagia mas ase 
> menjadi insan manusia yang dicintai oleh Allah SWT", kurang puas 
mas ?
> > Nah tak jelaskan, coba mas dihayati, kalau insan manusia sampai 
> bisa dicintai oleh Allah SWT itu menurut saya derajatnya sangat 
> tinggi sekali lho.
> > Derajatnya bisa jauh lebih tinggi dari insan-insan yang belajar 
> di Universitas paling ngetop sedunia sekalipun.
> > 
> > Coba dihayati lagi mas.
> > 
> > :)
> > 
> > Puas...puas..puaskata si Thukul:)
> > 
> > Kalau kurang puas, nanti tak beri penjelasan lagi.
> > 
> > Wassalam
> > 
> > 
> > ---ooo0ooo---
> > 
> > asetijadi2004  wrote:
> > 
> > mas Jan pantesan mumet, 
> > lha wong mbaca saja nggak pener...
> > ;-))
> > 
> > hayo mas Jan,
> > belajar baca dulu... 
> > 
> > dibaca lagi yang lengkap...
> > jangan lupa titik, koma...
> > tanda baca itu penting...
> > 
> > jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> > itu yang utama,
> > berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> > 
> > supaya nggak mumet
> > 
> > indahnya insan yang memiliki niat baik,
> > dunia jadi terasa lapang...
> > 
> > sumonggo...
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> > >
> > > 
> > > Mas Ase berkata =
> > > 
> > > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > > 
> > > ==
> > > 
> > > 
> > > Jano - ko =
> > > 
> > > 
> > > Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM 
> > tho ?, ...maaf dech pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak 
> > tahu.
> > > Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang 
> > dicintai oleh Allah SWT.
> > > 
> > > Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu 
atau 
> > bagaimana ya ?
> > > 
> > > 
> > > Salam.
> > > 
> > > 
> > > - ooo0ooo -
> > > 
> > > 
> > > asetijadi2004  wrote:
> > > mas Jan,
> > > 
> > > Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.
> > > 
> > > Makanya harus "bisa rumongso", 
> > > tahu tempat dan takarannya.
> > > 
> > > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > > 
> > > kalo mendengarkan saja masih mumet,
> > > ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,
> > > 
> > > kalo masih mumet juga,
> > > ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo
> > > 
> > > gitu lho...
> > > jadi jangan salahkan gurunya,
> > > kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...
> > > 
> > > ;-))
> > > 
> > > monggo, 
> > > biso rumongso mas Jan...
> > > 
> > > salam
> > > Ary
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  
wrote:
> > > >
> > > > Aisha berkata =
> > > > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
agamanya 
> > > sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
> > misalnya 
> > > karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung 
lebar 
> > itu 
> > > adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah 
> > harus 
> > > seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab 
> > seperti 
> > > itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih 
> > rendah 
> > > keIslamannya" 

Re: [wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-26 Terurut Topik jano ko
Mas Ase berkata =
   
  Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
tapi ketika MEMBACA tulisan orang...

  
   
  Jano - ko =
   
  Semoga mas ase " berprasangka baik" kepada saya. Amin. :)
   
  Jano-ko barusan makan gudeg, telor, ATI ayam, uenak tenan. Kalau makan 
makanan yang halal itu uenak tenan ya mas ase ?!
   
  Wassalam.
   
   
  ---ooo0ooo---

asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  mas Janoko, 
lho kok mbacane salah lagi?
tapi nggak pa-pa, namanya belajar
;-)

Terima kasih atas doanya, 
begitu juga doa yang sama buat mas Jan.

Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
tapi ketika MEMBACA tulisan orang...

Mohonlah petunjuk Allah swt,
untuk diberi kemudahan dan pemahaman yang baik.
untuk diberi berkah sehingga mendapatkan pelajaran dari yang dibaca.

bukan malah mumet seperti yang mas Janoko keluhkan...

begitu mas Jan, 
sumonggo dipraktekkan...

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Ase berkata =
> 
> jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> itu yang utama,
> berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> =
> 
> Jano - ko =
> 
> Kurang opo jano-ko mendoakan mas ase "ikut berbahagia mas ase 
menjadi insan manusia yang dicintai oleh Allah SWT", kurang puas mas ?
> Nah tak jelaskan, coba mas dihayati, kalau insan manusia sampai 
bisa dicintai oleh Allah SWT itu menurut saya derajatnya sangat 
tinggi sekali lho.
> Derajatnya bisa jauh lebih tinggi dari insan-insan yang belajar 
di Universitas paling ngetop sedunia sekalipun.
> 
> Coba dihayati lagi mas.
> 
> :)
> 
> Puas...puas..puaskata si Thukul:)
> 
> Kalau kurang puas, nanti tak beri penjelasan lagi.
> 
> Wassalam
> 
> 
> ---ooo0ooo---
> 
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> mas Jan pantesan mumet, 
> lha wong mbaca saja nggak pener...
> ;-))
> 
> hayo mas Jan,
> belajar baca dulu... 
> 
> dibaca lagi yang lengkap...
> jangan lupa titik, koma...
> tanda baca itu penting...
> 
> jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> itu yang utama,
> berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> 
> supaya nggak mumet
> 
> indahnya insan yang memiliki niat baik,
> dunia jadi terasa lapang...
> 
> sumonggo...
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> >
> > 
> > Mas Ase berkata =
> > 
> > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > 
> > ==
> > 
> > 
> > Jano - ko =
> > 
> > 
> > Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM 
> tho ?, ...maaf dech pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak 
> tahu.
> > Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang 
> dicintai oleh Allah SWT.
> > 
> > Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu atau 
> bagaimana ya ?
> > 
> > 
> > Salam.
> > 
> > 
> > - ooo0ooo -
> > 
> > 
> > asetijadi2004  wrote:
> > mas Jan,
> > 
> > Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.
> > 
> > Makanya harus "bisa rumongso", 
> > tahu tempat dan takarannya.
> > 
> > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > 
> > kalo mendengarkan saja masih mumet,
> > ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,
> > 
> > kalo masih mumet juga,
> > ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo
> > 
> > gitu lho...
> > jadi jangan salahkan gurunya,
> > kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...
> > 
> > ;-))
> > 
> > monggo, 
> > biso rumongso mas Jan...
> > 
> > salam
> > Ary
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> > >
> > > Aisha berkata =
> > > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
> > sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
> misalnya 
> > karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar 
> itu 
> > adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah 
> harus 
> > seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab 
> seperti 
> > itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih 
> rendah 
> > keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
> > bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau 
> majemuk 
> > atau beda-beda?
> > > 
> > > ===
> > > 
> > > 
> > > Jano - ko =
> > > 
> > > 
> > > Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
> > sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
> > lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
> > jadi rempot.
> > > 
> > > 
> > > Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau 
filsafat 
> > diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
> > > 
> > > 
> > > Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
> > dong jelaskan beliau itu siapa.
> > > Boleh koq tanya kepada mia
> > > 
> > > 
> > > Pusing aku
> > > 
> > > 
> > > Selamat siang.
> > > 
> > > 
> > > 
> > > ===
> 

[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-26 Terurut Topik asetijadi2004
mas Janoko, 
lho kok mbacane salah lagi?
tapi nggak pa-pa, namanya belajar
;-)

Terima kasih atas doanya, 
begitu juga doa yang sama buat mas Jan.

Tapi maksud saya dengan NIAT BAIK itu BUKAN ketika mendoakan saya,
tapi ketika MEMBACA tulisan orang...

Mohonlah petunjuk Allah swt,
untuk diberi kemudahan dan pemahaman yang baik.
untuk diberi berkah sehingga mendapatkan pelajaran dari yang dibaca.

bukan malah mumet seperti yang mas Janoko keluhkan...

begitu mas Jan, 
sumonggo dipraktekkan...


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Ase berkata =
>
>   jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> itu yang utama,
> berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> =
>
>   Jano - ko =
>
>   Kurang opo jano-ko mendoakan mas ase "ikut berbahagia mas ase 
menjadi insan manusia yang dicintai oleh Allah SWT", kurang puas mas ?
>   Nah tak jelaskan,  coba mas dihayati, kalau insan manusia sampai 
bisa dicintai oleh Allah SWT itu menurut saya derajatnya sangat 
tinggi sekali lho.
>   Derajatnya bisa jauh lebih tinggi dari insan-insan yang belajar 
di Universitas paling ngetop sedunia sekalipun.
>
>   Coba dihayati lagi mas.
>
>   :)
> 
> Puas...puas..puaskata si Thukul:)
>
>   Kalau kurang puas, nanti tak beri penjelasan lagi.
>
>   Wassalam
>
>
>   ---ooo0ooo---
>   
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   
> mas Jan pantesan mumet, 
> lha wong mbaca saja nggak pener...
> ;-))
> 
> hayo mas Jan,
> belajar baca dulu... 
> 
> dibaca lagi yang lengkap...
> jangan lupa titik, koma...
> tanda baca itu penting...
> 
> jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
> itu yang utama,
> berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
> 
> supaya nggak mumet
> 
> indahnya insan yang memiliki niat baik,
> dunia jadi terasa lapang...
> 
> sumonggo...
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> >
> > 
> > Mas Ase berkata =
> > 
> > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > 
> > ==
> > 
> > 
> > Jano - ko =
> > 
> > 
> > Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM 
> tho ?, ...maaf dech pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak 
> tahu.
> > Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang 
> dicintai oleh Allah SWT.
> > 
> > Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu atau 
> bagaimana ya ?
> > 
> > 
> > Salam.
> > 
> > 
> > - ooo0ooo -
> > 
> > 
> > asetijadi2004  wrote:
> > mas Jan,
> > 
> > Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.
> > 
> > Makanya harus "bisa rumongso", 
> > tahu tempat dan takarannya.
> > 
> > Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> > ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> > 
> > kalo mendengarkan saja masih mumet,
> > ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,
> > 
> > kalo masih mumet juga,
> > ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo
> > 
> > gitu lho...
> > jadi jangan salahkan gurunya,
> > kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...
> > 
> > ;-))
> > 
> > monggo, 
> > biso rumongso mas Jan...
> > 
> > salam
> > Ary
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> > >
> > > Aisha berkata =
> > > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
> > sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
> misalnya 
> > karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar 
> itu 
> > adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah 
> harus 
> > seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab 
> seperti 
> > itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih 
> rendah 
> > keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
> > bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau 
> majemuk 
> > atau beda-beda?
> > > 
> > > ===
> > > 
> > > 
> > > Jano - ko =
> > > 
> > > 
> > > Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
> > sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
> > lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
> > jadi rempot.
> > > 
> > > 
> > > Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau 
filsafat 
> > diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
> > > 
> > > 
> > > Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
> > dong jelaskan beliau itu siapa.
> > > Boleh koq tanya kepada mia
> > > 
> > > 
> > > Pusing aku
> > > 
> > > 
> > > Selamat siang.
> > > 
> > > 
> > > 
> > > ===
> > > ===
> > > ===
> > > ===
> > > ===
> > > 
> > > 
> > > Aisha  wrote:
> > > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
> > agamanya sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin 
> menyeragamkan, 
> > misalnya karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan 
> kerudung 
> > lebar itu adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua 
> > muslimah harus seragam berjilbab seperti

Re: [wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-25 Terurut Topik jano ko
Mas Ase berkata =
   
  jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
itu yang utama,
berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami
=
   
  Jano - ko =
   
  Kurang opo jano-ko mendoakan mas ase "ikut berbahagia mas ase menjadi insan 
manusia yang dicintai oleh Allah SWT", kurang puas mas ?
  Nah tak jelaskan,  coba mas dihayati, kalau insan manusia sampai bisa 
dicintai oleh Allah SWT itu menurut saya derajatnya sangat tinggi sekali lho.
  Derajatnya bisa jauh lebih tinggi dari insan-insan yang belajar di 
Universitas paling ngetop sedunia sekalipun.
   
  Coba dihayati lagi mas.
   
  :)

Puas...puas..puaskata si Thukul:)
   
  Kalau kurang puas, nanti tak beri penjelasan lagi.
   
  Wassalam
   
   
  ---ooo0ooo---
  
asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
mas Jan pantesan mumet, 
lha wong mbaca saja nggak pener...
;-))

hayo mas Jan,
belajar baca dulu... 

dibaca lagi yang lengkap...
jangan lupa titik, koma...
tanda baca itu penting...

jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
itu yang utama,
berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami

supaya nggak mumet

indahnya insan yang memiliki niat baik,
dunia jadi terasa lapang...

sumonggo...

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Mas Ase berkata =
> 
> Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> 
> ==
> 
> 
> Jano - ko =
> 
> 
> Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM 
tho ?, ...maaf dech pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak 
tahu.
> Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang 
dicintai oleh Allah SWT.
> 
> Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu atau 
bagaimana ya ?
> 
> 
> Salam.
> 
> 
> - ooo0ooo -
> 
> 
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> mas Jan,
> 
> Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.
> 
> Makanya harus "bisa rumongso", 
> tahu tempat dan takarannya.
> 
> Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> 
> kalo mendengarkan saja masih mumet,
> ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,
> 
> kalo masih mumet juga,
> ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo
> 
> gitu lho...
> jadi jangan salahkan gurunya,
> kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...
> 
> ;-))
> 
> monggo, 
> biso rumongso mas Jan...
> 
> salam
> Ary
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> >
> > Aisha berkata =
> > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
> sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
misalnya 
> karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar 
itu 
> adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah 
harus 
> seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab 
seperti 
> itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih 
rendah 
> keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
> bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau 
majemuk 
> atau beda-beda?
> > 
> > ===
> > 
> > 
> > Jano - ko =
> > 
> > 
> > Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
> sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
> lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
> jadi rempot.
> > 
> > 
> > Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau filsafat 
> diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
> > 
> > 
> > Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
> dong jelaskan beliau itu siapa.
> > Boleh koq tanya kepada mia
> > 
> > 
> > Pusing aku
> > 
> > 
> > Selamat siang.
> > 
> > 
> > 
> > ===
> > ===
> > ===
> > ===
> > ===
> > 
> > 
> > Aisha  wrote:
> > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
> agamanya sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin 
menyeragamkan, 
> misalnya karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan 
kerudung 
> lebar itu adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua 
> muslimah harus seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak 
> berjilbab seperti itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan 
kita" 
> dan "lebih rendah keIslamannya". Bukankah ada ayat bahwa manusia 
> diciptakan ber-bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang 
> plural atau majemuk atau beda-beda?
> > 
> > Terus egalitarian juga sulit di kita karena ada orang yang merasa 
> lebih berilmu (terutama di bidang agama) yang menilai rendah orang 
> lain, ada orang yang lebih tua yang menganggap rendah yang muda, 
ada 
> laki-laki yang menganggap rendah wanita, dll. Ini tabrakan dengan 
> ayat bahwa semua orang sama di hadapan Tuhan, yang membedakan 
> ketakwaannya, bukan jenis kelamin, umur, dll.
> > 
> > salam
> > Aisha
> > -
> > From : Mia
> > Pak Sabri dan Pak Dana nggak bisa begitu saja mengkorelasikan 
> kemajuan negara dengan sistem monarki (konstitusi). Karena bentuk 
> monarki itu kan

[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-25 Terurut Topik asetijadi2004

mas Jan pantesan mumet, 
lha wong mbaca saja nggak pener...
;-))

hayo mas Jan,
belajar baca dulu... 

dibaca lagi yang lengkap...
jangan lupa titik, koma...
tanda baca itu penting...

jangan lupa mas Jan, NIAT BAIK
itu yang utama,
berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memahami

supaya nggak mumet

indahnya insan yang memiliki niat baik,
dunia jadi terasa lapang...

sumonggo...


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Mas Ase berkata =
>
>   Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> 
>   ==
>
>
>   Jano - ko =
>
>
>   Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM 
tho ?, ...maaf dech pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak 
tahu.
>   Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang 
dicintai oleh Allah SWT.
>
>   Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu atau 
bagaimana ya ?
>
>
>   Salam.
>
>
>   - ooo0ooo -
>
>   
> asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   mas Jan,
> 
> Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.
> 
> Makanya harus "bisa rumongso", 
> tahu tempat dan takarannya.
> 
> Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
> ya baiknya diam dan mendengarkan dulu
> 
> kalo mendengarkan saja masih mumet,
> ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,
> 
> kalo masih mumet juga,
> ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo
> 
> gitu lho...
> jadi jangan salahkan gurunya,
> kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...
> 
> ;-))
> 
> monggo, 
> biso rumongso mas Jan...
> 
> salam
> Ary
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
> >
> > Aisha berkata =
> > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
> sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
misalnya 
> karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar 
itu 
> adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah 
harus 
> seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab 
seperti 
> itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih 
rendah 
> keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
> bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau 
majemuk 
> atau beda-beda?
> > 
> > ===
> > 
> > 
> > Jano - ko =
> > 
> > 
> > Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
> sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
> lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
> jadi rempot.
> > 
> > 
> > Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau filsafat 
> diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
> > 
> > 
> > Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
> dong jelaskan beliau itu siapa.
> > Boleh koq tanya kepada mia
> > 
> > 
> > Pusing aku
> > 
> > 
> > Selamat siang.
> > 
> > 
> > 
> > ===
> > ===
> > ===
> > ===
> > ===
> > 
> > 
> > Aisha  wrote:
> > Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
> agamanya sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin 
menyeragamkan, 
> misalnya karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan 
kerudung 
> lebar itu adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua 
> muslimah harus seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak 
> berjilbab seperti itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan 
kita" 
> dan "lebih rendah keIslamannya". Bukankah ada ayat bahwa manusia 
> diciptakan ber-bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang 
> plural atau majemuk atau beda-beda?
> > 
> > Terus egalitarian juga sulit di kita karena ada orang yang merasa 
> lebih berilmu (terutama di bidang agama) yang menilai rendah orang 
> lain, ada orang yang lebih tua yang menganggap rendah yang muda, 
ada 
> laki-laki yang menganggap rendah wanita, dll. Ini tabrakan dengan 
> ayat bahwa semua orang sama di hadapan Tuhan, yang membedakan 
> ketakwaannya, bukan jenis kelamin, umur, dll.
> > 
> > salam
> > Aisha
> > -
> > From : Mia
> > Pak Sabri dan Pak Dana nggak bisa begitu saja mengkorelasikan 
> kemajuan negara dengan sistem monarki (konstitusi). Karena bentuk 
> monarki itu kan sudah sejak dulu di negara tsb, dan sekarang 
> dipertahankan sisanya. Kalau itu dibilang membantu stabilitas 
negara, 
> make sense lah - tapi kalau menyebabkan kemajuan negara, lha 
seperti 
> meletakkan kereta di depan kuda.
> > 
> > BTW kalau Brunei dibilang negara 'maju' gw ogah jadi warganegara 
> Brunei. Stabil iya, tapi maju??? hm...asli, kata 
iklan...
> > 
> > NKRI yang plural dah bener kok, dan menuju otonomi daerah. Tapi 
> yang jebol di Indonesia adalah disiplin kita dan kelembagaan yang 
> lemah. Lalu mesti ada link yang menjembatani elit atas dengan 
> masyarakat plural yang egalitarian, misalnya saja (ini misal), 
> bagaimana membuat link antara elit korporat dalam bentuk corporate 
> social 
> > res

Re: [wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-25 Terurut Topik jano ko

Mas Ase berkata =
   
  Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
ya baiknya diam dan mendengarkan dulu

  ==
   
   
  Jano - ko =
   
   
  Ohhh...jadi mas ase ini "wali songo" yang ikutan WM tho ?, ...maaf dech 
pak "Wali Songo",.maaf-maaf jano-ko tidak tahu.
  Ikutan berbahagia kalau mas ase menjadi insan manusia yang dicintai oleh 
Allah SWT.
   
  Jadi yang bukan anggauta "wali songo" harus diam semua gitu atau bagaimana ya 
?
   
   
  Salam.
   
   
  - ooo0ooo -
   
  
asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  mas Jan,

Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.

Makanya harus "bisa rumongso", 
tahu tempat dan takarannya.

Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
ya baiknya diam dan mendengarkan dulu

kalo mendengarkan saja masih mumet,
ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,

kalo masih mumet juga,
ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo

gitu lho...
jadi jangan salahkan gurunya,
kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...

;-))

monggo, 
biso rumongso mas Jan...

salam
Ary

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Aisha berkata =
> Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, misalnya 
karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar itu 
adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah harus 
seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab seperti 
itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih rendah 
keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau majemuk 
atau beda-beda?
> 
> ===
> 
> 
> Jano - ko =
> 
> 
> Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
jadi rempot.
> 
> 
> Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau filsafat 
diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
> 
> 
> Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
dong jelaskan beliau itu siapa.
> Boleh koq tanya kepada mia
> 
> 
> Pusing aku
> 
> 
> Selamat siang.
> 
> 
> 
> ===
> ===
> ===
> ===
> ===
> 
> 
> Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
agamanya sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
misalnya karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung 
lebar itu adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua 
muslimah harus seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak 
berjilbab seperti itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" 
dan "lebih rendah keIslamannya". Bukankah ada ayat bahwa manusia 
diciptakan ber-bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang 
plural atau majemuk atau beda-beda?
> 
> Terus egalitarian juga sulit di kita karena ada orang yang merasa 
lebih berilmu (terutama di bidang agama) yang menilai rendah orang 
lain, ada orang yang lebih tua yang menganggap rendah yang muda, ada 
laki-laki yang menganggap rendah wanita, dll. Ini tabrakan dengan 
ayat bahwa semua orang sama di hadapan Tuhan, yang membedakan 
ketakwaannya, bukan jenis kelamin, umur, dll.
> 
> salam
> Aisha
> -
> From : Mia
> Pak Sabri dan Pak Dana nggak bisa begitu saja mengkorelasikan 
kemajuan negara dengan sistem monarki (konstitusi). Karena bentuk 
monarki itu kan sudah sejak dulu di negara tsb, dan sekarang 
dipertahankan sisanya. Kalau itu dibilang membantu stabilitas negara, 
make sense lah - tapi kalau menyebabkan kemajuan negara, lha seperti 
meletakkan kereta di depan kuda.
> 
> BTW kalau Brunei dibilang negara 'maju' gw ogah jadi warganegara 
Brunei. Stabil iya, tapi maju??? hm...asli, kata iklan...
> 
> NKRI yang plural dah bener kok, dan menuju otonomi daerah. Tapi 
yang jebol di Indonesia adalah disiplin kita dan kelembagaan yang 
lemah. Lalu mesti ada link yang menjembatani elit atas dengan 
masyarakat plural yang egalitarian, misalnya saja (ini misal), 
bagaimana membuat link antara elit korporat dalam bentuk corporate 
social 
> responsibility ke unit-unit masyarakat. Misalnya lagi, unit 
masyarakat egalitarian yang 'powerful' adalah masyarakat perempuan. 
Bagaimana membuat link yang bisa menterjemahkan posisi real perempuan 
ke wilayah formal (publik), contoh perempuan kepala keluarga dalam 
bentuk formal pengakuan pajak. Ini semua contoh sporadis, tapi 
intinya mengacu pada kunci itu, bahwa orang Indonesia itu plural-
egalitarian, dan negara kita nggak akan pernah beres kecuali kalau 
kita bisa memanfaatkan dan memenej kecenderungan ini. Visinya adalah, 
ketika kita bisa menemukan 'kuncinya', sumbangan 
> Indonesia akan luar biasa kepada masyarakat global dunia, yang 
namanya global kan plural...
> 
> salam
> Mia
> --- In wanita-muslimah@yahoogr

[wanita-muslimah] Re: Plural & Egalitarian

2007-02-25 Terurut Topik asetijadi2004
mas Jan,

Yang mumet itu biasanya karena mikirnya belum nyampe.

Makanya harus "bisa rumongso", 
tahu tempat dan takarannya.

Lha kalo mas Jan, ngumpul sama wali songo,
ya baiknya diam dan mendengarkan dulu

kalo mendengarkan saja masih mumet,
ya baiknya kumpul sama murid-nya wali songo,

kalo masih mumet juga,
ya baiknya kumpul sama muridnya murid wali songo

gitu lho...
jadi jangan salahkan gurunya,
kalo anak SD masuk SMA lalu semaput karena mumet...

;-))

monggo, 
biso rumongso mas Jan...

salam
Ary


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Aisha berkata =
>   Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah agamanya 
sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, misalnya 
karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung lebar itu 
adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua muslimah harus 
seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak berjilbab seperti 
itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" dan "lebih rendah 
keIslamannya" . Bukankah ada ayat bahwa manusia diciptakan ber-
bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang plural atau majemuk 
atau beda-beda?
> 
> ===
>
>
>   Jano - ko =
>
>
>   Sebelum diskusi lebih jauh tentang plural, plu-rel, plungrol, 
sebaiknya dijelaskan dulu dong definisi plural itu opo, ngono 
lhojangan-jangan definisinya plural aje engga tahu, kan nanti 
jadi rempot.
>
>
>   Wahai aisha, plural itu terlahir dari paham politik atau filsafat 
diluar Islam atau bagaimana ya ?, tolong ya dijelaskan.
>
>
>   Kalau bicara soal plural pasti tahu dong dengan James M, tolong 
dong jelaskan beliau itu siapa.
>   Boleh koq tanya kepada mia
>
>
>   Pusing aku
>
>
>   Selamat siang.
>
>
>
>   ===
>   ===
>   ===
>   ===
>   ===
>
>   
> Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Ini yang sulit mba Mia, plural itu kenyataan (istilah 
agamanya sunatullah ya?) tapi ada kelompok yang ingin menyeragamkan, 
misalnya karena berpendapat bahwa jilbab model gamis dengan kerudung 
lebar itu adalah baju yang harus dikenakan muslimah, maka semua 
muslimah harus seragam berjilbab seperti itu, muslimah yang tidak 
berjilbab seperti itu atau tidak berjilbab akan dianggap "bukan kita" 
dan "lebih rendah keIslamannya". Bukankah ada ayat bahwa manusia 
diciptakan ber-bangsa2, ber-suku2, dll yang membuat orang-orang 
plural atau majemuk atau beda-beda?
> 
> Terus egalitarian juga sulit di kita karena ada orang yang merasa 
lebih berilmu (terutama di bidang agama) yang menilai rendah orang 
lain, ada orang yang lebih tua yang menganggap rendah yang muda, ada 
laki-laki yang menganggap rendah wanita, dll. Ini tabrakan dengan 
ayat bahwa semua orang sama di hadapan Tuhan, yang membedakan 
ketakwaannya, bukan jenis kelamin, umur, dll.
> 
> salam
> Aisha
> -
> From : Mia
> Pak Sabri dan Pak Dana nggak bisa begitu saja mengkorelasikan 
kemajuan negara dengan sistem monarki (konstitusi). Karena bentuk 
monarki itu kan sudah sejak dulu di negara tsb, dan sekarang 
dipertahankan sisanya. Kalau itu dibilang membantu stabilitas negara, 
make sense lah - tapi kalau menyebabkan kemajuan negara, lha seperti 
meletakkan kereta di depan kuda.
> 
> BTW kalau Brunei dibilang negara 'maju' gw ogah jadi warganegara 
Brunei. Stabil iya, tapi maju??? hm...asli, kata iklan...
> 
> NKRI yang plural dah bener kok, dan menuju otonomi daerah. Tapi 
yang jebol di Indonesia adalah disiplin kita dan kelembagaan yang 
lemah. Lalu mesti ada link yang menjembatani elit atas dengan 
masyarakat plural yang egalitarian, misalnya saja (ini misal), 
bagaimana membuat link antara elit korporat dalam bentuk corporate 
social 
> responsibility ke unit-unit masyarakat. Misalnya lagi, unit 
masyarakat egalitarian yang 'powerful' adalah masyarakat perempuan. 
Bagaimana membuat link yang bisa menterjemahkan posisi real perempuan 
ke wilayah formal (publik), contoh perempuan kepala keluarga dalam 
bentuk formal pengakuan pajak. Ini semua contoh sporadis, tapi 
intinya mengacu pada kunci itu, bahwa orang Indonesia itu plural-
egalitarian, dan negara kita nggak akan pernah beres kecuali kalau 
kita bisa memanfaatkan dan memenej kecenderungan ini. Visinya adalah, 
ketika kita bisa menemukan 'kuncinya', sumbangan 
> Indonesia akan luar biasa kepada masyarakat global dunia, yang 
namanya global kan plural...
> 
> salam
> Mia
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan"  
> wrote:
> >
> > Kalau 6 dari 10 negara termaju di dunia ini kerajaan ya berarti 
> ada yg benar dg sistem itu.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>  
> 
>  Send instant messages to your online friends 
http://uk.messenger.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>