Precedence: bulk


Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 23/II/11-17 Juli 99
------------------------------

PENGUNGSI KELAPARAN

(POLITIK): Pertikaian di Timtim kian memburuk. Para milisi menghambat tim
relawan menyalurkan bantuan pangan kepada para pengungsi.

Koran Harian Suara Timor Timur, memberitakan 7.700 pengungsi di Kabupaten
Ermera dan Liquica kritis kesehatannya karena kelaparan akibat kekurangan
persediaan bahan makanan dan obat-obatan. Dari 7.700 pengungsi itu, sudah 85
orang yang meninggal dunia. Padahal bantuan makanan dan obat-obatan sangat
dinantikan oleh para pengungsi. "Sampai saat ini pemerintah belum memberikan
bantuan kepada kami. Yang sudah menyalurkan bantuan justru tim relawan
kemanusiaan dari Dili dan Jakarta yang datang. Mereka membawa sebagian dari
kami untuk berobat di Dili," kata seorang pengungsi kepada Xpos di Desa Sare.

Data dari tim relawan kemanusiaan menyebutkan 7.700 pengungsi itu, kini
4.200 orang ditampung di daratan Sare, Kec. Hatolia, Kab. Ermera. Mereka
mengungsi dari beberapa desa di kec. Maubara, Kab. Liquica yakni dari desa
Guiso, Lisadila, Maubaralisa, Vaviwuinia dan Liquica Kota sewaktu
penyerangan milisi Besi Merah Putih ke gereja Liquica pada 4-5 April lalu.
Bahkan Sejak April hingga 4 Juli lalu, di lokasi pengungsian Faulara
dilaporkan sekitar 70 orang telah meninggal dunia karena kekurangan makanan
dan obat-obatan. Sedangkan di kampung Faulara, Kec. Maubara, Kab. Liquica
terdapat 3.500 pengungsi yang berasal dari desa-desa tersebut. Sekitar 15
orang lainnya dilaporkan telah meninggal dunia karena kekurangan bahan
makanan dan obat-obatan. "Kadang-kadang warga yang mencari ubi-ubian di
hutan pun masih diburu oleh milisi," kata Ketua Tim Relawan Untuk Bantuan
Kemanusiaan Timtim Jose Luis Oliveira.

Menurut Jose, para milisi itu bukannya melihat aksi para LSM itu sebagai
bantuan kemanusiaan yang mulia, tapi sebaliknya mereka mencegat dan
mengejar-ngejar para relawan kemanusiaan. Sehingga terkesan bahwa milisi
yang ada di Timtim ini sudah tak punya rasa kemanusiaan. Dan itu kian
menguatkan banyaknya argumentasi bahwa para milisi adalah musuh masyarakat
Timtim. "Di sini kita bisa melihat bagaimana keberadaan polisi dan TNI. Kita
tidak perlu memvonis mereka tapi masyarakat akan menilai dan merasakan
sendiri apa yang telah dilakukan polisi dan TNI selama ini. Masyarakat
selama ini sulit mendapatkan jaminan keamanan dan perlindungan hukum," katanya.

Di belahan dunia, dan di negara-negara yang dilanda konflik perang saudara,
misi kemanusiaan tidak perlu meminta izin dengan birokrasi yang
terbelit-belit, sebaliknya tim-tim kemanusiaan yang hendak memberikan
bantuan kepada korban atau pengungsi yang membutuhkan hanya melakukan
koordinasi kepada pihak-pihak setempat untuk membantu kelancaran
pendistribusian bantuan-bantuan itu. Di Kosovo, misalnya, pasukan perdamaian
PBB tidak semata-mata bertugas untuk keamanan, melainkan mereka juga
memberikan bantuan kepada pengungsi etnis Albania yang membutuhkan pakaian
dan makanan. Dengan melihat apa yang dilakukan oleh pasukan perdamaian PBB
di Kosovo, tentunya misi UNAMET di Timtim tak perlu dikecam, karena UNAMET
punya kewajiban moral untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bahan
makanan dan obat-obatan.

"Di Indonesia, justru bantuan kemanusiaan harus ijin ke pihak keamanan
Indonesia," kata Aniceto, Direktur Yayasan HAK. 

Lebih dari itu, pihak-pihak pro-otonomi saat ini sedang ramai-ramainya
mengkritik misi UNAMET di Timtim yang membantu menyalurkan bantuan
kemanusiaan ke Timtim. FPDK, adalah salah satunya. 

"Inilah yang sangat kita sesalkan. Pemerintah memaksa bahkan mengancam
masyarakat untuk memilih otonomi, tapi kondisi kesehatan masyarakat tidak
diperhatikan," kata Koordinator Kontras Dili Isabel Ferreira. (*)

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

KRONOLOGI PERISTIWA PENCEGATAN DI LIQUICA

Kamis, 1 Juli 1999
Staf UNHCR yang ditugaskan ke Timtim yaitu Luis Varese, dan staf UNAMET
untuk urusan kemanusiaan, Patrick Burges pada pagi hari pergi ke Polda, dan
bertemu dengan Wakapolda Timtim. Mereka meminta POLRI untuk mengawal
rombongan yang akan membawa bantuan. Wakapolda setuju dengan rencana ini. 

Jumat, 2 Juli 1999
Sekitar pukul 13.00 rombongan bantuan kemanusiaan ke Sare yang berjumlah 23
kendaraan (truk dan mobil kecil). Dan tiba di Sare sekitar pukul 21.30,
langsung menurunkan bahan-bahan muatan dari atas truk ke dalam gudang.

Sabtu, 3 Juli 1999
- Sekitar pukul 08.00 rombongan 14 truk yang membawa bahan-bahan bantuan,
berangkat ke Dili. 
- Dalam perjalanan, sekitar Desa Vaviquenia, rombongan 13 truk (1 truk
sempat lolos) dijemput sebuah truk polisi.
- Rombongan dibawa ke Liquica dan tiba di Liquica sekitar pukul 13.00,
langsung ditahan di Polres Liquica untuk diinterogasi.
- Tiga truk dipaksa oleh polisi untuk mengantar anggota Brimob ke Loidahar,
Kec. Liquica. 
- Sekitar pukul 17.00, ketiga truk itu mengangkut kembali anggota Brimob ke
Polres Liquica, dan rombongan ke 12 truk dilepas untuk kembali ke Dili. 

Minggu, 4 Juli 1999
- Rombongan yang terdiri dari 7 kendaraan, berangkat dari Faulara setelah
tim kesehatan selesai melayani pendistribusian makanan dan obat-obatan
kepada pengungsi yang sakit di Faulara. 
- Sekitar pukul 15.00, rombongan sampai Loes, Desa Vatuboro, Kec. Maubara,
dan bertemu sebuah mobil dari Unamet yang di dalamnya terdapat 2 orang
penghubung militer Unamet. Staf UNAMET, Patrick Borges minta kepada kedua
Penghubung Militer UNAMET untuk membantu mengawal rombongan.  
- Sesampainya di pertengahan jalan Maubara Morai, rombongan berhenti, karena
bertemu dengan mobil Suster Idalia pimpinan susteran Carmelitas Morai. Pada
saat yang sama, sebuah truk colt diesel berwarna Kuning berisi milisi
bersenjata datang dari Maubara ke Loes. 
- Rombongan melewati depan kediaman Bupati Liquica, kemudian belok kanan
(arah Selatan), dan berhenti di depan Kodim Liquica. Staf Unamet untuk
Humanitarian, Patrick Burges turun dari mobil berjalan ke arah mobil kedua
penghubung militer Unamet. 
- Tiba-tiba datang seorang milisi bersenjata tajam dengan sepeda motor ke
arah kendaraan, dan mengancam.  
- Selang beberapa menit, datang sebuah mikrolet warna biru dari arah Selatan
memuat penuh milisi dengan senjata tajam dan senjata api. Milisi yang ada di
atas kendaraan turun dari atas mobil, dan langsung menyerang rombongan,
sambil berteriak "bunuh! bunuh!". Tiba-tiba terdengar sebuah tembakan dari
arah belakang Polsek (kira-kira 40 meter arah Barat, tempat dimana kendaraan
rombongan berhenti), kemudian beberapa milisi yang membawa senjata api pun
melepaskan tembakan. Rombongan lari pontang-panting.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke