[zamanku] Teladan Tiga Muslim Feminis (Resensi Majalah TEMPO buku Muslim Feminis)
Teladan Tiga Muslim Feminis Majalah TEMPO, 6-12 September 2010 Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam Penulis: Mohamad Guntur Romli Tebal: xlix + 250 halaman Penerbit: Freedom Institute, Juli 2010 ISBN: 978-979-19-4664-3 Muslim feminis dalam buku ini mengacu pada istilah male feminist yang dikenal dalam studi feminisme. Yang dituju adalah laki-laki yang memiliki perspektif feminisme dan aktif berjuang bagi terwujudnya kesetaraan dan ke adilan gender dalam tatanan masya rakat. Istilah muslim feminis pasti sangat asing di telinga sebagian besar umat Islam. Sebab, istilah feminis sudah telanjur mendapat pemaknaan negatif dan sering dianggap tidak islami sehingga tidak pantas disandingkan dengan kata muslim. Tidak sedikit umat Islam keliru memaknai feminisme; dianggap gerakan yang diciptakan demi merusak akidah; perlawanan perempuan terhadap kodrat; permusuhan terhadap laki-laki; pemberontakan perempuan terhadap kewajiban rumah tangga; bahkan dianggap penolakan terhadap syariah. Semua anggapan tersebut keliru dan, karena itu, harus diluruskan. Di sinilah keberanian Mohamad Guntur Ramli memilih judul Muslim Feminis patut di acungi jempol. Sebab, di samping memasyarakatkan istilah asing itu, ia sekaligus meluruskan anggapan keliru yang selama ini membelenggu pikiran sebagian besar umat Islam. Lalu apa itu feminisme? Sepanjang se jarahnya, gerakan feminisme selalu mendefinisikan diri sebagai gerakan me nentang perlakuan tak adil terhadap perempuan. Intinya: menolak seti ap bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan berbasis gender terhadap pe rempuan, apa pun alasannya. Dengan ung kapan lain, feminisme adalah upaya transformasi sosial yang meng arah ke terwujudnya sistem dan pranata so sial yang secara gender lebih adil dan ega liter. Substansi gerakan feminisme adalah memperjuangkan tatanan masya rakat yang adil secara gender, bebas dari segala bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Jika demikian, Nabi Muhammad sangat pantas disebut feminis. Sebab, Nabi hadir untuk membebaskan manusia, khususnya kaum perempuan, dari belenggu thagut dan khurafat dengan memperkenalkan konsep tauhid (monoteisme murni). Tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan berketuhanan secara benar dan kemudian menuntun berke manusiaan dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menja di pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan umat Islam bertindak benar, dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. Bertauhid yang benar akan meng antarkan ke kesadaran kemanusiaan yang tinggi sehingga manusia tidak lagi mengeksploi tasi sesama dan tidak merusak kelestarian alam. Nabi mengajarkan, tugas utama manusia perempuan dan laki-laki-sama, yaitu menjadi khalifah filardh (pengelola kehidupan di dunia). Lelaki dan pe rempuan harus berlomba-lomba berbuat amal terbaik (fastabiqul khairat). Melalui buku ini, Guntur menampilkan tiga sosok muslim feminis asal Mesir beserta ulasan perjuangannya. Pertama, Syekh Rifa'ah al-Thahthawi (1801-1873), dengan gagasan ide persamaan. Dia menyadar kan perlunya umat Islam meninggalkan penindasan terhadap perempuan dan memberinya akses luas untuk mengenyam pendidikan. Menurut dia, tingkat keadaban suatu masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana masyarakat itu menghor mati hak-hak perempuan. Kedua, Syekh Muhammad Abduh (1849-1905), yang amat vokal berbicara tentang kesetaraan laki-laki dan perem puan. Sebab, keduanya dicipta kan dari unsur yang satu. Ada empat isu gender yang menjadi perhatiannya, yakni perkawinan, poligami, warisan, dan perceraian. Pemikiran Abduh mengandung nuansa liberal yang memakai rasionalitas dalam menafsirkan teks-teks agama. Bahkan metodologi interpretasi yang dibangunnya menjadi cikal-bakal hermeneutika modern. Ketiga, Qasim Amin (1863-1908), terkenal karena kedua bukunya, Tahrir al-Mar'ah (Pembebasan Perempuan) dan Al-Mar'ah al-Jadidah (Perempu an Baru). Statemennya yang terkenal: kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kondisi kemajuan kaum perempuannya. Dia menolak penggunaan hijab, pakaian yang menutup seluruh tubuh perempuan sehingga menyulitkan beraktivitas secara leluasa di ruang publik. Dia juga berupaya memajukan pendidikan bagi perempuan agar lebih berkiprah mendidik bangsanya. Pendek kata, para tokoh feminis tersebut menggugat tradisi budaya patriarkal-seperti poligami, kewajiban hijab, dan larangan ke luar rumah-yang merugikan perempuan. Mereka mengkritik pemahaman keislaman yang diliputi takhayul dan khurafat, pemahaman yang tidak membebaskan dari belenggu kejahiliahan, yang memenjarakan umat Islam dalam kebo dohan, kemiskinan, dan kejumudan. Mereka mengajak umat Islam berpikir kritis, rasional, dan terbuka. Setiap ide dan gagasan dari mana pun datangnya, timur atau barat, utara atau selatan, harus direspons kritis dan proporsional. Hanya dengan itu umat Islam dapat maju dan berjaya seperti pada abad keemasan Islam . Artinya, setiap gagasan
[zamanku] Diskusi Opini Publik versus Kebenaran di Salihara
DISKUSI Rabu, 26 Mei 2010, 19:00 WIB Opini Publik Versus Kebenaran Pembicara: Kuskridho Dodi Ambardi dan Rocky Gerung Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Diskusi ini berikhtiar mengulas hubungan antara “opini publik” dan kebenaran dari perspektif ilmu empirik dan filsafat. Pembahasan dimulai dari pertanyaan tentang pengertian “opini publik”. Jika setiap individu memiliki opini tersendiri, lantas bagaimanakah menjadi sebuah opini publik? Selama ini opini publik dianggap tak lebih dari proses “rekayasa”, baik melalui media ataupun survei. Proses “rekayasa” berujung pada dua kategori opini publik: hasil “pembentukan” atau murni “penemuan”. (Lembaga survei selalu menggunakan istilah ”penemuan” pada opini publik, meskipun akhirnya hasil survei tersebut membawa pengaruh pada publik.) Masalah lain: Faktor apa yang berpengaruh pada pembentukan opini publik selain rekayasa? Adakah opini publik yang benar-benar “murni” berasal dari publik? Lantas, bagaimana hubungannya dengan masalah kebenaran? Apakah, karena berasal dari publik, ia dengan sendirinya mewakili kebenaran? Ikuti diskusi dengan Kuskridho Dodi Ambardi (Direktur Lembaga Survei Indonesia) dan Rocky Gerung (Pengajar Filsafat di Universitas Indonesia). Diskusi akan berlangsung dalam bahasa Indonesia. Program ini ditaja oleh Hivos. http://www.facebook.com/event.php?eid=105359909507184ref=mf Nantikan dan daftarkan diri anda untuk mengikuti Kuliah Umum Filsafat Tentang Seksualitas di Salihara di bulan Juni 2010 SERI KULIAH UMUM TENTANG SEKSUALITAS Sabtu, 5, 12, 19, 26 Juni 2010, 16:00 WIB Teater Salihara Terbuka untuk umum Pendaftaran selambatnya 4 Juni 2010, melalui d...@salihara.org Sabtu, 5 Juni 2010, 16:00 WIB Simone de Beauvoir tentang Seksualitas Pembicara: Gadis Arivia Sabtu, 12 Juni 2010, 16:00 WIB Michel Foucault tentang Seksualitas Pembicara: Haryatmoko Sabtu, 19 Juni 2010, 16:00 WIB Jacques Lacan tentang Seksualitas Pembicara: Robertus Robet Sabtu, 26 Juni 2010, 16:00 WIB Julia Kristeva tentang Seksualitas Pembicara: Christina Siwi Handayani Seksualitas tentu bukan sekadar perkara hasrat dan hubungan seksual, namun berkelindan dengan tata nilai, keyakinan, pengetahuan, hingga sistem kekuasaan di mana seseorang hidup dan berinteraksi. Karena itu, dalam beragam ranah yang membentuknya (fantasi, emosi, jender, orientasi dan identitas seksual, dan seterusnya), seksualitas akhirnya bersangkut-paut dengan persoalan filsafat, psikologi, politik, ekonomi, agama, dan bahasa. Selama bulan Juni 2010 Komunitas Salihara akan menggelar seri kuliah umum dengan tema seksualitas melalui perspektif empat pemikir: Simone de Beauvoir, Michel Foucault, Jacques Lacan, dan Julia Kristeva. Kuliah pertama akan mengulas tema seks dan filsafat, bertolak dari sebuah pernyataan terkenal dalam buku Simone de Beauvoir, The Second Sex: “One is not born a woman” – yang menunjukkan perjuangan diri perempuan dalam eksistensinya. Kuliah kedua akan mengulas pemikiran Foucault tentang hubungan seksualitas dengan pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran. Sementara kuliah tentang Lacan – yang memilih menggunakan istilah “seksuasi” ketimbang “seksualitas” – bermula dari pertanyaan Lacan yang provokatif: mengapa hubungan seksual sesungguhnya hanya ilusi dan mengapa “perempuan itu tidak pernah ada”, dan apakah hubungan seksual adalah lambang kebuntuan (dead-lock)? Telaah akan bergerak melalui dua celah: tragedi Medea dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Sedangkan ide-ide Julia Kristeva tentang seksualitas akan diulas lewat pendekatan psikologi dan semiotika, antara lain dengan melihat persoalan “abjection” dan intertekstualitas. Hanya di Salihara...
[zamanku] Penyerangan FPI terhadap PemohonKuasa Hukum Uji-Materi UU PNPS/1965 di MK
SIARAN PERS TIM ADVOKASI KEBEBASAN BERAGAMA Pada hari ini, Rabu, 24 Maret 2010, Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli yang hadir di Mahkamah Konstitusi sehubungan dengan acara sidang pemeriksaan pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 menjadi korban kekerasan baik secara verbal maupun fisik. Ketika rehat siang setelah persidangan diskors, beberapa orang yang terdiri dari Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli, yang pada saat itu sedang berada di kantin MK, mengalami ancaman, hadangan, pukulan dan perampasan barang yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memakai atribut FPI dan LPI. [Urutan peristiwa terlampir] Terkait dengan peristiwa tersebut, pertama-tama kami menyampaikan berterima kasih kepada Mahkamah Konstitusi, khususnya kepada satuan keamanan, yang dengan sigap dan cekatan mengamankan para Pemohon, Kuasa Hukum, dan Ahli. Karena kesiagaannya dan ketegasannya, satuan keamanan berhasil mencegah kekerasan dan kerusakan lebih lanjut. Namun, apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi tersebut sesungguhnya bukan hanya sekedar kekurangajaran dan pelanggaran yang terang-terangan terhadap hukum dan martabat manusia, namun merupakan sikap yang menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima pandangan yang berbeda, sehingga merasa perlu untuk menyerang dan meniadakan yang berbeda itu. Kami sesungguhnya tidak rela intoleransi dan kekerasan mendapat tempat di Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi merupakan ruang terbuka untuk berbincang dan berbeda pendapat, yaitu tempat untuk mengejawantahkan suatu kebebasan yang dijamin di dalam konstitusi itu sendiri. Meskipun demikian, peristiwa ini menegaskan satu hal, yaitu bahwa bukan perbedaan yang menyebabkan keresahan, kerusuhan dan gangguan ketertiban umum, melainkan sikap yang tidak mampu menerima perbedaan, serta perbuatan kekerasan yang tidak terkendali sebagai wujud dari intoleransi tersebut itulah yang menjadi akar dan sebabnya. Masyarakat kita sedang krisis, kemajemukan dinafikan, perbedaan dianggap ancaman, dan toleransi menjadi kebutuhan yang mendesak. MK perlu melihat kenyataan ini dengan jeli dan mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan tepat yang menentukan nasib bangsa kita ke depan demi membangun kekuatan masyarakat dan kerukunan umat yang sejati. Jangan biarkan permusuhan dan kebencian menjadi nilai dominan, pemaksaan diterima sebagai sesuatu yang wajar serta kekerasan seolah dapat dibenarkan. Jakarta, 24 Maret 2010 KRONOLOGI KEKERASAN TERHADAP KUASA PEMOHON 1. Pada rehat sidang (Pkl.12.00 – 14.00) Kuasa hokum pemohon makan siang bersama di Kantin Emka. Pada saat kuasa pemohon SA(Siti Aminah) shalat, sejumlah laki-laki berpakaian putih-putih menyatakan “Ini kelompok setan yang memakai jilbab” dan “kelompok setan kok shalat”. 2. NH/Nurkholis hidayat keluar terlebih dahulu dari kantin dan mendengar kata2 “bau setan” yang dikeluarkan oleh orang2 berpakaian putih dan sengaja ditujukan kepada kuasa hukum pemohon. 3. nh meminta UPS untuk mengajak para kuasa pemohon untuk segera keluar dan naik ke lantai dua. Uli Parulian Sihombing (UPS) mengajak untuk segera ke atas, dan meminta untuk mengingatkan Chairul Anam (CA) untuk hati-hati karena diincar untuk dipukul; 4. NH dan UPS diluar menunggu anam dan mulai dikerubuti orang2 berpakain putih sambil mengucapkan kata kata kotor. Orang2 berpakaian putih mulai mengancam dan menghina dengan kata-kata kotor dan menanyakan agama Uli dan Posisi LBH Jakarta. 5. Uli dan NH dikerubuti dan kemudian kaki NH ditendang oleh orang2 berpakaian putih. Kejadian tidak berlangsung lama karena kemudian staf MK mengingatkan orang2 berpakaian putih tersebut. Dalam kesempatan tersebut NH dan Uli naik ke lantai dua dan berhasil kelaur dari kepungan orang2 berbaju putih. 6. KEmudian, SA menyampaikan kepada Chairul Anam untuk berhati-hati dan segera naik bersama-sama.Saat itu,Chairul Anam sedang duduk bersama staff dari MAhkamah Konstitusi.UPS yang berada diluar kantin mendapatkan ancaman dan dirangkul oleh laki-laki berpakain putih dan di depan pintu kantin dihadang oleh puluhan laki-laki berpakaian putih-putih dan beridentitaskan LPI, UPS lalu ditarik SA ke dalam kantin. Staff MK keluar mengiringi UPS,SAT dan CA dan terjadi dialoq antara staff MK dan lascar tersebut.UPS dan NH (Nurkholis Hidayat) berhasil naik ke lantai atas, CA yang bermaksud ke atas dihalangi dari berbagai sudut dan akhirnya keluar dari kerumunan melalui pintu belakang bersama SA. 7. Terjadi keributan antara petugas keamanan MK dengan lascar (ditanya ke Sidik lagi, ada anak PGI yang kena pukul juga) 8. Dari belakang terlihat suasana keributan di depan kantin, SA kembali ke depan kantin dan Sidik (PU LBH Jakarta) dikerubuti karena kedapatan merekam peristiwa.Kamera milik LBH Jakarta yang dipegang oleh Sidik dirampas, dan Sidik pun dikerubungi dan disudutkan, bahkan terkena tendangan dan pukulan dari arah belakang. 9. Sidik sempat masuk kedalam Ruangan dan duduk, namun kembali ke
[zamanku] Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan di Salihara
Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan Paul Ricoeur, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx Setiap Sabtu, Januari 2010, 16:00 WIB/ Serambi Salihara Paul Ricoeur, seorang tokoh hermeunetika kontemporer menyebut tiga pemikir besar, yakni Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche, sebagai pendahulu metodologi hermeneutika yang disebut sebagai hermeneutika kecurigaan. Freud mencurigai terbentuknya teks sebagai berasal dari alam ketaksadaran manusia, Marx meletakkannya sebagai produk ekonomi dan politik, sementara Nietzsche merujuk sebab-musababnya pada kehendak ingin berkuasa. Apa yang dimaksud hemeneutika kecurigaan itu? Apa saja alasan-alasan Paul Ricoeur? Dan bagaimana hemeneutika bekerja dalam pandangan Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche? Selama empat minggu berturut-turut, selain mengulas pandangan tokoh-tokoh tersebut dalam lingkup hermeneutika kecurigaan, kuliah umum ini juga menggali pandangan filsafat dari masing-masing tokoh tersebut. Kuliah Umum Filsafat ini akan digelar di Serambi Salihara setiap hari Sabtu di bulan Januari 2010 pada pukul 16.00 -18.00 WIB. Kuliah ini terbatas, untuk mengikutinya silakan mengirim email pendaftaran ke me...@salihara.org atau riaud...@yahoo.co.id Sabtu 09 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Hermeneutika: Pengantar Umum dan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur Haryatmoko / Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Friedrich Nietzsche Setyo Wibowo / Sabtu 23 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Sigmund Freud Bagus Takwin / Sabtu 30 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Karl Marx Goenawan Mohamad / Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
[zamanku] Pementasan Kereta Kencana (Rendra) Mulai Malam Ini di Salihara (Gratis)
Jadwal acara Mengenang Rendra di Komunitas Salihara: Jumat, 06 November 2009, 20:00 WIB Pementasan teater Kereta Kencana Sutradara: Putu Wijaya Aktor: Ikranegara Niniek L Karim Sabtu, 07 November 2009 16:00 WIB Pembahasan puisi Rendra Sihir Rendra Pembicara: Sapardi Djoko Damono 19:00 WIB Pembacaan puisi Rendra Oleh: Ine Febrianti, N Riantiarno, Slamet Rahardjo 20:00 WIB Pementasan teater Kereta Kencana Sebagai penghormatan kepada almarhum Rendra (lahir 7 November 1935 dan wafat 6 Agustus 2009), Komunitas Salihara akan menyelenggarakan serangkaian acara di sekitar hari ulang tahun sang penyair dan dramawan. Selain dua malam pementasan Kereta Kencana (saduran Rendra atas lakon Les Chaises karya Eugene Ionesco) yang menampilkan aktor Ikranegara dan Niniek L Karim dengan sutradara Putu Wijaya. Akan diadakan pula pembacaan sejumlah puisi Rendra oleh Slamet Rahardjo, N Riantiarno, dan Ine Febriyanti (7 November, 19:00 WIB). Sementara itu, Sapardi Djoko Damono akan mengulas perpuisian Rendra dengan sorotan khusus terhadap sejumlah puisi yang ia anggap sebagai karya-karya terkuat sang penyair. Seluruh rangkaian acara diselenggarakan di Teater Salihara. Terbuka untuk umum dan GRATIS. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Melan di me...@salihara.org atau Dita di riaud...@yahoo.co.id, atau kunjungi www.salihara.org. Sampai jumpa di Komunitas Salihara! http://www.facebook.com/event.php?eid=327095385225ref=mf http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=2id=19item_id=853 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[zamanku] Invitation to First Erasmus Lecture on Humanism, by Goenawan Mohamad
First Erasmus Lecture on Humanism “Humanism in the thoughts of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer” Wednesday, 28 October 2009, 19.30 hrs. Goenawan Mohamad, Budayawan (publicist on culture and philosophy) Erasmus Huis On this day, the birthday of the Dutch philosopher Desiderius Erasmus, more than 550 years ago, the Erasmus Huis wants to draw attention to the philosophical heritage of Erasmus and its relevance to the present time by organising a lecture and discussion: in the spirit of Erasmus’ own words ‘Civis mundi sum’ / I am a world citizen. Erasmus is often referred to as ‘the humanist’; he has given an important impulse to the development and spreading of this body of thought. The concept ‘humanism’ does not have a univocal meaning and will have different interpretations and relevance depending on time and place. For Erasmus it was foremost the conviction that the spiritual strength, that is needed to take life to its highest potential, is evoked by entering discussion with great thinkers, who have those strengths. Beside that, time and time again he pleaded for tolerance between the different beliefs. He placed common sense above dogmatic standpoints. At Erasmus Huis Mr Goenawan Mohamad will present the English version of his lecture on humanism in the thoughts of a number of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer. Mr Goenawan Mohamad has for long been a key figure in the political and cultural world of Indonesia as an editor, curator and publicist, always presenting his own independent views. Erasmus Huis Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950 Erasmus Senin, 26 Oktober 2009 Ini akhir pekan Erasmus. Saya diminta bicara tentang humanisme dalam pandangan Indonesia untuk ulang tahun tokoh humanisme Eropa yang lahir 27 Oktober 1466 itu di Erasmus Huis, Jakarta. Saya tak tahu banyak tentang humanisme abad ke-15 Eropa, dan yang pertama kali saya ingat tentang Erasmus adalah apa yang dikatakan Luther tentang dia. Bagi Luther, pemula Protestantisme yang pada akhirnya mengambil posisi yang tegas keras menghadapi Gereja itu, Erasmus ibarat ”belut”. Licin, sukar ditangkap. Erasmus memang tak selamanya mudah masuk kategori, tak mudah menunjukkan di mana ia berpihak, ketika zaman penuh hempasan pertentangan keyakinan theologis. Pada mulanya ia membela Luther, ketika pembangkang ini diserang dan diancam, tapi kemudian ia menentangnya, ketika Luther dianggapnya semakin mengganas dalam menyerang Roma. Dalam sepucuk suratnya kepada Paus Adrianus VI, Erasmus sendiri mengatakan, ”Satu kelompok mengatakan hamba bersetuju dengan Luther karena hamba tak menentangnya; kelompok lain menyalahkan hamba karena hamba menentangnya….” Bagi Erasmus, sikapnya menunjukkan apa yang disebut di zamannya sebagai civilitas. Dalam kata-kata sejarawan Belanda terkemuka, Huizinga, itulah ”kelembutan, kebaikan hati, dan moderasi”. Perangai tokoh humanisme abad ke-15 ini agaknya seperti sosok tubuhnya. Kita hanya bisa melihat wajahnya melalui kanvas Holbein di Museum Louvre: kurus, pucat, wajah filosof yang meditatif dan sedikit melankolis. Tetapi ia—yang merupakan pengarang terlaris di masanya ini (seorang penjual buku di Oxford pada 1520 mengatakan, sepertiga bukunya yang terjual adalah karya-karya Erasmus)—juga seorang yang suka dipuji. Dan di balik sikapnya yang santun, ada kapasitas untuk menulis satire yang sangat berat sebelah yang menyerang Paus Julius II. Dalam satire ini, Santo Petrus bertanya kepada Julius di gerbang akhirat: ”Apa ada cara mencopot seorang Paus yang jahat?” Jawab Julius: ”Absurd!” Pada akhirnya memang tak begitu jelas bagaimana ia harus diperlakukan. Ia meninggal di Basel, Swiss, pada 1536, tanpa disertai seorang pastor, tanpa sakramen Gereja. Tapi ia dapat kubur di katedral kota itu. Agaknya itu menggambarkan posisinya: seorang yang meragukan banyak hal dalam agama Kristen, tapi setia kepada Gereja. ”Aku menanggungkan Gereja,” katanya, ”sampai pada suatu hari aku akan menyaksikan Gereja yang jadi lebih baik.” Mungkin itulah sebabnya yang selalu dikagumi orang tentang pemikir ini adalah seruannya untuk menghadapi perbedaan pikiran dengan sikap toleran dan mengutamakan perdamaian. ”Tak ada damai, biarpun yang tak adil sekalipun, yang tak lebih baik ketimbang kebanyakan perang.” Dari sini agaknya orang berbicara tentang ”humanisme Kristen” bila berbicara tentang Erasmus—atau, dalam perumusan lain, ”rasionalisme religius”. Dalam jenis ”rasionalisme” ini, skeptisisme dan rasa ingin tahu, curiositas, diolah dengan baik, tapi pada akhirnya tetap dibatasi oleh apa yang ditentukan agama. Tak mengherankan bila Ralf Dahrendorf menyebut posisi Erasmus sebagai ”leise Passion der Vernunft”, gairah yang lembut untuk akal budi. Dalam hal itu, Erasmus memang tak bisa diharapkan akan mengatasi pikiran yang umum di
[zamanku] Penampilan Sapardi Djoko Damono di Malam Terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009
Penyair Sapardi Djoko Damono akan membacakan puisi-puisinya dalam Penutupan Utan Kayu Literary Biennale 2009 yang akan digelar malam ini pukul 19.00 Sabtu 24 Oktober di Teater salihara. Selain Sapardi beberapa sastrawan dari Indonesia atau luar negeri juga akan menyuguhkan karya-karya mereka. Seperti M Iksaka Banu, Leila S, Chudori, Triyanto Triwikromo, Hasan Aspahani dan Jimmy Maruli Alfian dari Indonesia. Dari Australia akan tampil Sandra Thibodeaux. Dalam acara bantingan puisi yang akan digelar di Teater Atap Salihara pukul 21.00 akan diramaikan dengan pementasan grup musik Angsa dan Serigala. Acara sastra pada malam ini akan menjadi penutup festival Utan Kayu Literary Biennale 2009 yang telah digelar sejak Selasa 20 Oktober 2009. Beberapa sastrawan yang terlibat seperti A Muttaqin, AS Laksana, Aan Mansyur, Agus R Sarjono, Ahda Imran, Alfred Schaffer, Beno Siang Pamungkas, Bernice Chauly, Dacia Maraini, Drisana Deborah Jack, Gus tf Sakai, Handry TM, Hasan Aspahani, Hudan Hidayat, Inggit Putria Marga, Iyut Fitra, Jan Cornall, Jimmy Maruli Alfian, Leila S Chudori, Lily Yulianti Farid, M Iksaka Banu, Moon Chung-Hee, Ramon Damora, Reggie Baay, Sandra Thibodeaux, Sapardi Djoko Damono, Timur Sinar Suprabana, Triyanto Triwikromo, Vanni Bianconi, Warih Wisatsana, Wendoko, dan Yanusa Nugroho. Agenda malam terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009 Sabtu, 24 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Merandai Menampilkan: M Iksaka Banu (Indonesia), Leila S. Chudori, Triyanto Triwikromo (Indonesia), Sapardi Djoko Damono (Indonesia), Sandra Thibodeaux (Australia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Jimmy Maruli Alfian (Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia). Musik: Angsa dan Serigala Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. -- Saturday, Oct. 24 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: Traversing. Featuring M Iksaka Banu (Indonesia), Leila Chudori, Triyanto Triwikromo (Indonesia), Sapardi Djoko Damono (Indonesia) and Sandra Thibodeaux (Australia) 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading, Music Performance and Poetry Slam. Featuring Jimmy Maruli Alfian (Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia) and the indie band Angsa and Serigala http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[zamanku] Program Jumat 23 Okt (Utan Kayu Literary Biennale 2009)
Utan Kayu Literary Biennale 2009 Komunitas Salihara Jumat, 23 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Sejarah dan Ironi Menampilkan: A Muttaqin (Indonesia), AS Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack (St Martin), Handry TM (Indonesia), Vanni Bianconi (Swiss), Warih Wisatsana (Indonesia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Ahda Imran (Indonesia), Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio (Swiss), Musik: Rampak Bedug Rumah Musik Harry Roesli Setiap pembacaan karya sastra: puisi dan prosa kami menampilkan teks terjemahannya di layar. Acara ini terbuka umum dan tidak dipungut biaya. Melalui salah satu sponsor kami Indosat, penonton yang memakai nomer telepon selulernya dari produk Indosat: Mentari, IM3, dll akan mendapatkan pulsa cuma-cuma Rp 10.000 http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. --- Friday, Oct. 23 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: History and Irony. Featuring A Muttaqin (Indonesia), AS Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack (St. Martin), Handri TM (Indonesia), Vanni Bianconi (Switzerland), Warih Wisatsana (Indonesia) 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading, Music Performance and Poetry Slam. Featuring Ahda Imran (Indonesia), Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio (Switzerland) and percussion music by Rumah Musik Harry Roesli Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
[zamanku] Koran Tempo Menang Lawan Munarman
Selamat untuk Koran Tempo... Koran Tempo Menang Lawan Munarman JAKARTA - Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak seluruh gugatan Munarman terhadap Koran Tempo. Dalam putusannya, majelis menyatakan Koran Tempo telah mengoreksi pemberitaan yang salah sesuai dengan Undang-Undang Pers. Para tergugat tak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, kata ketua majelis hakim Syahrial Sidik di persidangan kemarin. Sebelumnya, Munarman menggugat PT Tempo Inti Media, Koran Tempo, dan The Wahid Institute dengan nilai gugatan Rp 13 miliar. Ia juga meminta agar tanah dan kantor PT Tempo Inti Media beserta isinya disita. Munarman melayangkan gugatan itu terkait dengan pemuatan foto dirinya yang tengah mencekik seseorang pada Koran Tempo edisi 3 Juni 2008. Foto itu juga disertai keterangan bahwa Munarman mencekik seorang anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada insiden Monas, 1 Juni 2008. Pada hari terbitnya edisi itu, Munarman membantah berita foto tersebut. Menurut Panglima Laskar Islam itu, pemuda yang ia cekik adalah anggota Front Laskar Islam. Ia mencekik pemuda tersebut untuk mencegahnya berbuat kekerasan. Sehari kemudian, pada 4 Juni 2008, Koran Tempo meralat pemuatan foto itu dan meminta maaf. Menurut Syahrial, pemuatan ralat tersebut telah meluruskan pemberitaan sebelumnya. Ralat juga telah dimuat secara proporsional dan ditempatkan di halaman yang sama dengan berita foto yang dipersoalkan. Koran Tempo juga sudah minta maaf tanpa ada permintaan terlebih dulu dari pihak Munarman, ujar Syahrial. Kuasa hukum Munarman, Syamsul Bahri Radjam, tak puas terhadap putusan tersebut. Pengadilan semestinya menjadi pengontrol kebebasan pers, ujarnya. Kami akan mengajukan banding. Adapun kuasa hukum Tempo, Soleh Ali, menyambut gembira putusan itu. Putusan hakim mengacu kepada Undang-Undang Pers, ujarnya. Pemberitaan Tempo, ia melanjutkan, juga telah mengacu kepada undang-undang itu. Tentu saya menyambut positif, kata Corporate Chief Editor Tempo, Bambang Harymurti, di Balikpapan kemarin. Menurut dia, putusan itu merupakan sinyalemen positif bagi penegakan hukum Indonesia. Lembaga peradilan mulai memperhatikan penggunaan Undang-Undang Pers, katanya. ANTON SEPTIAN | S.G. WIBISONO | DWI WIYANA http://korantempo.com/korantempo/koran/2009/07/16/headline/krn.20090716.171248.id.html Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[zamanku] Segera Hadir Festival Salihara 2009
Salam, Setelah dibuka pada 8 Agustus 2008, Komunitas Salihara kini menjelang ulang tahun pertamanya. Memperingati hari jadi itu kami menyelenggarakan Festival Salihara 2009, sejak 8 Juli hingga 15 Agustus. Tahun lalu, karena kesiapan tempat memerlukan waktu beberapa bulan sejak pembukaan, Festival Salihara 2008 baru berlangsung sejak pertengahan Oktober hingga pekan pertama Desember tahun lalu, selama tujuh pekan. Festival Salihara 2008 bisa dinilai menuai sukses besar. Ribuan orang bertemu dan berbagi karya kreatif bersama di Komunitas Salihara. 22 kegiatan seni yang melibatkan 800 seniman dan tim produksinya serta dihadiri oleh sekitar 5.000 pengunjung dari beragam profesi dan strata sosial. Sebuah festival ibarat seikat bunga rampai. Ada campuran banyak rupa dan warna, mungkin juga keharuman. Rangkaian semua unsur itu membentuk suatu kombinasi yang padat. Dan sesungguhnya festival ini adalah semacam pemadatan dari kegiatan rutin bulanan Komunitas Salihara menggelar pelbagai kegiatan—mulai dari pertunjukan musik, tari, teater, sastra, maupun diskusi dan kuliah umum. Untuk membuatnya lebih istimewa, kami menampilkan pelbagai kesenian dari jenis dan latar belakang yang lebih beragam. Tahun ini, misalnya, kami mendatangkan koreografer dan penari Eiko Koma dari New York—salah satu dari grup tari terkemuka dunia yang tercantum dalam buku rujukan Fifty Contemporary Choreographers. Kami pun bekerja sama dengan Goethe-Institut Jakarta mendatangkan Selisih Ensemble pimpinan Dieter Mack dari Jerman. Aktor teater kelahiran Inggris, Jennifer Claire, akan membawakan lakon monolog Tolstoy’s Wife. Dari Indonesia, selain mengundang pemusik I Wayan Sadra bersama Ansambel SonoSeni, kami juga akan menampilkan duo gitaris Dewa Budjana dan Tohpati dan kelompok jazz rock Trio Ligro. Sedangkan acara kuliah umum akan diisi oleh Dr. Amina Wadud, yang akan membawakan tema Keindahan Feminin dari yang Ilahi. Selamat menikmati acara-acara Festival Salihara 2009. Sampai jumpa di Komunitas Salihara. Jakarta, Juni 2009 Hasif Amini Direktur Festival Salihara 2009 -- Program Festival Salihara 2009 Rabu, 08 Juli 2009, 19:00 WIB Pembukaan Festival Salihara 2009 TARI Kembang Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Laboratorium Tari Indonesia, Jakarta MUSIK JAZZ Tohpati Dewa Budjana, Jakarta Khusus Undangan Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia) Koreografer dan penari: Eiko Koma, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 14-15 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh Christian Utz ensemble on_line, Austria di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) 16 Juli – 15 Agustus 2009, 10:00-19:00 WIB Pameran Seni Rupa PERANG, KATA DAN RUPA Aminudin T. H. Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin Nurrahman, Putu Sutawijaya, R. E. Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, Yustoni Volunteero Pembukaan: Kamis, 16 Juli 2009, 19:00 WIB di Galeri Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 17-18 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh TimeTable Percussion Trio, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 21-22 Juli 2009, 20:00 WIB Tari SUARA NENG, koreografer: Nur Hasanah, Jakarta Tari MERAH, koreografer: Asri Mery Sidowati, Jakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2009, 20:00 WIB Jazz musikalisasi puisi oleh Denise Jannah, Belanda-Suriname di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Minggu, 26 Juli 2009, 19:00 WIB Kuliah Umum JAMAL, KEINDAHAN FEMININ DARI YANG ILAHI: JENDER, SENI DAN TASAWUF Pembicara: Amina Wadud, Kalifornia AS di Serambi Salihara GRATIS Selasa-Rabu, 28-29 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh I Wayan Sadra Ansambel SonoSeni, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Minggu, 02 Agustus 2009, 20:00 WIB Musik oleh Dieter Mack Selisih Ensemble, Jerman di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 07-08 Agustus 2009, 20:00 WIB Teater HOLOCAUST RISING Sutradara: Rukman Rosadi | Saturday Acting Club, Yogyakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Selasa, 11 Agustus 2009, 20:00 WIB Wayang Ringkas BANJARAN KARNA Dalang: Ki Purbo Asmoro, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu,
[zamanku] Pertunjukan Aruk Gugat oleh Teater Satu (Grup Teater Terbaik 2008)
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=735 Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo. Teater Satu Lampung mempersembahkan Aruk Gugat. Catatan Proses Kreatif Aruk Gugat Lakon “Aruk Gugat” adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton. Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mungkinkah membuat sebuah karya pertunjukan yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua lapisan dan kelas sosial masyarakat? Apakah mungkin dicapai suatu bentuk artistik dan estetik pertunjukan yang bisa diterima dan dimengerti secara umum? Apakah esensi dari sifat-sifat universalitas di dalam karya seni (pertunjukan) itu? Mungkinkah membuat sebuah pertunjukan yang tidak terlalu sukar dilakukan namun memiliki kualitas artistik dan estetik yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua penonton? Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk “Warahan Aruk Gugat” yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan menjawab—pertanyaan-pertanyaan di atas. Penciptaan repertoar “Warahan Aruk Gugat” ini bersumber dari sastra lisan Lampung yang disebut “Warahan”, yakni salah satu bentuk sastra tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk, Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus. Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita. Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, “Warahan Aruk Gugat” dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai dongeng—melainkan kemungkinan-kemungkinannya dikembangkan sebagai pertunjukan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dalam proses eksplorasi oleh Tim Artistik Teater Satu, bentuk Warahan ini dipertemukan dengan bentuk-bentuk pertunjukan teater modern yang telah berkembang dan dikenal oleh Teater Satu sebelumnya. Maka, dilakukanlah upaya-upaya identifikasi peran/tokoh, karakterisasi, artistik, aktualitas cerita, untuk memperkaya bentuk pertunjukan Warahan yang telah pernah ada sebelumnya. Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini, unsur-unsur artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap setia pada ekspresinya sebgai “SANDIWARA KAMPUNG”. Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar “Warahan Aruk Gugat” memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori yang selama ini dianggap sebagai “sisi gelap” dalam perkembangan “ke-ber-adaban” masyarakat (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa hidup di wilayah perkotaan) justru dihidangkan. Samasekali bukan untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan sebelumnya. Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali “ke-kampungan”, yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik, budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. Iswadi Pratama Sutradara Sinopsis Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup. Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai
[zamanku] Download Buku Ilusi Negara Islam
Salam, Kami baru menerima berita dari Mas Ahmad Suaedy Direktur the Wahid Institute, toko-toko yang menjual buku Ilusi Negara Islam diteror: akan diserbu, dibakar melalui telepon-telepon tak dikenal. Di Gramedia pun buku ini belum sempat beredar. Anda mungkin akan kesulitan mendapatkan buku ini di pasaran. Syukur alhamdulillah, melalui jasa internet, pembredelan dan ancaman untuk sebuah karya tidak akan berhasil sempurna. Kini bagi siapa pun yang ingin membaca buku ini silakan mengunduhnya (download) melalui alamat berikut: http://www.bhinnekatunggalika.org/galeri.html --- Untuk berita peluncuran buku ini Sabtu malam: http://oase.kompas.com/read/xml/2009/05/17/15241171/ilusi.negara.islam.diperbanyak.di.empat.negara - Pers Release Peluncuran buku dan dvd الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمورالدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبيآء والمرسلين سيدنا مجمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين ، اما بعد The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan The Maarif Institute Tokoh Islam Moderat Meluncurkan Buku--Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, dan dan Seri TV/Video--Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin, untuk Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin Jakarta, 16 Mei 2009 JAKARTA, INDONESIA (16 Mei 2009)—Tiga tokoh besar Islam moderat meluncurkan buku dan seri video untuk melestarikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang santun dan toleran berdasarkan nilai-nilai luhur agama, serta mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Program ini juga bertujuan membantu dunia mengatasi krisis kesalahpahaman tentang agama dan kesalahkaprahan pengamalannya yang mengancam kedamaian di mana-mana. Mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya), dan tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus), bersama-sama mengajak dan berusaha mengilhami masyarakat dan para elit untuk bersikap terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa memahami agama secara spiritual dan mendalam. Karena dengan cara demikian pemahaman agama kelompok garis keras yang dangkal dan sempit tidak akan bisa menginfiltrasi dan menghasut bangsa Indonesia untuk mengkhianati nilai-nilai luhur ajaran agama serta tradisi dan budaya bangsanya. “Saya tidak khawatir terhadap non-Muslim atau siapa pun selama mereka terus belajar; yang saya khawatirkan adalah ketika seseorang berhenti belajar dan menganggap kebenaran sudah ada di tangannya dan kemudian menganggap yang lain salah. Sebab, sabda Nabi saw., ‘Orang akan tetap baik-baik saja, tetap pandai selama mau belajar. Ketika orang itu berhenti belajar karena sudah merasa pandai, mulailah dia bodoh’,” (Gus Mus). Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi salah satu medan pertarungan ideologi yang signifikan. Kelompok-kelompok garis keras telah menggunakan simbol-simbol agama untuk merekrut dukungan umat Islam. Dengan menggunakan bahasa yang sama dengan umat Islam pada umumnya, mereka berusaha meraih dukungan atas nama agama sebanyak-banyaknya. Padahal, makna yang mereka pahami jauh berbeda dari makna yang lazim dipahami oleh umat Islam Indonesia. Ketiga tokoh ini menegaskan pentingnya melestarikan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, serta nilai-nilai luhur agama yang menjiwai bangunan bangsa dan negara Indonesia, yang kini dibayang-bayangi oleh infiltrasi paham dan aksi-aksi gerakan transnasional yang meresahkan. Demi tujuan ini, mereka menyerukan persatuan dan kerjasama semua pihak dan lapisan masyarakat, karena kebenaran yang tidak terorganisai bisa dikalahkan oleh kejahatan maupun kezhaliman yang terorganisasi. The Wahid Institute, Maarif Institute, dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika bersama-sama menerbitkan buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, yang merupakan hasil penelitian lapangan dan konsultasi selama lebih dari dua tahun. Penelitian lapangan yang meliputi 24 kabupaten di 17 propinsi ini melibatkan tak kurang dari 30 peneliti yang kebanyakan berasal dari jaringan UIN/IAIN. Mereka telah melakukan wawancara mendalam terhadap 591 responden yang berasal dari 58 kelompok dan organisasi yang berbeda. Buku ini juga dilengkapi dengan hasil konsultasi dengan para ulama, intelektual, aktivis ormas Islam, para pengusaha, praktisi pendidikan, dan pejabat pemerintahan yang merasa prihatin dengan perkembangan gerakan Islam transnasional di Indonesia. Penelitian lapangan dan konsultasi dengan para tokoh ini berhasil mengungkap asal-usul, ideologi, agenda, dana, sistem, dan jaringan gerakan Islam transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Di samping rekomendasi untuk menghadapi dan mengatasi gerakan garis keras, buku ini juga menyajikan counter teologis atas klaim-klaim telogis mereka. “Studi ini kami lakukan dan publikasikan untuk mengbangkitkan kesadaran seluruh komponen bangsa, khususnya para elit dan media
[zamanku] PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=44 PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad) Jika benar apa yang diprediksikan pelbagai jajak pendapat, SBY akan menang dalam persaingan ke kursi kepresidenan. Berarti baik Megawati maupun Jusuf Kalla tak punya peluang -- atau memerlukan kejadian yang luar biasa.. Apalagi Prabowo dan Wiranto. Saya tidak begitu berminat tentang apa yang dapat dilakukan Golkar, Gerindra dan Hanura dalam kondisi itu. Saya lebih berminat, dan lebih prihatin, tentang pilihan langkah yang harus diambil PDI-P. Partai inilah yang saya pilih dalam pemilu untuk lembaga legislatif yang baru lalu. Tampaknya ada dua pilihan: 1. Megawati maju terus sebagai calon presiden, didampingi dengan seorang tokoh lain: Prabowo atau Sultan Hamengku Buwono X. Dengan Sri Sultan, saya belum tahu apa hambatannya. Dengan Prabowo ada persoalan pokok: mantan jenderal dan menantu Suharto ini ngin dirinyalah yang jadi calon presiden, dengan dukungan PDI-P. Koalisi agaknya sulit terbentuk karena itu. Persoalan ini terpecahkan seanndainya Prabowo bersedia hanya jadi calon wakil presiden. Ini bisa akan meramaikan pemilihan dan tak menghambat Megawati maju bertanding. Tapi dengan catatan: pasangan Mega-Prabowo juga bisa memperlemah daya saing menghadapi SBY, apalagi jika SBY jadi berpasangan dengan pakar ekonomi Budiono. Budiono memang bukan tokoh yang dikenal luas. Tapi ia akan memproyeksikan citra yang lebih bebas dari usreg-usergan parpol seperti sekarang. Budiono juga dinela bersih, setidaknya tak dikenal punya bisnis seperti Jusuf Kalla; ia juga mengesankan perhatian khusus SBY dalam menghadapi kriris ekonomi global. Sebaliknya Prabowo: diakui atau tidak, ia sejak mula tokoh yang menimbulkan kontroversi; ia punya banyak musuh di kalangan ABRI (baca buku Sintong Panjaitan) dan di kalangan pro-demokrasi. 2. Untuk menyelamatkan Megawati dari pertandingan yang tak menjanjikan kemenangan, PDI-P_membiarkan Prabowo maju sebagai calon presiden dengan didampingi Puan Maharani (puteri Megawati) sebagai wakil. Tapi akan ada pertanyaan besar. Kenapa Partai tidak menampilkan tokoh dari tubuhnya sendiri sebagai calon presiden? Mengapa harus pinjam Prabowo -- yang belum tentu bisa diatur oleh PDI-P? Mengapa harus memakai Prabowo, yang hanya dapat sekitar 5% suara (sedang PDI-P sendiri hampir 15%)? Mungkinkah Puan bisa mengimbangi kehadiran Prabowo dalam lima tahun mendatang? Bagaimana masa depan PDI-P sebagai hanya partainya Wakil Presiden? Jangan-jangan pendukung dan posisinya akan diambil-alih Gerindra. 3. Megawati tak akan ikut dalam pemilihan presiden dan PDI-P berkoalisi dengan Demokrat. PDI-P masuk ke dalam kabinet. Ini bisa menguntungkan PDI-P (tidak harus memimpin, tapi bisa berpengaruh), dan bisa menguntungkan Demokrat (akan dapat dukungan tambahan sekitar 90 kursi di parlemen). Sementara itu, PDI-P bisa terus mengadakan kaderisasi untuk 2014, masa pasca-Mega. Di luar kabinet, kaderisasi juga bisa dilakukan, tapi jika orang bisa bertaruh bahwa ekonomi Indonesia akan pulih sebelum 2014, berada di dalam kabinet lebih menguntungkan. Koalisi PDI-P dan Demokrat juga baik untuk membangun pemerintahan yang lebih punya komitmen kepada kebhinekaan. Bukan hanya komitmen kepada golongan Islam,. Tapi opsi terakhir akan punya problim: bersediakah Megawati? Juga: siapa yang akan berada dalam Oposisi? Pemerintahan SBY yang berjalan tanpa Oposisi bisa jadi complacent dan mudah menyeleweng. Maka peran Gerindra dan Hanura (dan mudah=mudahan Golkar) sebagai oposisi diperlukan. Jangan-jangan PKS juga akan mempertimbangkan koalisinya kembali. Sebab PDI-P dengan suara lebih kuat, bisa meminta SBY memberikan posisi yang lebih penting ketimbang PKS dan PAN. Hari-hari ini, apa yang akan muncul dari pilihan-pilihan itu akan penting bagi Indonesia lima tahun lagi, meskipun tak akan mengubah Republik secara radikal. Semoga kita selamat meniti ke seberang. Goenawan Mohamad Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com
[zamanku] Program Komunitas Salihara Mei 2009
Program Komunitas Salihara Mei 2009 Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG Sutradara: Edwin di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB Tari LELANGEN BEKSAN Padneçwara di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB Peluncuran dan Diskusi Buku DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru di Serambi Salihara Gratis 15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) Teater TANDA CINTA Teater Koma di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka di Serambi Salihara GRATIS Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON Sincronie, Italia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Reservasi dan Informasi: Natalie 0817-077-1913 Nike 0818-0730-4036 Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 www.salihara.org SINOPSIS Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan “Most Outstanding Performance” se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan “Outstanding Performance Award” tingkat internasional (mewakili Indonesia dan benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah Asosiasi Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, Reynaldo Reyes, dan Constance Keene. Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi “Anugerah Musik Indonesia 2004”, dan yang salah satu lagunya menduduki peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, Taiwan, 2nd dan 3rd UPH National Piano Competition. Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit Sutradara: Edwin Teater Salihara GRATIS Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir hantu.
[zamanku] Teriak Allahu Akbar, Kelakuan Bar-Bar
Saya baru pulang dari acara Ulang Tahun AJI ke-14 (met ulang tahun). Ada acara yang sangat menarik bagi saya di ujung acara, Slank tampil menyanyikan lagu-lagu mereka yang berisi kritik sosial. Contohnya Gosip Jalanan yang membuat anggota beberapa DPR marah dan mengancam melaporkan Slank ke polisi. Dari lagu ini, bait terakhir yang paling saya suka. Bunyinya begini: Pernah gak denger teriakan Allahu Akbar Pake peci tapi kelakuan barbar Ngerusakin bar orang ditampar-tampar Lagu ini mengingatkan saya pada persidangan Residivis Rizieq Shihab dan cerita Mbak Musdah yang mengikuti sidang itu di hari Senin kemaren (saya tidak bisa ikut karena berada di Papua). Lirik lengkap lagu tersebut: GOSIP JALANAN Pernah kah lo denger mafia judi Katanya banyak uang suap polisi Tentara jadi pengawal pribadi Apa lo tau mafia narkoba Keluar masuk jadi bandar di penjara Terhukum mati tapi bisa ditunda Siapa yang tau mafia selangkangan Tempatnya lendir-lendir berceceran Uang jutaan bisa dapat perawan Kacau balau … Kacau balau negaraku ini .. Ada yang tau mafia peradilan Tangan kanan hukum di kiri pidana Dikasih uang habis perkara Apa bener ada mafia pemilu Entah gaptek apa manipulasi data Ujungnya beli suara rakyat Mau tau gak mafia di senayan Kerjanya tukang buat peraturan Bikin UUD ujung-ujungnya duit Pernah gak denger teriakan Allahu Akbar Pake peci tapi kelakuan barbar Ngerusakin bar orang ditampar-tampar Bersama coretan ini pula saya sertakan laporan Mbak Musdah tentang suasana persidangan Residivis Rizieq Shihab yang dipenuhi oleh mereka yang suka teriak Allahu Akbar tapi berkelakuan bar-bar. Guntur Pengalaman Mengikuti Sidang Rizieq Musdah Mulia Saya masih berada di Balikpapan ketika Anick mengirim info via sms bahwa dia dan Suaedy akan menjadi saksi dalam persidangan Rizieq hari Senin, tanggal 25 Agustus 2008, pukul 09.00 di PN Jakarta Pusat. Begitu inginnya saya menyaksikan persidangan, saya bergegas pulang ke Jakarta, meski harus naik pesawat dengan tiket yang harganya dua kali lipat dari harga normal. Dalam benak saya, sidang ini pasti meriah karena dipenuhi massa FPI, mengingat terdakwa adalah Rizieq Shihab, orang yang selama ini mereka kultuskan. Senin pagi saya menjemput Amanda menuju PN. Di depan PN polisi dalam jumlah yang cukup banyak sudah berdiri menjaga pintu masuk. Mulanya, kami khawatir tidak boleh masuk. Tetapi, setelah minta izin, polisi dengan ramah mempersilahkan dan memberikan jalan. Di dalam gedung kami berpapasan dengan beberapa orang dari AKKBB. Selanjutnya, kami bergegas masuk ruang sidang tanpa menghiraukan pandangan mata massa FPI yang memperhatikan langkah kami. Dugaan saya benar. Ruang sidang sudah dipenuhi massa FPI, mereka terdiri dari laki dan perempuan, lebih banyak laki dan sebagian besar memakai baju koko putih dengan tulisan FPI. Untungnya pada bangku kedua dari depan ada tempat kosong, cukup untuk kami berdua. Lalu, kami duduk dengan tenang. Suara takbir menggelegar memenuhi ruangan, itu terjadi setiap kali diteriakkan kata takbir oleh pemimpin mereka. Silih berganti ucapan takbir dan salawat diteriakkan. Dua orang yang tadi duduk di sebelah saya pindah tempat. Bersamaan dengan itu Nong, Anick, Saidiman dan Ilma datang. Kami berenam duduk bersempit-sempitan di satu bangku (normalnya bangku pengunjung di PN itu hanya muat empat orang). Kami menunggu agak lama, tapi saya sudah terbiasa dengan jadual sidang yang sering tidak tepat waktu. Saya katakan pada Amanda, ini sudah biasa, jadual sidang selalu molor. Mungkin bosan menunggu, Nong, Ilma, Anick dan Saidiman keluar ruangan. Kami berdua tetap di dalam dan tempat di kiri-kanan kami yang tadi ditempati teman-teman, sekarang diisi orang-orang FPI, semuanya laki-laki. Sementara itu, massa FPI terus berdatangan, padahal ruangan sudah penuh sesak. Sebagian mereka duduk di lantai sebagian lagi berdiri di seputar dinding ruang sidang. Ruang yang tadinya masih terasa sejuk oleh AC, sekarang sudah berubah panas dan sumpek. Seingat saya ada aturan yang ketat dalam persidangan menyangkut berapa orang yang bisa masuk mengingat kondisi ruang yang terbatas dan juga agar kehadiran massa yang begitu banyak tidak mengganggu jalannya sidang. Tetapi, aturan itu kok tidak berjalan? Sambil menunggu para hakim memasuki ruangan sidang, dan dalam suasana riuh, panas dan sumpek itu, seorang pemimpin FPI memberi instruksi agar mulai melakukan ratiban, tentu saja dengan suara yang keras dan menyentak-nyentak. Massa FPI membaca salawat, doa dan wiridan lainnya mengikuti pemimpin mereka. Herannya para petugas tidak ada yang berani menghentikan kegiatan yang tidak lazim ini. Disebut tidak lazim karena seumur hidup baru kali ini saya menyaksikan acara ratiban di ruang sidang. Sebagai orang yang besar dalam tradisi NU, ratiban ini sama sekali bukan hal yang asing buat saya. Aktivitas ini merupakan hal yang lumrah sejak di pesantren. Karena itu, saya menikmati bacaan ratiban dan
[zamanku] Undangan Diskusi TUK: Novel Seniman Kaligrafi Terakhir
Undangan Rabu, 16 Juli 2008, 19.00 WIB Diskusi NOVEL SENIMAN KALIGRAFI TERAKHIR Pembicara: Ida Sundari Husein dan Nur Rofiah. Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri yang “tradisional” menjadi negeri yang “modern”—untuk itulah seluruh tradisi dihancurkan hingga ke akar-akarnya—agar bisa dipandang benar-benar modern. Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin. Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulai diremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua lainnya—yang berasal dari warisan penguasa lama: sultan—mereka dipecat, dan sekolah-sekolah mereka ditelantarkan. Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern. Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham yang berasal dari kisah nyata. Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang merupakan terjemah-an buku “La Nuit des Calligraphes” karya Yasmine Gatha. Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman). Waktu dan tempat Diskusi ini akan diadakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No.68H, Jakarta, Rabu 16 Juli 2008, pukul 19.00 WIB Narasumber Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008) Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki) Tentang Yasmine Gatha Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek –moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara, kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre dan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda seni, tekstil dan kaligrafi. Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000. Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit des Calligraphes. La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte (Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan Prix des Lecteurs d’Herblay 2005. Bukunya yang kedua adalah “Le Tar de Mon Père” (2007), kisah dengan latar belakang Iran. Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999.