Re: [wanita-muslimah] pelecehan seksual- incest
sebaiknya minta perlindungan ke komnas perlindungan perempuan pak.. bisa di search di google atau kalo tidak salah kemaren ada yg buka lowongan kerja disana bisa dilihat alamatnya.. semoga bermanfaat From: aldiy To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Fri, 8 January, 2010 6:10:56 PM Subject: [wanita-muslimah] pelecehan seksual- incest Seperti tersambar petir kepala saya mendengar cerita seseorang yang dekat, yang mengalami pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri. Dan tidak hanya itu, puterinya yang berusia balita juga diperlakukan demikian oleh kakeknya itu. Dan sekonyong-konyong saya menyadari bahwa ini sudah berjalan puluhan tahun, sejak dia dan saudara-saudaranya masih kecil. Lasykar Pelangi ini, kini buram warnanya. Sekonyong-konyong saya menyadari, bahwa ini adalah 'tangis yang tak terdengar'. Bahwa kami 'lupa, tidak mendengar, tidak tahu', karena kenyataan demikian pedihnya, tak terbayangkan. Kami memakai topeng-topeng, sedemikian lamanya, kami lupa wajah yang asli. Padahal, kami juga mengasihani pemakai topeng-topeng itu, yang kejadiannya kadang diberitakan di teve atau dimuat di surat kabar. Kini kami tergugu, menemukan topeng-topeng itu di wajah kami sendiri. Temans, terutama yang bekerja di bidang ini, mohon di-sharing pengalamannya tentang penanganan kasus-kasus seperti ini. Misalnya, apakah ada kerjasama yang baik antara polisi dan LSM pendamping untuk penanganannya. Apakah mungkin memisahkan ibu-anak dari bapak/kakeknya itu, padahal ada keterikatan emosi dan ketergantungan ekonomi pada kakeknya? Belum lagi anggota keluarga yang lain? Apakah ada cara yang 'manusiawi' dalam penanganan kasus ini, dan dari mana mulainya? Mohon juga untuk memberitahukan call center, nomor dan contact person LSM/NGO yang menangani ini. Terimakasih. Salam Mia __ See what's on at the movies in your area. Find out now: http://au.movies.yahoo.com/session-times/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] pelecehan seksual- incest
Mbak Mia, Saya ada seorang rekan yang aktif menangani kasus pelecehan seksual dan KDRT. Beliau konselor dengan latar belakang Psikologi UI. Bisa hubungi Ibu Ruli Narulita di 08179823203 --- On Fri, 1/8/10, aldiy wrote: From: aldiy Subject: [wanita-muslimah] pelecehan seksual- incest To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, January 8, 2010, 6:10 PM Seperti tersambar petir kepala saya mendengar cerita seseorang yang dekat, yang mengalami pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri. Dan tidak hanya itu, puterinya yang berusia balita juga diperlakukan demikian oleh kakeknya itu. Dan sekonyong-konyong saya menyadari bahwa ini sudah berjalan puluhan tahun, sejak dia dan saudara-saudaranya masih kecil. Lasykar Pelangi ini, kini buram warnanya. Sekonyong-konyong saya menyadari, bahwa ini adalah 'tangis yang tak terdengar'. Bahwa kami 'lupa, tidak mendengar, tidak tahu', karena kenyataan demikian pedihnya, tak terbayangkan. Kami memakai topeng-topeng, sedemikian lamanya, kami lupa wajah yang asli. Padahal, kami juga mengasihani pemakai topeng-topeng itu, yang kejadiannya kadang diberitakan di teve atau dimuat di surat kabar. Kini kami tergugu, menemukan topeng-topeng itu di wajah kami sendiri. Temans, terutama yang bekerja di bidang ini, mohon di-sharing pengalamannya tentang penanganan kasus-kasus seperti ini. Misalnya, apakah ada kerjasama yang baik antara polisi dan LSM pendamping untuk penanganannya. Apakah mungkin memisahkan ibu-anak dari bapak/kakeknya itu, padahal ada keterikatan emosi dan ketergantungan ekonomi pada kakeknya? Belum lagi anggota keluarga yang lain? Apakah ada cara yang 'manusiawi' dalam penanganan kasus ini, dan dari mana mulainya? Mohon juga untuk memberitahukan call center, nomor dan contact person LSM/NGO yang menangani ini. Terimakasih. Salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] pelecehan seksual- incest
Seperti tersambar petir kepala saya mendengar cerita seseorang yang dekat, yang mengalami pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri. Dan tidak hanya itu, puterinya yang berusia balita juga diperlakukan demikian oleh kakeknya itu. Dan sekonyong-konyong saya menyadari bahwa ini sudah berjalan puluhan tahun, sejak dia dan saudara-saudaranya masih kecil. Lasykar Pelangi ini, kini buram warnanya. Sekonyong-konyong saya menyadari, bahwa ini adalah 'tangis yang tak terdengar'. Bahwa kami 'lupa, tidak mendengar, tidak tahu', karena kenyataan demikian pedihnya, tak terbayangkan. Kami memakai topeng-topeng, sedemikian lamanya, kami lupa wajah yang asli. Padahal, kami juga mengasihani pemakai topeng-topeng itu, yang kejadiannya kadang diberitakan di teve atau dimuat di surat kabar. Kini kami tergugu, menemukan topeng-topeng itu di wajah kami sendiri. Temans, terutama yang bekerja di bidang ini, mohon di-sharing pengalamannya tentang penanganan kasus-kasus seperti ini. Misalnya, apakah ada kerjasama yang baik antara polisi dan LSM pendamping untuk penanganannya. Apakah mungkin memisahkan ibu-anak dari bapak/kakeknya itu, padahal ada keterikatan emosi dan ketergantungan ekonomi pada kakeknya? Belum lagi anggota keluarga yang lain? Apakah ada cara yang 'manusiawi' dalam penanganan kasus ini, dan dari mana mulainya? Mohon juga untuk memberitahukan call center, nomor dan contact person LSM/NGO yang menangani ini. Terimakasih. Salam Mia