[yonsatu] Re: Cot Tireng (Re: Republika (Re: Aneh, Simpan Senjata Canggih & Artikel), renungan)

2003-01-10 Terurut Topik Doedoeng ZA. YCB

AWW.

Inilah yang saya suka dari Pak Johny Saleh, sehingga saya (dan mungkin juga
Pak Sodik) suka melawannya agar kita bisa mendapat pencerahan dari beliau.

WWW. DZArifin.

- Original Message -
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, November 15, 2002 2:07 PM
Subject: [yonsatu] Cot Tireng (Re: Republika (Re: Aneh, Simpan Senjata
Canggih & Artikel), renungan)


> - Original Message -
> From: "Abdul Sodik" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Friday, November 15, 2002 11:42 AM
> Subject: [yonsatu] Republika (Re: Aneh, Simpan Senjata Canggih & Artikel),
> renungan
>
>
> > Sebelumnya terimakasih mau repot-repot dan sempat
> > mencari sumber berita, yang tenyata Republika,
> > kebetulan saya dapat dari kawan tanpa sumber yang
> > jelas (belum sempat saya cari) kemudian saya copy-paste
> > (tidak saya forward seperti biasanya).
>
> Dalam komunitas cendekiawan (yang saya yakin seyogianya kita tergolong di
> dalamnya) kesahihan sumber rujukan atau acuan itu penting. Bahkan maha
> penting.
> Langsung mem-forward ataupun meng-copy-paste suatu acuan, tanpa mencoba
> mengetahui asal-usulnya, keabsahannya, bonafiditasnya, dsb., is a big big
> mistake, man...
>
> Karena itulah, walau hanya untuk menanggapinya pun, saya selalu memerlukan
> sekedar mencari-tahu asal-usul suatu issue. Kalau tidak ketemu sumber
> issue-nya, ya maha benarlah Rasulullah yang mengatakan kita lebih baik
diam.
>
> Contoh lain mengenai pentingnya kesahihan sumber acuan, adalah mengenai
> perkembangan pengepungan TNI terhadap pasukan GAM di Cot Tireng pada
> hari-hari ini.
>
> Saya kebetulan tidak dalam posisi untuk mengikuti perkembangan kasus Aceh
> secara intensif.
> Karena itu terus terang saya surprised oleh perkembangan terakhir yang
> katanya sedang terjadi di Cot Trieng. Tentunya yang saya maksudkan, sesuai
> konteks milis ini, adalah ditinjau dari aspek kemiliterannya, bukan
> politisnya.
>
> Bagi saya belum jelas bagaimana battle positioning kedua pihak di sana
itu.
> Tetapi dari apa yang kita bisa simak di media, menjadi tanda-tanya besar
> buat saya, bagaimana suatu guerilla force bisa mendadak berkonsentrasi di
> suatu tempat dalam jumlah yang cukup besar, dan tempatnya itu tidak
> mempunyai perimeter, baik alami ataupun man-made, yang menguntungkan upaya
> defence.
> Sehingga memberi peluang pada anti-guerilla forces untuk melakukan
round-up,
> yang bahkan akhirnya memberikan peluang yang sangat terbuka untuk
melakukan
> annihilation?
>
> Dan anehnya lagi, kelihatannya mereka yang terkepung di Cot Trieng ini
> merupakan unit/bagian yang penting dari seluruh kekuatan GAM, karena
> kabarnya sejak unit ini terkepung, nyatanya gangguan keamanan oleh GAM di
> tempat-tempat lain di Aceh menjadi hampir nihil.
>
> Dan juga yang aneh lagi, kelihatannya di tempat mereka terkepung itu, GAM
> tidak dapat melakukan upaya pembelaan diri dengan cara berbaur/sembunyi di
> antara penduduk, suatu taktik gerilya yang sangat mendasar (teori "ikan
> dalam air"), karena nyatanya konsentrasi pasukan mereka itu terpisah dari
> perkampungan penduduk.
> Apakah ada suatu situasi lingkungan stratejik yang begitu khas, yang
membuat
> mereka kali ini sampai meninggalkan the very basic of guerilla warfare
itu.
>
> Saya tahu betul, bahwa waktu jaman DOM dulu pun tidak pernah TNI
memperoleh
> posisi seperti di Cot Tireng ini. Apakah TNI yang sekarang sudah tambah
> "pinter", atau GAM yang lagi apes, atau ada "rekayasa" lain lagi, saya
buta
> informasi. Jadi nggak berani bilang apa-apa.
>
> Ataukah mungkin ada unsur over-confidence pada GAM?  Yang membuat mereka
> mengulang kesalahan US Cavalry di bawah Jend. Custer ketika mereka
terjebak
> masuk killing ground, dan dibantai habis pada pertempuran di Little Big
Horn
> oleh orang Indian yang sebagai bangsa primitif sangat dipandang enteng.
>
> Ataukah informasi yang kita terima melalui media tidak akurat, dan keadaan
> sebenarnya tidak demikian?
>
> Nah, karena ketiadaan sumber acuan yang bonafide ini, saya tidak berani
> mengemukakan suatu analisis.
> Walaupun ada juga sebenarnya teman diskusi yang mempunyai suatu postulate
> mengenai ini, yang kelihatannya make sense.
>
> Dengan catatan bahwa, sekali lagi, tidak ada acuan atau rujukan yang
> bonafide, barangkali ada baiknya saya share di sini postulate rekan
> tersebut, untuk sama-sama kita nilai viability dari postulate-nya itu.
>
> Ada kemungkinan kemampuan TNI untuk melokalisir lokasi konsentrasi GAM,
atau
> bahkan kemampuan "menggiring" GAM menuju daerah rawa-rawa yang tipis
> pendudukanya yang merupakan killing ground ideal itu, adalah berkat
> pengadaan peralatan intelijen canggih (canggih untuk ukuran TNI) yang
dibeli
> lewat pengadaan Tahun Anggaran 2002.
> Sehingga mungkin dengan peralatan itu, bisa dipantau komunikasi tilpon
> satelit,
> bahkan juga di "intervensi" sehingga memunculkan disinformasi.
> Karena kita tahu, di samping juga komunikasi radio, GAM juga banyak
memakai

[yonsatu] BLBI ulah intelejen asing

2002-10-19 Terurut Topik Doedoeng ZA. YCB
AWW.
Analisa Suripto, mantan intelejen BAKIN dan Sekjen Dephutbun tentang BLBI (Bom Legian 
Bali Indonesia).

 
Suripto Yakin Bom Bali Ulah Intelijen Asing
Kontributor : Ana Shofiana Syatari

detikcom - Jakarta, Siapa pelaku bom Bali masih menjadi teka-teki. Namun bagi eks staf 
Bakin, Suripto, jawaban pertanyaan itu bisa diintip. Ia mensinyalir bom Bali adalah 
buah operasi intelijen asing. Suripto juga menampik kemungkinan keterlibatan Al-Qaeda. 

"Pengeboman itu tak mungkin dilakukan oleh Jemaah Islamiyah (JI) atau jaringan 
Al-Qaeda di Indonesia. Bila mereka benar ada, mereka akan bersembunyi. Bukannya 
meledakkan apa yang menjadi tempat mereka," kata Suripto di Hotel Menara Peninsula, 
Jl. S Parman, Jakarta, Sabtu (19/10/2002). 

Bom Bali menurutnya adalah buah pekerjaan organisasi yang solid dan sangat sistematis. 
Ia yakin yang memiliki kemampuan seperti itu adalah intelijen yang sudah mumpuni. 
Suripto menunjuk badan rahasia semacam CIA (AS), MI6 (Inggris) atau Mossad (Israel). 

Ciri-ciri operasi intelijen ini sudah terlihat lebih terang manakala muncul berita di 
Time soal pengakuan Omar Al Faruq. Di situ dikesankan bahwa seolah Indonesia telah 
menjadi sarang bagi pelaku-pelaku aksi teror yang masuk jaringan Al-Qaeda. 

Menurut Suripto, di situ dilansir adanya rencana pembunuhan Presiden Megawati. 
Padahal, bilamana informasi ini benar tentunya aparat keamanan dalam negeri dan 
jajaran intelijen tak akan mengganggap sepi rencana tersebut. "Justifikasi tuduhan itu 
antara lain dengan pengeboman di Bali," katanya. 
(tbs)


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 
1 Mail/day : 




[yonsatu] Ba'asyir gentle, bagaimana dengan Theo dan Tanjung?

2002-10-19 Terurut Topik Doedoeng ZA. YCB
AWW.
Berikut ini penuturan tulus dari Brigjen Aryanto Sutadi tentang ke-gentle-an
Ustadz Ba'asyir.

Brigjen Aryanto:
Ditangkap, Ba'asyir Gentle
Reporter : Muchus Budi R.
detikcom - Solo, Dirpidum Mabes Polri yang juga ketua tim pemeriks Omar Al
Faruq, Brigjen Aryanto Sutadi, memuji Abu Bakar Ba'asyir sebagai orang yang
jantan. Pujian ini disampaikan setelah dia menyatakan pada Ba'asyir bahwa
Ba'asyir telah ditangkap Mabes Polri.
"Beliau orang yang gentle. Dia katakan, saya tidak takut dengan pemanggilan.
Saya akan datang, hanya karena kondisi begini Pak, ya apa boleh buat," kata
Aryanto usai menjenguk Ba'asyir di RS PKU Muhammadiyah, Jl.Ronggowarsito,
Solo, Sabtu (19/10/2002).
"Saya tadi juga katakan, saya prihatin karena Bapak sakit. Beliau bilang
ndak-apa-apa karena saya terlalu lelah saja," sambung Aryanto.
Aryanto percaya Bas'ayir akan datang memenuhi panggilan. "Tapi karena sakit,
kepentingan saya hanya meyakinkan bahwa saya melakukan penyidikan dengan
cara begini. Saya tidak akan menyulitkan Bapak, yang penting Bapak cepat
sembuh, dan penyidikan tetap jalan. Jadi reaksinya ya nggak apa-apa," kata
Aryanto. (nrl)

WWW.


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 
1 Mail/day :