> "ajeg" wrote:
> Sampai era JJR, dunia Barat masih
> berjalan dengan moral & politik
> raja menjadi serigala bagi manusia.
> Jauh beda dari dunia Nusantara
> di mana khalayak sudah mengenal
> budaya protes dengan 'pepe'
> (jemur diri di alun-alun depan
> istana) Soekarno sudah amat
> lantang bic
--- "ajeg" wrote:
>
>
> --- "liver_duke" wrote:
> >
> >
> > apa mau dikata, parameter kurikulum sekolah umumnya berikut
> > ujian (di luar tuduhan "projek") masih mengacu kepada standard
> > "pintar".
>
>
> Itu "kelebihan" dari pendidikan sekolahan, selalu butuh ukuran
> untuk menilai posis
--- "ajeg" wrote:
>
>
> Harus diakui gardner salahsatu yang berhasil memetakan lokasi
> 'cerdas' & lokasi 'pintar'.
>
> Dari doeloe, cerdas itu hasil "kunyahan" informasi & data
> oleh sekujur tubuh yang kemudian disetujui sebagai kuda-kuda
> untuk bereaksi maupun sebagai titik-berdiri untuk
bidang saya bukanlah kejiwaan. tapi kalau tetap merajuk pada
artikelnya howard gardner yg berpesan mengenai kecerdasan alami
yg dilahirkan, maka contoh kasus si sandi kecil ini gak masuk
kategori sbg kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
ada yg disebut dgn social intelligence, secara awam di
sti sangat mudah menerima pelajaran
Jangan kan bersekolah Di umbar saja pasti jadi anak genius
http://youtu.be/1IsEiW_f-7s
From: liver_duke
To: proletar@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 23, 2012 9:40 AM
Subject: [proletar] Re: Kecerdasan Majemuk
cerda
cerdas biasanya karena berfikir, tetapi blum tentu pintar.
pintar biasanya ada campur tangan dari penilaian orang lain,
meski orang lain itupun belum tentu cerdas dan berfikir ;o)
--- "ajeg" wrote:
>
>
> Menarik.
>
> Malas di kelas tapi bandel
> itu menunjukkan anak berpikir
>
> :)
>
> --