[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-23 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Mbak Mia kok suka yg jebul-jebul :-)
Internet emang luar biasa. Seringnya sih yg tadinya totally strangers
bisa jadi temen.. eh bisa lanjut juga jadi demen :P. Well, ada yg
bilang strangers are friends you have yet to meet :)

numpang lewt,


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

nambahin OOT.
emang, internet makes a small world.  Dana Pamilih, 
misalnya..ternyata teman lama juga dulu di investment banking, dan 
jebulnya isteri blio adalah eks-boss gw...:-(
 
salah satu anggota pasif WM ini ternyata temennya DP, dan lebih 
jebulnya lagi ternyata satu kantor sama gw...:-(  
 
temennya anggota pasif WM yang temennya DP ini, sekantor juga kita 
semua...dan ternyata blio kenal sama mertua gw...kan tambah 
jebul...:-( 
 
salam
Mia
 




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-20 Terurut Topik Mia
nambahin OOT.
emang, internet makes a small world.  Dana Pamilih, 
misalnya..ternyata teman lama juga dulu di investment banking, dan 
jebulnya isteri blio adalah eks-boss gw...:-(

salah satu anggota pasif WM ini ternyata temennya DP, dan lebih 
jebulnya lagi ternyata satu kantor sama gw...:-(  

temennya anggota pasif WM yang temennya DP ini, sekantor juga kita 
semua...dan ternyata blio kenal sama mertua gw...kan tambah 
jebul...:-( 

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ;-))
> 
> Salam ketemu kembali mas Muhkito.
> sampeyan di PSTK juga bukan?
> 
> Jaman yang dinamis ya dulu.
> ;-)
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhkito Afiff" 
>  wrote:
> >
> > Menarik sekali bagi saya mengikuti diskusi Pak Ary Setijadi 
dengan 
> > Mas Satriyo. Selain menambah wawasan, juga bisa dipakai sebagai 
> > contoh diskusi antara dua peradaban :)
> > 
> > Maaf kalo postingan saya selanjutnya ini OOT. 
> > 
> > Btw, saya merasa pernah mendengar nama "Ary Setijadi", dan 
rasanya 
> > familier dengan nama itu, tapi saya lupa saya mendengar di mana. 
> > 
> > Setelah nanya sama mbah Google, owalah... jebulnya Pak Ary ini 
> seniro 
> > dan dosen saya!
> > 
> > Apakah kita pernah bertemu ya? 
> > Jangan-jangan beliau pernah nge-OS saya di LSKK :) 
> > Tapi yang jelas bukan di OS himpunan, karena saya non-him :))
> > 
> > Pak Ary, kebetulan saya dulu satu indekos di Ciheulang bersama 
para 
> > seniro: Ratmono Yulianto dan Achmad "Mamak" Sidik (EL90), Muslih 
> > (87), Taufik (86). Di Duisburg, kota saya sekarang, ada Pak 
Ihsan 
> > "Imuchtarom" Hariadi (81) dan juga beberapa adik angkatan saya.
> > 
> > Weleh-weleh, what a small world, kemana2 kok ketemu tukang 
setrum 
> > melulu :)
> > 
> > salam,
> > 
> > muhkito




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-19 Terurut Topik satriyo
Pak A S Prihatmanto,

Sekarang saya juga ingin kita punya posisi yang sama, sebelum saya 
mencuba mengurai benang kusut ini tentang sejauh mana pernyataan saya 
itu memang nyata-nyata menyatakan JIL sesat tanpa argumentasi dan 
tidak bertanggung-jawab.

Sejauh mana pandangan anda terhadap mereka yang anda tahu langsung 
menurut anda telah menistakan dan menyesatkan JIL, baik yang [1] 
langsung (sebutkan siapa itu) dan [2] yang tidak langsung atau 
setidaknya tidak menggunakan kata2 spt kelompok #1 di atas (sebutkan 
juga siapa itu)? Tolong pada saat anda memberikan jawaban atas 
pertanyaan saya ini, temtatkan saya di luar kelompok itu. Terserah 
apakah setelahnya atau pada akhirnya anda punya data atau bukti kuat 
bahwa saya masuk salah satu kelompok di atas.

Mohon pak A S Prihatmanto memulainya di thread baru, mungkin dengan 
mengutip pernyataan saya ini, entah kemudian anda menjawab seperti 
biasa, yaitu per pernyataan saya atau sebagai satu bagian utuh.

terima kasih,

salam,
satriyo



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > > Ya,
> > > ketika anda memandang orang lain salah
> > > orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> > > 
> > > silahkan anda introspeksi saja
> > > 
> > 
> > sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi 
ko 
> > anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...
> > 
> 
> oleh karena itu, 
> nggak usah make bilang sesat-sesatan lah
> bisa jadi diri sendiri yang sesat
> 
> emang diri kita sudah pasti benernya?
> Sebaik apapun niat kita.
> 
> 
> > > 
> > > Oh iya adil
> > > 
> > > Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> > > 
> > > Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> > > berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis 
ini.
> > > 
> > > Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> > > 
> > > Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang 
> yang 
> > > itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> > > Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> > > 
> > > 
> > 
> > sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap 
fair.
> > [1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!
> 
> ;-) 
> Padahal saya nggak pingin membeberkan, 
> tapi karena diminta ya udah.
> 
> [1] Menista JIL
> 
> - Posting 2 artikel yang berisi opini bahwa JIL sesat
> Yang sebetulnya tidak jadi soal jika memang dibahas dengan detil.
> 
> Kutipan dari posting2 Anda sendiri:
> 
> - "...JIL yang jelas sesat saja..."
> 
> - "...pemikiran dan kiprah amal mereka tidak jarang membahayakan 
> akidah ummat..."
> 
> - "...merekalah yang memulai memusuhi dengan memberi label 
> fundamental, skripturalis, de el el, de se te ... yang intinya 
mereka 
> mengklaim merekalah yang benar dan patut dijadikan acuan sedangkan 
> yang tidak sejalan dengan mereka adalah 'musuh' ... dan tidak patut 
> jadi acuan"
> 
> - "apakah ada tulisan yang kontra dengan pendapat JIL yang bisa 
masuk 
> ke koran tempo atau tempo, atau kompas ... yang menurut saya mereka 
> itu jelas penyokong dan pendukung sekaligus wadah 'curhat' eksponen 
> JIL ..."
> 
> - " tidak silaturahim (padahal beberapa kali kalangan JIL diundang 
ke 
> acara diskusi tapi tdk ada yang hadir, karena setahu saya mereka 
tdk 
> pernah mengundang diskusi kalangan selain JIL), sok benar sendiri, 
de 
> es te, de el el ..."
> 
> - "...JIL yang jelas menyesatkan "
> 
> - Mengambil kutipan sbg. bagian dari argumen:
> 
> "Bagi kaum pluralis, pendapat-pendapat itu tidak penting. Yang 
> penting bagi mereka adalah bagaimana agar teks al-Qur'an itu 
> `ditekuk' lehernya agar tunduk kepada realitas dan konteks yang 
> tengah berlaku."
> 
> "Tentu saja, Alwi terlalu berani untuk mengartikan ayat di atas 
> secara serampangan"
> 
> - "lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
> bahwa liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
> bahwa mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> semacamnya itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk 
> tidak taat pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
> menafsirkan Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ..."
> 
> - " nah, yang jadi masalah adalah sikap mereka ini kemudian 
dianggap 
> keterlaluan dan keblinger karena sampai pada taraf menggugat 
otoritas 
> Hadis dan Quran. Tidak jarang mereka mempermainkan makna yang 
> dimaksud oleh sebuah hadis atau ayat quran sehingga sesuai dengan 
> keinginan mereka. lihat postingan saya terakhir tentang 'ayat 
> pluralisme'."
> 
> - "... tapi lagi-lagi bagi yang menentang penerapan hukum Allah, 
> progresif adalah berani menentang hukum Allah karena bagi mereka 
ada 
> hukum Allah yang sudah kadaluwarsa dan tidak sesuai zaman, seperti 
> (konon kabarnya) jilbab yg notabene tradisi arab, atau nikah sesama 
> muslim, atau hak waris perempuan yang  tdk 

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-18 Terurut Topik Muhkito Afiff
Buat mas Satriyo:

Salam kenal mas Satriyo,

wah saya tidak mengira kalo njenengan ini sudah lumayan "sepuh", dari 
foto di multiply kelihatan masih sangat muda. Beneran loh, saya sampe 
nggumun :)

Saya belum kenal mas Wikan secara langsung, hanya di milis ini saja.  
Di Bandung pun dulu kami beda jurusan, saya ngelektro dan beliau IF.
Saya mahasiswa dan beliau dosen :) 

Saya pernah bertemu Pak Syamsuddin Arif sekitar 2 tahun lalu sewaktu 
beliau kami undang jadi ustad tamu di pengajian bulanan Muslimruhr di 
Düsseldorf. Waktu berkenalan beliau berkata "Oh ini to Muhkito yang 
aktif di milis-milis". Rupanya kegiatan copy paste berita dan 
mengirim ke milis-milis membuahkan hasil juga, setidak-tidaknya nama 
saya pernah terdengar :)

PS: yang saya maksud antara 2 peradaban, yaitu antara peradaban Depok 
dan Linz :)

Buat Pak Ary: 

Salam kenal juga Pak Ary,
Saya bukan anggota PSTK Pak. Ekskul saya di URPA, unit renang dan 
pamer aurat eh salah.. polo air :)

-
Saya akan pantau terus diskusi panjenengan berdua, saya cukup nonton 
dari jauh saja ya :)

salam,

muhkito



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam kenal mas Muhktio Afiff,
> 
> Saya kuliah di depok angkatan 87, sastra Inggris. Sekarang saya 
jadi 
> kuli di AlQuran Seluler, layanan dakwah via hp, berupa sms dan 
> mendengar rekamaan ceramah Aa Gym, Arifin Ilham, Didin Hafidhuddin, 
> Lutfiah Sungkar dan Ihsan Tandjung via tlp.
> 
> Apa mas kenal mas Wikan yang juga di Jerman? Bagaimana dengan mas 
> Syamsudin Arif Phd?
> 
> Monggo, mangga, please, tafadhal, bitte, mampir ke 
> http://peaceman.multiply.com jadi tak harus susah payah Googling ...
> 
> ;-)
> 
> salam,
> satriyo
> 
> PS:
> yang mas maksud 'antar peradaban' itu apa mas? ;-)
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhkito Afiff" 
>  wrote:
> >
> > Menarik sekali bagi saya mengikuti diskusi Pak Ary Setijadi 
dengan 
> > Mas Satriyo. Selain menambah wawasan, juga bisa dipakai sebagai 
> > contoh diskusi antara dua peradaban :)
> > 
> > Maaf kalo postingan saya selanjutnya ini OOT. 
> > 
> > Btw, saya merasa pernah mendengar nama "Ary Setijadi", dan 
rasanya 
> > familier dengan nama itu, tapi saya lupa saya mendengar di mana. 
> > 
> > Setelah nanya sama mbah Google, owalah... jebulnya Pak Ary ini 
> seniro 
> > dan dosen saya!
> > 
> > Apakah kita pernah bertemu ya? 
> > Jangan-jangan beliau pernah nge-OS saya di LSKK :) 
> > Tapi yang jelas bukan di OS himpunan, karena saya non-him :))
> > 
> > Pak Ary, kebetulan saya dulu satu indekos di Ciheulang bersama 
para 
> > seniro: Ratmono Yulianto dan Achmad "Mamak" Sidik (EL90), Muslih 
> > (87), Taufik (86). Di Duisburg, kota saya sekarang, ada Pak Ihsan 
> > "Imuchtarom" Hariadi (81) dan juga beberapa adik angkatan saya.
> > 
> > Weleh-weleh, what a small world, kemana2 kok ketemu tukang setrum 
> > melulu :)
> > 
> > salam,
> > 
> > muhkito
> > 



[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-17 Terurut Topik asetijadi2004
;-))

Salam ketemu kembali mas Muhkito.
sampeyan di PSTK juga bukan?

Jaman yang dinamis ya dulu.
;-)


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhkito Afiff" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menarik sekali bagi saya mengikuti diskusi Pak Ary Setijadi dengan 
> Mas Satriyo. Selain menambah wawasan, juga bisa dipakai sebagai 
> contoh diskusi antara dua peradaban :)
> 
> Maaf kalo postingan saya selanjutnya ini OOT. 
> 
> Btw, saya merasa pernah mendengar nama "Ary Setijadi", dan rasanya 
> familier dengan nama itu, tapi saya lupa saya mendengar di mana. 
> 
> Setelah nanya sama mbah Google, owalah... jebulnya Pak Ary ini 
seniro 
> dan dosen saya!
> 
> Apakah kita pernah bertemu ya? 
> Jangan-jangan beliau pernah nge-OS saya di LSKK :) 
> Tapi yang jelas bukan di OS himpunan, karena saya non-him :))
> 
> Pak Ary, kebetulan saya dulu satu indekos di Ciheulang bersama para 
> seniro: Ratmono Yulianto dan Achmad "Mamak" Sidik (EL90), Muslih 
> (87), Taufik (86). Di Duisburg, kota saya sekarang, ada Pak Ihsan 
> "Imuchtarom" Hariadi (81) dan juga beberapa adik angkatan saya.
> 
> Weleh-weleh, what a small world, kemana2 kok ketemu tukang setrum 
> melulu :)
> 
> salam,
> 
> muhkito
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, 
> "asetijadi2004"  wrote:
> >
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> > >
> > > > Ya,
> > > > ketika anda memandang orang lain salah
> > > > orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> > > > 
> > > > silahkan anda introspeksi saja
> > > > 
> > > 
> > > sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi 
> ko 
> > > anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...
> > > 
> > 
> > oleh karena itu, 
> > nggak usah make bilang sesat-sesatan lah
> > bisa jadi diri sendiri yang sesat
> > 
> > emang diri kita sudah pasti benernya?
> > Sebaik apapun niat kita.
> > 
> > 
> > > > 
> > > > Oh iya adil
> > > > 
> > > > Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> > > > 
> > > > Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> > > > berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis 
> ini.
> > > > 
> > > > Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> > > > 
> > > > Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang 
> > yang 
> > > > itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> > > > Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> > > > 
> > > > 
> > > 
> > > sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap 
> fair.
> > > [1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!
> > 
> > ;-) 
> > Padahal saya nggak pingin membeberkan, 
> > tapi karena diminta ya udah.
> > 
> > [1] Menista JIL
> > 
> > - Posting 2 artikel yang berisi opini bahwa JIL sesat
> > Yang sebetulnya tidak jadi soal jika memang dibahas dengan detil.
> > 
> > Kutipan dari posting2 Anda sendiri:
> > 
> > - "...JIL yang jelas sesat saja..."
> > 
> > - "...pemikiran dan kiprah amal mereka tidak jarang membahayakan 
> > akidah ummat..."
> > 
> > - "...merekalah yang memulai memusuhi dengan memberi label 
> > fundamental, skripturalis, de el el, de se te ... yang intinya 
> mereka 
> > mengklaim merekalah yang benar dan patut dijadikan acuan 
sedangkan 
> > yang tidak sejalan dengan mereka adalah 'musuh' ... dan tidak 
patut 
> > jadi acuan"
> > 
> > - "apakah ada tulisan yang kontra dengan pendapat JIL yang bisa 
> masuk 
> > ke koran tempo atau tempo, atau kompas ... yang menurut saya 
mereka 
> > itu jelas penyokong dan pendukung sekaligus wadah 'curhat' 
eksponen 
> > JIL ..."
> > 
> > - " tidak silaturahim (padahal beberapa kali kalangan JIL 
diundang 
> ke 
> > acara diskusi tapi tdk ada yang hadir, karena setahu saya mereka 
> tdk 
> > pernah mengundang diskusi kalangan selain JIL), sok benar 
sendiri, 
> de 
> > es te, de el el ..."
> > 
> > - "...JIL yang jelas menyesatkan "
> > 
> > - Mengambil kutipan sbg. bagian dari argumen:
> > 
> > "Bagi kaum pluralis, pendapat-pendapat itu tidak penting. Yang 
> > penting bagi mereka adalah bagaimana agar teks al-Qur'an itu 
> > `ditekuk' lehernya agar tunduk kepada realitas dan konteks yang 
> > tengah berlaku."
> > 
> > "Tentu saja, Alwi terlalu berani untuk mengartikan ayat di atas 
> > secara serampangan"
> > 
> > - "lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
> > bahwa liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas 
menyatakan 
> > bahwa mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> > semacamnya itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk 
> > tidak taat pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya 
cara 
> > menafsirkan Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ..."
> > 
> > - " nah, yang jadi masalah adalah sikap mereka ini kemudian 
> dianggap 
> > keterlaluan dan keblinger karena sampai pada taraf menggugat 
> otoritas 
> > Hadis dan Quran. Tidak jarang mereka mempermainkan makna yang 
> > dimaksud oleh sebuah hadis atau ayat quran sehingga sesuai dengan 
> > kei

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-17 Terurut Topik satriyo
Salam kenal mas Muhktio Afiff,

Saya kuliah di depok angkatan 87, sastra Inggris. Sekarang saya jadi 
kuli di AlQuran Seluler, layanan dakwah via hp, berupa sms dan 
mendengar rekamaan ceramah Aa Gym, Arifin Ilham, Didin Hafidhuddin, 
Lutfiah Sungkar dan Ihsan Tandjung via tlp.

Apa mas kenal mas Wikan yang juga di Jerman? Bagaimana dengan mas 
Syamsudin Arif Phd?

Monggo, mangga, please, tafadhal, bitte, mampir ke 
http://peaceman.multiply.com jadi tak harus susah payah Googling ...

;-)

salam,
satriyo

PS:
yang mas maksud 'antar peradaban' itu apa mas? ;-)


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhkito Afiff" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menarik sekali bagi saya mengikuti diskusi Pak Ary Setijadi dengan 
> Mas Satriyo. Selain menambah wawasan, juga bisa dipakai sebagai 
> contoh diskusi antara dua peradaban :)
> 
> Maaf kalo postingan saya selanjutnya ini OOT. 
> 
> Btw, saya merasa pernah mendengar nama "Ary Setijadi", dan rasanya 
> familier dengan nama itu, tapi saya lupa saya mendengar di mana. 
> 
> Setelah nanya sama mbah Google, owalah... jebulnya Pak Ary ini 
seniro 
> dan dosen saya!
> 
> Apakah kita pernah bertemu ya? 
> Jangan-jangan beliau pernah nge-OS saya di LSKK :) 
> Tapi yang jelas bukan di OS himpunan, karena saya non-him :))
> 
> Pak Ary, kebetulan saya dulu satu indekos di Ciheulang bersama para 
> seniro: Ratmono Yulianto dan Achmad "Mamak" Sidik (EL90), Muslih 
> (87), Taufik (86). Di Duisburg, kota saya sekarang, ada Pak Ihsan 
> "Imuchtarom" Hariadi (81) dan juga beberapa adik angkatan saya.
> 
> Weleh-weleh, what a small world, kemana2 kok ketemu tukang setrum 
> melulu :)
> 
> salam,
> 
> muhkito
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, 
> "asetijadi2004"  wrote:
> >
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> > >
> > > > Ya,
> > > > ketika anda memandang orang lain salah
> > > > orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> > > > 
> > > > silahkan anda introspeksi saja
> > > > 
> > > 
> > > sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi 
> ko 
> > > anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...
> > > 
> > 
> > oleh karena itu, 
> > nggak usah make bilang sesat-sesatan lah
> > bisa jadi diri sendiri yang sesat
> > 
> > emang diri kita sudah pasti benernya?
> > Sebaik apapun niat kita.
> > 
> > 
> > > > 
> > > > Oh iya adil
> > > > 
> > > > Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> > > > 
> > > > Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> > > > berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis 
> ini.
> > > > 
> > > > Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> > > > 
> > > > Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang 
> > yang 
> > > > itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> > > > Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> > > > 
> > > > 
> > > 
> > > sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap 
> fair.
> > > [1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!
> > 
> > ;-) 
> > Padahal saya nggak pingin membeberkan, 
> > tapi karena diminta ya udah.
> > 
> > [1] Menista JIL
> > 
> > - Posting 2 artikel yang berisi opini bahwa JIL sesat
> > Yang sebetulnya tidak jadi soal jika memang dibahas dengan detil.
> > 
> > Kutipan dari posting2 Anda sendiri:
> > 
> > - "...JIL yang jelas sesat saja..."
> > 
> > - "...pemikiran dan kiprah amal mereka tidak jarang membahayakan 
> > akidah ummat..."
> > 
> > - "...merekalah yang memulai memusuhi dengan memberi label 
> > fundamental, skripturalis, de el el, de se te ... yang intinya 
> mereka 
> > mengklaim merekalah yang benar dan patut dijadikan acuan 
sedangkan 
> > yang tidak sejalan dengan mereka adalah 'musuh' ... dan tidak 
patut 
> > jadi acuan"
> > 
> > - "apakah ada tulisan yang kontra dengan pendapat JIL yang bisa 
> masuk 
> > ke koran tempo atau tempo, atau kompas ... yang menurut saya 
mereka 
> > itu jelas penyokong dan pendukung sekaligus wadah 'curhat' 
eksponen 
> > JIL ..."
> > 
> > - " tidak silaturahim (padahal beberapa kali kalangan JIL 
diundang 
> ke 
> > acara diskusi tapi tdk ada yang hadir, karena setahu saya mereka 
> tdk 
> > pernah mengundang diskusi kalangan selain JIL), sok benar 
sendiri, 
> de 
> > es te, de el el ..."
> > 
> > - "...JIL yang jelas menyesatkan "
> > 
> > - Mengambil kutipan sbg. bagian dari argumen:
> > 
> > "Bagi kaum pluralis, pendapat-pendapat itu tidak penting. Yang 
> > penting bagi mereka adalah bagaimana agar teks al-Qur'an itu 
> > `ditekuk' lehernya agar tunduk kepada realitas dan konteks yang 
> > tengah berlaku."
> > 
> > "Tentu saja, Alwi terlalu berani untuk mengartikan ayat di atas 
> > secara serampangan"
> > 
> > - "lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
> > bahwa liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas 
menyatakan 
> > bahwa mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> > semacamnya itu dari pemikiran mereka terli

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-17 Terurut Topik Muhkito Afiff
Menarik sekali bagi saya mengikuti diskusi Pak Ary Setijadi dengan 
Mas Satriyo. Selain menambah wawasan, juga bisa dipakai sebagai 
contoh diskusi antara dua peradaban :)

Maaf kalo postingan saya selanjutnya ini OOT. 

Btw, saya merasa pernah mendengar nama "Ary Setijadi", dan rasanya 
familier dengan nama itu, tapi saya lupa saya mendengar di mana. 

Setelah nanya sama mbah Google, owalah... jebulnya Pak Ary ini seniro 
dan dosen saya!

Apakah kita pernah bertemu ya? 
Jangan-jangan beliau pernah nge-OS saya di LSKK :) 
Tapi yang jelas bukan di OS himpunan, karena saya non-him :))

Pak Ary, kebetulan saya dulu satu indekos di Ciheulang bersama para 
seniro: Ratmono Yulianto dan Achmad "Mamak" Sidik (EL90), Muslih 
(87), Taufik (86). Di Duisburg, kota saya sekarang, ada Pak Ihsan 
"Imuchtarom" Hariadi (81) dan juga beberapa adik angkatan saya.

Weleh-weleh, what a small world, kemana2 kok ketemu tukang setrum 
melulu :)

salam,

muhkito


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, 
"asetijadi2004" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > > Ya,
> > > ketika anda memandang orang lain salah
> > > orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> > > 
> > > silahkan anda introspeksi saja
> > > 
> > 
> > sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi 
ko 
> > anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...
> > 
> 
> oleh karena itu, 
> nggak usah make bilang sesat-sesatan lah
> bisa jadi diri sendiri yang sesat
> 
> emang diri kita sudah pasti benernya?
> Sebaik apapun niat kita.
> 
> 
> > > 
> > > Oh iya adil
> > > 
> > > Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> > > 
> > > Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> > > berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis 
ini.
> > > 
> > > Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> > > 
> > > Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang 
> yang 
> > > itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> > > Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> > > 
> > > 
> > 
> > sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap 
fair.
> > [1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!
> 
> ;-) 
> Padahal saya nggak pingin membeberkan, 
> tapi karena diminta ya udah.
> 
> [1] Menista JIL
> 
> - Posting 2 artikel yang berisi opini bahwa JIL sesat
> Yang sebetulnya tidak jadi soal jika memang dibahas dengan detil.
> 
> Kutipan dari posting2 Anda sendiri:
> 
> - "...JIL yang jelas sesat saja..."
> 
> - "...pemikiran dan kiprah amal mereka tidak jarang membahayakan 
> akidah ummat..."
> 
> - "...merekalah yang memulai memusuhi dengan memberi label 
> fundamental, skripturalis, de el el, de se te ... yang intinya 
mereka 
> mengklaim merekalah yang benar dan patut dijadikan acuan sedangkan 
> yang tidak sejalan dengan mereka adalah 'musuh' ... dan tidak patut 
> jadi acuan"
> 
> - "apakah ada tulisan yang kontra dengan pendapat JIL yang bisa 
masuk 
> ke koran tempo atau tempo, atau kompas ... yang menurut saya mereka 
> itu jelas penyokong dan pendukung sekaligus wadah 'curhat' eksponen 
> JIL ..."
> 
> - " tidak silaturahim (padahal beberapa kali kalangan JIL diundang 
ke 
> acara diskusi tapi tdk ada yang hadir, karena setahu saya mereka 
tdk 
> pernah mengundang diskusi kalangan selain JIL), sok benar sendiri, 
de 
> es te, de el el ..."
> 
> - "...JIL yang jelas menyesatkan "
> 
> - Mengambil kutipan sbg. bagian dari argumen:
> 
> "Bagi kaum pluralis, pendapat-pendapat itu tidak penting. Yang 
> penting bagi mereka adalah bagaimana agar teks al-Qur'an itu 
> `ditekuk' lehernya agar tunduk kepada realitas dan konteks yang 
> tengah berlaku."
> 
> "Tentu saja, Alwi terlalu berani untuk mengartikan ayat di atas 
> secara serampangan"
> 
> - "lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
> bahwa liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
> bahwa mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> semacamnya itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk 
> tidak taat pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
> menafsirkan Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ..."
> 
> - " nah, yang jadi masalah adalah sikap mereka ini kemudian 
dianggap 
> keterlaluan dan keblinger karena sampai pada taraf menggugat 
otoritas 
> Hadis dan Quran. Tidak jarang mereka mempermainkan makna yang 
> dimaksud oleh sebuah hadis atau ayat quran sehingga sesuai dengan 
> keinginan mereka. lihat postingan saya terakhir tentang 'ayat 
> pluralisme'."
> 
> - "... tapi lagi-lagi bagi yang menentang penerapan hukum Allah, 
> progresif adalah berani menentang hukum Allah karena bagi mereka 
ada 
> hukum Allah yang sudah kadaluwarsa dan tidak sesuai zaman, seperti 
> (konon kabarnya) jilbab yg notabene tradisi arab, atau nikah sesama 
> muslim, atau hak waris perempuan yang  tdk sama dengan laki-laki, 
> atau perempuan tidak bolah

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik satriyo
wah siapa tu mas? ada ya yang bela imam samudra? pasti pengacara 
ulung tu ... bisa membuktikan ada kejanggalan di balik 'kicauan' imam 
samudra dan kepolosannya atas sedemikian hebatnya ledakan yang ia 
buat padahal dia sendiri tidak merancang sedahsyat itu ... katanya.

what a joke ... katanya ...

salam,
satriyo


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condrowahono" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> wah, ada yg ngebelain imam samudra.  :D
> 
> hukum positif jelas jelas menyatakan imam samudra bersalah, 
gerombolannya jgua sudah mengakui perbuatan mereka kok.   Satriyo, 
anda saja yg punya ilusi, dan beropini mereka adalah para malaikat 
penjaga agama :D  tuh, di semarang mahasiswa yg bikin situs 
anshar.net [yg dipakai sebagai jaringan informasinya imam samudra] yg 
dulu oleh para pembela islam dikatakan situs cara pembuiatan bom ini 
bikinan israel, sedang diadili.  masuk koran dan tivi kalau emang 
niat mau cari info.  mau ngebelain yg ini juga ?
> 
> 
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
>   - Original Message - 
>   From: satriyo 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Tuesday, April 17, 2007 11:41 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> 
> 
>
> 
> 
>   MANA BUKTINYA ITU AKIBAT IMAM SAMUDRA. ITU OPINI PUBLIK, BUKAN 
FAKTA, 
>   HARD EVIDENCE ...! HATI2 MENUDUH DAN MEMFITNAH SAUDARA SENDIRI 
HANYA 
>   KRN PERCAYA BERITA TIDAK JELAS
> 
>   . 
>
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik asetijadi2004
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Ya,
> > ketika anda memandang orang lain salah
> > orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> > 
> > silahkan anda introspeksi saja
> > 
> 
> sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi ko 
> anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...
> 

oleh karena itu, 
nggak usah make bilang sesat-sesatan lah
bisa jadi diri sendiri yang sesat

emang diri kita sudah pasti benernya?
Sebaik apapun niat kita.


> > 
> > Oh iya adil
> > 
> > Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> > 
> > Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> > berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis ini.
> > 
> > Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> > 
> > Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang 
yang 
> > itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> > Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> > 
> > 
> 
> sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap fair.
> [1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!

;-) 
Padahal saya nggak pingin membeberkan, 
tapi karena diminta ya udah.

[1] Menista JIL

- Posting 2 artikel yang berisi opini bahwa JIL sesat
Yang sebetulnya tidak jadi soal jika memang dibahas dengan detil.

Kutipan dari posting2 Anda sendiri:

- "...JIL yang jelas sesat saja..."

- "...pemikiran dan kiprah amal mereka tidak jarang membahayakan 
akidah ummat..."

- "...merekalah yang memulai memusuhi dengan memberi label 
fundamental, skripturalis, de el el, de se te ... yang intinya mereka 
mengklaim merekalah yang benar dan patut dijadikan acuan sedangkan 
yang tidak sejalan dengan mereka adalah 'musuh' ... dan tidak patut 
jadi acuan"

- "apakah ada tulisan yang kontra dengan pendapat JIL yang bisa masuk 
ke koran tempo atau tempo, atau kompas ... yang menurut saya mereka 
itu jelas penyokong dan pendukung sekaligus wadah 'curhat' eksponen 
JIL ..."

- " tidak silaturahim (padahal beberapa kali kalangan JIL diundang ke 
acara diskusi tapi tdk ada yang hadir, karena setahu saya mereka tdk 
pernah mengundang diskusi kalangan selain JIL), sok benar sendiri, de 
es te, de el el ..."

- "...JIL yang jelas menyesatkan "

- Mengambil kutipan sbg. bagian dari argumen:

"Bagi kaum pluralis, pendapat-pendapat itu tidak penting. Yang 
penting bagi mereka adalah bagaimana agar teks al-Qur'an itu 
`ditekuk' lehernya agar tunduk kepada realitas dan konteks yang 
tengah berlaku."

"Tentu saja, Alwi terlalu berani untuk mengartikan ayat di atas 
secara serampangan"

- "lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
bahwa liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
bahwa mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
semacamnya itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk 
tidak taat pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
menafsirkan Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ..."

- " nah, yang jadi masalah adalah sikap mereka ini kemudian dianggap 
keterlaluan dan keblinger karena sampai pada taraf menggugat otoritas 
Hadis dan Quran. Tidak jarang mereka mempermainkan makna yang 
dimaksud oleh sebuah hadis atau ayat quran sehingga sesuai dengan 
keinginan mereka. lihat postingan saya terakhir tentang 'ayat 
pluralisme'."

- "... tapi lagi-lagi bagi yang menentang penerapan hukum Allah, 
progresif adalah berani menentang hukum Allah karena bagi mereka ada 
hukum Allah yang sudah kadaluwarsa dan tidak sesuai zaman, seperti 
(konon kabarnya) jilbab yg notabene tradisi arab, atau nikah sesama 
muslim, atau hak waris perempuan yang  tdk sama dengan laki-laki, 
atau perempuan tidak bolah jadi imam shalat, atau bahkan menjalankan 
shalat wajib, berpuasa, hingga menunaikan haji yang katanya hanyalah 
praktek simbolis, atau zakat yang bisa diganti dengan pajak, atau 
poligami yang sama dengan menindas perempuan dan menunjukkan dominasi 
laki-laki, dst dll"

- " wah ... udah ga jelas namanya siapa ko berani bawa2 nama Allah, 
Rasul, dll. mungkin memang habis face/off ya bleh...? "

- "JIL pun melakukan kekerasan intelektual? ya, mereka dengan segala 
upaya yang bisa mereka lakukan selalu berusaha lebih dulu 
mendiskreditkan sesama saudara seiman yang tidak setuju dan 
sepemahaman dengan mereka, bahkan setelah mereka (baik yang resmi JIL 
maupun yang sepaham dan pendukung JIL) sekarang hampir 'menguasi' 
sejumlah perguruan tinggi islam, tidak segan2 mereka meminggirkan 
bahkan menyingkirkan kolega mereka yang tidak sepaham. bukankah itu 
kekerasan? "






> [2] yang berlindung siapa? berlindung yang anda maksud itu apa? 
jika 
> merujuk kepada karya orang anda anggap berlindung, maka anda juga 
> NGUMPET di balik OPINI orang lain juga. sama kan? kalo MALES baca 
> atau cari tahu langsung bilang saja mas, ga usah bertele-tele ...

Oleh karena itu, 
saya kan sudah minta kita bedah satu-satu.

Supaya kita bi

Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik Ari Condrowahono
wah, ada yg ngebelain imam samudra.  :D

hukum positif jelas jelas menyatakan imam samudra bersalah, gerombolannya jgua 
sudah mengakui perbuatan mereka kok.   Satriyo, anda saja yg punya ilusi, dan 
beropini mereka adalah para malaikat penjaga agama :D  tuh, di semarang 
mahasiswa yg bikin situs anshar.net [yg dipakai sebagai jaringan informasinya 
imam samudra] yg dulu oleh para pembela islam dikatakan situs cara pembuiatan 
bom ini bikinan israel, sedang diadili.  masuk koran dan tivi kalau emang niat 
mau cari info.  mau ngebelain yg ini juga ?



salam,
Ari Condro

  - Original Message - 
  From: satriyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, April 17, 2007 11:41 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" 
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa


   


  MANA BUKTINYA ITU AKIBAT IMAM SAMUDRA. ITU OPINI PUBLIK, BUKAN FAKTA, 
  HARD EVIDENCE ...! HATI2 MENUDUH DAN MEMFITNAH SAUDARA SENDIRI HANYA 
  KRN PERCAYA BERITA TIDAK JELAS

  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik satriyo
> Ya,
> ketika anda memandang orang lain salah
> orang itu bisa jadi memandang anda yang salah
> 
> silahkan anda introspeksi saja
> 

sama dong, kan memang begitu, dan bagi saya tidak masalah. tapi ko 
anda tidak menjawab pertanyaan saya? introspeksi juga yuk ...

> 
> Oh iya adil
> 
> Mas Satriyo, anda kan yang menista JIL di milis ini.
> 
> Buktikan ke saya bahwa Anda memang mengerti dan bukan hanya 
> berlindung dibalik karya dari orang2 yang tidak ikut di milis ini.
> 
> Jika tidak, ya Anda memang sekedar menebar fitnah semata.
> 
> Saya sudah baca banyak ttg artikel-artikel ttg JIL dari orang yang 
> itu-itu juga, saya tidak melihat apa-apa yang anda tuduhkan. 
> Kebanyakan isinya bukan fakta tapi hanyalah OPINI.
> 
> 

sepertinya anda memang hanya menuntut saja tanpa mau bersikap fair.
[1] mana buktinya saya menista JIL. jangan opini ya, FAKTA!
[2] yang berlindung siapa? berlindung yang anda maksud itu apa? jika 
merujuk kepada karya orang anda anggap berlindung, maka anda juga 
NGUMPET di balik OPINI orang lain juga. sama kan? kalo MALES baca 
atau cari tahu langsung bilang saja mas, ga usah bertele-tele ...
[3] tunjukkan kalo saya menebar fitnah, atau anda berarti telah 
memfitnah saya ...!
[4] sudah baca toh ternyata! orang yang itu2 itu yang mana? jangan 
fuzzy mas. kalo memang anda BUTA krn tidak bisa lihat ya jangan 
salahkan benda yang tidak bisa anda lihat, karena orang2 lain yang 
menghadiri diskusi oleh 'orang yang itu-itu juga' ternyata mereka 
paham ko, termasuk salah satunya pengurus senior yayasan Al-Azhar. 
anda berani mengatakan bahwa pengurus itu tidak beda dengan saya yang 
di mata anda hina dan nista?!! 
[5] belajar lagi mas membedakan dengan FAKTUAL beda antara OPINI dan 
FAKTA!!!

> 
> Oooo..off-the-record tho...
> jadi kita harus percaya saja sama sampeyan kalo "JIL itu jelek".
> 
> Ya saya harus bagaimana, 
> sampai titik ini, Anda memang hanya memfitnah
> 
> 

lho kan di atas saya sebutkan sejumlah rujukan yang lebih detail dari 
sekadar perndapat saya yang hina dan nista ini, tapi anda tidak 
gubris, tidak mau tahu, ko tetap ingin menggantung saya sih ...? 
sampeyan ini mau nya apa ...? gak usah malu dan malu-malui ngaku anda 
memihak dan membela JIL ... gpp ko. Yan pe de dong ... ksian tu 
Guntur Romli dkk punya pembela yang ga jelas gini ...

> 
> Bukan JIL yang harus ditegur.
> Tapi setiap orang yang berbuat mungkar.
> Jika JIL memang berbuat mungkar kita tegur.

ah tapi menurut anda JIL bukan yang mungkar kan?

> Ya sudah kalo begitu, ;-)
> anda memang tidak kenal saya.
> Tapi saya kenal anda dari posting-posting anda
> 

itu kan OPINI anda, bukan FAKTA ...!

> 
> Kan sudah saya bilang, saya sudah baca, 
> dan tidak mendapati apa-apa yang mas satriyo tuduhkan.

ya itu urusan anda. kalo saya sudah memberi tapi anda merasa tidak 
terima saya mau apa?

> 
> Justru Anda harus menjelaskan supaya bisa didiskusikan.
> Jika tidak anda jelaskan, 
> Anda hanya menebar fitnah, apapun dalih anda

harus? anda bagaimana? tidak harus menjelaskan juga pendapat anda 
tentang JIL? atau sejenisnya ...
> 
> Takutlah kepada Allah, mas Satriyo

betul mas takut pada Allah. tapi jangan nakut2i pake nama Allah
> 
> Mas satriyo BERHUTANG karena menista orang tapi tidak mampu 
> menunjukkan. 

SEKALI LAGI, TUNJUKKAN TUDUHAN DAN FITNAH ANDA PADA SAYA ITU
> 
> Anda sudah bilang bukan pakar JIL tapi Anda merasa biasa saja 
> menistanya tanpa bisa menunjukkan bukti-buktinya.

HANYA TUDUHAN DAN FITNAH, OPINI, MANA FAKTANYA
> 
> Saya bukan pakar FPI, tapi jika FPI memukuli perempuan dalam demo 
> kemarin itu, jelas itu kemungkaran. Memukul tanpa hak --> 
> kemungkaran. Logika sederhana saja pasti bisa menyetujuinya.

TERLALU MIN LOGIKA YA KEBABLASEN
> 
> Saya bukan pakar terorisme, tapi ketika Imam Samudra membom klub di 
> negara kita yang aman inisampai mengakibatkan 220 orang meninggal 
> dunia. Membunuh tanpa hak --> kemungkaran

MANA BUKTINYA ITU AKIBAT IMAM SAMUDRA. ITU OPINI PUBLIK, BUKAN FAKTA, 
HARD EVIDENCE ...! HATI2 MENUDUH DAN MEMFITNAH SAUDARA SENDIRI HANYA 
KRN PERCAYA BERITA TIDAK JELAS
> 
> As simple as that...
> tidak ada hidden agenda, tidak ada trik dll.
> Yang ada persekutuan untuk kebaikan,
> bukan persekutuan terkutuk walaupun diiming-iming ideologis

MAKSUD ANDA? ANDA GANTI MENISTA SAYA? MEMFITNAH SAYA?

saya kira sudah cukup urusan saya dengan anda. saya tahu kira-kira 
dari opini anda di pihak mana anda berada. 
tidak ada pertanyaan saya yang dijawab, yang ada hanya tuduhan2 dan 
fitnah2 yang opinionated, and no real factual proof ...

what a joke!

regards,
satriyo



[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik asetijadi2004
uhi kita saya tidak boleh balas kita musuhi"
> > > > (satriyo)
> > > > 
> > > > TAPI...
> > > > 
> > > > kalau ada orang yang tidak memusuhi, 
> > > > dan hanya berbeda seperti JIL,
> > > > kita boleh benci dan kita musuhi,
> > > > walaupun belum tahu betul,
> > > > dan hanya kira-kira "mereka tidak ingin taat"
> > > > 
> > > > ;-)
> > > > 
> > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  
> wrote:
> > > > >
> > > > > ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi 
> kita 
> > > > saya 
> > > > > tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik 
> pada 
> > > > orang 
> > > > > itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?
> > > > > 
> > > > > apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman 
> > > sendiri?
> > > > > 
> > > > > weleh ksien juga ya ...
> > > > > 
> > > > > tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat 
> sampeyan 
> > > > > tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
> > > > > tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya 
kalo 
> > > > sampeyan 
> > > > > memang benar ... gitu aja ko rempot ...
> > > > > 
> > > > > eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, 
sampeyan 
> > > > > termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan 
> > > selama 
> > > > > ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya 
> > salut!
> > > > > 
> > > > > hehehe ...
> > > > > 
> > > > > salam,
> > > > > satriyo
> > > > > 
> > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condrowahono" 
> > > > >  wrote:
> > > > > >
> > > > > > ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja 
> > puja.  
> > > > > sesuatu yg jamak dan sangat manusiawi :D
> > > > > > 
> > > > > > salam,
> > > > > > Ari Condro
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > >   - Original Message - 
> > > > > >   From: satriyo 
> > > > > >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> > > > > >   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
> > > > > >   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru 
> > > Terjemahan "wadhribuu 
> > > > > hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > >   coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang 
tidak 
> > > > > eksplisit 
> > > > > >   menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...
> > > > > > 
> > > > > >   lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa 
> > > maksudnya) 
> > > > > bahwa 
> > > > > >   liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas 
> > menyatakan 
> > > > > bahwa 
> > > > > >   mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal 
atau 
> > > > > semacamnya 
> > > > > >   itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk 
> > tidak 
> > > > taat 
> > > > > >   pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
> > > > > menafsirkan 
> > > > > >   Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...
> > > > > > 
> > > > > >   wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang 
> > mereka 
> > > > yang 
> > > > > >   mengaku liberal atau sekular atau pluralis?
> > > > > > 
> > > > > >   saya perlu ketegasan karena spt disinyalir bu Mia dan 
> dear 
> > bu 
> > > > > Chair, 
> > > > > >   saya sudah tergolong melabeli orang ini dan itu ... dan 
> itu 
> > > hak 
> > > > > >   mereka berpendapat.
> > > > > > 
> > > > > >   salam,
> > > > > >   satriyo
> > > > > > 
> > > > > >   ps: arcon dan saya sudah kenal ko dari sejumlah forum, 
> jadi 
> > > > wikan 
> > > > > >   silakan juga tanya arcon soal yang wikan tanyakan pada 
> saya 
> > > > > sekadar 
> > > > > >   konfirmasi ... tul gak Ari?
> > > > > >   ;-)
> > > > > > 
> > > > > >   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar 
> > > Sunindyo" 
> > > > > >wrote:
> > > > > >   >
> > > > > >   > kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya 
bukan 
> > pada 
> > > > > >   kehalalan
> > > > > >   > khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol 
> > > > masyhud) 
> > > > > itu
> > > > > >   > liberal atau tidak?
> > > > > >   > kan mas satriyo yang selama ini pandai 
> > > > menghukumi "keliberalan"
> > > > > >   > seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat 
ini 
> > > > liberal,
> > > > > >   > pendapat ini tidak.
> > > > > >   > lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau 
> > tidak, 
> > > > > bagaimana
> > > > > >   > selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek 
dan 
> > > > kemudian
> > > > > >   > menyesatkan?
> > > > > >   > 
> > > > > >   > salam,
> > > > > >   > --
> > > > > >   > wikan
> > > > > >   > http://wikan.multiply.com
> > > > > >   > 
> > > > > >   > On 4/12/07, satriyo  wrote:
> > > > > >   > >
> > > > > >   > >
> > > > > >   > >
> > > > > >   > >
> > > > > >   > >
> > > > > >   > >
> > > > > >   > > no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa 
bil 
> > > khusus 
> > > > > soal
> > > > > >   > > khamr dan semacamnya.
> > > > > >   >
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > >
> > > > > > 
> > > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > > > > >
> > > > >
> > > >
> > >
> >
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik satriyo
h berkunjung ke http://islamlib.com/? coba deh dan pelajar 
apa yang mereka nyatakan di sana.

> 
> > gitu ... mas. kasih tau mas kalo ada yang memusuhi sesama muslim 
> yang 
> > masih yakin pada kitab suci Al-Qur'an dan Hadis Nabi, dan masih 
> > hormat pada Ulama dan tidak memusuhi orang selain orang yang 
ingin 
> > menghancurkan islam ya mas ... kita sama-sama tegur mereka.
> > 
> 
> Ini juga saya dalam rangka menegur kok...

hehehe ... memang saya yang JIL? bisa aja mas ary setiadji ni ...

> 
> > salam kenal,
> > satriyo
> 
> Oh, kita sudah kenal dan berdiskusi lama.
> Anda juga bilang DULU, kalau Anda belum tahu apa-apa ttg JIL untuk 
> bisa diskusi intensif ttg mereka. 
> 
> Anda berjanji jika sudah ada yang bisa didiskusikan, kita akan 
bedah 
> dengan detil dan bukan sekedar menebar fitnah belaka.
> 
> 

Belum mas, saya tidak bisa mengatakan sudah kenal anda. Lain dengan 
saya ke Mba Meilany atau mungkin ke bu Mia aldiy. jangan mudah 
memutar balik fakta (bukan tuduhan lho) atau bermain kata ...

terima kasih sudah mengingatkan janji saya. 
insyaallah akan saya penuhi, tapi tentu alangkah baiknya bila anda 
juga tidak hanya minta disuapi. kan yang namanya diskusi adalah tukar 
fikiran. bagaimana akan diskusi, bertukar fikiran jika hanya one way? 
itu kan jadi seminar atau kuliah, dan saya bukan pakar JIL ...

sekali lagi... salam kenal,
satriyo

NB: silakan kenal dengan saya lebih lanjut dengan berkunjung ke 
http://peaceman.multiply.com
saya tunggu kunjungan anda ...

;-)


> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
> >  wrote:
> > >
> > > 
> > > "orang yang memusuhi kita saya tidak boleh balas kita musuhi"
> > > (satriyo)
> > > 
> > > TAPI...
> > > 
> > > kalau ada orang yang tidak memusuhi, 
> > > dan hanya berbeda seperti JIL,
> > > kita boleh benci dan kita musuhi,
> > > walaupun belum tahu betul,
> > > dan hanya kira-kira "mereka tidak ingin taat"
> > > 
> > > ;-)
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  
wrote:
> > > >
> > > > ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi 
kita 
> > > saya 
> > > > tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik 
pada 
> > > orang 
> > > > itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?
> > > > 
> > > > apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman 
> > sendiri?
> > > > 
> > > > weleh ksien juga ya ...
> > > > 
> > > > tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat 
sampeyan 
> > > > tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
> > > > tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya kalo 
> > > sampeyan 
> > > > memang benar ... gitu aja ko rempot ...
> > > > 
> > > > eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, sampeyan 
> > > > termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan 
> > selama 
> > > > ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya 
> salut!
> > > > 
> > > > hehehe ...
> > > > 
> > > > salam,
> > > > satriyo
> > > > 
> > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condrowahono" 
> > > >  wrote:
> > > > >
> > > > > ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja 
> puja.  
> > > > sesuatu yg jamak dan sangat manusiawi :D
> > > > > 
> > > > > salam,
> > > > > Ari Condro
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > >   - Original Message - 
> > > > >   From: satriyo 
> > > > >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> > > > >   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
> > > > >   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru 
> > Terjemahan "wadhribuu 
> > > > hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> > > > > 
> > > > > 
> > > > >   coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak 
> > > > eksplisit 
> > > > >   menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...
> > > > > 
> > > > >   lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa 
> > maksudnya) 
> > > > bahwa 
> > > > >   liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas 
> menyatakan

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-16 Terurut Topik asetijadi2004
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Siapa tu mas ary setiadji, yang memusuhi JIL, yang hanya berbeda 
itu? 

Oh, gitu ya...
Anda tidak memusuhi JIL.
ya sudah maaf kalo gitu.

> Masa JIL dimusuhi? Kasian dong mas. JIL itu kan kumpulan orang 
kurang 
> pe de dengan agamanya sendiri, kena inferioriti sindrom, gitu. jadi 
> kalo untuk kompensasi nya lalu mereka ingin 'hanya berbeda' dengan 
> cara misalnya, ingin memakai alat dari nonmuslim 
untuk 'menafsirkan' 
> Quran, yaitu hermenutika, karena bagi JIL al-Qur'an itu bukan wahyu 
> tapi produk budaya Arab, jadi patut dan sewajarnya jika dibedah 
> seolah sebagai teks cetak karya manusia, tidak suci, ya gpp toh ...
> Tappiii ... bagi kita yang masih meyakini kesucian Al-Qur'an dan 
> orisinalitasnya sebagai wahyu Allah, sewajarnya kita ingatkan 
> saudara2 kita yang awam dan 'buta' ulumul Quran atau Hadis, agar 
> berhati-hati, dan tidak mentah2 percaya dan menelan 'produk' 
> inferioritas JIL itu.
> 


1. Orang JIL juga memandang orang seperti Anda sama dengan pandangan 
Anda ke mereka. ;-))

2. Bisa anda jelaskan dari mana Anda punya pendapat seperti di atas:
- Hermeunetika itu alat nonmuslim untuk menafsirkan Quran
- Bagi JIL Al-Quran itu bukan wahyu tapi produk budaya arab 

Bukankah DULU anda berjanji untuk bisa mendiskusikannya dengan lebih 
detil dan cermat ketika menilai sesuatu. 

Silahkan mas Satriyo beberkan kejelekan JIL, 
supaya kita bisa belajar.
Tapi jangan cuman katanya...
karena itu namanya FITNAH.


> Nah mas Ary setiadji kalo memang sepakat bahwa JIL itu 'hanya beda' 
> dan 'hanya' ingin 'mendesakralisasi' Qur'an, ya monggo, ikut bantu 
> mengingatkan JIL, terutama jika memang ada teman atau handai taulan 
> mas Ary setiadji yang aktif dan giat mempromosian JIL atau bahkan 
> adalah bagian dari JIL, dan jangan dimusuhi mas. iya kan? yang 
> perlu 'dimusuhi' kan niat mereka yang muslim atau nonmuslim yang 
> ingin menghancurkan islam dengan 'lembut' dan 'menggunting dalam 
> lipatan.' Kalo JIL sih ... yah 'tegur' saja.
> 

Sama dengan yang di atas, mohon jelaskan darimana Anda bisa bilang 
JIL itu 'mendesakralisasi' Al-Quran

> gitu ... mas. kasih tau mas kalo ada yang memusuhi sesama muslim 
yang 
> masih yakin pada kitab suci Al-Qur'an dan Hadis Nabi, dan masih 
> hormat pada Ulama dan tidak memusuhi orang selain orang yang ingin 
> menghancurkan islam ya mas ... kita sama-sama tegur mereka.
> 

Ini juga saya dalam rangka menegur kok...

> salam kenal,
> satriyo

Oh, kita sudah kenal dan berdiskusi lama.
Anda juga bilang DULU, kalau Anda belum tahu apa-apa ttg JIL untuk 
bisa diskusi intensif ttg mereka. 

Anda berjanji jika sudah ada yang bisa didiskusikan, kita akan bedah 
dengan detil dan bukan sekedar menebar fitnah belaka.


> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
>  wrote:
> >
> > 
> > "orang yang memusuhi kita saya tidak boleh balas kita musuhi"
> > (satriyo)
> > 
> > TAPI...
> > 
> > kalau ada orang yang tidak memusuhi, 
> > dan hanya berbeda seperti JIL,
> > kita boleh benci dan kita musuhi,
> > walaupun belum tahu betul,
> > dan hanya kira-kira "mereka tidak ingin taat"
> > 
> > ;-)
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> > >
> > > ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi kita 
> > saya 
> > > tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik pada 
> > orang 
> > > itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?
> > > 
> > > apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman 
> sendiri?
> > > 
> > > weleh ksien juga ya ...
> > > 
> > > tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat sampeyan 
> > > tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
> > > tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya kalo 
> > sampeyan 
> > > memang benar ... gitu aja ko rempot ...
> > > 
> > > eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, sampeyan 
> > > termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan 
> selama 
> > > ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya 
salut!
> > > 
> > > hehehe ...
> > > 
> > > salam,
> > > satriyo
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condrowahono" 
> > >  wrote:
> > > >
> > > > ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipu

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-15 Terurut Topik satriyo
Siapa tu mas ary setiadji, yang memusuhi JIL, yang hanya berbeda itu? 
Masa JIL dimusuhi? Kasian dong mas. JIL itu kan kumpulan orang kurang 
pe de dengan agamanya sendiri, kena inferioriti sindrom, gitu. jadi 
kalo untuk kompensasi nya lalu mereka ingin 'hanya berbeda' dengan 
cara misalnya, ingin memakai alat dari nonmuslim untuk 'menafsirkan' 
Quran, yaitu hermenutika, karena bagi JIL al-Qur'an itu bukan wahyu 
tapi produk budaya Arab, jadi patut dan sewajarnya jika dibedah 
seolah sebagai teks cetak karya manusia, tidak suci, ya gpp toh ...
Tappiii ... bagi kita yang masih meyakini kesucian Al-Qur'an dan 
orisinalitasnya sebagai wahyu Allah, sewajarnya kita ingatkan 
saudara2 kita yang awam dan 'buta' ulumul Quran atau Hadis, agar 
berhati-hati, dan tidak mentah2 percaya dan menelan 'produk' 
inferioritas JIL itu.

Nah mas Ary setiadji kalo memang sepakat bahwa JIL itu 'hanya beda' 
dan 'hanya' ingin 'mendesakralisasi' Qur'an, ya monggo, ikut bantu 
mengingatkan JIL, terutama jika memang ada teman atau handai taulan 
mas Ary setiadji yang aktif dan giat mempromosian JIL atau bahkan 
adalah bagian dari JIL, dan jangan dimusuhi mas. iya kan? yang 
perlu 'dimusuhi' kan niat mereka yang muslim atau nonmuslim yang 
ingin menghancurkan islam dengan 'lembut' dan 'menggunting dalam 
lipatan.' Kalo JIL sih ... yah 'tegur' saja.

gitu ... mas. kasih tau mas kalo ada yang memusuhi sesama muslim yang 
masih yakin pada kitab suci Al-Qur'an dan Hadis Nabi, dan masih 
hormat pada Ulama dan tidak memusuhi orang selain orang yang ingin 
menghancurkan islam ya mas ... kita sama-sama tegur mereka.

salam kenal,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> "orang yang memusuhi kita saya tidak boleh balas kita musuhi"
> (satriyo)
> 
> TAPI...
> 
> kalau ada orang yang tidak memusuhi, 
> dan hanya berbeda seperti JIL,
> kita boleh benci dan kita musuhi,
> walaupun belum tahu betul,
> dan hanya kira-kira "mereka tidak ingin taat"
> 
> ;-)
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi kita 
> saya 
> > tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik pada 
> orang 
> > itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?
> > 
> > apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman 
sendiri?
> > 
> > weleh ksien juga ya ...
> > 
> > tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat sampeyan 
> > tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
> > tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya kalo 
> sampeyan 
> > memang benar ... gitu aja ko rempot ...
> > 
> > eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, sampeyan 
> > termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan 
selama 
> > ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya salut!
> > 
> > hehehe ...
> > 
> > salam,
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condrowahono" 
> >  wrote:
> > >
> > > ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja puja.  
> > sesuatu yg jamak dan sangat manusiawi :D
> > > 
> > > salam,
> > > Ari Condro
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > >   - Original Message - 
> > >   From: satriyo 
> > >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> > >   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
> > >   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru 
Terjemahan "wadhribuu 
> > hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> > > 
> > > 
> > >   coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak 
> > eksplisit 
> > >   menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...
> > > 
> > >   lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa 
maksudnya) 
> > bahwa 
> > >   liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
> > bahwa 
> > >   mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> > semacamnya 
> > >   itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk tidak 
> taat 
> > >   pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
> > menafsirkan 
> > >   Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...
> > > 
> > >   wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang mereka 
> yang 
> > >   mengaku liberal atau sekular atau pluralis?
> > > 
> > >   saya

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-13 Terurut Topik asetijadi2004

"orang yang memusuhi kita saya tidak boleh balas kita musuhi"
(satriyo)

TAPI...

kalau ada orang yang tidak memusuhi, 
dan hanya berbeda seperti JIL,
kita boleh benci dan kita musuhi,
walaupun belum tahu betul,
dan hanya kira-kira "mereka tidak ingin taat"

;-)

--- In [EMAIL PROTECTED], "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi kita 
saya 
> tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik pada 
orang 
> itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?
> 
> apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman sendiri?
> 
> weleh ksien juga ya ...
> 
> tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat sampeyan 
> tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
> tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya kalo 
sampeyan 
> memang benar ... gitu aja ko rempot ...
> 
> eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, sampeyan 
> termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan selama 
> ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya salut!
> 
> hehehe ...
> 
> salam,
> satriyo
> 
> --- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
>  wrote:
> >
> > ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja puja.  
> sesuatu yg jamak dan sangat manusiawi :D
> > 
> > salam,
> > Ari Condro
> > 
> > 
> > 
> > 
> >   - Original Message ----- 
> >   From: satriyo 
> >   To: [EMAIL PROTECTED] 
> >   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
> >   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
> hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> > 
> > 
> >   coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak 
> eksplisit 
> >   menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...
> > 
> >   lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
> bahwa 
> >   liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
> bahwa 
> >   mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
> semacamnya 
> >   itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk tidak 
taat 
> >   pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
> menafsirkan 
> >   Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...
> > 
> >   wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang mereka 
yang 
> >   mengaku liberal atau sekular atau pluralis?
> > 
> >   saya perlu ketegasan karena spt disinyalir bu Mia dan dear bu 
> Chair, 
> >   saya sudah tergolong melabeli orang ini dan itu ... dan itu hak 
> >   mereka berpendapat.
> > 
> >   salam,
> >   satriyo
> > 
> >   ps: arcon dan saya sudah kenal ko dari sejumlah forum, jadi 
wikan 
> >   silakan juga tanya arcon soal yang wikan tanyakan pada saya 
> sekadar 
> >   konfirmasi ... tul gak Ari?
> >   ;-)
> > 
> >   --- In [EMAIL PROTECTED], "Wikan Danar Sunindyo" 
> >wrote:
> >   >
> >   > kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya bukan pada 
> >   kehalalan
> >   > khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol 
masyhud) 
> itu
> >   > liberal atau tidak?
> >   > kan mas satriyo yang selama ini pandai 
menghukumi "keliberalan"
> >   > seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat ini 
liberal,
> >   > pendapat ini tidak.
> >   > lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau tidak, 
> bagaimana
> >   > selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek dan 
kemudian
> >   > menyesatkan?
> >   > 
> >   > salam,
> >   > --
> >   > wikan
> >   > http://wikan.multiply.com
> >   > 
> >   > On 4/12/07, satriyo  wrote:
> >   > >
> >   > >
> >   > >
> >   > >
> >   > >
> >   > >
> >   > > no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus 
> soal
> >   > > khamr dan semacamnya.
> >   >
> > 
> > 
> > 
> >
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-13 Terurut Topik Chae
gt; 36 H / 4 Desember 656 M. menentang khalifah 'Ali bin Abi Thalib.
> 
> Ketika Khalifah 'Utsman bin Affan wafat, warga Madinah dan tiga
pasukan dari
> Mesir, Basrah dan Kufah bersepakat memilih 'Ali bin Abu Thalib sebagai
> khalifah baru. Sebermula beliau menolak penunjukan itu. Namun semua
mendesak
> untuk memimpin ummat. Pembaiatan beliaupun berlangsung di Masjid Nabawi.
> Sebagai Khalifah beliau mewarisi pemerintahan yang sangat kacau. Juga
> ketegangan politik akibat pembunuhan Khalifah ketiga, 'Utsman bin Affan.
> Keluarga Umayyah menguasai hampir semua kursi pemerintahan. Dari 20
gubernur
> yang ada, hanya Gubernur Iraq yaitu Abu Musa Al Asyari yang bukan
keluarga
> Umayyah. Mereka menuntut Khalifah 'Ali bin Abu Thalib untuk mengadili
> pembunuh Khalifah 'Utsman. Tuntutan demikian juga diajukan St
'Aisyah. Namun
> Khalifah berpandangan bahwa pengadilan sulit dilaksanakan sebelum
situasi
> politik reda. Khalifah bermaksud menyatukan negara lebih dahulu.
Untuk itu,
> beliau mendesak Muawiyah bin Abu Sofyan, Gubernur Syam, yang juga
pimpinan
> keluarga Umayyah untuk segera berbaiat kepadanya.
> 
> Muawiyyah menolak berbaiat sebelum pembunuh Khalifah 'Ustman
dihukum. Bahkan
> Muawwiyah menyiapkan pasukan dalam jumlah besar untuk menentang
Khalifah.
> Maka Khalifah segera menyusun pasukan. Khalifah berangkat ke Kufah,
wilayah
> yang masyarakatnya mendukung Khalifah. Beliau tinggalkan ibu kota
Madinah
> sepenuhnya. Sementara itu St 'Aisyah, telah bergerak memimpin 30 ribu
> pasukan dari Makkah. Pasukan Khalifah yang semula diarahkan ke Syam
terpaksa
> dibelokkan untuk menghadapi pasukan St 'Aisyah, yang memimpin pasukannya
> dalam tandu tertutup di atas unta. Banyak pasukan juga mengendarai unta,
> sehingga pasukan itu dari pihak St 'Aisyah disebut Ashhab alJamal
(Pasukan
> Unta). Maka perang itu disebut Perang Unta. St 'Aisyah tertawan setelah
> tandunya penuh dengan anak panah. Adapun dari pihak Khalifah 'Ali
pasukan
> 'Aisyah disebutnya An Nakits (N-K-TS), yang diambil dari Firman Allah:
> -- FMN NKTS FANMA YNKTS 'ALY NFSH (S. ALFTh, 48:10), dibaca:
> -- faman nakatsa fainnama- yankutsu 'ala- nafsihi-, artinya
> -- barangsiapa yang menebas (bai'ah), maka (bahaya) penebasannya atas
> dirinya sendiri.
> 
> Kerugian peperangan itu sangat besar.
> -- Pertama, kerugian jiwa, yaitu dari pihak St 'Aisyah sejumlah
16,796 orang
> terbunuh, dan dari pihak Khalifah 1,070 orang.
> -- Kedua, perpecahan mazdhab, mereka para penyokong St 'Aisyah dan
Muawiyah
> disebut Ahlussunnah, dan para penyokong Khalifah disebut Syi'ah (partai)
> 'Ali, dan yang menyedihkan ialah yang pada mulanya hanya berupa mdzhab
> politik, namun ujung-ujungnya menjadi madzhab theologi, yaitu Madzhab
> Ahlussunnah dan Madzhab Syi'ah (tanpa menyebutkan 'Ali lagi).
> 
> ***
> 
> Ala kulli hal, dalam Hadits yang telah dikutip di atas, ungkapan "urusan
> mereka" (Amruhum), adalah urusan dalam konteks kancah politik. Alhasil,
> tidak akan beruntung kaum yang mendiami sebuah negeri, tidak terkecuali
> Indonesia ini, jika dipimpin oleh perempuan dalam urusan politik.
Sedangkan
> St 'Aisyah yang begitu cerdas dan bijak dalam kehidupan keseharian, akan
> tetapi gagal dalam kepemimpinan politik, maka betapa pula oleh perempuan
> yang biasa-biasa saja. WaLlahu a'lamu bisshwab.
> 
> *** Makassar, 29 Agusutus 2004
>[H.Muh. Nur Abdurrahman]
> 
> ###
> 
> 
> 
> - Original Message - 
> From: "Chae" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, April 12, 2007 18:32
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna"
> (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> 
> 
> > Pak Satriyo,
> >
> > Ada satu statemen dari anda yang saya pikir mengandung satu ketidak
> > jelasan bahkan cenderung membingungkan seperti slogan tentang kembali
> > kepada Qur'an dan hadis. Dan kalau kita tanya lebih lanjut maka Qur'an
> > yang mana yang dijadikan rujukan??? dan hadis yang mana yang dijadikan
> > rujukan??
> >
> > Saya mencoba memberikan satu contoh agar lebih menjelaskan apa yang
> > saya maksudkan, contohnya begini dalam teks Surat An Nisa' ayat 34: Ar
> > Rijaalu Qawwaamuuna 'alaa An Nisaa' yang diartikan secara zakelijk
> > "laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan". Selain itu juga ada
> > hadits Nabi saw : Lan yufliha qaumun wallau amrahum imra'atan (Tidak
> > akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan).
> >
> > Dalam kajian khasanah Islam dala

Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-13 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
-- FMN NKTS FANMA YNKTS 'ALY NFSH (S. ALFTh, 48:10), dibaca:
-- faman nakatsa fainnama- yankutsu 'ala- nafsihi-, artinya
-- barangsiapa yang menebas (bai'ah), maka (bahaya) penebasannya atas
dirinya sendiri.

Kerugian peperangan itu sangat besar.
-- Pertama, kerugian jiwa, yaitu dari pihak St 'Aisyah sejumlah 16,796 orang
terbunuh, dan dari pihak Khalifah 1,070 orang.
-- Kedua, perpecahan mazdhab, mereka para penyokong St 'Aisyah dan Muawiyah
disebut Ahlussunnah, dan para penyokong Khalifah disebut Syi'ah (partai)
'Ali, dan yang menyedihkan ialah yang pada mulanya hanya berupa mdzhab
politik, namun ujung-ujungnya menjadi madzhab theologi, yaitu Madzhab
Ahlussunnah dan Madzhab Syi'ah (tanpa menyebutkan 'Ali lagi).

***

Ala kulli hal, dalam Hadits yang telah dikutip di atas, ungkapan "urusan
mereka" (Amruhum), adalah urusan dalam konteks kancah politik. Alhasil,
tidak akan beruntung kaum yang mendiami sebuah negeri, tidak terkecuali
Indonesia ini, jika dipimpin oleh perempuan dalam urusan politik. Sedangkan
St 'Aisyah yang begitu cerdas dan bijak dalam kehidupan keseharian, akan
tetapi gagal dalam kepemimpinan politik, maka betapa pula oleh perempuan
yang biasa-biasa saja. WaLlahu a'lamu bisshwab.

*** Makassar, 29 Agusutus 2004
   [H.Muh. Nur Abdurrahman]

###############



----- Original Message - 
From: "Chae" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, April 12, 2007 18:32
Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna"
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa


> Pak Satriyo,
>
> Ada satu statemen dari anda yang saya pikir mengandung satu ketidak
> jelasan bahkan cenderung membingungkan seperti slogan tentang kembali
> kepada Qur'an dan hadis. Dan kalau kita tanya lebih lanjut maka Qur'an
> yang mana yang dijadikan rujukan??? dan hadis yang mana yang dijadikan
> rujukan??
>
> Saya mencoba memberikan satu contoh agar lebih menjelaskan apa yang
> saya maksudkan, contohnya begini dalam teks Surat An Nisa' ayat 34: Ar
> Rijaalu Qawwaamuuna 'alaa An Nisaa' yang diartikan secara zakelijk
> "laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan". Selain itu juga ada
> hadits Nabi saw : Lan yufliha qaumun wallau amrahum imra'atan (Tidak
> akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan).
>
> Dalam kajian khasanah Islam dalam pendapat Ulama mujtahid empat mazhab
> (Syafi'i, Hambali, Hanafi dan Malik) bahwa haram hukumnya seorang
> perempuan menjadi pemimpin berdasarkan ayat Qs.4:34.
>
> Di dalam kitab Minhaj al-Thalibin, misalnya, salah satu rujukan utama
> tradisi pesantren yang ditulis oleh Imam al-Nawawi al-Dimasyqi (676
> H), disebutkan bahwa syarat-syarat pemimpin tertinggi (imamat al-uzma)
> adalah muslim, bukan budak, dari suku Quraisy, orang dewasa, berjenis
> kelamin laki-laki dan cerdas. Ketika mengomentari pernyataan ini
> Khathib al-Syarbini menegaskan bahwa kelelakian adalah merupakan
> syarat mutlak untuk kepemimpinan tertinggi. Alasannya, hanya laki-laki
> yang bisa bergumul dengan politik yang nota bene dianggap sebagai
> dunia laki-laki. Alasan lain adalah teks hadis yang melarang
> kepemimpinan perempuan (Mughni al-Muhtaj, IV:129).
>
> Tetapi disisi lain banyak dari tokokh ulama mujtahid yang menyatakan
> bolehnya atau halalnya seorang perempuan menjadi pemimpin berdasarkan
> Qs.4:34 seperti misalnya:
>
> Ibn Khaldun, penulis kitab al-Muqaddimah kepemimpinan perempuan, yang
> saat ini telah menjadi suatu keniscayaan, bahkan kemaslahatan
> masyarakat banyak. Banyak perempuan yang nyata-nyata memiliki
> kelayakan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan politik, sama seperti
> laki-laki.
>
> Pendekatan literal dengan melakukan penggalian makna kembali terhadap
> literasi teks ayat 34, dari sura al-Nisa. Ia mencoba menelusuri dan
> mengurai akar-akar kata yang digunakan dalam ayat tersebut, untuk
> kemudian menawarkan pemaknaan baru yang berbeda dengan pemaknaan yang
> telah berkembang sebelumnya. Misalnya, qawwam tidak berarti pemimpin,
> tetapi pengayom atau pengelola, seperti yang ditawarkan oleh Muhammad
> Abduh dan Abdullah Yusuf Ali. Menurut mereka ayat tersebut sama sekali
> tidak bisa dijadikan rujukan untuk keharusan kepemimpinan laki-laki
> terhadap perempuan.
>
> Dalam beberapa literatur fiqh disebutkan bahwa Imam Ibn Jarir
> al-Thabari memilih pandangan yang membenarkan kepemimpinan perempuan.
>
> Dan anda sendiri mungkin tahu banyak bagaimana konflik terjadi ketika
> pertama kali megawati mencalonkan diri menjadi presiden, dan seperti
> NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia
> memberikan dukunganya kepada Megawati pada waktu itu.
>
> Sekarang anda

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik satriyo
--- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 1. sikap moderatnya arshad oom yg ingin aku tonjolkan.  menurut aku 
moderat itu baik, bahkan hidayatullah, pada level tertentu 
mengakuinya.  dan ini berhasil membuat sebuah masjid bagi muslim di 
inggris..  padahal kan si oom gak suka denanpandangan moderat.
> 
> 2. berikut ini rencana arshad yg moderat ingin merekrut orang yg 
progresif.  progresif ini juga dianggap jelek dan mencurigakan juga 
yah, buat satriyo ... ?
==> saya langsung tanggapi deh sekaligus 2 poin di atas -- tapi belum 
ke soal arshad yang saya gak jelas hubungannya dengan komentar 
sampeyan tentang mas Wido, as usual -- yaitu bahwa label moderat dan 
progressif itu sejauh yang saya tahu menjadi usungan dan asongan baik 
oleh mereka yang Se-Pi-Lis macam Ulil, atau ex presiden RI yang tuna 
netra, atau mantan Muhammadiyiah yang mati2an bela Ahmadiyah dan 
kontra dengan MUI, dll (banyak, toh sampeyan mungkin sudah tahu 
juga), dan seperti mereka -- menurut sampeyan -- spt mas Wido atau 
bahkan mungkin Amin Rais, atau Din Syamsuddin, atau siapa saja.
Dengan kata lain, ari condrowahono, kedua terminologi itu bisa 
diklaim oleh siapapun karena masing-masing menggunakan definisi yang 
berbeda. simple kan? jadi tergantung sudut pandang saja. 
bagi saya moderat itu bisa sama dengan 'wasathan' spt dalam firman 
Allah yaitu merefer ke ummat Islam yang 'pertengahan' tapi bisa 
negatif bila digunakan oleh orientalis atau mereka yang anti terhadap 
kelompok islam yang mendukung penegakkan hukum Allah. moderat bagi 
mereka adalah merefer ke kelompok islam yang tidak setuju dengan 
penegakan hukum Allah atau istilah mereka pendukung SI (yang setahu 
saya singkatan Syarikat Islam, wadah muslim pertama di indonesia di 
era penjajahan Belanda) yang bersebrangan dengan yang non-moderat 
atau istilah mereka kaum fundamentalis, fanatik, radikal, ekstrim, 
skripturalis, dll dst.
progresif pun bagi saya sangat islami karena bagi saya istilah ini 
bermakna 'maju' alias tidak jumud, yaitu menelan mentah2 kata-kata 
orang lain, baik sesama muslim apalagi non-muslim tanpa sikap kritis 
sehingga mempertahankan status-quo. tapi lagi-lagi bagi yang 
menentang penerapan hukum Allah, progresif adalah berani menentang 
hukum Allah karena bagi mereka ada hukum Allah yang sudah kadaluwarsa 
dan tidak sesuai zaman, seperti (konon kabarnya) jilbab yg notabene 
tradisi arab, atau nikah sesama muslim, atau hak waris perempuan yang 
tdk sama dengan laki-laki, atau perempuan tidak bolah jadi imam 
shalat, atau bahkan menjalankan shalat wajib, berpuasa, hingga 
menunaikan haji yang katanya hanyalah praktek simbolis, atau zakat 
yang bisa diganti dengan pajak, atau poligami yang sama dengan 
menindas perempuan dan menunjukkan dominasi laki-laki, dst dll.
jadi tergantung siapa yang mengklaim gitu ari condrowahono.
gitu aja ko repot...!

> 
> ===
> Arshad berencana untuk mengundang Miah menjadi imam di 
Clitheroe. "Dia
> seorang progresif," puji Arshad.
> 
> Tidak akan ada perombakan besar-besaran terhadap bangunan gereja, 
sekedar
> menurunkan salib yang masih terpampang di atas.
> 
> Para wanita dibolehkan untuk shalat di ruang utama, " tidak di 
pojokan, "
> kata Arshad.
> 
> "Kita tidak memasang kubah. Itu (kubah) akan terlihat cantik di 
Mesir dan
> Turki, tapi di Inggris malah akan terlihat seperti bawang raksasa. 
Adzan
> juga tidak akan keraskan ke luar masjid. Yang terpenting adalah apa 
yang
> kita lakukan di dalam," katanya. [nytimes.com/Surya/cha.]
> 
> Source : http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content
> <http://hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=4536&Item
> id=1> &task=view&id=4536&Itemid=1
==> seperti biasa, apa sih yang ari condrowahono ingin sampaikan 
dengan mengutip soal Arshad ini, padahal yang saya minta adalah bukti 
yang sampeyan 'tuduhkan' atau labelkan pada mas Wido.

memang it takes time to learn ya ... sabar sabar sabar ...

salam,
satriyo

PS: mas ari condrowahono, saya sudah kasih ko link ke blog saya 
(http://peaceman.multiply.com) jadi yang mau tau lebih jauh tentang 
saya bisa visit link/url itu, daripada sampeyan jadi jubir ilegal 
saya ... hehehe


> 
> ===
> 
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
>   ----- Original Message - 
>   From: satriyo 
>   To: [EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:08 PM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> 
> 
>   mas Ari Condrowahono,
> 
>   yang lengkap dong, atau setidaknya jelas gitu apa yang diacu, 
dalam 
>   hal ini yang mas maksud tentang mas wido. kalo sepotong2 gini kan 
ga 
>   jelas ...
> 
>   ok?
> 
>   satriyo
> 
>   --- In [EM

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik satriyo
ari condrowahono iki piye to? Lha wong orang yang memusuhi kita saya 
tidak boleh balas kita musuhi, dan sekiranya ada yang baik pada orang 
itu yang patut dipuji ya kita puji, apalagi konco dhewe to?

apa memang sampeyan ga pernah alias pelit even memuji teman sendiri?

weleh ksien juga ya ...

tapi ga pa pa mas, toh saya tidak menyatakan pendapat sampeyan 
tentang saya memuji teman sendiri itu benar/shahih atau 
tidak/dhaif, ... silakan unjukan bukti itu tentang saya kalo sampeyan 
memang benar ... gitu aja ko rempot ...

eh iya sebelum lupa, pujian buat sampeyan dari saya, sampeyan 
termasuk orang yang punya watak konsisten dan congruent dan selama 
ini tdk tergoyahkan atas apa yang sampeyan yakini ... saya salut!

hehehe ...

salam,
satriyo

--- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja puja.  
sesuatu yg jamak dan sangat manusiawi :D
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
> 
> 
> 
>   - Original Message - 
>   From: satriyo 
>   To: [EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> 
> 
>   coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak 
eksplisit 
>   menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...
> 
>   lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) 
bahwa 
>   liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan 
bahwa 
>   mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau 
semacamnya 
>   itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk tidak taat 
>   pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara 
menafsirkan 
>   Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...
> 
>   wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang mereka yang 
>   mengaku liberal atau sekular atau pluralis?
> 
>   saya perlu ketegasan karena spt disinyalir bu Mia dan dear bu 
Chair, 
>   saya sudah tergolong melabeli orang ini dan itu ... dan itu hak 
>   mereka berpendapat.
> 
>   salam,
>   satriyo
> 
>   ps: arcon dan saya sudah kenal ko dari sejumlah forum, jadi wikan 
>   silakan juga tanya arcon soal yang wikan tanyakan pada saya 
sekadar 
>   konfirmasi ... tul gak Ari?
>   ;-)
> 
>   --- In [EMAIL PROTECTED], "Wikan Danar Sunindyo" 
>wrote:
>   >
>   > kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya bukan pada 
>   kehalalan
>   > khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol masyhud) 
itu
>   > liberal atau tidak?
>   > kan mas satriyo yang selama ini pandai menghukumi "keliberalan"
>   > seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat ini liberal,
>   > pendapat ini tidak.
>   > lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau tidak, 
bagaimana
>   > selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek dan kemudian
>   > menyesatkan?
>   > 
>   > salam,
>   > --
>   > wikan
>   > http://wikan.multiply.com
>   > 
>   > On 4/12/07, satriyo  wrote:
>   > >
>   > >
>   > >
>   > >
>   > >
>   > >
>   > > no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus 
soal
>   > > khamr dan semacamnya.
>   >
> 
> 
> 
>
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik Ari Condrowahono
1. sikap moderatnya arshad oom yg ingin aku tonjolkan.  menurut aku moderat itu 
baik, bahkan hidayatullah, pada level tertentu mengakuinya.  dan ini berhasil 
membuat sebuah masjid bagi muslim di inggris..  padahal kan si oom gak suka 
denanpandangan moderat.

2. berikut ini rencana arshad yg moderat ingin merekrut orang yg progresif.  
progresif ini juga dianggap jelek dan mencurigakan juga yah, buat satriyo ... ?

===
Arshad berencana untuk mengundang Miah menjadi imam di Clitheroe. "Dia
seorang progresif," puji Arshad.

Tidak akan ada perombakan besar-besaran terhadap bangunan gereja, sekedar
menurunkan salib yang masih terpampang di atas.

Para wanita dibolehkan untuk shalat di ruang utama, " tidak di pojokan, "
kata Arshad.

"Kita tidak memasang kubah. Itu (kubah) akan terlihat cantik di Mesir dan
Turki, tapi di Inggris malah akan terlihat seperti bawang raksasa. Adzan
juga tidak akan keraskan ke luar masjid. Yang terpenting adalah apa yang
kita lakukan di dalam," katanya. [nytimes.com/Surya/cha.]

Source : http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content
<http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4536&Item
id=1> &task=view&id=4536&Itemid=1

===


salam,
Ari Condro

  - Original Message - 
  From: satriyo 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, April 12, 2007 3:08 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" 
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa


  mas Ari Condrowahono,

  yang lengkap dong, atau setidaknya jelas gitu apa yang diacu, dalam 
  hal ini yang mas maksud tentang mas wido. kalo sepotong2 gini kan ga 
  jelas ...

  ok?

  satriyo

  --- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > moderat ???
  > 
  > wido supraha di milis sebelah mengirim email yg isinya mendukung 
  sikap moderat tuh . :D
  > 
  > 
  > ===
  > - Original Message - 
  > From: Wido Q Supraha 
  > To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  [EMAIL PROTECTED] 
  > Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  [EMAIL PROTECTED] 
  > Sent: Wednesday, April 11, 2007 9:16 PM
  > Subject: [INSISTS] Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid
  > 
  > Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid 
  > 
  > <http://hidayatullah.com/index2.php?
  option=com_content&task=view&id=4524&pop
  > =1&page=0&Itemid=1> Cetak halaman ini
  > 
  > Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya 
  seorang muslim
  > moderat, yang bersedia ambil bagian di setiap kegiatan kota 
  tersebut. Dia
  > membentuk kelompok pramuka antaragama, bernama Beaver Scouts, yang
  > menghargai berbagai acara keagamaan termasuk acara agama Tao dan 
  tahun baru
  > Yahudi. 
  > 
  > Arshad juga mendirikan Pusat Pendidikan Islam Madina, sebuah 
  kelompok
  > antaragama bagi orang dewasa. Dia juga melakukan persuasi kepada 
  Pemda
  > setempat untuk mendirikan sebuah komite, dan mengadakan sejumlah 
  kuliah
  > berseri tentang konflik global yang menarik para tokoh akademisi 
  penting
  > 
  > ===
  > 
  > salam,
  > Ari Condro
  > 
  > 
  > - Original Message - 
  > From: satriyo 
  > 
  > 
  > sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
  > sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain 
  yang 
  > mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.
  > 
  > Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya 
  bu 
  > Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju 
  saya 
  > sebagai sesuatu yang negatif?
  > 
  > 
  > . 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik Ari Condrowahono
ttg oom satriyo ini, kalo temen sendiri, biasanya dipuja puja.  sesuatu yg 
jamak dan sangat manusiawi :D

salam,
Ari Condro




  - Original Message - 
  From: satriyo 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, April 12, 2007 3:05 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" 
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa


  coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak eksplisit 
  menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...

  lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) bahwa 
  liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan bahwa 
  mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau semacamnya 
  itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk tidak taat 
  pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara menafsirkan 
  Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...

  wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang mereka yang 
  mengaku liberal atau sekular atau pluralis?

  saya perlu ketegasan karena spt disinyalir bu Mia dan dear bu Chair, 
  saya sudah tergolong melabeli orang ini dan itu ... dan itu hak 
  mereka berpendapat.

  salam,
  satriyo

  ps: arcon dan saya sudah kenal ko dari sejumlah forum, jadi wikan 
  silakan juga tanya arcon soal yang wikan tanyakan pada saya sekadar 
  konfirmasi ... tul gak Ari?
  ;-)

  --- In [EMAIL PROTECTED], "Wikan Danar Sunindyo" 
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya bukan pada 
  kehalalan
  > khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol masyhud) itu
  > liberal atau tidak?
  > kan mas satriyo yang selama ini pandai menghukumi "keliberalan"
  > seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat ini liberal,
  > pendapat ini tidak.
  > lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau tidak, bagaimana
  > selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek dan kemudian
  > menyesatkan?
  > 
  > salam,
  > --
  > wikan
  > http://wikan.multiply.com
  > 
  > On 4/12/07, satriyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus soal
  > > khamr dan semacamnya.
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik satriyo
mas Ari Condrowahono,

yang lengkap dong, atau setidaknya jelas gitu apa yang diacu, dalam 
hal ini yang mas maksud tentang mas wido. kalo sepotong2 gini kan ga 
jelas ...

ok?

satriyo

--- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> moderat ???
> 
> wido supraha di milis sebelah mengirim email yg isinya mendukung 
sikap moderat tuh . :D
> 
> 
> ===
> - Original Message - 
> From: Wido Q Supraha 
> To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] 
> Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Wednesday, April 11, 2007 9:16 PM
> Subject: [INSISTS] Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid
> 
> Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid 
> 
>  =1&page=0&Itemid=1> Cetak halaman ini
> 
> Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya 
seorang muslim
> moderat, yang bersedia ambil bagian di setiap kegiatan kota 
tersebut. Dia
> membentuk kelompok pramuka antaragama, bernama Beaver Scouts, yang
> menghargai berbagai acara keagamaan termasuk acara agama Tao dan 
tahun baru
> Yahudi. 
> 
> Arshad juga mendirikan Pusat Pendidikan Islam Madina, sebuah 
kelompok
> antaragama bagi orang dewasa. Dia juga melakukan persuasi kepada 
Pemda
> setempat untuk mendirikan sebuah komite, dan mengadakan sejumlah 
kuliah
> berseri tentang konflik global yang menarik para tokoh akademisi 
penting
> 
> ===
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
> 
> - Original Message - 
>   From: satriyo 
> 
> 
>   sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
>   sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain 
yang 
>   mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.
> 
>   Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya 
bu 
>   Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju 
saya 
>   sebagai sesuatu yang negatif?
> 
> 
>   . 
>
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik satriyo
coba lihat lagi tanggapan saya, karena saya memang tidak eksplisit 
menjawab/menanggapi Ari Condro tapi implisit saja ...

lagian apa memang saya jelas2 menghukumi (entah apa maksudnya) bahwa 
liberal itu jelek dan sesat? sejauh ini saya jelas menyatakan bahwa 
mereka yang mengaku (bukan saya melabeli ko) liberal atau semacamnya 
itu dari pemikiran mereka terlihat kecenderungan untuk tidak taat 
pada Quran dan Hadis, atau setidaknya mereka punya cara menafsirkan 
Quran dan Hadis dan segala 'turunannya' ...

wikan sendiri sejauh ini tidak punya pendapat tentang mereka yang 
mengaku liberal atau sekular atau pluralis?

saya perlu ketegasan karena spt disinyalir bu Mia dan dear bu Chair, 
saya sudah tergolong melabeli orang ini dan itu ... dan itu hak 
mereka berpendapat.

salam,
satriyo

ps: arcon dan saya sudah kenal ko dari sejumlah forum, jadi wikan 
silakan juga tanya arcon soal yang wikan tanyakan pada saya sekadar 
konfirmasi ... tul gak Ari?
;-)


--- In [EMAIL PROTECTED], "Wikan Danar Sunindyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya bukan pada 
kehalalan
> khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol masyhud) itu
> liberal atau tidak?
> kan mas satriyo yang selama ini pandai menghukumi "keliberalan"
> seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat ini liberal,
> pendapat ini tidak.
> lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau tidak, bagaimana
> selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek dan kemudian
> menyesatkan?
> 
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com
> 
> On 4/12/07, satriyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus soal
> >  khamr dan semacamnya.
>




Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-12 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
kalau saya baca emailnya masarcon, pertanyaannya bukan pada kehalalan
khamr, tetapi kepada apakah pendapat seorang (nidlhol masyhud) itu
liberal atau tidak?
kan mas satriyo yang selama ini pandai menghukumi "keliberalan"
seseorang. jadi tentunya bisa melihat, ooh pendapat ini liberal,
pendapat ini tidak.
lha kalau tidak bisa melihat suatu itu liberal atau tidak, bagaimana
selanjutnya bisa menghukumi bahwa liberal itu jelek dan kemudian
menyesatkan?

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 4/12/07, satriyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
>
>
>
> no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus soal
>  khamr dan semacamnya.


[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik satriyo
no comment mas, saya bukan ahlinya soal fiqh, wa bil khusus soal 
khamr dan semacamnya.

tapi mungkin bisa mas tanyakan ke milis lain yang anggotanya lebih 
paham masalah ini.

maaf.

terima kasih,
satriyo

--- In [EMAIL PROTECTED], "Ari Condrowahono" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> kalau menurut oom satriyo, oom nidlhol masyhud yg aktif di insist 
ini liberal juga gak oom ???    pernyataan dia di bawah ini, 
pasti gak diterima lho ama para punggawa makanan halal 
> 
> ===
> From: "Nidlol Masyhud"  
> Date: Thu Feb 22, 2007 5:13 am 
> Subject: Re: Hubungan sains dan agama--Analogi pengadilan  
> 
> 
> Ini masalah Fiqih. Tentu ada beberapa perbedaan Ulama dalam 
keputusan
> hukumnya. Saya jawab saja sesuai apa yang saya anut.
> 
> ...
> Untuk alkohol, kalau tidak sampai mabuk, ada hadits lain: "maa 
askara
> katsiiruhu fa qaliiluhu haraam" (makanan/minuman yang kalau banyak
> membuat mabuk, maka yang sedikit juga haram). Kecuali kalau sudah
> dicampur dengan yang lain sehingga tidak ada lagi pengaruhnya. Sebab
> saat itu, dia sudah kehilangan 'identital kealkoholannya'. Apalagi,
> 'identitas ke-khamr-annya'. Dalam Syarah Iqna' (4/71) disebutkan :
> "Maka jika ia mencampur khamr dengan air sehingga khamr itu larut
> dalam air dan tidak lagi berpengaruh, maka peminumnya tidak 
dicambuk,
> sebab dengan larut dalam air dan tak lagi berpengaruh itu, minuman 
itu
> adalah tetap air dan tidak menjadi khamr". Bahkan dalam Al-Mughni
> (8/306): "Maka jika ia menggunakan khamr untuk mengentalkan adonan
> tepung, kemudian dipanggangnya sehingga menjadi roti lalu dia makan
> roti itu, maka dia tidak dicambuk, sebab api panggangan itu telah
> melenyapkan substansi khamr dan yang tertinggal hanya bekasnya 
saja".
> ===
> 
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
> 
> 
>   - Original Message - 
>   From: satriyo 
>   To: [EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: Wednesday, April 11, 2007 5:16 PM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa
> 
> 
>   Dear bu Chair,
> 
>   Jujur saja, kalo masalah ini dari awal saya gabung di WM ya 
hampir 
>   selalu saya menangkap nada postingan yang bu Chair sekarang 
alamatkan 
>   pada saya ... hehehe.
> 
>   Saya kagum dengan sensitifitas radar bu Chair yang bisa menangkap 
>   sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
>   sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain 
yang 
>   mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.
> 
>   Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya 
bu 
>   Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju 
saya 
>   sebagai sesuatu yang negatif?
> 
>   Belum tahu riwayat bagaimana Rasul ketika futuh mekah (takluknya 
>   mekah) saat menerima Wahsyi, mantan budak Quraisy yang 
dimerdekakan 
>   tuannya karena berhasil membunuh paman Rasul, Hamzah, dan lalu 
>   mengoyak dadanya dan mencabut hati/jantungnya untuk dimamah oleh 
>   Hindun yang ketika itu masih kafir? Rasul menerima Wahsyi tapi 
>   berpesan agar Wahsyi tidak menampakkan dirinya di hadapan Rasul.
> 
>   Apakah sikap manusiawi Rasul untuk membenci tindakan Wahsyi 
sehingga 
>   beliau tidak ingin melihat Wahsyi itu juga negatif? Salah? Akibat 
>   bujukan/bisikan syaitan?
> 
>   Hati-hati juga dalam memberikan pernyataan yang cenderung menuduh.
> 
>   Tapi saya suka dengan sikap bu Chair.
> 
>   Salam kenal (lagi) ya.
> 
>   satriyo
> 
> 
>   . 
>
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik Ari Condrowahono
moderat ???

wido supraha di milis sebelah mengirim email yg isinya mendukung sikap moderat 
tuh . :D


===
- Original Message - 
From: Wido Q Supraha 
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, April 11, 2007 9:16 PM
Subject: [INSISTS] Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid

Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid 

 Cetak halaman ini

Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya seorang muslim
moderat, yang bersedia ambil bagian di setiap kegiatan kota tersebut. Dia
membentuk kelompok pramuka antaragama, bernama Beaver Scouts, yang
menghargai berbagai acara keagamaan termasuk acara agama Tao dan tahun baru
Yahudi. 

Arshad juga mendirikan Pusat Pendidikan Islam Madina, sebuah kelompok
antaragama bagi orang dewasa. Dia juga melakukan persuasi kepada Pemda
setempat untuk mendirikan sebuah komite, dan mengadakan sejumlah kuliah
berseri tentang konflik global yang menarik para tokoh akademisi penting

===

salam,
Ari Condro


- Original Message - 
  From: satriyo 


  sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
  sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain yang 
  mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.

  Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya bu 
  Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju saya 
  sebagai sesuatu yang negatif?


  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik Ari Condrowahono
kalau menurut oom satriyo, oom nidlhol masyhud yg aktif di insist ini liberal 
juga gak oom ???    pernyataan dia di bawah ini, pasti gak diterima lho ama 
para punggawa makanan halal 

===
From: "Nidlol Masyhud" <[EMAIL PROTECTED]> 
Date: Thu Feb 22, 2007 5:13 am 
Subject: Re: Hubungan sains dan agama--Analogi pengadilan  


Ini masalah Fiqih. Tentu ada beberapa perbedaan Ulama dalam keputusan
hukumnya. Saya jawab saja sesuai apa yang saya anut.

...
Untuk alkohol, kalau tidak sampai mabuk, ada hadits lain: "maa askara
katsiiruhu fa qaliiluhu haraam" (makanan/minuman yang kalau banyak
membuat mabuk, maka yang sedikit juga haram). Kecuali kalau sudah
dicampur dengan yang lain sehingga tidak ada lagi pengaruhnya. Sebab
saat itu, dia sudah kehilangan 'identital kealkoholannya'. Apalagi,
'identitas ke-khamr-annya'. Dalam Syarah Iqna' (4/71) disebutkan :
"Maka jika ia mencampur khamr dengan air sehingga khamr itu larut
dalam air dan tidak lagi berpengaruh, maka peminumnya tidak dicambuk,
sebab dengan larut dalam air dan tak lagi berpengaruh itu, minuman itu
adalah tetap air dan tidak menjadi khamr". Bahkan dalam Al-Mughni
(8/306): "Maka jika ia menggunakan khamr untuk mengentalkan adonan
tepung, kemudian dipanggangnya sehingga menjadi roti lalu dia makan
roti itu, maka dia tidak dicambuk, sebab api panggangan itu telah
melenyapkan substansi khamr dan yang tertinggal hanya bekasnya saja".
===


salam,
Ari Condro



  - Original Message - 
  From: satriyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, April 11, 2007 5:16 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" 
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa


  Dear bu Chair,

  Jujur saja, kalo masalah ini dari awal saya gabung di WM ya hampir 
  selalu saya menangkap nada postingan yang bu Chair sekarang alamatkan 
  pada saya ... hehehe.

  Saya kagum dengan sensitifitas radar bu Chair yang bisa menangkap 
  sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
  sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain yang 
  mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.

  Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya bu 
  Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju saya 
  sebagai sesuatu yang negatif?

  Belum tahu riwayat bagaimana Rasul ketika futuh mekah (takluknya 
  mekah) saat menerima Wahsyi, mantan budak Quraisy yang dimerdekakan 
  tuannya karena berhasil membunuh paman Rasul, Hamzah, dan lalu 
  mengoyak dadanya dan mencabut hati/jantungnya untuk dimamah oleh 
  Hindun yang ketika itu masih kafir? Rasul menerima Wahsyi tapi 
  berpesan agar Wahsyi tidak menampakkan dirinya di hadapan Rasul.

  Apakah sikap manusiawi Rasul untuk membenci tindakan Wahsyi sehingga 
  beliau tidak ingin melihat Wahsyi itu juga negatif? Salah? Akibat 
  bujukan/bisikan syaitan?

  Hati-hati juga dalam memberikan pernyataan yang cenderung menuduh.

  Tapi saya suka dengan sikap bu Chair.

  Salam kenal (lagi) ya.

  satriyo


  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik Chae
he..he..he.. ma'af ya Pak kalau terasanya demikian tapi sebenarnya
tidak seperti itu...saya hanya senang saja kalau diskusi nyambung
(bermanfaat) untuk diteruskan tapi kalau sudah tidak nyambung ( tidak
bermanfaat) yaa ditinggalkan karena mungkin saya yang belum bisa
mengimbangi atau sebaliknya sehingga berbeda arah..dan kacau;))

Memang benar Pak, apa yang tidak benar ya tetap tidak benar walau pada
dasarnya semua itu kembali kepada pembenaran artinya tergantung pada
situasi dan kondisi. Tapi masalahnya apa yang kita anggap tidak benar
apakah benar-benar tidak benar atau justru kebenaran kita lah yang
benar-benar tidak benar...he..he..he..lieur euyyy :))

Sederhananya begini Pak Satriyo...dalam diri Pak Satriyo sudah
tertanam satu keyakinan bahwa yang namanya liberalisme dalam hal
beragama itu pasti negatif dan orang-orang didalamnya dicap juga
negatifbetul demikian??? bukankah sikap yang demikian adalah
sebuah sikap yang berlebih-lebihan Pak??

Saya hanya sebatas saling tukar informasi saja, kembali kepada Pak
Satriyo apakah yang demikian itu salah atau tidak??? dan informasi
yang saya berikan jika memang seperti bersebrangan dengan Pak Satriyo
jangan di artikan bahwa saya ada di pihak lain, saya sendiri tidak
begitu nyaman di sebut A.B.C.D.E...saya hanya orang yang senang saja
berbagi pendapat..itu saja:))

o'iya masalah wahsyi, memang sangat manusia kalau Rasul itu memiliki
rasa sedih, gembira, marah, kesal, bete dll. Bahkan saya pribadi makin
mencintai Rasul begitu tahu betapa manusiawinya Beliau dan justru itu
yang membuat Beliau menjadi manusia super yang bukan superman.

Tapi saya juga memang Rasul tidak boleh secara picik, artinya apakah
boleh saya memandang Rasul sebagai sosok yang pendendam??, sosok yang
egois??? sosok yang tidak bisa mengendalikan emosinya??

Saya percaya bahwa sosok Nabi yang begitu mudah mema'afkan musuh2nya
dan melindungi mush2nya, memberikan pedang pada orang yang telah
menempelkanya dileher Beliau, menjenguk orang yang meludahinya,
menyuapi orang yang mengutuknya,mendoakan kaum yang melempari dirinya
dengan batu sampai berdarah-darah..sanggup bersikap egois demi
kepentingan dirinya pribadi???

Jika pengusiran wahsyi berkaitan dengan rasa dendam Rasul atas
kematian Hamzah paman Beliau tentunya Hindun adalah tokoh pertama yang
seharusnya terusir karena perbuatannya yang memakan jantung sang Paman
lebih merupakan kepada penghinaan. Sedangkan perbuatan wahsyih adalah
sesuatu yang memang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam sebuah
peperangan...membunuh atau dibunuh...

Pengusiran terhadap wahsyi lebih kepada memberikan perlindungan atau
keselamatan terhadap diri wahsyi, jangan salah yang dia bunuh itu
seorang panglima perang...punya banyak anak buah...tapi ini pendapat
saya bahwa seorang loyalitas anak buah pada atasanya sangat
besar...bisa jadi keselamatan wahsyi jadi teracam jika dia tidak pergi
dari mekah.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear bu Chair,
> 
> Jujur saja, kalo masalah ini dari awal saya gabung di WM ya hampir 
> selalu saya menangkap nada postingan yang bu Chair sekarang alamatkan 
> pada saya ... hehehe.
> 
> Saya kagum dengan sensitifitas radar bu Chair yang bisa menangkap 
> sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
> sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain yang 
> mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.
> 
> Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya bu 
> Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju saya 
> sebagai sesuatu yang negatif?
> 
> Belum tahu riwayat bagaimana Rasul ketika futuh mekah (takluknya 
> mekah) saat menerima Wahsyi, mantan budak Quraisy yang dimerdekakan 
> tuannya karena berhasil membunuh paman Rasul, Hamzah, dan lalu 
> mengoyak dadanya dan mencabut hati/jantungnya untuk dimamah oleh 
> Hindun yang ketika itu masih kafir? Rasul menerima Wahsyi tapi 
> berpesan agar Wahsyi tidak menampakkan dirinya di hadapan Rasul.
> 
> Apakah sikap manusiawi Rasul untuk membenci tindakan Wahsyi sehingga 
> beliau tidak ingin melihat Wahsyi itu juga negatif? Salah? Akibat 
> bujukan/bisikan syaitan?
> 
> Hati-hati juga dalam memberikan pernyataan yang cenderung menuduh.
> 
> Tapi saya suka dengan sikap bu Chair.
> 
> Salam kenal (lagi) ya.
> 
> satriyo
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
>  wrote:
> >
> > Dear Pak Satriyo,
> > 
> > Sebenarnya orang boleh-boleh saja menamakan dirinya dengan apa saja
> > semisal liberal, demokrat, konservatif, atheis, radikal etc..
> > 
> > Tapi yang saya maksud jangan sampai kita mnegolok-olok dengan 
> konteks
> > memberikan labelisasi dengan nilai negatif...itu artinya mengolok-
> olok;)
> > 
> > ini saya kutip lagi ucapan Pak Satriyo..." tapi tidak dengan semacam
> > Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau Mernisi atau (feminis) muslimah
> > lainnya, yang ada pendapat mereka yang berterima tapi umumnya
> > cenderung 'liberal' ...
> > 

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik satriyo
Dear bu Chair,

Jujur saja, kalo masalah ini dari awal saya gabung di WM ya hampir 
selalu saya menangkap nada postingan yang bu Chair sekarang alamatkan 
pada saya ... hehehe.

Saya kagum dengan sensitifitas radar bu Chair yang bisa menangkap 
sikap saya yang memang tidak sepaham dengan mereka yang mengaku 
sekuler, liberal, pluralis, moderat, atau apalah istilah lain yang 
mereka usung. Yang namanya 'tidak benar' yang tetap tidak benar.

Apakah salah saya menunjukkan sikap tidak setuju? Apa ini artinya bu 
Chair berada di pihak mereka ketika mencap sikat tidak setuju saya 
sebagai sesuatu yang negatif?

Belum tahu riwayat bagaimana Rasul ketika futuh mekah (takluknya 
mekah) saat menerima Wahsyi, mantan budak Quraisy yang dimerdekakan 
tuannya karena berhasil membunuh paman Rasul, Hamzah, dan lalu 
mengoyak dadanya dan mencabut hati/jantungnya untuk dimamah oleh 
Hindun yang ketika itu masih kafir? Rasul menerima Wahsyi tapi 
berpesan agar Wahsyi tidak menampakkan dirinya di hadapan Rasul.

Apakah sikap manusiawi Rasul untuk membenci tindakan Wahsyi sehingga 
beliau tidak ingin melihat Wahsyi itu juga negatif? Salah? Akibat 
bujukan/bisikan syaitan?

Hati-hati juga dalam memberikan pernyataan yang cenderung menuduh.

Tapi saya suka dengan sikap bu Chair.

Salam kenal (lagi) ya.

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear Pak Satriyo,
> 
> Sebenarnya orang boleh-boleh saja menamakan dirinya dengan apa saja
> semisal liberal, demokrat, konservatif, atheis, radikal etc..
> 
> Tapi yang saya maksud jangan sampai kita mnegolok-olok dengan 
konteks
> memberikan labelisasi dengan nilai negatif...itu artinya mengolok-
olok;)
> 
> ini saya kutip lagi ucapan Pak Satriyo..." tapi tidak dengan semacam
> Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau Mernisi atau (feminis) muslimah
> lainnya, yang ada pendapat mereka yang berterima tapi umumnya
> cenderung 'liberal' ...
> 
> dari kutipan di atas kalau saya tidak salah (ma'af kalau saya salah
> menafsirkan) seakan-akan labelisasi "liberal" terhadap Ibu Lelah dan
> Ibu Mernisi bersifat negatif dalam sudut pandang Pak 
Satriyo..padahal
> jelas disebutkan didalam Qur'an janganlah suatu kaum mengolok-
olokkan
> kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) 
lebih
> baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).
> 
> Dengan kata lain jangan Pak Satriyo memberikan labelisasi "liberal"
> dengan nilai negatif terhadap Ibu Lelah dan Ibu Mernisi karena boleh
> jadi mereka dengan liberalismenya jauh lebih baik dari diri kita:))
> 
> Seperti yang sering disebutkan Mba Mia...hati-hati dengan (bisikan)
> syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke 
dalam
> dada manusia, dari jin dan manusia. 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > Dear Bu Chair,
> > 
> > Terima kasih atas taushiyahnya. Sungguh gembira dan nyaman 
rasanya 
> > dibelai oleh sesama saudara dengan lembut, tidak dingatkan dengan 
> > cara keras atau sinis.
> > 
> > Mohon mba pahami bahwa saya tidak memberi label kepada mereka 
tapi 
> > hanya menegaskan saja apa yang orang nisbatkan pada mereka, dan 
dari 
> > sepak terjang mereka saya bisa memahami label itu. Dan mungkin 
tidak 
> > seperti yang mba Chair duga, mereka tidak merasa tersinggung 
dengan 
> > label -- jika memang itu sebuah pelabelan -- liberal karena 
memang 
> > mereka sendiri yang menyatakan mereka adalah muslim liberal. Jadi 
> > tidak ada pelabelan di sini.
> > 
> > Coba lihat JIL. Apa ada yang melabeli mereka 'liberal'? Tidak. 
Malah 
> > mereka yang memproklamirkan bahwa mereka adalah golonga muslim 
> > liberal dengan mengusung bendera Jaringan Islam Liberal. Apa saya 
> > jadi termasuk melabeli mereka ketika mereka saya sebut 'muslim 
> > liberal' ketika mereka sendiri yang menyatakan bahwa mereka 
adalah 
> > muslim liberal?
> > 
> > Nampaknya di sini mba Chair telah melabeli saya sebagai 'orang 
yang 
> > melabeli saudaranya liberal' ya? Insyaallah saya paham ko hukum 
> > melabeli apalagi menghujat orang lain yang seiman. adapun 
penisbatan 
> > yang sesuai dengan firman Allah, spt kafir, munafiq, muslim, 
mumin, 
> > dst menurut saya bukanlah pelabelan. Tapi lebih sebagai 
memberikan 
> > deskripsi agar jelas karakter orang tertentu. dan akan menjadi 
> > pelabelan ketika kita langsung menunjuk ke hidung seseorang 
sebagai 
> > berstatus/karekter tertentu.
> > 
> > jadi jika saya menyatakan sesat orang yang spt ini atau itu, saya 
> > kita tidak apa-apa. tapi tidak pada tempatnya langsung menyebut 
nama 
> > tanpa ada hujjah atau argumentasi yang jelas kedudukan orang itu 
> > sesuai tabiat atau tindak-tuturnya. maaf ni jadi tidak congruent 
dan 
> > relevan.
> > 
> > demikian mba Chair.
> > 
> > terima kasih ya sekali lagi.
> > 
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
> >  wrote:
> > >
> > > Dear Pak Satriyo,
> > > 
> > > Cerita dikit nih..;) pas di lampu merah, teman ku ngomel begitu
> > > melihat ada laki

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik Chae
Dear Pak Satriyo,

Sebenarnya orang boleh-boleh saja menamakan dirinya dengan apa saja
semisal liberal, demokrat, konservatif, atheis, radikal etc..

Tapi yang saya maksud jangan sampai kita mnegolok-olok dengan konteks
memberikan labelisasi dengan nilai negatif...itu artinya mengolok-olok;)

ini saya kutip lagi ucapan Pak Satriyo..." tapi tidak dengan semacam
Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau Mernisi atau (feminis) muslimah
lainnya, yang ada pendapat mereka yang berterima tapi umumnya
cenderung 'liberal' ...

dari kutipan di atas kalau saya tidak salah (ma'af kalau saya salah
menafsirkan) seakan-akan labelisasi "liberal" terhadap Ibu Lelah dan
Ibu Mernisi bersifat negatif dalam sudut pandang Pak Satriyo..padahal
jelas disebutkan didalam Qur'an janganlah suatu kaum mengolok-olokkan
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).

Dengan kata lain jangan Pak Satriyo memberikan labelisasi "liberal"
dengan nilai negatif terhadap Ibu Lelah dan Ibu Mernisi karena boleh
jadi mereka dengan liberalismenya jauh lebih baik dari diri kita:))

Seperti yang sering disebutkan Mba Mia...hati-hati dengan (bisikan)
syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia, dari jin dan manusia. 



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear Bu Chair,
> 
> Terima kasih atas taushiyahnya. Sungguh gembira dan nyaman rasanya 
> dibelai oleh sesama saudara dengan lembut, tidak dingatkan dengan 
> cara keras atau sinis.
> 
> Mohon mba pahami bahwa saya tidak memberi label kepada mereka tapi 
> hanya menegaskan saja apa yang orang nisbatkan pada mereka, dan dari 
> sepak terjang mereka saya bisa memahami label itu. Dan mungkin tidak 
> seperti yang mba Chair duga, mereka tidak merasa tersinggung dengan 
> label -- jika memang itu sebuah pelabelan -- liberal karena memang 
> mereka sendiri yang menyatakan mereka adalah muslim liberal. Jadi 
> tidak ada pelabelan di sini.
> 
> Coba lihat JIL. Apa ada yang melabeli mereka 'liberal'? Tidak. Malah 
> mereka yang memproklamirkan bahwa mereka adalah golonga muslim 
> liberal dengan mengusung bendera Jaringan Islam Liberal. Apa saya 
> jadi termasuk melabeli mereka ketika mereka saya sebut 'muslim 
> liberal' ketika mereka sendiri yang menyatakan bahwa mereka adalah 
> muslim liberal?
> 
> Nampaknya di sini mba Chair telah melabeli saya sebagai 'orang yang 
> melabeli saudaranya liberal' ya? Insyaallah saya paham ko hukum 
> melabeli apalagi menghujat orang lain yang seiman. adapun penisbatan 
> yang sesuai dengan firman Allah, spt kafir, munafiq, muslim, mumin, 
> dst menurut saya bukanlah pelabelan. Tapi lebih sebagai memberikan 
> deskripsi agar jelas karakter orang tertentu. dan akan menjadi 
> pelabelan ketika kita langsung menunjuk ke hidung seseorang sebagai 
> berstatus/karekter tertentu.
> 
> jadi jika saya menyatakan sesat orang yang spt ini atau itu, saya 
> kita tidak apa-apa. tapi tidak pada tempatnya langsung menyebut nama 
> tanpa ada hujjah atau argumentasi yang jelas kedudukan orang itu 
> sesuai tabiat atau tindak-tuturnya. maaf ni jadi tidak congruent dan 
> relevan.
> 
> demikian mba Chair.
> 
> terima kasih ya sekali lagi.
> 
> satriyo
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
>  wrote:
> >
> > Dear Pak Satriyo,
> > 
> > Cerita dikit nih..;) pas di lampu merah, teman ku ngomel begitu
> > melihat ada laki-laki dengan dandanan ala habib, pake baju koko 
> putih,
> > celana putih ngatung trus pake jenggot dan surban dikepalanya. Kata
> > teman ku orang seperti itu adalah orang yang fanatik dan radikal,
> > mereka ini termasuk golongan orang yang so bener sendiri alias 
> sombong
> > padahal lihat kenyataanya malah suka meminta-minta sumbangan buat
> > dipake aksinya.
> > 
> > Belum habis ngomelnya, si laki-laki itu mendatangi mobil kami...saya
> > turunkan kaca jendela dan menerima lembaran kertas yang
> > diberikanya...saya bilang.."jangan berburuk sangka dulu, lihat nih 
> dia
> > cuman lagi usaha secara halal..membagi-bagikan brosur penurun berat
> > badan..".
> > 
> > Seringkali kita sendiri terjebak dengan labelisasi yang kita buat
> > sendiri sehingga pikiran kita belum apa-apa sudah berburuk sangka,
> > padahal berburuk sangka itu adalah dosa...Nabi aja kena tegur ketika
> > Beliau berburuk sangka.
> > 
> > Labelisasi yang bernilai negatif dalam bahasa Qur'anya adalah
> > mengolok-olok dan jelas-jelas dilarang,janganlah suatu kaum
> > mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
> > diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).
> > 
> > Kita harus bisa mengsikapi segala sesuatunya secara adil...bukan
> > begitu Pak Satriyo??
> > 
> > Seperti labelisasi yang anda berikan kepada Bu Mernisi dan Bu Lelah,
> > hanya karena sudut pandang yang seringkali berbeda maka anda sudah
> > merasa berhak melabelisasi meraka (mengolok-olok) dengan label
> > "liberal" tanpa meneliti setiap permasalahan

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik satriyo
Dear Bu Chair,

Terima kasih atas taushiyahnya. Sungguh gembira dan nyaman rasanya 
dibelai oleh sesama saudara dengan lembut, tidak dingatkan dengan 
cara keras atau sinis.

Mohon mba pahami bahwa saya tidak memberi label kepada mereka tapi 
hanya menegaskan saja apa yang orang nisbatkan pada mereka, dan dari 
sepak terjang mereka saya bisa memahami label itu. Dan mungkin tidak 
seperti yang mba Chair duga, mereka tidak merasa tersinggung dengan 
label -- jika memang itu sebuah pelabelan -- liberal karena memang 
mereka sendiri yang menyatakan mereka adalah muslim liberal. Jadi 
tidak ada pelabelan di sini.

Coba lihat JIL. Apa ada yang melabeli mereka 'liberal'? Tidak. Malah 
mereka yang memproklamirkan bahwa mereka adalah golonga muslim 
liberal dengan mengusung bendera Jaringan Islam Liberal. Apa saya 
jadi termasuk melabeli mereka ketika mereka saya sebut 'muslim 
liberal' ketika mereka sendiri yang menyatakan bahwa mereka adalah 
muslim liberal?

Nampaknya di sini mba Chair telah melabeli saya sebagai 'orang yang 
melabeli saudaranya liberal' ya? Insyaallah saya paham ko hukum 
melabeli apalagi menghujat orang lain yang seiman. adapun penisbatan 
yang sesuai dengan firman Allah, spt kafir, munafiq, muslim, mumin, 
dst menurut saya bukanlah pelabelan. Tapi lebih sebagai memberikan 
deskripsi agar jelas karakter orang tertentu. dan akan menjadi 
pelabelan ketika kita langsung menunjuk ke hidung seseorang sebagai 
berstatus/karekter tertentu.

jadi jika saya menyatakan sesat orang yang spt ini atau itu, saya 
kita tidak apa-apa. tapi tidak pada tempatnya langsung menyebut nama 
tanpa ada hujjah atau argumentasi yang jelas kedudukan orang itu 
sesuai tabiat atau tindak-tuturnya. maaf ni jadi tidak congruent dan 
relevan.

demikian mba Chair.

terima kasih ya sekali lagi.

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear Pak Satriyo,
> 
> Cerita dikit nih..;) pas di lampu merah, teman ku ngomel begitu
> melihat ada laki-laki dengan dandanan ala habib, pake baju koko 
putih,
> celana putih ngatung trus pake jenggot dan surban dikepalanya. Kata
> teman ku orang seperti itu adalah orang yang fanatik dan radikal,
> mereka ini termasuk golongan orang yang so bener sendiri alias 
sombong
> padahal lihat kenyataanya malah suka meminta-minta sumbangan buat
> dipake aksinya.
> 
> Belum habis ngomelnya, si laki-laki itu mendatangi mobil kami...saya
> turunkan kaca jendela dan menerima lembaran kertas yang
> diberikanya...saya bilang.."jangan berburuk sangka dulu, lihat nih 
dia
> cuman lagi usaha secara halal..membagi-bagikan brosur penurun berat
> badan..".
> 
> Seringkali kita sendiri terjebak dengan labelisasi yang kita buat
> sendiri sehingga pikiran kita belum apa-apa sudah berburuk sangka,
> padahal berburuk sangka itu adalah dosa...Nabi aja kena tegur ketika
> Beliau berburuk sangka.
> 
> Labelisasi yang bernilai negatif dalam bahasa Qur'anya adalah
> mengolok-olok dan jelas-jelas dilarang,janganlah suatu kaum
> mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
> diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).
> 
> Kita harus bisa mengsikapi segala sesuatunya secara adil...bukan
> begitu Pak Satriyo??
> 
> Seperti labelisasi yang anda berikan kepada Bu Mernisi dan Bu Lelah,
> hanya karena sudut pandang yang seringkali berbeda maka anda sudah
> merasa berhak melabelisasi meraka (mengolok-olok) dengan label
> "liberal" tanpa meneliti setiap permasalahanya.
> 
> Sebaiknya kita mulai bersikap bijaksana...tul enggak??;)
> 
> Kedua soal Nusyuz, jelas boleh di terapakan pada istri atau suami
> karena kedudukan suami-istri adalah setara dalam hak dan
> kewajiban...ingat bahwa kedudukan suami-istri itu setara menurut
> Qur'an..." mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian 
bagi
> mereka.
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > Bu Mia dan dear Bu Chae,
> > 
> > Mohon catat bahwa kepada brother/syaikh Estes saya tidak punya 
> > masalah karena dari awal kenal tulisan beliau saya seiring 
sepaham, 
> > tapi tidak dengan semacam Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau 
Mernisi 
> > atau (feminis) muslimah lainnya, yang ada pendapat mereka yang 
> > berterima tapi umumnya cenderung 'liberal' ...
> > 
> > Soal nusyuz, saya setuju bahwa yang dimaksud adalah tindakan yang 
> > menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini sikap 
istri 
> > di mata suami. Secara implisit mungkin bisa juga dianggap 
sebaliknya. 
> > Tapi itu perlu pembahasan lain karena secara eksplisit tidak ada 
> > dalilnya. Maaf. Adapun pendapat abah, saya kira tidak melenceng 
> > karena selingkuh adalah bagian dari sikap nusyuz itu. Jadi salah 
satu 
> > bentuk nusyuz adalah selingkuh, tapi nusyuz bukan hanya selingkuh.
> > 
> > maaf jika tidak sepakat.
> > 
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia"  wrote:
> > >
> > > Pak Satriyo memang begitu yang dimaknai Esteez dan Bachtiar ttg 
> > > dharaba, sesu

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-11 Terurut Topik Chae
Dear Pak Satriyo,

Cerita dikit nih..;) pas di lampu merah, teman ku ngomel begitu
melihat ada laki-laki dengan dandanan ala habib, pake baju koko putih,
celana putih ngatung trus pake jenggot dan surban dikepalanya. Kata
teman ku orang seperti itu adalah orang yang fanatik dan radikal,
mereka ini termasuk golongan orang yang so bener sendiri alias sombong
padahal lihat kenyataanya malah suka meminta-minta sumbangan buat
dipake aksinya.

Belum habis ngomelnya, si laki-laki itu mendatangi mobil kami...saya
turunkan kaca jendela dan menerima lembaran kertas yang
diberikanya...saya bilang.."jangan berburuk sangka dulu, lihat nih dia
cuman lagi usaha secara halal..membagi-bagikan brosur penurun berat
badan..".

Seringkali kita sendiri terjebak dengan labelisasi yang kita buat
sendiri sehingga pikiran kita belum apa-apa sudah berburuk sangka,
padahal berburuk sangka itu adalah dosa...Nabi aja kena tegur ketika
Beliau berburuk sangka.

Labelisasi yang bernilai negatif dalam bahasa Qur'anya adalah
mengolok-olok dan jelas-jelas dilarang,janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).

Kita harus bisa mengsikapi segala sesuatunya secara adil...bukan
begitu Pak Satriyo??

Seperti labelisasi yang anda berikan kepada Bu Mernisi dan Bu Lelah,
hanya karena sudut pandang yang seringkali berbeda maka anda sudah
merasa berhak melabelisasi meraka (mengolok-olok) dengan label
"liberal" tanpa meneliti setiap permasalahanya.

Sebaiknya kita mulai bersikap bijaksana...tul enggak??;)

Kedua soal Nusyuz, jelas boleh di terapakan pada istri atau suami
karena kedudukan suami-istri adalah setara dalam hak dan
kewajiban...ingat bahwa kedudukan suami-istri itu setara menurut
Qur'an..." mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka.



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bu Mia dan dear Bu Chae,
> 
> Mohon catat bahwa kepada brother/syaikh Estes saya tidak punya 
> masalah karena dari awal kenal tulisan beliau saya seiring sepaham, 
> tapi tidak dengan semacam Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau Mernisi 
> atau (feminis) muslimah lainnya, yang ada pendapat mereka yang 
> berterima tapi umumnya cenderung 'liberal' ...
> 
> Soal nusyuz, saya setuju bahwa yang dimaksud adalah tindakan yang 
> menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini sikap istri 
> di mata suami. Secara implisit mungkin bisa juga dianggap sebaliknya. 
> Tapi itu perlu pembahasan lain karena secara eksplisit tidak ada 
> dalilnya. Maaf. Adapun pendapat abah, saya kira tidak melenceng 
> karena selingkuh adalah bagian dari sikap nusyuz itu. Jadi salah satu 
> bentuk nusyuz adalah selingkuh, tapi nusyuz bukan hanya selingkuh.
> 
> maaf jika tidak sepakat.
> 
> satriyo
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia"  wrote:
> >
> > Pak Satriyo memang begitu yang dimaknai Esteez dan Bachtiar ttg 
> > dharaba, sesuai pemahaman kebanyakan kita di sini, tapi pak HMNA 
> > nggak setuju karena jadinya terlalu lunak.
> > 
> > Yang Pak Wikan maksud saya pikir sejalan dengan pendapat mba Chae, 
> > bahwa nusyuz itu artinya meninggalkan kewajiban sbg suami/isteri, 
> > dan bukan soal selingkuh, dimana inilah pengertian Pak HMNA.
> > 
> > salam
> > Mia
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> > >
> > > mas wikan yang dirahmati Allah,
> > > dari artikel yang berisi jawaban syaikh yusuf esteez, dan sedikit 
> > > beririsan dengan pendapat Laleh Bakhtir, bahwa 'memukul' (lembut, 
> > > apalagi keras) bukanlah makna yang pas buat 'wadhrib' yang 
> berakar 
> > > kata 'dharaba' itu ...
> > > lagi pula tidak sesuai dengan salah satu hadis Rasul yang 
> melarang 
> > > untuk memukul istri, terutama memukul bagian muka, lembut apalagi 
> > > keras, karena memukul bukanlah tindakan etis dari suami kepada 
> > istri. 
> > > mungkin riwayat Umar yang tidak balas menanggapi kemarahan 
> > istrinya, 
> > > tapi lebih memilih untuk pergi menghindari istrinya, bahkan 
> > > menjelaskan kepada sahabat yang menanyakan sikapnya itu bahwa 
> > > istrinya berhak marah (artinya memang marah yang pada tempatnya) 
> > > karena itu hak dia ketika istri merasa suami melakukan tindakan 
> > yang 
> > > menyinggung atau membuatnya kecewa ...
> > > 
> > > allaahu a'lam,
> > > 
> > > satriyo
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" 
> > >  wrote:
> > > >
> > > > Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum 
> bahwa
> > > > hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang 
> > menjurus
> > > > pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan 
> > > tersebut
> > > > tertulis
> > > > 
> > > > "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
> > > > mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan 
> > pukullah
> > > > mereka ..."
> > > > 
> > > > Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan 
> kewajiba

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-11 Terurut Topik Mia
Memang begitu ceritanya dulu Pak Satriyo.  Mernissi mengeluarkan 
pentafsirannya pada 'idrib' seperti penjelasan Estes dan Bakhtir, 
karena itu pada waktu itu disebut feminis liberal dan dihujat-hujat. 
Generasi kita mewarisi certa ini.

O, iya ya...:-), pan ape gw kate..

salam
Mia

-- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bu Mia dan dear Bu Chae,
> 
> Mohon catat bahwa kepada brother/syaikh Estes saya tidak punya 
> masalah karena dari awal kenal tulisan beliau saya seiring 
sepaham, 
> tapi tidak dengan semacam Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau 
Mernisi 
> atau (feminis) muslimah lainnya, yang ada pendapat mereka yang 
> berterima tapi umumnya cenderung 'liberal' ...
> 




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-11 Terurut Topik satriyo
Bu Mia dan dear Bu Chae,

Mohon catat bahwa kepada brother/syaikh Estes saya tidak punya 
masalah karena dari awal kenal tulisan beliau saya seiring sepaham, 
tapi tidak dengan semacam Lelah Bakhtir (bukan Bakhtia) atau Mernisi 
atau (feminis) muslimah lainnya, yang ada pendapat mereka yang 
berterima tapi umumnya cenderung 'liberal' ...

Soal nusyuz, saya setuju bahwa yang dimaksud adalah tindakan yang 
menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini sikap istri 
di mata suami. Secara implisit mungkin bisa juga dianggap sebaliknya. 
Tapi itu perlu pembahasan lain karena secara eksplisit tidak ada 
dalilnya. Maaf. Adapun pendapat abah, saya kira tidak melenceng 
karena selingkuh adalah bagian dari sikap nusyuz itu. Jadi salah satu 
bentuk nusyuz adalah selingkuh, tapi nusyuz bukan hanya selingkuh.

maaf jika tidak sepakat.

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Satriyo memang begitu yang dimaknai Esteez dan Bachtiar ttg 
> dharaba, sesuai pemahaman kebanyakan kita di sini, tapi pak HMNA 
> nggak setuju karena jadinya terlalu lunak.
> 
> Yang Pak Wikan maksud saya pikir sejalan dengan pendapat mba Chae, 
> bahwa nusyuz itu artinya meninggalkan kewajiban sbg suami/isteri, 
> dan bukan soal selingkuh, dimana inilah pengertian Pak HMNA.
> 
> salam
> Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo"  wrote:
> >
> > mas wikan yang dirahmati Allah,
> > dari artikel yang berisi jawaban syaikh yusuf esteez, dan sedikit 
> > beririsan dengan pendapat Laleh Bakhtir, bahwa 'memukul' (lembut, 
> > apalagi keras) bukanlah makna yang pas buat 'wadhrib' yang 
berakar 
> > kata 'dharaba' itu ...
> > lagi pula tidak sesuai dengan salah satu hadis Rasul yang 
melarang 
> > untuk memukul istri, terutama memukul bagian muka, lembut apalagi 
> > keras, karena memukul bukanlah tindakan etis dari suami kepada 
> istri. 
> > mungkin riwayat Umar yang tidak balas menanggapi kemarahan 
> istrinya, 
> > tapi lebih memilih untuk pergi menghindari istrinya, bahkan 
> > menjelaskan kepada sahabat yang menanyakan sikapnya itu bahwa 
> > istrinya berhak marah (artinya memang marah yang pada tempatnya) 
> > karena itu hak dia ketika istri merasa suami melakukan tindakan 
> yang 
> > menyinggung atau membuatnya kecewa ...
> > 
> > allaahu a'lam,
> > 
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" 
> >  wrote:
> > >
> > > Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum 
bahwa
> > > hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang 
> menjurus
> > > pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan 
> > tersebut
> > > tertulis
> > > 
> > > "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
> > > mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan 
> pukullah
> > > mereka ..."
> > > 
> > > Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan 
kewajiban
> > > bersuami istri, Nusyus dari pihak istri, seperti meninggalkan 
> rumah
> > > tanpa izin suaminya".
> > > 
> > > Kalau menurut saya, meninggalkan rumah tanpa izin suami tidak 
> selalu
> > > berarti penyelewengan yang menjurus selingkuh. Jadi pengertian 
> Bapak
> > > tentang pembatasan dharaba hanya dilakukan pada tindakan 
> > penyelewengan
> > > yang menjurus selingkuh ini berdasar apa?
> > > Mohon penjelasannya.
> > > 
> > > wassalam,
> > > --
> > > wikan
> > > http://wikan.multiply.com
> > > 
> > > On 4/5/07, H. M. Nur Abdurrahman  wrote:
> > > 
> > > >
> > > > Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab 
> > rupanya
> > > >  dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il 
> amar
> > > >  (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu 
> tidak 
> > membawa
> > > >  efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi 
> demi 
> > alergi
> > > >  terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi 
> tidak 
> > membawa efek
> > > >  pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang 
> > dainggap "keras"
> > > >  itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa 
> efek 
> > postif bagi
> > > >  masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi 
> > dharaba atas
> > > >  seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak 
> > penyelewangan
> > > >  yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. 
> > Dengan
> > > >  menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", 
> itu 
> > tidak akan
> > > >  memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang 
> > dirasakan oleh
> > > >  grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di 
> > Kabupaten
> > > >  Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana 
> > yang kena
> > > >  sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini 
diadopsi 
> > dari dharaba).
> > >
> >
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-10 Terurut Topik Mia
Pak Satriyo memang begitu yang dimaknai Esteez dan Bachtiar ttg 
dharaba, sesuai pemahaman kebanyakan kita di sini, tapi pak HMNA 
nggak setuju karena jadinya terlalu lunak.

Yang Pak Wikan maksud saya pikir sejalan dengan pendapat mba Chae, 
bahwa nusyuz itu artinya meninggalkan kewajiban sbg suami/isteri, 
dan bukan soal selingkuh, dimana inilah pengertian Pak HMNA.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> mas wikan yang dirahmati Allah,
> dari artikel yang berisi jawaban syaikh yusuf esteez, dan sedikit 
> beririsan dengan pendapat Laleh Bakhtir, bahwa 'memukul' (lembut, 
> apalagi keras) bukanlah makna yang pas buat 'wadhrib' yang berakar 
> kata 'dharaba' itu ...
> lagi pula tidak sesuai dengan salah satu hadis Rasul yang melarang 
> untuk memukul istri, terutama memukul bagian muka, lembut apalagi 
> keras, karena memukul bukanlah tindakan etis dari suami kepada 
istri. 
> mungkin riwayat Umar yang tidak balas menanggapi kemarahan 
istrinya, 
> tapi lebih memilih untuk pergi menghindari istrinya, bahkan 
> menjelaskan kepada sahabat yang menanyakan sikapnya itu bahwa 
> istrinya berhak marah (artinya memang marah yang pada tempatnya) 
> karena itu hak dia ketika istri merasa suami melakukan tindakan 
yang 
> menyinggung atau membuatnya kecewa ...
> 
> allaahu a'lam,
> 
> satriyo
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" 
>  wrote:
> >
> > Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum bahwa
> > hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang 
menjurus
> > pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan 
> tersebut
> > tertulis
> > 
> > "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
> > mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan 
pukullah
> > mereka ..."
> > 
> > Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan kewajiban
> > bersuami istri, Nusyus dari pihak istri, seperti meninggalkan 
rumah
> > tanpa izin suaminya".
> > 
> > Kalau menurut saya, meninggalkan rumah tanpa izin suami tidak 
selalu
> > berarti penyelewengan yang menjurus selingkuh. Jadi pengertian 
Bapak
> > tentang pembatasan dharaba hanya dilakukan pada tindakan 
> penyelewengan
> > yang menjurus selingkuh ini berdasar apa?
> > Mohon penjelasannya.
> > 
> > wassalam,
> > --
> > wikan
> > http://wikan.multiply.com
> > 
> > On 4/5/07, H. M. Nur Abdurrahman  wrote:
> > 
> > >
> > > Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab 
> rupanya
> > >  dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il 
amar
> > >  (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu 
tidak 
> membawa
> > >  efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi 
demi 
> alergi
> > >  terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi 
tidak 
> membawa efek
> > >  pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang 
> dainggap "keras"
> > >  itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa 
efek 
> postif bagi
> > >  masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi 
> dharaba atas
> > >  seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak 
> penyelewangan
> > >  yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. 
> Dengan
> > >  menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", 
itu 
> tidak akan
> > >  memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang 
> dirasakan oleh
> > >  grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di 
> Kabupaten
> > >  Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana 
> yang kena
> > >  sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi 
> dari dharaba).
> >
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-10 Terurut Topik Chae

Dear Pak Satriyo,

Kalau menurut pendapat saya nusyuz itu berarti tidak menjalankan
kewajiban sesuai fungsinya, istri melalaikan kewajibanya sebagai istri
dan begitu juga sebaliknya..suami melalaikan kewajiban sebagai suami.
Dan persepsi nusyuz adalah selingkuh adalah pendapat Abah HMNA,
silangkan tanya pada Beliau dasarnya apa sehingga nusyuz dikatakan
sebagai prilaku selingkuh;)

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mba Chair,
> menurut mba sendiri 'nusyuz' itu apa? apakah memang pas diartikan 
> sebagai 'selingkuh'?
> 
> satriyo
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
>  wrote:
> >
> > Dear Abah,
> > 
> > Terima kasih atas penjelasanya hanya saja dengan konsep yang Abah
> > kemukakan akan banyak sekali persepsi2 yang beragam sehingga
> > menghasilkan batasan yang sangat bias...
> > 
> > Misalnya apa definisi selingkuh?? mungkin ada laki-laki yang
> > menganggap seorang istri yang melirik laki-laki lain bisa di
> > kategorikan selingkuh, atau ada juga laki-laki yang menggap bahwa
> > perempuan yang berbicara dengan laki-laki lain di anggap selingkuh,
> > perempuan yang pergi bersama-sama dengan laki-laki lain bisa di 
> anggap
> > selingkuh...lalu bagaimana menyamakan konsep dari selingkuh itu
> > sendiri?? jangan-jangan perempuan yang tanpa sengaja menerima tlp
> > salah sambung dari seorang laki-laki bisa-bisa dianggap selingkuh 
> dan
> > ada hak atas diri perempuan itu untuk di pukul oleh suaminya:(
> > 
> > Jadi pertanyaan saya apa konsep selingkuh yang Abah kategorikan
> > sebagai nuyzuk?? 
> > 
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> >  wrote:
> > >
> > > Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab 
> rupanya
> > > dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
> > > (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak 
> membawa
> > > efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi 
> alergi
> > > terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak
> > membawa efek
> > > pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang 
> dainggap
> > "keras"
> > > itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek
> > postif bagi
> > > masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi dharaba 
> atas
> > > seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak
> > penyelewangan
> > > yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. 
> Dengan
> > > menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu 
> tidak
> > akan
> > > memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang 
> dirasakan oleh
> > > grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di 
> Kabupaten
> > > Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana yang 
> kena
> > > sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi dari
> > dharaba).
> > > 
> > > "dicambuk dengan bilah bambu"
> > > 
> > > Kerisauan kini tak lagi hinggap di benak Usman. Warga Desa Padang,
> > Kecamatan
> > > Gantarang,  Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, ini merasa
> > keluarganya
> > > aman dan terlindungi. Ini semenjak pemberlakuan Peraturan Daerah 
> (Perda)
> > > Nomor 03 Tahun 2002 tentang Larangan Penjualan dan Penertiban
> > Minuman Keras
> > > yang ditopang dengan sanksi cambuk bagi pemabuk, karena peminum 
> itu
> > gampang
> > > mendapatkan miras di kota Makassar.. "Dulu banyak anak perempuan 
> yang
> > > diganggu pemuda-pemuda desa yang nongkrong sambil mabuk-mabukan,"
> > kata bapak
> > > berusia 41 tahun itu. Maklum, dua anak gadis Usman tengah beranjak
> > dewasa.
> > > 
> > > Kini Usman tak lagi melihat pemuda pemabuk yang nakal. Para 
> berandal
> > desa
> > > agaknya keder dengan sanksi  dari Perda itu. Yakni ancaman 
> dicambuk
> > dengan
> > > bilah bambu sebanyak 40 kali bila tertangkap mabuk. Selain itu, 
> ada pula
> > > hukuman berupa sanksi moral. "Kalau ada yang kena hukuman, semua
> > warga desa
> > > tahu, karena dilaksanakan di tempat terbuka sehabis shalat 
> Jum'at. Jadi,
> > > mereka yang mau berbuat jahat malu rasanya," ujarnya.
> > > 
> > > Penerapan aturan semacam ini tidak dipermasalahkan warga desa.
> > Maklum, kini
> > > mereka merasa  lebih aman dan terlindungi. Polisi pun tak perlu 
> repot
> > > membasmi penyakit masyarakat yang sebenarnya bisa diselesaikan
> > sendiri oleh
> > > masyarakat (self help). "Kini tidak ada lagi yang berani terbuat
> > jahat di
> > > desa kami. Hidup kami pun tenteram," tuturnya.
> > > 
> > > Wassalam,
> > > HMNA
> > > 
> > > ***
> > > 
> > > 
> > > - Original Message - 
> > > From: "Mia" 
> > > To: 
> > > Sent: Thursday, April 05, 2007 10:25
> > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
> hunna"
> > > (An-Nisa 34)
> > > 
> > > 
> > > > Maksudnya Pak HMNA nggak setuju dengan Pak Satriyo dan mba Flora
> > > > dengan pemahaman 'idrib' yang dari artikel itu? nggak usa

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-10 Terurut Topik satriyo
Mba Chair,
menurut mba sendiri 'nusyuz' itu apa? apakah memang pas diartikan 
sebagai 'selingkuh'?

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear Abah,
> 
> Terima kasih atas penjelasanya hanya saja dengan konsep yang Abah
> kemukakan akan banyak sekali persepsi2 yang beragam sehingga
> menghasilkan batasan yang sangat bias...
> 
> Misalnya apa definisi selingkuh?? mungkin ada laki-laki yang
> menganggap seorang istri yang melirik laki-laki lain bisa di
> kategorikan selingkuh, atau ada juga laki-laki yang menggap bahwa
> perempuan yang berbicara dengan laki-laki lain di anggap selingkuh,
> perempuan yang pergi bersama-sama dengan laki-laki lain bisa di 
anggap
> selingkuh...lalu bagaimana menyamakan konsep dari selingkuh itu
> sendiri?? jangan-jangan perempuan yang tanpa sengaja menerima tlp
> salah sambung dari seorang laki-laki bisa-bisa dianggap selingkuh 
dan
> ada hak atas diri perempuan itu untuk di pukul oleh suaminya:(
> 
> Jadi pertanyaan saya apa konsep selingkuh yang Abah kategorikan
> sebagai nuyzuk?? 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
>  wrote:
> >
> > Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab 
rupanya
> > dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
> > (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak 
membawa
> > efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi 
alergi
> > terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak
> membawa efek
> > pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang 
dainggap
> "keras"
> > itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek
> postif bagi
> > masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi dharaba 
atas
> > seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak
> penyelewangan
> > yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. 
Dengan
> > menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu 
tidak
> akan
> > memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang 
dirasakan oleh
> > grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di 
Kabupaten
> > Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana yang 
kena
> > sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi dari
> dharaba).
> > 
> > "dicambuk dengan bilah bambu"
> > 
> > Kerisauan kini tak lagi hinggap di benak Usman. Warga Desa Padang,
> Kecamatan
> > Gantarang,  Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, ini merasa
> keluarganya
> > aman dan terlindungi. Ini semenjak pemberlakuan Peraturan Daerah 
(Perda)
> > Nomor 03 Tahun 2002 tentang Larangan Penjualan dan Penertiban
> Minuman Keras
> > yang ditopang dengan sanksi cambuk bagi pemabuk, karena peminum 
itu
> gampang
> > mendapatkan miras di kota Makassar.. "Dulu banyak anak perempuan 
yang
> > diganggu pemuda-pemuda desa yang nongkrong sambil mabuk-mabukan,"
> kata bapak
> > berusia 41 tahun itu. Maklum, dua anak gadis Usman tengah beranjak
> dewasa.
> > 
> > Kini Usman tak lagi melihat pemuda pemabuk yang nakal. Para 
berandal
> desa
> > agaknya keder dengan sanksi  dari Perda itu. Yakni ancaman 
dicambuk
> dengan
> > bilah bambu sebanyak 40 kali bila tertangkap mabuk. Selain itu, 
ada pula
> > hukuman berupa sanksi moral. "Kalau ada yang kena hukuman, semua
> warga desa
> > tahu, karena dilaksanakan di tempat terbuka sehabis shalat 
Jum'at. Jadi,
> > mereka yang mau berbuat jahat malu rasanya," ujarnya.
> > 
> > Penerapan aturan semacam ini tidak dipermasalahkan warga desa.
> Maklum, kini
> > mereka merasa  lebih aman dan terlindungi. Polisi pun tak perlu 
repot
> > membasmi penyakit masyarakat yang sebenarnya bisa diselesaikan
> sendiri oleh
> > masyarakat (self help). "Kini tidak ada lagi yang berani terbuat
> jahat di
> > desa kami. Hidup kami pun tenteram," tuturnya.
> > 
> > Wassalam,
> > HMNA
> > 
> > ***
> > 
> > 
> > - Original Message - 
> > From: "Mia" 
> > To: 
> > Sent: Thursday, April 05, 2007 10:25
> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu 
hunna"
> > (An-Nisa 34)
> > 
> > 
> > > Maksudnya Pak HMNA nggak setuju dengan Pak Satriyo dan mba Flora
> > > dengan pemahaman 'idrib' yang dari artikel itu? nggak usah bawa-
bawa
> > > topik lain yang jauh relevansinya sementara ini. Sayang sekali 
anda
> > > terlambat dan keras kepala pula, jadinya ngrepotin orang mlulu.
> > >
> > > Mba Chae, dengan reinterpretasi baru yang menyegarkan tentang 
jilbab
> > > itu, selamat dari sekarang. Suatu hari pemahaman anda diikuti 
oleh
> > > temen2 lain seperti Pak Satriyo, mba Flora dll. Good job!
> > >
> > > salam
> > > Mia
> > >
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> > >  wrote:
> > > >
> > > > Jadi perintah dharaba kepada anak kita yang sudah berumur 10 
tahun
> > > tidak
> > > > shalat juga seperti ini: "'leave him/her alone'" Tambah tidak
> > > shalatlah dia.
> > > > Yang jadi m

[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-10 Terurut Topik satriyo
mas wikan yang dirahmati Allah,
dari artikel yang berisi jawaban syaikh yusuf esteez, dan sedikit 
beririsan dengan pendapat Laleh Bakhtir, bahwa 'memukul' (lembut, 
apalagi keras) bukanlah makna yang pas buat 'wadhrib' yang berakar 
kata 'dharaba' itu ...
lagi pula tidak sesuai dengan salah satu hadis Rasul yang melarang 
untuk memukul istri, terutama memukul bagian muka, lembut apalagi 
keras, karena memukul bukanlah tindakan etis dari suami kepada istri. 
mungkin riwayat Umar yang tidak balas menanggapi kemarahan istrinya, 
tapi lebih memilih untuk pergi menghindari istrinya, bahkan 
menjelaskan kepada sahabat yang menanyakan sikapnya itu bahwa 
istrinya berhak marah (artinya memang marah yang pada tempatnya) 
karena itu hak dia ketika istri merasa suami melakukan tindakan yang 
menyinggung atau membuatnya kecewa ...

allaahu a'lam,

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum bahwa
> hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang menjurus
> pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan 
tersebut
> tertulis
> 
> "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
> mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
> mereka ..."
> 
> Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan kewajiban
> bersuami istri, Nusyus dari pihak istri, seperti meninggalkan rumah
> tanpa izin suaminya".
> 
> Kalau menurut saya, meninggalkan rumah tanpa izin suami tidak selalu
> berarti penyelewengan yang menjurus selingkuh. Jadi pengertian Bapak
> tentang pembatasan dharaba hanya dilakukan pada tindakan 
penyelewengan
> yang menjurus selingkuh ini berdasar apa?
> Mohon penjelasannya.
> 
> wassalam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com
> 
> On 4/5/07, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> >
> > Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab 
rupanya
> >  dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
> >  (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak 
membawa
> >  efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi 
alergi
> >  terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak 
membawa efek
> >  pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang 
dainggap "keras"
> >  itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek 
postif bagi
> >  masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi 
dharaba atas
> >  seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak 
penyelewangan
> >  yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. 
Dengan
> >  menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu 
tidak akan
> >  memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang 
dirasakan oleh
> >  grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di 
Kabupaten
> >  Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana 
yang kena
> >  sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi 
dari dharaba).
>




[wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa

2007-04-10 Terurut Topik Chae
Dear Abah,

Terima kasih atas penjelasanya hanya saja dengan konsep yang Abah
kemukakan akan banyak sekali persepsi2 yang beragam sehingga
menghasilkan batasan yang sangat bias...

Misalnya apa definisi selingkuh?? mungkin ada laki-laki yang
menganggap seorang istri yang melirik laki-laki lain bisa di
kategorikan selingkuh, atau ada juga laki-laki yang menggap bahwa
perempuan yang berbicara dengan laki-laki lain di anggap selingkuh,
perempuan yang pergi bersama-sama dengan laki-laki lain bisa di anggap
selingkuh...lalu bagaimana menyamakan konsep dari selingkuh itu
sendiri?? jangan-jangan perempuan yang tanpa sengaja menerima tlp
salah sambung dari seorang laki-laki bisa-bisa dianggap selingkuh dan
ada hak atas diri perempuan itu untuk di pukul oleh suaminya:(

Jadi pertanyaan saya apa konsep selingkuh yang Abah kategorikan
sebagai nuyzuk?? 



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab rupanya
> dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
> (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak membawa
> efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi alergi
> terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak
membawa efek
> pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang dainggap
"keras"
> itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek
postif bagi
> masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi dharaba atas
> seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak
penyelewangan
> yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. Dengan
> menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu tidak
akan
> memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang dirasakan oleh
> grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di Kabupaten
> Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana yang kena
> sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi dari
dharaba).
> 
> "dicambuk dengan bilah bambu"
> 
> Kerisauan kini tak lagi hinggap di benak Usman. Warga Desa Padang,
Kecamatan
> Gantarang,  Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, ini merasa
keluarganya
> aman dan terlindungi. Ini semenjak pemberlakuan Peraturan Daerah (Perda)
> Nomor 03 Tahun 2002 tentang Larangan Penjualan dan Penertiban
Minuman Keras
> yang ditopang dengan sanksi cambuk bagi pemabuk, karena peminum itu
gampang
> mendapatkan miras di kota Makassar.. "Dulu banyak anak perempuan yang
> diganggu pemuda-pemuda desa yang nongkrong sambil mabuk-mabukan,"
kata bapak
> berusia 41 tahun itu. Maklum, dua anak gadis Usman tengah beranjak
dewasa.
> 
> Kini Usman tak lagi melihat pemuda pemabuk yang nakal. Para berandal
desa
> agaknya keder dengan sanksi  dari Perda itu. Yakni ancaman dicambuk
dengan
> bilah bambu sebanyak 40 kali bila tertangkap mabuk. Selain itu, ada pula
> hukuman berupa sanksi moral. "Kalau ada yang kena hukuman, semua
warga desa
> tahu, karena dilaksanakan di tempat terbuka sehabis shalat Jum'at. Jadi,
> mereka yang mau berbuat jahat malu rasanya," ujarnya.
> 
> Penerapan aturan semacam ini tidak dipermasalahkan warga desa.
Maklum, kini
> mereka merasa  lebih aman dan terlindungi. Polisi pun tak perlu repot
> membasmi penyakit masyarakat yang sebenarnya bisa diselesaikan
sendiri oleh
> masyarakat (self help). "Kini tidak ada lagi yang berani terbuat
jahat di
> desa kami. Hidup kami pun tenteram," tuturnya.
> 
> Wassalam,
> HMNA
> 
> ***
> 
> 
> - Original Message - 
> From: "Mia" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Thursday, April 05, 2007 10:25
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna"
> (An-Nisa 34)
> 
> 
> > Maksudnya Pak HMNA nggak setuju dengan Pak Satriyo dan mba Flora
> > dengan pemahaman 'idrib' yang dari artikel itu? nggak usah bawa-bawa
> > topik lain yang jauh relevansinya sementara ini. Sayang sekali anda
> > terlambat dan keras kepala pula, jadinya ngrepotin orang mlulu.
> >
> > Mba Chae, dengan reinterpretasi baru yang menyegarkan tentang jilbab
> > itu, selamat dari sekarang. Suatu hari pemahaman anda diikuti oleh
> > temen2 lain seperti Pak Satriyo, mba Flora dll. Good job!
> >
> > salam
> > Mia
> >
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> >  wrote:
> > >
> > > Jadi perintah dharaba kepada anak kita yang sudah berumur 10 tahun
> > tidak
> > > shalat juga seperti ini: "'leave him/her alone'" Tambah tidak
> > shalatlah dia.
> > > Yang jadi masalah sekarang, semua yang keras itu dianggap tidak
> > baik. Tidak
> > > semua yang keras itu tidak baik, tidak semua yang lembut itu baik.
> > Banyak
> > > yang kritik Perda Syari'ah di Bulukumba ttg hukuman cambuk bagi
> > peminum, itu
> > > tidak baik itu keras. Apa hasilnya? Lihatlah di lapangan. Pergilah
> > lihat
> > > desa Padang desa percontohan Syari'ah di Kabupaten Bulukumba, di
> > mana
> >

Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-08 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
Saya sudah jawab dalam postingan Reply kepada Chae, cari saja itu postingan
Wassalam
HMNA

- Original Message - 
From: "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Sunday, April 08, 2007 13:01
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna"
(An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah


> Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum bahwa
> hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang menjurus
> pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan tersebut
> tertulis
>
> "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
> mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
> mereka ..."
>
> Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan kewajiban
> bersuami istri, Nusyus dari pihak istri, seperti meninggalkan rumah
> tanpa izin suaminya".
>
> Kalau menurut saya, meninggalkan rumah tanpa izin suami tidak selalu
> berarti penyelewengan yang menjurus selingkuh. Jadi pengertian Bapak
> tentang pembatasan dharaba hanya dilakukan pada tindakan penyelewengan
> yang menjurus selingkuh ini berdasar apa?
> Mohon penjelasannya.
>
> wassalam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com



Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-07 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
Pak HMNA, di terjemahan Al Quran dari Depag tidak tercantum bahwa
hukuman dharaba itu hanya atas tindakan penyelewengan yang menjurus
pada selingkuh, namun masih bisa diperbaiki. Dalam terjemahan tersebut
tertulis

"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasihatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka ..."

Sementara Nusyus sendiri dimaknai sebagai "meninggalkan kewajiban
bersuami istri, Nusyus dari pihak istri, seperti meninggalkan rumah
tanpa izin suaminya".

Kalau menurut saya, meninggalkan rumah tanpa izin suami tidak selalu
berarti penyelewengan yang menjurus selingkuh. Jadi pengertian Bapak
tentang pembatasan dharaba hanya dilakukan pada tindakan penyelewengan
yang menjurus selingkuh ini berdasar apa?
Mohon penjelasannya.

wassalam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 4/5/07, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>
> Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab rupanya
>  dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
>  (imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak membawa
>  efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi alergi
>  terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak membawa efek
>  pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang dainggap "keras"
>  itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek postif bagi
>  masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi dharaba atas
>  seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak penyelewangan
>  yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. Dengan
>  menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu tidak akan
>  memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang dirasakan oleh
>  grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di Kabupaten
>  Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana yang kena
>  sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi dari dharaba).


Re: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna" (An-Nisa 34) => sanksi keras membawa hikmah

2007-04-07 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
Memang sengaja saya lebarkan pada masalah sanksi keras, sebab rupanya
dharaba, yang ditasrifkan (dikonyugasi) menjadi bentuk fi'il amar
(imperative) idhrib, diturnkan porsinya menjadi lunak, itu tidak membawa
efek bagi pendidikan masyarakat. Artinya melunakkan sanksi demi alergi
terhadap "keras", meringankan individu terpidana, tetapi tidak membawa efek
pada masyarakat. Sebaliknya dengan pemahaman tekstual yang dainggap "keras"
itu, memang memberatkan individu terpidana, tetapi membawa efek postif bagi
masyarakat, itulah esensinya rahmatan lil 'alamin. Sanksi dharaba atas
seorang isteri tidak sembarang dilakukan, hanya atas tindak penyelewangan
yang menjurus kepada selingkuh, namun masih bisa diserbaiki. Dengan
menurunkan porsi dharaba menjadi lunak "'leave her alone", itu tidak akan
memberikan efek apa-apa. Berikut saya kemukakan apa yang dirasakan oleh
grass-root dari desa Padang, desa percontohan Syari'ah di Kabupaten
Bulukumba, tentang sanksi keras dan memalukan bagi terpidana yang kena
sanksi dera karena masbuk: (boleh jadi kata dera ini diadopsi dari dharaba).

"dicambuk dengan bilah bambu"

Kerisauan kini tak lagi hinggap di benak Usman. Warga Desa Padang, Kecamatan
Gantarang,  Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, ini merasa keluarganya
aman dan terlindungi. Ini semenjak pemberlakuan Peraturan Daerah (Perda)
Nomor 03 Tahun 2002 tentang Larangan Penjualan dan Penertiban Minuman Keras
yang ditopang dengan sanksi cambuk bagi pemabuk, karena peminum itu gampang
mendapatkan miras di kota Makassar.. "Dulu banyak anak perempuan yang
diganggu pemuda-pemuda desa yang nongkrong sambil mabuk-mabukan," kata bapak
berusia 41 tahun itu. Maklum, dua anak gadis Usman tengah beranjak dewasa.

Kini Usman tak lagi melihat pemuda pemabuk yang nakal. Para berandal desa
agaknya keder dengan sanksi  dari Perda itu. Yakni ancaman dicambuk dengan
bilah bambu sebanyak 40 kali bila tertangkap mabuk. Selain itu, ada pula
hukuman berupa sanksi moral. "Kalau ada yang kena hukuman, semua warga desa
tahu, karena dilaksanakan di tempat terbuka sehabis shalat Jum'at. Jadi,
mereka yang mau berbuat jahat malu rasanya," ujarnya.

Penerapan aturan semacam ini tidak dipermasalahkan warga desa. Maklum, kini
mereka merasa  lebih aman dan terlindungi. Polisi pun tak perlu repot
membasmi penyakit masyarakat yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri oleh
masyarakat (self help). "Kini tidak ada lagi yang berani terbuat jahat di
desa kami. Hidup kami pun tenteram," tuturnya.

Wassalam,
HMNA

***


- Original Message - 
From: "Mia" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Thursday, April 05, 2007 10:25
Subject: [wanita-muslimah] Re: Versi Baru Terjemahan "wadhribuu hunna"
(An-Nisa 34)


> Maksudnya Pak HMNA nggak setuju dengan Pak Satriyo dan mba Flora
> dengan pemahaman 'idrib' yang dari artikel itu? nggak usah bawa-bawa
> topik lain yang jauh relevansinya sementara ini. Sayang sekali anda
> terlambat dan keras kepala pula, jadinya ngrepotin orang mlulu.
>
> Mba Chae, dengan reinterpretasi baru yang menyegarkan tentang jilbab
> itu, selamat dari sekarang. Suatu hari pemahaman anda diikuti oleh
> temen2 lain seperti Pak Satriyo, mba Flora dll. Good job!
>
> salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Jadi perintah dharaba kepada anak kita yang sudah berumur 10 tahun
> tidak
> > shalat juga seperti ini: "'leave him/her alone'" Tambah tidak
> shalatlah dia.
> > Yang jadi masalah sekarang, semua yang keras itu dianggap tidak
> baik. Tidak
> > semua yang keras itu tidak baik, tidak semua yang lembut itu baik.
> Banyak
> > yang kritik Perda Syari'ah di Bulukumba ttg hukuman cambuk bagi
> peminum, itu
> > tidak baik itu keras. Apa hasilnya? Lihatlah di lapangan. Pergilah
> lihat
> > desa Padang desa percontohan Syari'ah di Kabupaten Bulukumba, di
> mana
> > hukuman cambuk itu diterapkan bagi para pemabuk. Semua senang,
> masyarakat
> > senang. Larangan menjual minuman keras, hanya di Bulukumba. Pemuda
> brandalan
> > bisa pergi ke Makassar beli miras, dia bawa sembunyi-sembunyi ke
> tempat
> > pemukimannya di Bulukmba, pesta miras secara diam-diam, lalu kalau
> sudah
> > mabuk keluar mengganggu utamanya gadis-gadis. Degan hukuman
> cambuk, mereka
> > mati kutulah. Tidak ada lagi pemuda brandalan mabuk-mabukan
> mengganggu
> > gadis-gadis.
> >
> > Oh, ya, hampir lupa, itu para sekularis di Indonesia ini kok tidak
> ribut
> > mengkritik(*) itu hukaman cambuk di Singapura bagi pemabuk. Kalau
> yang
> > dilaksanakan menurut Syari'ah para sekularis berkoar angkat
> bicara, itu
> > tidak baik itu keras, tetapi para sekularis di Indonesia ini tidak
> berkoar
> > mengkritik itu Singapura.
> > Wassalam,
> > HMNA
> > 
> > Dalam EYD kata yang diadopsi dari kata asing, hukum sengau tidak
> > menghilangkan t, k, seperti  => mentakdirkan, menterjemahkan,
> mengkritik,
> > mentolerer, bukan menakdirkan, menerjemahkan, m