A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> schrieb:
Saat ini etika kurang dihargai. Karena itu, selain
memperkuat etika, juga kita harus memperkuat agama
agar agama bisa menjadi satu kekuatan yang positif
untuk mengatur tingkah lakunya. Agar tidak jadi
koruptor, dsb.
DH:
Dalam kenyataan, sulit, tak me
--- Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Tak perlu kita mengutip dahulu Kitab Suci, untuk
> tidak mencuri, tidak korupsi, tidak merugikan
> manusia lain, untuk berbagi rasa dan harta.
Bagi saya sebagai seorang yang beragama perlu sekali.
Kita harus yakin bahwa mencuri, korupsi, merugi
Benar sekali.
Namun, fakta yang demikian sederhana ini, yakni, bahwa apa yang ditulis secara
bagus itu, adalah AJARAN tiap agama, seringkali diabaikan, dan kiranya hanya
masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
Apabila umat Islam , apalagi yang dipapan atas, menjalankannya, juga umat agama
Penulis itu kan menulis berdasarkan pemahaman agama
yang dianutnya. Menurut ajaran Islam dilarang hidup
bermewah2an/boros, dilarang mencuri/korupsi/menyuap,
menolong sesama, dsb. Disertai dgn argumen dari kitab
sucinya.
Kalau dia menulis menurut ajaran Kristen, Budha, atau
Hindhu juga begitu, belu
Mas Ambon, kalaukita baca baik baik misalnya kalimat ini:
" Ketika berusaha, ia tidak akan berusaha dengan sesuatu yang haram, tidak
akan melakukan riba dan menimbun barang, tidak akan berbuat lalim, tidak akan
menipu, mencuri, korupsi, dan kolusi dan tidak pula melakukan praktek
suap-meny
5 matches
Mail list logo