Re: [wanita-muslimah] Re: Untuk Apa Sekolah?

2006-05-11 Terurut Topik arde wisben



sarinesia wrote:
 
 yg dihargai adalah semangatnya dalam meningkatkan kualitas SDM..
mengenai hasil urusan yg kesekian kalinya. sebab terjun di dunia
pendidikan ibarat menanam.. (investasi manusia). yg mau menanam yg
harus dihargai.. sebab tidak semua orang mau menanam. 
 
 
Bisakah mendidik orang dikatakan investasi?
 Sederhananya, investasi adalah nilai jual kembali lebih tinggi dari nilai beli. Rumah yang kita beli dengan harga 100 juta, beberapa tahun lagi bisa bernilai 500 juta, maka kita berinvestasi pada rumah. tetapi mobil yang harga jualnya makin turun, tidak bisa disebut investasi.
 
 Nah pada manusia (anak didik) tepatkah kita menyebutnya investasi. Walau pada prakteknya tak jarang orang-orang yang telah lulus kuliah bisa menghasilkan uang yang lebih besar untuk keluarganya. Orang tuanya senang dan bangga. Cerita pada orang sekampung.
 
 Lalu, bagaimana dengan mereka yang mungkin belum berhasil mebayar hutang modal orang tuanya. Pulang ke kampung malu karena belum menghasilkan uang. Bertahan hidup dikota besar, tidak kuat menanggung beban hidup. 
 
 Orang tua stress, anak lebih lagi. 
 
 sarinesia wrote:
 
 masak guru harus menjadi Oemar Bakrie.. terus. :)
 
 Rasanya sudah jadi cerita usang kalau kita membicarakan tentang buruknya nasib guru. Di jaman dimana orang mengukur kesuksesan dari banyaknya uang yang bisa dikumpulkan, menjadi guru dengan gaji kecil tentulah bukan cerita sukses.
 
 Tapi, tidak bolehkan kita bicara tentang idealisme, tentang passion, tentang spirit. Tidak ada seorangpun yang memaksa sesorang untuk menjadi guru. Ada banyak pilihan pekerjaan, ada banyak ladang untuk mencari rejeki. Lalu, ketika guru mendapat gaji kecil haruskan berteriak?.
 
 Saya masih ingat dulu, beberapa guru mencari tambahan dengan memberikan les tambahan. Logikanya, bila pelajaran diajarkan dengan baik dan bisa membuat siswa paham, masihkan les tambahan diperlukan.Lebih lucu lagi, kata teman-teman yang ikut les, dirumahnya sang guru tidak lagi mengajar dengan galak...
 
 

sarinesia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, arde wisben [EMAIL PROTECTED] wrote:

cut
 
 Nyatanya, saat ini sekolah tidak lagi dipandang sebagai institusi
pendidikan, tetapi ia telah menjadi satu kelas tersendiri. Belajar di
sekolah international tentu berbeda gengsinya dengan sekolah di SD
Inpres. Kuliah di UI tentu berbeda nilainya di banding non UI. Kuliah
di PT yang mahal, berbeda bangganya dibanding sekolah di PT yang SPP
nya bisa dicicil.
 

pendidikan adalah sebuah proses, tentunya ada input dan output. secara
sederhana output harus lebih baik dibandingkan inputnya. cuman
masalahnya berapa besar nilai tambah yg bisa diberikan oleh proses tsb.
misalnya orang yg buta huruf, setelah melalui proses pendidikan dia
dapat membaca dan berhitung. itu sudah ada nilai tambahnya.

 Padahal sekolah saat ini, tak lebih dari memenuhi kepala anak-anak
dengan hapalan. Tidak ada passion untuk mengembangkan ilmu pengetahuan


betul. anak2 sekarang sibuk menghafal lebar lapangan badminton berapa,
tingginya net berapa.. lha pegang raket aja gak pernah apalagi maen
badminton. 
 
 Tentang sarjana yang mengajar di pedalaman, belum lama ini seorang
guru perempuan yang mengajar anak-anak di pedalaman, mendapat
penghargaan sebagai Women of the year. Dalam iklannya, terlihat ia
bersama anak-anak tak berbaju itu memegang pensil, belajar membaca.
Entah apa relevansinya bila mereka bertemu ular didalam hutan.


yg dihargai adalah semangatnya dalam meningkatkan kualitas SDM..
mengenai hasil urusan yg kesekian kalinya. sebab terjun di dunia
pendidikan ibarat menanam.. (investasi manusia). yg mau menanam yg
harus dihargai.. sebab tidak semua orang mau menanam. 
 
 Tak lama, sang gurupun laris di undang sebagai pembicara
dimana-mana. Lalu, bagaimana dengan nasib anak-anak yang dipedalaman
tadi, apakah ia masih akan dikunjungi sang guru?. Sang guru sudah
naik kelas.
 

masak guru harus menjadi Oemar Bakrie.. terus. :)






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  



 SPONSORED LINKS 
 Women Islam Muslimah Women in islam 
 
-
 YAHOO! GROUPS LINKS 

 
 Visit your group wanita-muslimah on the web.
 
 To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
 
 Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

 
-
 



   
-
Yahoo! Mail goes everywhere you do. Get it on your phone.

[Non-text portions of this message have been removed]







Milis Wanita 

Re: [wanita-muslimah] Re: Untuk Apa Sekolah?

2006-05-11 Terurut Topik Donnie



Yang parah tuh guru yang ngasih les, kemudian mengukur kemampuan murid
di kelas dari bahan2 yang dileskan.
Kayak ponakanku.. nilai ulangannya jeblok karena gak ikut les gurunya,
sementara teman2 lainnya bisa dapat nilai bagus karena bahan
ulangannya dari pelajaran di lesnya..
ini kebangetan sekali...

regards
Donnie



 Saya masih ingat dulu, beberapa guru mencari tambahan dengan memberikan les tambahan. Logikanya, bila pelajaran diajarkan dengan baik dan bisa membuat siswa paham, masihkan les tambahan diperlukan.Lebih lucu lagi, kata teman-teman yang ikut les, dirumahnya sang guru tidak lagi mengajar dengan galak...








Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Women
  
  
Islam
  
  
Muslimah
  
  


Women in islam
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [wanita-muslimah] Re: Untuk Apa Sekolah?

2006-05-11 Terurut Topik arde wisben



Sarinesia wrote :
 
 ketika pilot Erwin tewas dalam kecelakaan pesawat waktu uji coba LAPES
di Gorda.. orang menyayangkan investasi manusia yg sudah ditanamkan
untuk menjadikan Erwin seorang pilot yg sangat canggih. bukan Erwinnya
sendiri yg disayangkan. 

Erwin adalah manusia biasa, namun investasi yg ditanamkan untuk
menjadikan Erwin seorang pilot yang cerdas dan berpengalaman telah
memakan biaya yg tidak sedikit.

Cerita di atas adalah ilustrasi kecil saja mengenai investasi manusia ini.


 Kembali lagi kita membicarakan masalah kelas. Presiden Amerika (lupa namanya) ketika melepas pesawat luar angkasanya memang menyebutkan bahwa Amerika ingin menyumbang pada ilmu pengetahuan dengan membiayai mega proyek ekplorasi ruang angkasa. Tapi apa sumbangannya buat manusia. Tak lebih dari memenuhi ego Amerika sebagai negara kelas 1.
 
 Amerika dengan mudah memantau sumber-sumber minyak yang ada di permukaan bumi, tetapi lupa memberitahu dunia ketiga bahwa tsunami sedang mengancam.
 
 Kita masih ingat bagaimana habibie berambisi menjadikan Indonesia negara penghasil pesawat. Tapi bagaimana ceritanya bengkel burung besi itu sekarang? Bahkan untuk menutupi biaya operasional yang membengkak, seekor burung besi itu harus ditukar dengan beras ketan. Inikah hasil dari investasi yang telah ditanamkan dengan mengirim pemuda-pemuda terbaik untuk menuntut ilmu di negara paman schumaker itu?
 
 Jadi, menurut saya, mendidik manusia Indonesia, tidak tepat disebut investasi. Mendidik manusia Indonesia adalah sebuah keharusan, suka atau tidak. Bukan karena kita ingin Indonesia menjadi disegani, tapi lebih kepada agar Indonesia bisa memanfaatkan alam yang potensinya melimpah untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
 
 Sarinesia wrote:
 
 guru itu bekerja dgn otak lho.. masak harus kalah dgn Inul yg bekerja
dgn modal bokong :)
 
 Siapa yang meminta guru harus bersaing dengan inul? Tidak seorangpun.
 Menjadi guru adalah panggilan jiwa. Dan untuk itu dia siap dengan segala konsekuensinya. Martin Luther King (kalau gak salah) pernah menyebut  jika seseorang tidak memiliki impian yang mampu ditebusnya dengan nyawanya, ia tidak layak untuk hidup. 
 
 Lalu guru-guru yang mengharapkan hasil terbaik bagi murid-muridnya, haruskah merasa miris karena tidak bisa membeli rumah di pondok Indah?
 
 Inul adalah produk industri televisi, tentu jauh panggang dari api bila menyandingkannya dengan profesi guru.


 
 
 
 
sarinesia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, arde wisben [EMAIL PROTECTED] wrote:

 sarinesia wrote:
 
 yg dihargai adalah semangatnya dalam meningkatkan kualitas SDM..
 mengenai hasil urusan yg kesekian kalinya. sebab terjun di dunia
 pendidikan ibarat menanam.. (investasi manusia). yg mau menanam yg
 harus dihargai.. sebab tidak semua orang mau menanam. 
 
 
 Bisakah mendidik orang dikatakan investasi?
 Sederhananya, investasi adalah nilai jual kembali lebih tinggi
dari nilai beli. Rumah yang kita beli dengan harga 100 juta, beberapa
tahun lagi bisa bernilai 500 juta, maka kita berinvestasi pada rumah.
tetapi mobil yang harga jualnya makin turun, tidak bisa disebut investasi.
 

ketika pilot Erwin tewas dalam kecelakaan pesawat waktu uji coba LAPES
di Gorda.. orang menyayangkan investasi manusia yg sudah ditanamkan
untuk menjadikan Erwin seorang pilot yg sangat canggih. bukan Erwinnya
sendiri yg disayangkan. 

Erwin adalah manusia biasa, namun investasi yg ditanamkan untuk
menjadikan Erwin seorang pilot yang cerdas dan berpengalaman telah
memakan biaya yg tidak sedikit.

Cerita di atas adalah ilustrasi kecil saja mengenai investasi manusia ini.

berkaitan dgn investasi manusia, lalu kapan panennya? yaitu ketika
keluaran (manusia) dari sebuah proses pendidikan menjadi sebuah
outcame. (katanya sih).. outcame adalah manusia yg sudah dapat
memberikan kontribusi positif di masyarakat.

kalau seorang wisudawan baru lulus itu namanya masih output perguruan
tinggi. namun ketika wisudawan tersebut dapat membuka usaha dan dapat
menyerap lapangan kerja, maka dia menjadi outcome karena dia sudah
mampu berkontribusi positif bagi masyarakat... itu contoh kecilnya.

panen untuk investasi manusia tidak bisa diukur secara materi. namun
sangat riil, sebab negara hanya dapat maju jika ditopang dgn SDM yg
berkualitas.

Arab Saudi yg katanya kaya raya karena minyak, namun jika tidak
didukung dgn SDM yg baik.. yaa gak ada artinya, suatu saat ambruk juga
seperti Indonesia ini.

 sarinesia wrote:
 
 masak guru harus menjadi Oemar Bakrie.. terus. :)
 
 Rasanya sudah jadi cerita usang kalau kita membicarakan tentang
buruknya nasib guru. Di jaman dimana orang mengukur kesuksesan dari
banyaknya uang yang bisa dikumpulkan, menjadi guru dengan gaji kecil
tentulah bukan cerita sukses.
 

guru seperti manusia yg lain dia bebas mengembangkan dirinya, mau
menjadi kaya atau miskin terserah tergantung usahanya.

kalau dia berhasil dalam riset dan dari hasil risetnya tsb dia
memperoleh royalty maka dia bisa kaya.

guru itu bekerja