Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 23/II/11-17 Juli 99 ------------------------------ PUJA-PUJI UNTUK PAK TUA (POLITIK): Setelah Servas Mario I Patty, kini giliran Letkol (Pol) Anton Tabah meluncurkan buku pujian terhadap mantan Presiden Soeharto. Sejak terjungkal 21 Mei 1998 atas desakan mahasiswa, Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto tampaknya masih terus bergerilya untuk membersihkan dan memberi citra dan image sosok dirinya sebagai pemimpin yang hebat dan dicintai rakyat Indonesia. Setelah buku Melihat dengan Mata Hati Jasa-Jasa Pak Harto Bagi Bangsa dan Negara, 30 April tahun lalu, kini Soeharto menerbitkan buku barunya lagi. Buku tersebut berjudul Empati di Tengah Badai (EdTB). EdTB baru saja diluncurkan pekan lalu. Buku tersebut kabarnya dicetak lebih dari 100 ribu eksemplar dan disebarkan ke seluruh Indonesia. tersebut merupakan kumpulan surat-surat -yang katanya- dikirim oleh sebagian rakyat Indonesia yang masih mencintai mantan penguasa Indonesia selama 32 tahun secara totaliter. Menurut Letnan Kolonel (Pol) Anton Tabah, yang sekarang ini menjadi Sekretaris Pribadi Soeharto, ada sekitar 1.074 surat yang dilayangkan pada "Bapak Pembangunan", sejak ia lengser. Tujuan penerbitan ini, sebetulnya untuk memberi bandingan terhadap buku-buku yang mendeskriditkan Soeharto. "Surat-surat tersebut dari seluruh lapisan rakyat Indonesia yang masih mengagumi Pak Harto sampai saat ini. Walaupun Pak Harto dicaci maki dan dihujat, ternyata tidak semua rakyat berbuat begitu," begitu kata sumber Xpos, menceritakan kembali pernyataan mantan Kadispen Polda Jawa Tengah, yang sewaktu bertugas di lingkungan Polwil DIY sempat menuntut George Aditjondro dengan tuduhan menghina Soeharto. "Pengirim surat itu berasal murid taman kanak-kanak hingga profesor," lanjut sumber itu lagi. Kabarnya, surat yang diterima Soeharto itu sudah mencapai puluhan ribu. "Surat" yang disebutkan sumber Xpos itu memang bermacam-macam isinya. Ada yang terharu sewaktu Soeharto berpidato mengucapan kata-kata terakhirnya di Istana Merdeka. Ada juga yang bersimpati melihat "penderitan" keluarga Soeharto yang setiap hari muncul di sejumlah mass media dengan tuduhan korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan ada yang keterlaluan: siap membela "Firaun Jawa" itu mati-matian -tentu saja dengan imbalan materi. Kalau dirinci isi surat tersebut, memang berisikan puja-puji yang menggelikan rakyat. Bayangkan saja. "Waktu Pak Harto mengucapkan kata-kata pengunduran diri, saya begitu terharu dan sangat sedih. Tak terasa airmata saya mengalir," tulis seorang yang mengaku doktor dari Amerika Serikat. Lalu, ada lagi, "itu sudah biasa Pak. Kalau dulu mendukung, sekarang anti. Itulah manusia. Tapi, Bapak jangan sedih, sebab Tuhan itu maha tahu, apa yang terjadi pada hambanya." Menurut Anton Tabah sendiri, yang pernah menjadi Staf Ahli Panglima ABRI (kini TNI) Jenderal TNI Wiranto, daripada surat-surat tersebut bertumpuk di mejanya, lebih baik dibukukan agar rakyat tahu bahwa Pak Harto itu bukanlah musuh rakyat. "Lihat kan, Pak Harto itu masih dicintai rakyatnya. Jadi, tidak benar kalau Pak Harto itu dibenci. Yang benci itu kan orang-orang politik yang nggak tahu apa yang benar dan yang salah. Terus, orang-orang yang pernah minta proyek sama Pak Harto atau anak-anaknya, tapi tidak diberi. Atau, orang-orang yang mempunyai ambisi tertentu untuk kepentingan dirinya sendiri," tambahnya. Sebelum Anton Tabah, Servas Mario I Patty, asal Flores, NTT, akhir April lalu sudah meluncurkan buku yang sama: tentang puja-puji terhadap Soeharto. Buku yang berjudul "Melihat Dengan Mata Hati Jasa-jasa Pak Harto Bagi Bangsa dan Negara ini", merupakan buku yang "melihat" jasa-jasa Soeharto selam 32 tahun "membangun" Indonesia, yang ternyata rapuh dan kropos dengan KKN-nya itu. Buku tersebut diterbitkan oleh Yayasan Servas Mario, yang diketuai oleh dirinya sendiri. Tentang biaya penerbitannya, guru di SMP St Paskalis, Jakarta, yang pernah mengajar juga di SMU Don Bosco, Pulomas Jakarta Timur, mengaku biaya sendiri. "Ditambah dengan donatur yang dikirimkan lewat nomor rekeningnya. Bukan dari Cendana, apalagi dari Pak Harto," ujarnya, sewot ketika dikonfirmasi Xpos. Buku setebal 156 halaman, yang terdiri dari 14 bab itu, jauh sekali dari ilmiah. Ditulis dengan gaya bertutur, akurasi datanya juga sangat lemah. "Sumbernya Pak Rusmin Nuryadin, mantan Menteri Perhubungan," katanya. Perlu diketahui, Rusmin Nuryadin sudah almarhum beberapa tahun yang lalu. Menurut sumber Xpos, yang dekat dengan kalangan Cendana, Pak Harto belakangan memang sengaja menyetor dana melalui sejumlah orang dan lembaga untuk "mengadu" dan membersihkan citra dirinya dari pemberitaan yang buruk. "Misalnya seperti lewat Servas dan yang lainnya, seperti Majalah Garda, tabloid Siar, dan harian sore lainnya yang masih baru itu. Kalau lewat Pak Anton itu memang sudah jelas. Kalau Anda berminat menerbitkan buku lainnya tentang Pak Harto dari sisi dan angle yang lain, yang belum ditulis sama orang pun, bisa saja diterima. Asalkan mengajukan proposal dulu ke Pak Anton Tabah," jelas sumber itu. Apa yang dilakukan Anton Tabah, Servas Mario dan lain-lainnya ini, memang sebuah dagelan politik dan keganjilan. Di tengah-tengah hujatan dan pengungkapan keburukan Soeharto dan Orde Baru, masih saja ada yang mengeruk keuntungan pribadi demi kekayaan semu dan ketenaran. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html