Precedence: bulk


PPP MENGANGGAP MEGAWATI MASIH KANAK-KANAK

Oleh: Alam Tulus

Berbagai cara ditempuh kelompok status quo, guna menjegal Megawati dan
menggoalkan Habibie jadi Presiden. Politik uang sudah dianggap soal yang
biasa saja. Mereka halalkan segala cara demi tujuan. Dan, yang sangat
menarik adalah cara PPP menjegal Megawati dan menggoalkan Habibie, seperti
diberitakan Rakyat Merdeka (13/7).

PPP USULKAN MEGA JADI KETUA MPR

Dimunculkan sebuah problem seakan-akan mereka begitu simpatiknya pada
Megawati supaya dapat melenggang mulus menuju konfigurasi kepemimpinan
nasional, secara aman dan bebas hambatan, seperti melalui jalan tol. Untuk
"tujuan yang simpatik" itulah, Muhammad Husni Thamrin, salah seorang Ketua
DPP PPP mengemukakan bahwa yang paling tepat adalah Megawati harus
mengamankan kursi Ketua MPR lebih dulu, sebelum menggapai kursi
kepresidenan. Namun mengingat risiko yang dihadapai cukup besar, antara lain
terjadinya disintegrasi bangsa akibat penolakan dari golongan Islam,
sebaiknya Mega memimpin MPR saja.

Sebab, kata Husni Thamrin, dengan duduknya Megawati sebagai Ketua MPR,
selaian akan menempati posisi terhormat sebagai Ibu Bangsa, bisa juga
mengatur orang-orangnya duduk di kabinet, termasuk menunjuk seseorang jadi
presiden.

Jika terjadi deadlock dalam pemilihan presiden, Mega bisa menentukan
segalanya untuk kebaikan negeri ini. Dan siapapun yang direstui Mega untuk
jadi presiden, maka akan didudukung seluruh komponen bangsa.

Sedangkan alasan mengapa partai-partai Isalam tidak setuju Mega jadi
Presiden, karena mereka ragu terhadap kemampuan dan kredibilitasnya. Mega
dinilai tidak akan mampu jiak diserahi tugas mengurus negara yang
berpenduduk 200 juta jiwa ini.

Menjadi pertanyaan: apakah usul Husni Thamrin ini agar Mega dapat melenggang
mulus menuju konfigurasi kepemimpinan nasional, atau untuk menjegal Mega
supaya jangan sampai menduduki kepemimpinan nasional? Marilah kita cermati
apa yang dikemukakan DPP PPP.

STRATEGI PPP YANG MEMPERLAKUKAN MEGA SEBAGAI ANAK-ANAK

Sekiranya Megawati menerima usul PPP, maka terbuka jalan yang lapang bagi
Habibie untuk jadi presiden. Tak ada saingan yang berbobot lagi. Dengan
demikian tercampaklah Megawati dari pencalonan presiden.

Dengan demikian tidak ada lagi persoalan kemungkinan deadlock dalam Sidang
Umum MPR, tidak ada lagi kemungkinan persoalan disintegrasi bangsa, seperti
yang dikemukakan PPP tadi. Bererti penolakan apa yang dikatakan "umat Islam"
terhadap Mega, telah berhasil mencapai tujuannya.

Persoalan deadlock itu baru muncul, bila Megawati tetap bertahan sebagai
calon dan kelompok status quo, termasuk PPP tetap bertahan mencalonkan
Habibie sebagai Presiden. Dan kalau kelompok PPP, dengan apa yang dinamakan
kelompok Islamnya tidak mendukung Habibie, dan memberikan suaranya kepada
Megawati, deadlock pun tidak akan terjadi. Jadi, jika terjadi deadlock,
sesungguhnya itu termasuk peranan PPP dan kelompok Islamnya yang menggunakan
agama sebagai kendaraan politik.

Sangat menggelikan,s eolah-olah Megawati dinilai PPP tidak mengerti hak dan
kewajibannya sebagai Ketua MPR dan itu tercermin dari pernyataan mereka
bahwa dengan kedudukannya sebagai Ketua MPR, Mega akan bisa mengatur
orang-orangnya duduk dalam kabinet, malah menunjuk seseorang menjadi
Presiden. Di mata PPP, rupanya Megawati itu dianggap masih kanak-kanan dalam
politik. Suatu penghinaan.

Padahal Ketua MPR tidak bisa mengatur apalagi menentukan orang-orangnya
untuk duduk dalam Kabinet. Yang mengaturnya adalah presidennya sendiri. Usul
secara terbuka pun tidak ada kemungkinannya. Apalagi untuk menunjuk
seseorang jadi presiden.

SIA-SIA MENIPU MEGA

Karena itu tidaklah keterlaluan jika A.S. Hikam dari LIPI menilai PPP hendak
menipu Megawati, seperti diberitakan Rakyat Merdeka (15/7). PPP membuat
strategi agar publik mengalihkan perhatian dari Mengawati sebagai calon
Presiden menjadi calon Ketua MPR. Hikam juga membatah alasan PPP bahwa uamat
Islam menolak Megawati jadi presiden, karena rakyat yang memilih PDI-P
mayoritas beragama Islam. Yang menolak hanya elit politiknya saja.

Hikam benar. Elit politik mereka telah memanipulasi umat Islam seakan
menolak Megawati sebagai Presiden. Padahal yang menolak itu hanya kelompok
tertentu saja dari umat Islam. Kelompok yang menggunakan agama sebagai
kendaraan politik bagi kepentingannnya.

KESIMPULAN

Strategi PPP menjegal Mega dan menggoalkan Habibie jadi Presiden,
menunjukkan mereka menghalalkan segala cara demia tujuan. Mereka katakan
Islam tidak membolehkan perempuan jadi pemimpin, padahal tidak ada ayat Al
Quran yang secara khusus mengatakan demikian. Mereka hanya menafsirkan
sementara ayat dan mengabaikan ayat lain yang membolehkan perempuan jadi
pemimpin.
Juga mereka perlakukan Megawati seolah-olah ia tak tahu soal
ketatanegaraan.. Ini semua justru menunjukkan PPP sendiri yang masih
kanak-kanak dalam berpolitik, seolah orang mudah saja ditipu. Padahal orang
yang hendak ditipu PPP, tentu jug atelah mempelajari ilmu tipu-menipu dalam
politk, supaya jangan tak tertipu.

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke