On 12/5/2005 at 12:26 PM Agus Safudi - HRD wrote:
>Belakangan ini saya sering merenenung apakah pola-pola
>'keberagamaan' kita ini sudah benar (mestinya sih cuek saja
>yach..ngapain pusing-pusing) ?,
>apakah tidak ada yang salah dengan 'keberagamaaan' khusus
>nya muslim Indonesia ini.
>
>Kita juga
Assalamu'alaikum wr. wb.
Gimana Pak Wiz, sudah sarapan, kemaren saya tidak sempat bales karena
keburu pulang.
Well, hihihi...jadinya malah saya sendiri yang terperangkap pada diskusi
Teosentris ini, ..tapi gak apalah..layar sudah terkembang maka perahu
harus melaju.
Oke pak, paling tidak saya jad
Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim
Saudaraku Idrus Nyak Cut bergelar Mohammad
Al-Khori, izinkan hamba untuk ikut menyampaikan beberapa tanggapan.
Menurut saya, sebenarnya banyak terjemahan
Al-Qur'an ke dalam bahasa Indonesia terkesan terlalu
"memperhalus", "tak berani"
dan "lunak". Misalny
HAJI ISRAIL
Bismillaah, Ar-Rahmaan,
Ar-Rahiim.
Haji Israil sesungguhnya adalah dua kata yang
berbeda tetapi memiliki makna yang hampir bersamaan. Saya suka memilihnya
sebagai judul tulisan ini, karena di dalam pendengaran telinga kita memiliki
arti-konotasi yang berlawanan, yang tentu a
Wa'alaikum salam warohmatullaahi wabarokaatuh.
Sambil nunggu jam pulang ... Kayaknya sambil ngopi enak nih, Pak.
Penghayatan berbeda dengan pengamalan, wong di kamusnya saja sudah beda :-)
Kalau di gathuk-gathuk atau kirata basa sundana, penghayatan berasal dari kata
hayat, jadi arahnya barang