Precedence: bulk DUA ANAK TEWAS TERKENA LEDAKAN GRANAT DILI (MateBEAN, 15/6/99), Sebuah granat meledak di Kampung Motaulun Desa Becora, Kecamatan Dili Timur, Senin sekitar pukul 09.20 Wita, mengakibatkan Joao da Costa Masao (13) dan Jose dos Reis (5) meninggal dunia sedangkan Maulao (7) luka berat. Korban sudah dibawa ke RSUP Dili. Sumber MateBEAN mensinyalir adanya kesengajaan untuk menciptakan teror di kalangan warga sipil yang mendukung gerakan kemerdekaan. Namun hal ini ditolak oleh polisi Indonesia di Timtim. "Granat itu berada di semak-semak tempat anak-anak bermain, barangkali mereka tidak tahu kalau barang itu adalah bahan peledak," kata Kepala Satgas Penerangan Operasi "Hanoin Lorosae" Letkol Pol M Safei. Ia menjelaskan, kemungkinan granat itu meledak karena tidak sengaja tertarik pen pengamannya. Polda Timtim segera menurunkan masing-masing satu unit Sabhara, Gegana, Jihandak, Patroli Kendaraan Bermotor (Patmor) dengan membawa perlengkapan ke tempat kejadian perkara untuk melakukan penyidikan kemungkinan masih adanya senjata ataupun bahan peledak lainnya. Kepada masyarakat setempat, Safei mengimbau untuk segera melaporkan kepada aparat kepolisian jika menjumpai senjata api ataupun bahan peledak agar kasus serupa dengan membawa korban tidak terulang lagi. Selain itu, masyarakat diminta jangan mudah terpancing berbagai isu setelah terjadinya kasus ledakan granat tersebut. Sementara itu, tokoh pemuda pro-integrasi Eurico Guterres menjamin kelompoknya akan menahan diri dan tidak terpancing tindakan provokasi kelompok pemuda antiingrasi yang melakukan penculikan, penganiyaan dan pembunuhan. "Beberapa anggota Aitarak telah mereka aniaya, bahkan ada yang terbunuh sebagaimana dialami saudara Muhammad Ali alias Dominggus, tapi kami akan tetap berusaha menahan diri," kata Eurico pada wartawan di Dili Senin (14/5). Eurico menuturkan, Dominggus terbunuh dengan 11 tusukan benda tajam, mayatnya dibuang di Pantai Lecidere dekat Patung Bunda Maria yang bersebelahan dengan kediaman Uskup Belo. Dilihat dari motif dan rentetan kejadian dimana ada anggota Aitarak diculik, dikeroyok dan terakhir dibunuh kata Eurico, disimpulkan pelakunya adalah anti-integrasi. Perbuatan itu merupakan tindakan provokasi untuk mengundang reaksi balas dendam yang dapat memperkeruh situasi yang bisa dijadikan alasan kuat untuk menunda jajak pendapat pada 8 Agustus 1999. Tapi hal yang berbeda diungkap sumber MateBEAN di Dili. Sumber tersebut menyatakan bahwa kelompok Eurico meneruskan aksi terornya pada warga sipil meski tim PBB telah hadir di Timor Timur. "Dengan dukungan politik uang dari Indone- sia, para pemuda prointegrasi itu terus melakukan aksi intimidasi dan teror terhadap warga sipil. Tidak benar mereka menahan diri, seperti yang dikatakan oleh Eurico Guterres, untuk tidak membalas dendam dan tetap bertekad untuk bekerja sama dengan UNAMET dalam menyukseskan misi UNAMET di Timtim.*** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html