Precedence: bulk
I.N. Emirov:
SERGEI LAZO - TOKOH MILITER LEGENDARIS
(penerjemah: Dini S. Setyowati)
V
LAZO kembali dari rapat itu dengan perasaan gundah
gulana. Satu yang baginya sama sekali menjadi terang: Banyak
hal yang ia belum mengerti. Misalnya tentang aktivitas
bermacam-macam grup dan partai-partai. Semuanya menyambut
revolusi. Tapi tujuan yang ada dalam bayangan masing-masing
sangat berlainan satu dengan yang lain. Apa misalnya yang
diharap dari revolusi oleh Partai Sosialis Revolusioner, di
mana dia menjadi salah seorang anggotanya? Sebutan partai ini,
kalau namanya dieja, terdengar indah: Sosialis Revolusioner.
Semuanya tercakup di dalamnya: ya revolusi ya sosialisme. Tapi
bagaimana bayangan mereka tentang sosialisme, dalam segala
bentuknya yang kongkret? Memang mereka mengatakan "tanah
garapan harus dibagikan untuk kaum tani". Tapi bersamaan
dengan itu mereka juga mempertahankan tatanan masyarakat
burjuis! Bagaimana dua kutub pendirian ini bisa dipadukan?
Sungguh bagus kata-kata si Buruh Kereta Api di rapat
tadi, yang menyatakan "kaum buruh belum menganggap kemenangan
sudah tercapai." Jadi apakah itu berarti bahwa Revolusi
Februari belum mencapai tujuannya? Sehingga karenanya masih
harus ada perjuangan kelanjutannya? Perjuangan kelanjutan!
Tapi siapa yang harus dilawan, dan untuk apa? Lalu, di mana
tempatmu? Hai Sergei Lazo? Apakah berada bersama kaum
Sosialis Revolusioner atau kaum Bolsyewik? Sudah jelas bersama
Rakyat. Tapi partai mana yang akan diikuti Rakyat?
Jika mengingat betapa haus rakyat di rapat tadi,
mendengar pidato tokoh Bolsyewik, Valerian Knibichev,
tampaknya memang mereka itulah yang mendapat simpati rakyat.
Sedangkan di tempat lain, mimbar kaum Mensyewik kelihatan sepi
ditinggal pergi publik begitu saja.
Begitu galau pikiran Lazo ketika duduk di kamarnya di
depan tungku pemanas, sambil sebentar-sebentar mencatat-catat
di buku catatannya. Di luar sudah gelap. Angin taiga mulai
terdengar berdesau-desau. Lampu minyak di atas meja menyala
sampai jauh malam.
Di Siberia revolusi berkembang dalam bentuk perlawanan
kaum Bolsyewik terhadap partai-partai burjuis. Di kota-kota
dan pedesaan, satu demi satu mulai berdiri lembaga-lembaga
pemerintahan soviet. Tapi karena kaum buruh dan kaum tani
telah dimobilisasi ke medan perang, maka lembaga-lembaga itu
dikuasai oleh kaum Mensyewik, orang-orang Sosialis
Revolusioner kanan, dan petani kaya. Mereka giat melancarkan
propaganda yang sejalan dengan politik pemerintah darurat yang
burjuis, khususnya untuk meneruskan perang melawan Sekutu.
Walaupun begitu di antara kaum Sosialis Revolusioner,
terdapat juga orang-orang yang tergolong di dalam sayap kiri,
yang tulus dan setia pada tujuan revolusi. Mereka itu
menamakan diri sebagai kaum sosial revolusioner
internasionalis. Di dalam lembaga Soviet Krasnoyarsk mereka
menggabung dalam fraksi Bolsyewik, dan bersama-sama
membelejeti propaganda khianat kaum Mensyewik dan kaum kanan
di dalam partai Sosialis Revolusioner. Pada akhirnya banyak di
antara mereka yang masuk ke dalam partai Bolsyewik. Salah
seorang di antara tokoh yang terkemuka ialah Adda Lebedev.
Dialah sesungguhnya orang yang paling awal memberi pengaruh
pada pekerjaan politik Lazo, terutama bimbingan dalam kegiatan
revolusioner di tengah-tengah massa.
Hidup Adda yang pendek, tapi penuh warna. Penuh semangat
revolusioner, aktifitas yang tak kunjung surut, pengabdian
kepada rakyat yang tanpa pamrih. Sudah sejak duduk di bangku
fakultas Psikologi di Universitas St. Petersburg, ia
menggabungkan diri dengan gerakan revolusioner. Pada tahun
1915 ia ditangkap dan dibuang ke Siberia di Provinsi Yenisei.
Sebetulnya ia sendiri dilahirkan di Provinsi Yenisei, di
tengah-tengah keluarga tapol. Sejak lahir ia hidup dikelilingi
oleh lingkungan yang berpikiran merdeka dan alam yang bebas.
Karena itu tidak mungkin kelak dia tidak akan mencintai cita-
cita revolusi. Sekarang, beberapa tahun kemudian, ia kembali
lagi ke daerah kelahirannya. Tapi tidak dengan bebas ke tengah-
tengah keluarga yang dicintainya, melainkan dengan tangan
dirantai dan didera di bawah penjagaan yang ketat. Sama
seperti ayahnya dulu, sekian tahun yang lalu ...
Sesudah revolusi Adda bebas. Dan langsung aktif di dalam
kegiatan politik di Krasnoyarsk. Kantor redaksi surat kabar
"Berita Soviet Krasnoyarsk" menerimanya sebagai redaktur
utama. Artikel-artikel yang ditulisnya, begitu juga pamflet-
pamfletnya yang berani, dan kritiknya yang pedas terhadap
politik dalam negeri Pemerintah Sementara, membuat rakyat
setempat mengerti duduk perkara yang sebenarnya.
Pada petang hari Adda menghadiri rapat-rapat kaum buruh.
Pidato-pidatonya yang berapi-api banyak didengar oleh kaum
buruh dan kalangan rakyat biasa. Adda Lebedev, satu tokoh
perempuan yang berwibawa dan penuh enerzi, segera tampil
sebagai salah seorang aktifis teras, baik di kalangan partai
Sosial Revolusioner Internasional maupun di kalangan
masyarakat luas di Krasnoyarsk. Di situlah Lazo bertemu dan
berkenalan dengannya.
Pada suatu hari Lazo singgah di kantor redaksi "Berita
Soviet Krasnoyarsk", untuk menyampaikan beberapa pengumuman
dari Kantor Soviet. Dilihatnya Adda sedang mondar-mandir
perlahan-lahan di ruangan kantor, sambil mendiktekan sesuatu
teks pada seorang juru ketik. Sebentar-sebentar ia melihat ke
bloknot di tangannya. Tampaknya ia baru saja tiba dari suatu
perjalanan. Mantelnya yang basah oleh salju masih bergantung
di kursi. Ketika dilihatnya Lazo masuk, sambil terus mendikte,
begitu saja tangannya menunjuk ke dipan tua, yang di atasnya
penuh kliping koran-koran dan buku berserakan. Lazo duduk di
pojok dipan yang masih kosong tersisa.
- Oh, maaf! Kata Adda seperti baru menyadari kedatangan
Lazo. Tidak buru-buru, kan?
- Tidak. Tidak apa-apa. Sudahlah, teruskan dulu!
Sambil duduk diam-diam Lazo memandanginya dengan
kekaguman yang semakin membara ...
Seorang perempuan berbadan kecil kurus, dengan garis-
garis kelelahan di wajahnya yang ayu. Ia melangkah mondar-
mandir di ruangan pengap oleh asap rokok, yang pasti tidak
baik untuk kesehatannya. Terkadang ia melangkah cepat-cepat,
dan tiba-tiba diam berdiri sambil tangannya mengusap kening,
seakan-akan berusaha mengatur arus pikirannya yang terlalu
cepat. Lalu sesaat kemudian ia bergegas melangkah kian ke mari
lagi bagaikan orang kesurupan. Dengan penuh semangat
mendiktekan kembali kalimat-kalimat, yang sudah tercetak di
dalam pikirannya yang tajam.
Sebenarnya Lazo sudah sering melihat tokoh ini. Juga
ketika ia berpidato pada rapat kaum buruh itu. Ia memang
seorang kawan yang enerzik dan berani. Tapi pemandangan yang
disaksikannya sekarang ini sungguh di luar dugaannya.
- Dari mana pada perempuan kecil rentan ini terdapat daya
pikir yang tak terbanding dan enerzi yang kunjung habis? Apa
yang menginspirasii dia, sehingga menjadi begitu bersemangat?
Berbagai pertanyaan gemuruh di dalam pikiran Lazo.
Untuk kesekian kalinya ia menyadari tentang betapa banyak
bakat yang tersimpan dalam kandungan kehidupan rakyat.
Sesudah selesai dengan cepat mengoreksi teks orisinal
yang didiktekannya, dan mengirimnya melalui seorang kurir ke
percetakan, Adda berpaling ke dipan di mana Lazo duduk.
Matanya yang besar dan terang menatap wajahnya.
- Anda membawa sesuatu?
Lazo yang terkesima dari pukau lamunannya sendiri cepat-
cepat mencari bahan tulisan yang dibawanya. Dengan cepat mata
Adda melintasi deretan tulisan tangan di tangannya, dan
meletakkannya di tumpukan artikel-artikel di atas meja
kerjanya.
- Baik. Kami akan menerbitkannya besok. Katanya dengan
gerak-gerik dan suara yang berbeda dari ketika ia mendiktekan
teks. Suara itu lembut seperti beludru.
- Tapi saya ada satu permintaan untukmu! Katanya pula.
- Apa itu kira-kira?
- Malam ini Anda harus sedia bicara di depan rapat kaum
buruh kereta api. Di satu ruangan bengkel stasion.
- Malam ini? Wah! Saya belum pernah berpidato politik. Di
depan kaum buruh lagi! Pasti akan gagal itu. Protes Lazo.
- Tidak mungkin lagi Anda mundur. Sudah terlambat. Saya
sudah terlanjur menjanjikan pada mereka, bahwa Anda akan
datang dan berbicara di depan mereka.
Di tengah Lazo masih dalam kebimbangan itu, Adda sudah
memasukkan beberapa lembar kliping koran ke dalam tas Lazo.
Dan dengan suara pasti ia berkata.
- Ini sebagai bahan. Anda tidak punya banyak waktu lagi.
Berangkatlah, dan segera bersiap-siaplah.
Lazo cepat-cepat berdiri dan minta diri.
Ia meninggalkan kantor redaksi "Berita Soviet
Krasnoyarsk" dengan perasaan aneh. Dalam hatinya ia merasa
seakan-akan baru saja berhadapan dengan tokoh legendaris
Perancis: Jeanne d'Arc. Tiba di rumah dengan bersemangat Lazo
segera menyiapkan bahan pidatonya. Di dalamnya ia akan
memblejeti niat kaum burjuis setempat yang, sambil
berspekulasi dengan perasaan patrotik rakyat, mencoba
menghalang-halangi masuknya sistem kontrol kaum buruh atas
produksi. Untuk itu bahan-bahan yang didapat dari Adda
merupakan sumber informasi yang sudah lebih dari cukup.
Tepat pada saat yang ditentukan, yaitu pukul 7 petang,
Lazo sudah ada di ruangan bengkel stasion kereta api. Banyak
pengunjung datang. Melihat "lautan kepala" itu kepercayaan
Lazo pada diri sendiri menjadi agak berkurang. Pada mulanya
nada bicaranya terasa sangat tidak mantap. Terkadang cepat,
dan tiba-tiba diam, berulang-ulang melihat ke catatan. Tapi
tampaknya seluruh pengunjung mendengarkannya dengan penuh
perhatian. Lazo melihat betapa tiap kata dan ucapannya mereka
tangkap dengan rasa haus. Sikap setiakawan yang terbuka kaum
buruh membuat dia menjadi semakin mantap dan pasti. Berangsur-
angsur rasa percaya diri kembali tumbuh padanya. Suaranya
terdengar bertambah mantap, kata demi kata seperti mengalir
dengan sendiri, akhirnya catatan konsep pidatonya tinggal
tergenggam di tangannya dan tidak lagi dibutuhkannya.
Ketika Lazo turun dari mimbar disertai tepuk tangan yang
gemuruh ia merasa puas. Apa yang hendak dikatakannya rasanya
telah sesuai dengan niat yang dimaksud publik kaum buruh. Tiba-
tiba Adda sudah muncul di hadapannya. Tangannya yang kecil,
lembut menjabatinya kuat-kuat.
- Anda pasti akan jadi! Katanya, dan segera menghilang
di tengah kerumunan orang banyak ...***
(Bersambung)
----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html