Re: [wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak? - hikmah
Mas Rsa : Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... Janoko : Hikmah yang bisa kita ambil apa ya mas ?, marilah kita didik anak - anak kita yang female seketat mungkin, jangan sampai anak-anak kita yang female pada keracunan aliran pemikiran-pemikiran yang membuat mereka melanggar norma-norma Islam. Jangan sampai anak-anak kita yang female mempunyai sifat yang tega dan menghalalkan segala cara. Untuk mas Rsa, tidak usah diambil hati, mereka yang tega mlintir-mlintir itu justru memberikan kita hikmah yang sangat luar biasa,ternyata ajaran Islam itu sangat indah sekali, ajaran Islam mengajarkan kita sayang dan perduli kepada sesama, bukan mengajarkan tega dan menghalalkan segala cara. Untuk sementara begitu dulu. Wassalam PS Sadap cahayanya --oo0oo-- rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... Silakan ibu sepakat dengan Donnie soal konstruk sosial, ada benarnya tapi juga ada salahnya. Saya bukan chauvinis spt ibu tuduhkan ke one of your brother sebelum lalu ibu baca email dia (yang dengan email itu semua persepsi ibu soal dia langsung berubah!). Bagaimana ibu tahu sosok saya hanya dari email? Justru kendala berupa keterbatasan di email ini yang tidak memungkinkan kita menilai sosok kita dengan utuh. Saya kira balasan dari ibu Meilany bisa menunjukkan itu dalam kontkes perkenalan saya dengan beliau. Saya hanya menyayangkan sosok cerdas spt anda ikut2an terjebak pada character assasination (to make it severe in proportion) walau at the tiniest level. Apa saya pernah bersikap stp ibu bersikap pada saya? Kalo saya khilaf, tunjukkan ... please. Sejauh ini saya masih respect pada ibu, lepas dari 'kedekatan' saya dengan saudara2 ibu atau dengan ibu Meilany yang pernah mengundang saya ke rumah ibu tapi saya berhalangan hadir, dan buka juga karena ibu perempuan. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Emang itu pertanyaan untuk kita semua, Pak Satriyo. Ada temen WM yang bilang ke saya, apa memperhatikan tulisan Satriyo yang membandingkan perempuan buruh dengan ternak. Apapun sebabnya, saya nggak memperhatikan itu sebelumnya di tulisan Pak Satriyo. Yah, memang secara mental psikologis kita semua nggak bebas dari bias gender, dampak dari konstruk sosial yang sudah terbangung, gitu kira2 kata Pak Donnie. Jadi inget pilem Crash..loh kok pilem..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Perempuan2 yang kerja di perusahaan, secara nggak sengaja (freudian slip) kita bandingkan dengan ternak. ___ *) Jelas di pernyataan saya yang dikutip bahwa yang diperas itu mereka yang bekerja di perusahaan dan jadi buruh kasar, artinya buruh kasar tentu tidak hanya di perusahaan. Kec MAKNA perusahaan itu mencakup segala aktifitas usaha baik yang berbentuk pabrik, kantor, juga perkebunan dan sektor lain yang sekilas tampak glamour dan full of entertainment. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... Silakan ibu sepakat dengan Donnie soal konstruk sosial, ada benarnya tapi juga ada salahnya. Saya bukan chauvinis spt ibu tuduhkan ke one of your brother sebelum lalu ibu baca email dia (yang dengan email itu semua persepsi ibu soal dia langsung berubah!). Bagaimana ibu tahu sosok saya hanya dari email? Justru kendala berupa keterbatasan di email ini yang tidak memungkinkan kita menilai sosok kita dengan utuh. Saya kira balasan dari ibu Meilany bisa menunjukkan itu dalam kontkes perkenalan saya dengan beliau. Saya hanya menyayangkan sosok cerdas spt anda ikut2an terjebak pada character assasination (to make it severe in proportion) walau at the tiniest level. Apa saya pernah bersikap stp ibu bersikap pada saya? Kalo saya khilaf, tunjukkan ... please. Sejauh ini saya masih respect pada ibu, lepas dari 'kedekatan' saya dengan saudara2 ibu atau dengan ibu Meilany yang pernah mengundang saya ke rumah ibu tapi saya berhalangan hadir, dan buka juga karena ibu perempuan. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Emang itu pertanyaan untuk kita semua, Pak Satriyo. Ada temen WM yang bilang ke saya, apa memperhatikan tulisan Satriyo yang membandingkan perempuan buruh dengan ternak. Apapun sebabnya, saya nggak memperhatikan itu sebelumnya di tulisan Pak Satriyo. Yah, memang secara mental psikologis kita semua nggak bebas dari bias gender, dampak dari konstruk sosial yang sudah terbangung, gitu kira2 kata Pak Donnie. Jadi inget pilem Crash..loh kok pilem..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Perempuan2 yang kerja di perusahaan, secara nggak sengaja (freudian slip) kita bandingkan dengan ternak. ___ *) Jelas di pernyataan saya yang dikutip bahwa yang diperas itu mereka yang bekerja di perusahaan dan jadi buruh kasar, artinya buruh kasar tentu tidak hanya di perusahaan. Kec MAKNA perusahaan itu mencakup segala aktifitas usaha baik yang berbentuk pabrik, kantor, juga perkebunan dan sektor lain yang sekilas tampak glamour dan full of entertainment.
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
blio itu siapa to? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Satriyo: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. Kalo mau jujur bu Mia, yang jadi sapi perah (dan ini bukan saya menyamakan!) bukan terbatas pd perempuan. Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Satriyo: [1] soal level persamaan/perbandingan, perempuan dengan semisal ternak, harta, saya kira ko sekarang juga masih ada. Silakan saja lihat between the lines. Kalo sekarang lebih banyak pere yang cari kerja sec literal, jadi 'ternak' di perusahaan, buruh kasar di peras 'susu' nya dan 'anteng' saja karena tdk ada pilihan, atau berdasar pilihan Ada juga yang kerja tapi spt Khadija ra, tidak keluar rumah tapi mengendalikan dari rumah (jadi home-based manager), karena dia business owner, bukan lagi ternak atau piaraan Jadi apa bedanya? Selain asesoris tentu statistik ya, kec prosentase yang tidak jauh beda. === Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Emang itu pertanyaan untuk kita semua, Pak Satriyo. Ada temen WM yang bilang ke saya, apa memperhatikan tulisan Satriyo yang membandingkan perempuan buruh dengan ternak. Apapun sebabnya, saya nggak memperhatikan itu sebelumnya di tulisan Pak Satriyo. Yah, memang secara mental psikologis kita semua nggak bebas dari bias gender, dampak dari konstruk sosial yang sudah terbangung, gitu kira2 kata Pak Donnie. Jadi inget pilem Crash..loh kok pilem..:-) salam Mia
Re: [wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Cuma reply sebaris nanyain begituan doank.. hebat.. keren.. Emang spesialis diskusi 'jaka sembung' kali nih?.. On 6/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: blio itu siapa to? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Satriyo: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. Kalo mau jujur bu Mia, yang jadi sapi perah (dan ini bukan saya menyamakan!) bukan terbatas pd perempuan. Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Satriyo: [1] soal level persamaan/perbandingan, perempuan dengan semisal ternak, harta, saya kira ko sekarang juga masih ada. Silakan saja lihat between the lines. Kalo sekarang lebih banyak pere yang cari kerja sec literal, jadi 'ternak' di perusahaan, buruh kasar di peras 'susu' nya dan 'anteng' saja karena tdk ada pilihan, atau berdasar pilihan Ada juga yang kerja tapi spt Khadija ra, tidak keluar rumah tapi mengendalikan dari rumah (jadi home-based manager), karena dia business owner, bukan lagi ternak atau piaraan Jadi apa bedanya? Selain asesoris tentu statistik ya, kec prosentase yang tidak jauh beda. === Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Satriyo: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. Kalo mau jujur bu Mia, yang jadi sapi perah (dan ini bukan saya menyamakan!) bukan terbatas pd perempuan. Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Satriyo: [1] soal level persamaan/perbandingan, perempuan dengan semisal ternak, harta, saya kira ko sekarang juga masih ada. Silakan saja lihat between the lines. Kalo sekarang lebih banyak pere yang cari kerja sec literal, jadi 'ternak' di perusahaan, buruh kasar di peras 'susu' nya dan 'anteng' saja karena tdk ada pilihan, atau berdasar pilihan Ada juga yang kerja tapi spt Khadija ra, tidak keluar rumah tapi mengendalikan dari rumah (jadi home-based manager), karena dia business owner, bukan lagi ternak atau piaraan Jadi apa bedanya? Selain asesoris tentu statistik ya, kec prosentase yang tidak jauh beda. === Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Emang itu pertanyaan untuk kita semua, Pak Satriyo. Ada temen WM yang bilang ke saya, apa memperhatikan tulisan Satriyo yang membandingkan perempuan buruh dengan ternak. Apapun sebabnya, saya nggak memperhatikan itu sebelumnya di tulisan Pak Satriyo. Yah, memang secara mental psikologis kita semua nggak bebas dari bias gender, dampak dari konstruk sosial yang sudah terbangung, gitu kira2 kata Pak Donnie. Jadi inget pilem Crash..loh kok pilem..:-) salam Mia
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Lho a(n)da toh si Jaka Sembung? Pantes ... yg ditanya siapa, yg nyaut siapa ... ck ck ck --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, IrwanK [EMAIL PROTECTED] wrote: Cuma reply sebaris nanyain begituan doank.. hebat.. keren.. Emang spesialis diskusi 'jaka sembung' kali nih?.. On 6/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: blio itu siapa to? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Satriyo: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. Kalo mau jujur bu Mia, yang jadi sapi perah (dan ini bukan saya menyamakan!) bukan terbatas pd perempuan. Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki- laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Satriyo: [1] soal level persamaan/perbandingan, perempuan dengan semisal ternak, harta, saya kira ko sekarang juga masih ada. Silakan saja lihat between the lines. Kalo sekarang lebih banyak pere yang cari kerja sec literal, jadi 'ternak' di perusahaan, buruh kasar di peras 'susu' nya dan 'anteng' saja karena tdk ada pilihan, atau berdasar pilihan Ada juga yang kerja tapi spt Khadija ra, tidak keluar rumah tapi mengendalikan dari rumah (jadi home-based manager), karena dia business owner, bukan lagi ternak atau piaraan Jadi apa bedanya? Selain asesoris tentu statistik ya, kec prosentase yang tidak jauh beda. === Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Yo wis.. yang waras (ingin diskusi berjalan wajar) ngalah.. Soalnya Mbak Mia (kelihatannya) udah 'drop the case'. :-) Masa' sih yang begini masih gak jelas juga? Quote: .. MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. .. Gak mungkin kan, blio itu maksudnya Indonebia alias Mas RD? Secara banget deh loh.. :-p Kalau masih belum nyambung juga.. giliran saya yang (mungkin) gak bisa komentar lagi di thread ini.. :D Gak tahu lagi kalau jawabannya dibahas dari segi bahasa.. gw (makin) nyerah rah rah.. klo diskusi di milis kudu pake kaidah EYD kaya bikin laporan formal.. Wassalam, Irwan.K On 6/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho a(n)da toh si Jaka Sembung? Pantes ... yg ditanya siapa, yg nyaut siapa ... ck ck ck --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, IrwanK [EMAIL PROTECTED] wrote: Cuma reply sebaris nanyain begituan doank.. hebat.. keren.. Emang spesialis diskusi 'jaka sembung' kali nih?.. On 6/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: blio itu siapa to? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Satriyo: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... MIA: Okelah, dan bisa kita lihat apa yang ditulis Pak Satriyo sebelumnya, saya kutip di bawah ini. Setelah ini saya nggak akan menanggapi thread yang ini lagi, tapi tentu saja memberi kesempatan Pak Satriyo menanggapi terakhir kali, kalo blio berkenan. Kalo mau jujur bu Mia, yang jadi sapi perah (dan ini bukan saya menyamakan!) bukan terbatas pd perempuan. Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki- laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Satriyo: [1] soal level persamaan/perbandingan, perempuan dengan semisal ternak, harta, saya kira ko sekarang juga masih ada. Silakan saja lihat between the lines. Kalo sekarang lebih banyak pere yang cari kerja sec literal, jadi 'ternak' di perusahaan, buruh kasar di peras 'susu' nya dan 'anteng' saja karena tdk ada pilihan, atau berdasar pilihan Ada juga yang kerja tapi spt Khadija ra, tidak keluar rumah tapi mengendalikan dari rumah (jadi home-based manager), karena dia business owner, bukan lagi ternak atau piaraan Jadi apa bedanya? Selain asesoris tentu statistik ya, kec prosentase yang tidak jauh beda. === Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Tolong sampaikan ke teman ibu itu bahwa saya tidak pernah membandingkan pere dengan ternak. Mohon dia baca lagi. Kalo sudah dia baca tapi tetap dengan pendapatnya itu, saya hanya bisa berlepas diri pada Allah saja ... [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: laki-laki buruh perusahaan tidak = ternak?
Emang itu pertanyaan untuk kita semua, Pak Satriyo. Ada temen WM yang bilang ke saya, apa memperhatikan tulisan Satriyo yang membandingkan perempuan buruh dengan ternak. Apapun sebabnya, saya nggak memperhatikan itu sebelumnya di tulisan Pak Satriyo. Yah, memang secara mental psikologis kita semua nggak bebas dari bias gender, dampak dari konstruk sosial yang sudah terbangung, gitu kira2 kata Pak Donnie. Jadi inget pilem Crash..loh kok pilem..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Mengutip tulisan Ibu Mia, apakah memang begitu yang ada di benak kaum perempuan yang ribut-ribut bias jender, bahwa yang 'diperas seperti ternak' di perusahaan* itu hanya perempuan? Kalo laki-laki itu tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan ternak? Perempuan2 yang kerja di perusahaan, secara nggak sengaja (freudian slip) kita bandingkan dengan ternak. ___ *) Jelas di pernyataan saya yang dikutip bahwa yang diperas itu mereka yang bekerja di perusahaan dan jadi buruh kasar, artinya buruh kasar tentu tidak hanya di perusahaan. Kec MAKNA perusahaan itu mencakup segala aktifitas usaha baik yang berbentuk pabrik, kantor, juga perkebunan dan sektor lain yang sekilas tampak glamour dan full of entertainment.