Precedence: bulk


TVRI DIANGGAP JADI PROVOKATOR

        JAKARTA (MateBEAN,  4/7/99), Televisi Republik Indonesia (TVRI)
benar-benar ingin memprovokasi para pemirsa di seluruh Indonesia, dan
memanipulasi fakta kejadian di Timtim yang sebenarnya. Hal ini diungkap
sejumlah warga Dili di Timor Timur pada MateBEAN.

        Pada siaran berita TVRI pukul 19.00 WIB, misalnya dikatakan bahwa para
relawan kemanusiaan dengan Tim Unamet bentrok dengan milisi Besi Merah Putih
(BMP) di Liquisa yang mengakibatkan dua anggota BMP luka-luka. Dalam berita
itu TVRI sama sekali tidak menyebutkan korban dari pihak relawan, bahkan tim
UNAMET yang menderita luka-luka juga tidak disinggung TVRI.

        Masyarakat di Dili sebetulnya masih berharap TVRI bisa menjadi media yang
tetap memegang prinsip cover both side atau mereportase sebuah kejadian
harus ada balance (keseimbangan), bukan sekedar menjadi corong dari satu
kelompok dan menyerang kelompok lain. Dalam pemberitaan TVRI selama ini
terlihat jelas bahwa gaya-gaya otoriter  zaman Orde Baru masih tetap
dipelihara oleh televisi pemerintah ini.
 
        "Sangat tidak masuk akal pemberitaan TVRI yang ingin memprovokasi rakyat
Indonesia, untuk memihak kepada kelompok pro-integrasi. Aneh, kalau tim
relawan yang tanpa dilengkapi dengan senjata bentrok dengan milisi BMP yang
mempunyai peralatan senjata lengkap. Itu namanya bunuh diri, bahkan goblok
kalau orang tanpa senjata berkelahi dengan orang yang punya senjata," ujar
sebuah sumber MateBEAN.

        Yang mengesalkan adalah TVRI sama sekali tidak merekam kronologi kejadian
itu, tapi sebaliknya memberitakan dua anggota BMP yang menderita luka-luka.
Padahal laporan dari Dili menyebutkan bahwa sampai hari ini 6 orang tim
relawan belum diketemukan sejak BMP menyerang iring-iringan mobil misi
kemanusiaan dan UNAMET untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi di
desa Sare, Kecamatan Hatolia Kabupaten Ermera. Bahkan seorang anggota
relawan UNAMET berkebangsaaan Selandia Baru, Patrick Burges yang menderta
luka-luka sama sekali tidak disebutkan dalam pemberitaan TVRI itu.

        "Dari pemberitaan ini bisa disimpulkan bahwa TVRI memang menjadi salah satu
media propaganda pemerintah, khususnya pemerintah daerah Timtim untuk
melakukan kampanye otonomi. Kabarnya, dari dana JPS TVRI juga mendapat
sebagian untuk kampanye otonomi melalui TVRI SPK Dili," sambung sumnber
MateBEAN.

        Beberapa reporter TVRI kepada MateBEAN mengatakan bahwa setiap reporter
TVRI yang mengunjungi Timtim memastikan bahwa mereka dibayar kelompok pro
integrasi untuk melakukan propaganda serta memberitakan hal-hal yang
merugikan kelompok pro kemerdekaan. 

        "Setiap reporter TVRI yang bertugas di kantor itu diberikan imbalan puluhan
juta oleh kelompok pro Integrasi untuk memberitakan hal-hal yang baik saja.
Misalnya kalau ada milisi yang mengalami luka akibat berkelahi dengan
kelompok pro kemerdekaan, sementara dari kelompok pro kemerdekaan ada yang
tewas atau diculik, TVRI tidak memberitakan tewasnya orang dari kelompok pro
kemerdekaan, melainkan memberitakan bahwa kelompok pro kemerdekaan menyerang
milisi dan mencederai milisi-milisi," kata sumber MateBEAN itu.

        Kabarnya juga, menurut sumber itu, bahwa setiap reporter TVRI mempunyai
jaringan masing-masing, tentunya jaringan pemberitaan. "Jangan Anda heran
kalau dalam Dunia Dalam Berita muncul berita-berita yang sangat tidak
bermutu, karena naik berita itu sesuai dengan kesepakatan antara si reporter
dengan sumber berita itu. Misalnya kalau beritanya di muncul Dunia Dalam
Berita, pembayaran di atas 20 juta, tapi kalau muncul Siaran Berita bayaran
10 juta. Itu sudah ada tarifnya masing-masing," tambah sumber itu.***

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke