Precedence: bulk Kronologi Perjalanan Tim Bantuan Kemanusiaan dari Sare ke Dili (Berdasarkan Cerita 2 Anggota Tim Relawan untuk Kemanusiaan, Jakarta) Minggu, 4 Juli 1999 ___________________________________________________________________________ 13.45 Wita - rombongan Tim Bantuan Kemanusiaan meninggalkan Kampung Lepa, Desa Faulara, Kec. Hatolia, Kab. Ermera. 14.45 Wita - satu mobil UNAMET menjemput dan bertemu di Maubara, kemudian rombongan menuju Dili. 15.30 Wita - Dalam perjalanan pulang, menjelang Desa Liquica rombongan bertemu dua orang milisi Besi Merah Putih (BMP) mengendarai motor, masing-masing membawa senjata rakitan laras panjang. Salah seorang dari kedua milisi tersebut mengenakan celana loreng. 15. 50 Wita - Rombongan tiba di Polsek Liquica dan mereka berhenti karena Pat Burgess dari UNAMET melaporkan ke Polsek Liquica bahwa rombongan misi kemanusiaan dari lokasi pengungsian akan kembali ke Dili. Karena rombongan mendapat informasi, bahwa truk-truk yang mengangkut bahan pangan dan obat-obatan untuk para pengungsi, sehari sebelumnya (Sabtu, 2 Juli) ditahan di Desa Loes, yang kemudian dibawa ke Polres Liquica. Setelah Burgess selesai melaporkan, ia mengendarai mobilnya untuk kembali ke Dili. Beberapa menit kemudian datang satu mobil minibus berwarna kuning yang membawa sekitar 15 orang. Kelima belas orang tersebut membawa senjata rakitan dan parang kemudian menghampiri rombongan sambil menanyakan, "Dari mana kalian?". Namun, ada beberapa yang berteriak: "Bunuh saja semua!" Mobil UNAMET yang mengiringi rombongan terdiri dari dua militer. Salah satu di antaranya yang berasal dari New Zealand mencoba menenangkan milisi yang tengah mengamuk, "Hentikan tembakan. Tenang-tenang," katanya dalam bahasa Indonesia. Namun, pihak milisi tak mengindahkan. Ia segera menuju ke depan Kodim Liquica dan mengatakan kepada polisi dan tentara dari Kodim, "Bagaimana mereka tidak bisa diminta untuk menghentikan tembakan." Mereka langsung menyerang rombongan dengan mengacungkan senjata rakitan dan parang. Ada beberapa yang melepaskan tembakan ke arah rombongan, dan semua anggota rombongan berusaha menyelamatkan diri untuk menghindari serangan BMP. Saat itu rombongan terpecah menjadi dua: rombongan pertama, menyelamatkan diri dengan 3 kendaraan: 1 mobil UNAMET dengan nomer UNAMET 218, 1 Taff Hitam milik Yayasan Hak, dan 1 hardtop putih tim bantuan kemanusiaan. Mobil UNAMET dihancurkan kacanya. Sedangkan mobil lain yang tidak sempat menyelamatkan diri juga dihancurkan kacanya. Selain itu, masih ada 2 truk yang tidak sempat menyelamatkan diri. Rombongan kedua, 21 orang -- salah satunya adalah Dr. Daniel Murphy -- berusaha menyelamatkan diri, masuk ke Polsek Liquica. Ketika mereka masuk halaman Polsek, ada polisi yang melindungi mereka. Mereka diminta masuk ke dalam kantor. Mereka kemudian dikumpulkan dalam satu ruangan di belakang kantor tersebut untuk diinterogasi. Polisi memilih salah seorang di antara ke-21 anggota dari tim tersebut. Menurut pengakuan salah seorang anggota Misi Kemanusiaan (MIKTL), Jakarta, ia ditanyai oleh I Gusti Putu Amarta, "Dari mana kamu, untuk apa kamu berada di Dili. Bersama rombongan tadi, kamu baru saja datang dari mana?" Meskipun ia menjelaskan bahwa ia membawa misi kemanusiaan tapi Putu Amarta tetap tak mempercayainya. Putu Amarta juga menjelaskan, pihak milisi marah karena mereka memotret di sekitar Kodim dan Polres Liquica. Masih menurut Putu Amarta, di antara rombongan tim bantuan kemanusiaan itu ada yang membawa senjata. Untunglah Putu Amarta menjamin keselamatan semua orang yang menyelamatkan diri ke Polsek. Sementara salah satu anggota TRK masih berada di dalam ruangan, kedua puluh orang lainnya sudah berada di dalam truk. Di depan Polsek Liquica tersebut ada sejumlah polisi dan anggota BMP yang berteriak, "Ema Jakarta (orang Jakarta). Ema Jakarta (orang Jakarta)!" ketika anggota TRK tersebut hendak menuju ke kendaraan yang akan membawa ke-21 rombongan ke Liquica. Namun, pihak polisi berusaha melindungi agar dia bisa segera bergabung dengan teman-temannya. Rombongan yang menuju Polres tersebut dikawal 4 polisi, dua di antaranya bersenjata laras panjang. Seluruh rombongan juga diperintahkan untuk jongkok. 18.30 Wita - ke-21 orang tersebut tiba di Polres. Anggota TRK tersebut diperintahkan untuk turun terlebih dulu untuk pencatatan identitasnya. Ia juga digeledah di teras gedung Polres Liquica. Namun, ada seorang polisi yang berkata, "Jangan di geledah di sini. Di dalam kantor saja." Oleh seorang polisi yang lain, ia diminta untuk bergabung dengan rombongan. Setelah mereka berkumpul dalam satu ruangan bersama Putu Amarta, mereka diminta menyebutkan nama dan alamat masing-masing. Kemudian anggota TRK tersebut dipanggil oleh Putu Amarta. Ia dimintai keterangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti ketika ia berada di Polsek. Rombongan tersebut kemudian diminta berkumpul kembali di halaman bangunan di belakang gedung Polres Liquica. Dari sana mereka mendengar beberapa kali suara tembakan, kemudian ada salah seorang anggota BMP yang melempar batu ke atas bangunan di belakang gedung Polres yang beratapkan seng. Seorang polisi memberitahu, agar mereka tetap tenang dan jangan membuat yang dapat memancing kemarahan milisi yang telah mengepung Gedung Polres Liquica. Ketika mereka tengah berada di Polres Liquica, ada 15 mobil UNAMET memasuki halaman. Pihak UNAMET, polisi dari Polres Liquica dan Polda Dili memerintahkan rombongan agar mereka segera masuk ke mobil UNAMET sementara ada dua kendaraan yang semula mengangkut tim relawan dan dua truk yang ditahan di Polres Liquica. Mereka meninggalkan halaman Polres Liquica sekitar pukul 19.00 Wita menuju Dili. Konvoi rombongan yang menuju ke Dili dikawal oleh pihak UNAMET dan polisi menuju Polda Timor Timur. Sekitar pukul 20.00 Wita seluruh rombongan tiba di Polda Timor Timur, Jalan Ibu Tien Soeharto, di kawasan Comoro,Dili. Di Polda Timor Timur itulah pihak UNAMET dimintai keterangan bagaimana terjadinya penyerangan oleh pihak BMP di Polsek Liquica. Kemudian sekitar pukul 21.00 seluruh rombongan dibawa ke Kantor UNAMET, di Jln. Balide, Dili Barat. Setelah itu, rombongan diperbolehkan pulang ke tempat asal lembaga dengan dikawal pihak UNAMET. Lembaga-lembaga yang Terlibat dalam Tim Bantuan Kemanusiaan : 1. Posko Emergensi Dili 2. Etadep 3. Kasimo 4. Timor Aid 5. Caritas 6. Bia Hula 7. Tim Relawan untuk Kemanusiaan, Jakarta Nama-nama Tim Relawan dari Seluruh Lembaga 1. Jose Goncalves (Posko) 2. Jose Ximenes (Posko) 3. Fransisco Nunes (Posko) 4. Acacio Guterres (Posko) 5. Delfin dos Santos (Posko) 6. Horacio Sarmento (Posko) 7. Oscar da Silva (Posko) 8. Rosito da Silva Belo (Posko) 9. Joao Reis (Posko) 10. Mariano Ferreira (Posko) 11. Celeste Gonsalves (Posko) 12. Titu de Aquaino (Posko) 13. Mariano (Posko) 14. Armando Guterres (Posko) 15. Luis de Oliveira (Posko) 16. Efrem (Posko) 17. Manuel Monteiro (Posko) 18. Gilman (Etadep) 19. Cosme (Etadep) 20. Carlos (Etadep) 21. Joaquim (Etadep) 22. Teodoro Pinto (Kasimo) 23. Atanasio Soares (Kasimo) 24. Agustinha Rafu (Kasimo) 25. Isabel da Costa (Kasimo) 26. Fernando (Timor Aid) 27. Recarcindo (Timor Aid) 28. Jaime (Timor Aid) 29. Basilio (Timor Aid) 30. Jose Antonio (Timor Aid) 31. Diamentino Sousa (Timor Aid) 32. dr. Daniel Murphy (Caritas) 33. Gill da Costa (Caritas) 34. Danino Arauju (Caritas) 35. Flavio Brandao M (Caritas) 36. Fransisco Ramos (Caritas) 37. Joao de Carvalho (Caritas) 38. daniel Bareto (Caritas) 39. Domingos dos Santos (Caritas) 40. Jernimo dos Santos (Caritas) 41. Carlos (Caritas) 42. Rudolfo AD Pereira (Bia Hula) 43. Jacinto de Araujo (Bia Hula) 44. Adelino G. (Bia Hula) 45. Yayan P. (Tim Relawan untuk Kemanusiaan, Jakarta) 46. FX Sumaryono (Tim Relawan untuk Kemanusiaan, Jakarta) Nama berikut ini sampai berita ini diturunkan, belum diketahui keberadaannya: 1. Agustinha, asal Kasimo, perempuan 2. Laurentinho Soares, sopir Etadep, laki-laki (menurut keterangan Polisi dibawa ke RS Wira Husada, luka akibat tembakan senjata api) 3. Menes Marcal (pengungsi, Lk, 70 thn, dalam kondisi sakit) ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html