He, he, he, rekan Wenny, mungkin saja yang diekspos di media massa (TV, koran,
majalah, etc.), memang prolaku menyoimpang perkawinan kalangan the haves.
Kalangan not the haves, tak pernah terekspos di media massa. Untung ada yang
mengetahui prilaku para tetangga atau kenalan2nya, kaya bang becak
Ibu Yuliati.
Saya khawatir jika kawin kontrak dan sejenisnya
dibolehkan, maka akan maraklah perselingkuhan dan
kawin cerai di negara kita ini. Mungkin benar,
sekarang ini makin banyak orang yang sudah tidak
menjunjung nilai-nilai moral. Akan tetapi menurut
saya hal itu harus tetap diperjuangkan
Pak Pasaribu,
Saya rasa di Indonesia masih banyak yang setuju dengan pendapat bapak. Namun
kok susah mencari orang yang mempunyai "prinsip" yang seteguh, seperti bapak,
sekarang ini?
Kalau membaca "title" nya, kok rasaya murah sekali ya "perkawinan" itu??
Salam,
Yuli
Godlip P
He..he..he...Pak IBA, menurut saya sih, "Living 2gether, atau kumpul
kebo, icip2 dan sebangsanya" ngga cuma milik para "penggede" aja
sih...cuma kebetulan atau tidak ada aja yang mau mengekspos
para "pengkecil". Coba deh perhatiin kalo ada acara "kawin masal"
buannyaa juga yang ikutan, mala
Mang Ucup,
Living 2gether, atau kumpul kebo, icip2 dan sebangsanya, sepertinya didominasi
oleh para seleb dan konglomerat hitam. Mencuat kita lihat, bagaimana keretakan
RT Dhani Ahmad, Dewi Yull, Tamara Blezensky, Tommy Soeharto, Bambang
Trihatmodjo, etc. Kalau rakyat jelata, kini dengan ekonomi
Kalau menurut saya sih perkawinan itu adalah sesuatu
yang sakral, jadi tidak seharusnya dibuat main-main,
coba-coba, atau sistim kontrak. Perkawinan itu adalah
untuk seumur hidup. Jadi kalau pun sekarang ini
banyak yang main-main, kawin cerai, kumpul kebo, dlsb.
ya itu adalah excess. Tidak perlu
Saya rasa kawin kontrak lebih masuk akal ya mang,
sebab disamping kumpul kebo akan jadi omongan orang2,
perasaan bersalah pd Tuhan akan tetap bergelayutan
trus and klo sdh ada anak,kasian kan sianak ga pny
status legal anaknya siapa.
Anggap aja trial marriage and training to build
responsibility dg
Baru-baru ini salah satu politikus perempuan Jerman dari partai CSU
Dr Gabriele Paulis mengusulkan agar dicantumkan masa kadaluarsa
(expired date) di akte pernikahan. Jadi masa pernikahan tidak
seperti sekarang ini berlaku seumur hidup, melainkan setelah tujuh
tahun otomatis akan menjadi kadalu