Precedence: bulk


Sobron Aidit :
                              KISAH  SERBA-SERBI  ( 18 )
                                ( Oleh-oleh dari Tiongkok )

Tidak hanya satu dua orang menanyakan kepadaku, apa saja yang kau peroleh
dan dapatkan belasan tahun hidup di Tiongkok itu? Dan sebenarnya
teman-temanku yang "sealiran" dalam kehidupan, mengharapkan banyak agar aku
bisa menguasai "Bahasa dan Sastra Tiongkok". Tapi justru harapan dalam soal
itu, tidak terkabul dan jauh panggang dari api. Menguasai Bahasa dan Sastra
Tiongkok, sangat tidak mudah. Harus bersekolah dengan tekun dan memang
hanya itulah kerjanya. Sedangkan aku datang ke Tiongkok adalah demi tugas
bekerjasama dengan Tiongkok dalam soal pengajaran, pendidikan dan
penterjemahan, bukannya buat bersekolah sebagai mahasiswa. Tetapi sebagai
"pegawai negeri". Jadi tidak mungkin membuat proyek tersendiri dengan
tujuan mengusai bahasa dan sastra yang begitu luas, rumit dan pelik.

Harapan ini pernah ditanyakan oleh teman terdekatku, Ramadhan KH. Ramadhan
KH inilah satu-satunya temanku yang paling berani berhubungan denganku
sejak mula-mula tahun 1953 sampai peristiwa 1965 dan sampai ketika aku
hidup di Tiongkok. Dia tak pernah merasa takut dan kuatir dalam berhubungan
denganku, sejak dulu, sejak dulu dan sampai kini, sampai kini. Padahal dia
tahu siapa aku, dan aku tahu siapa dia. Dia kan yang menulis Otobiografi
SOEHARTO, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya,- yang adalah musuh rakyat
Indonesia yang terbesar sepanjang abad ini! Itu soal lain, dan kami tetap
bisa berteman baik. Dan Atun pula,- nama panggilan dekatnya-, yang pernah
secara gamblang mengatakan padaku : "kau tahu Bron, apa dosamu yang paling
besar?! Adalah karena kau berhenti dan tidak mau menulis lagi,- itulah
dosamu yang paling besar", katanya pada satu hari di resto kami. Dan sejak
itulah aku mulai lagi menulis walau dengan jalannya lamban seperti bekicot,
tapi ya jalan.

Sekali ini aku ingin menjawab pertanyaan banyak teman itu. Yang kuperoleh
tentu saja tidak sedikit, tetapi terasa sangat sedikit bila kulihat dan
kualami dan kurasakan begitu banyak hal-hal yang baik, yang luarbiasa, yang
seharusnya menjadi pelajaran dalam kehidupan. Kebudayaan, peradaban,
adat-istiadat Tiongkok yang begitu tua, besar, luhur, hebat, sangat menarik.
Semakin dipelajari semakin terasa bahwa pengetahuan kita terhadap Tiongkok
selalu sangat sedikit, dan betapa banyak dan luasnya yang ingin kita tahu,
kita dalami.

Barangkali ada tiga hal yang ingin kukatakan, yang sangat berkesan dan yang
sampai kini kurasakan manfaatnya. Barangkali orang lain akan merasa aneh,
ya kok yang begini ini yang justru kutuliskan dan ceritakan. Tetapi ya
itulah, tiga hal itu yang kurasakan sebagai "oleh-oleh kehidupan" selama
aku di Tiongkok.

Pertama, tusuk-jarum, akupungtur. Aku mempelajari ilmu ini, dan sudah pernah
mempraktekkannya selama bertahun-tahun, antara tahun 1970 sampai 1982, baik
semasih di Tiongkok sendiri maupun ketika sudah di Perancis. Dan hasilnya
menurut catatan buku-diagnose kami, berhasil menyembuhkan sekira 85 persen
pasien.

Kedua, taiciquan, silat-lemas. Gerakan silat taici adalah gerakan silat
Tiongkok kuno yang sudah ribuan tahun. Aku mempelajarinya cukup lama dan
bahkan sampai pernah memberikan pelajaran taici kepada beberapa orang
teman. Kegunaannya sangat bermanfaat bagi kesehatan, sebagai ilmu pernfasan
dan tenaga-dalam. Cerita tentang ini cukup banyak yang pernah kualami,
antaranya sudah kutuliskan.

Ketiga, Feng Shui. Feng Shui adalah seni memanfaatkan Angin dan Air. Feng
artinya angin, udara, dan Shui artinya Air. Feng Shui mengemukakan tentang
menangkap nafas kosmis naga yang vital, atau Chi, yaitu tenaga yang beredar
dan bergerak dalam lingkungan, di dalam rumah dan di luar rumah, di tanah,
di air di pegunungan. Chi ada di mana-mana, suatu energi. Kata orang, Chi itu
adalah tenaga dalam.

Ilmu Feng Shui sebenarnya ilmu tata-letak. Letak rumah, gedung, perkantoran,
perkebunan, proyek apa saja. Kalau tata-letaknya tidak bersesuaian dengan
Feng Shui maka "nasib peruntungannya" akan sangat jelek dan buruk. Tetapi
kalau tata-letaknya bersesuaian dengan Feng Shui, karena secara kebetulan
atau secara memang dicari kebaikan dan manfaatnya, maka proyek itu, baik
pergedungan, perkantoran, perusahaan, maupun apa saja, akan "mendapatkan
keuntungan, kebaikan, dan rezeki". Kata ilmu Feng Shui, harmonisasi jalannya
atau bertempatnya antara naga-hijau dan macan-putih, sangat serasi dan
harmonis. Itulah sebabnya, orang Tiongkok sangat memperhatikan tata-letak
ini. Apalagi masarakat Tiongkok di kalangan bisnis seperti di Hongkong. Ilmu
Feng Shui bagi mereka sangat diistimewakan, sebab menurut anutannya, kalau
Feng Shui-nya baik, maka rezeki akan berlimpah masuk dan datang. Kalau Feng
Shui-nya tidak bersesuain dan bertentangan, maka segera perusahaan itu akan
bangkrut! Ini adalah kepercayaan mereka, dan hanya bagi orang-orang yang mau
percaya saja. Tapi pengalaman banyak sekali membuktikan kebenaran ini.

Satu kali aku menginap di kaki pegunungan dekat Bandung, di rumah seorang
ponakanku. Tetapi selama dua hari dua malam aku menginap di sana, samasekali
aku tak bisa tidur. Rasa gelisah dan panas, dan ada rasa mengerikan. Ketika
kutanyakan ada apa dengan kamar ini? Ponakanku menjawab, ternyata ada
beberapa orang yang pernah menginap di kamar itu, yang merangkap kamar buku,
perpustakaan, juga tak bisa tidur dan merasa gelisah yang amat sangat. Jadi
bukan hanya aku yang tak bisa tidur di kamar itu.

Dan keesokan harinya kucarilah ada apa, maka begitu seram. Padahal dari
tata-letaknya rumah gedung itu cukup baik, sudah kuteliti dengan Feng
Shui-ku yang baru bermodalkan satu sen dua sen ini. Kucari sebab-sebabnya.
Ternyata dekat talang loteng ada tiga buah senjata tombak, di simpan di
kamar perpustakaan itu. Senjata tombak itu tampak sudah berkarat, tetapi
masih kuat dan kukuh. Sekali kupegang, terasa magnitnya mendebarkan jalan
darahku. Kukatakan pada ponakanku, agar tiga tombak itu dipindahkan ke
tempat lain, jangan di tempat tidur dan kamar yang seharusnya tenang. Ingin
sekali aku mengatakan pada ponakanku, tampaknya dan rasanya, salah satu
tombak itu "sudah pernah makan darah orang", terutama yang kupegang
bermagnit dan menggetarkan jalan darahku itu. Tetapi kata-kata itu tidak
kukatakan, dan beberapa bulan kemudian barulah aku dapat surat darinya yang
mengatakan kamar perpustakaan itu kini sudah adem-ayem dan menyenangkan dan
sudah berapa orang tidur di sana
tak ada apa-apa, tetap bisa tidur nyenyak.
 
Seorang teman dekatku Ajip Rosidi yang hidup di Osaka-Jepang, ingin membuka
kebun-salak di Jateng, dan dia menginginkanku agar bisa melihat dan
meneliti bagaimana kira-kira kalau di tempat itu membuka kebun-salak.
Tampaknya kebun-salak itu belum "kejadian" sebab masih banyak urusannya.

Dengan tiga hal "oleh-oleh" itu, dengan tiga ilmu yang sangat berkesan
bagiku, betapa Tiongkok telah mengingatkanku akan kebesaran, keluhuran dan
kecintaanku terhadap rakyat dan negeri Tiongkok yang betapa besar dan
luasnya itu. Aku ingin berkata dalam soal kehidupan, peradaban dan
adat-istiadat, kebudayaan secara menyeluruh, bukan dalam soal politik dan
ideologi praktis,- jangan dicampurbaurkan. Mungkin akan ada perbedaan sikap
kalau perkara itu dicampurbaurkan begitu saja, semoga teman-temanku
mengerti perkaranya,-

Paris  18 Juni 1999,-

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Reply via email to