Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 26/II/1-7 Agustus 99 ------------------------------ AKSI LANJUTAN PARA PENJILAT (POLITIK): Selagi sakit karena saking banyaknya tuntutan masyarakat untuk diadili, Servas Mario I Patty bikin buku puja-puji untuk Soeharto lagi. Soeharto selalu punya taktik jitu. Ketika harus terbaring sakit di kamar very very important person (VVIP) No. 627 Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, akibat serangan stroke ringan, yang nyaris membawanya pada kelumpuhan total, pada saat yang sama tetap berusaha memberi image dan citra dirinya yang positif, sebagai sosok pemimpin yang hebat dan dicintai rakyatnya. Soalnya, ketika banyak orang berharap Soeharto menggunakan momentum sakitnya itu untuk minta maaf kepada rakyat yang pernah diinjak-injak haknya, Soeharto justru tidak. Dengan perkiraan, rakyat akan mengampuni kesalahannya. Bukankah rakyat Indonesia itu pemaaf dan murah hati, apalagi terhadap orangtua yang bau tanah itu? Tapi, ternyata, Soeharto memang justru punya strategi lain. Barangkali saja, Soeharto justru berpikir, "Di mana saya lagi sakit saja, yang daripada begitu besar perhatian rakyat untuk yang mana malah menerbitkan buku saya itu. Bukankah daripada itu menunjukken yang mana cinta terhadap saya ini begitu besar." Memang, Mbak Tutut sendiri, waktu bapaknya dalam kondisi kritis setelah masuk ke RSPP itu, malah membohongi bapaknya. Mbak Tutut sempat berkata ngawur. "Pak e, di luar sana rakyat berbondong-bondong ingin menengok bapak, karena mereka begitu besar mencintai bapak. Tapi, karena tidak diizinkan, mereka hanya mengirim bunga yang diletakan di sepanjang pagar rumah sakit. Itu artinya, rakyat masih ingat sama bapak." Padahal, yang nengok dan kirim bunga itu adalah cecunguknya alias para kroni sendiri. Termasuk yang memobilisasi anak-anak kecil untuk demonstrasi mendukung pak Harto. Dalam posisi sakit ternyata tidak mengendorkan upaya Soeharto untuk cuci tangan bersih-bersih. Pada Senin mendatang, 2 Agustus 1999, buku baru tentang Soeharto diluncurkan di Hotel Wisata, Jakarta Pusat. Judulnya "Pak Harto Pemimpin Bangsa yang Besar Pasca Bung Karno (PHPByBPBK)." Pengarangnya, Servas Mario I Patty lagi, seorang mantan guru SMU Don Bosco. Servas Mario I Patty memang bukan wajah baru sebagai pembela Soeharto. Empat bulan sebelumnya, di tempat yang sama, Servas Mario I Patty memang baru saja meluncurkan bukunya yang pertama tentang Soeharto. Judulnya, "Melihat dengan Mata Hati Jasa-Jasa Pak Harto Bagi Bangsa dan Negara" (MdMHJPHBBN). Buku PHPByBPBK sendiri sebetulnya mengupas kebijakan-kebijakan mantan penguasa selama 32 tahun pemerintahannya, yang dianggap tidak bertentangan dengan demokrasi dan konstitusi. Pokoknya, kebijakan-kebijakan selama di tangan Soeharto itu justru mengarah pada tercapainya tujuan pembangunan nasional. Misalnya, soal kasus DOM Aceh. Menurut Servas Mario I Patty, kasus DOM Aceh bukanlah keputusan pribadi Soeharto melainkan keputusan mandataris MPR bersama DPR, yang bertujuan mempertahankan Aceh sebagai wilayah kesatuan RI. Begitu juga soal Timor Timur. Katanya, bukan sebuah proyek yang semata-mata dijadikan kendaraan untuk mencari popularitas di dunia internasional, tapi juga keputusan bersama DPR. Agar Timor Timur tetap menjadi bagian Indonesia. Bahkan, Soeharto juga dinilai ingin menghapuskan penjajahan di muka bumi yang bertahun-tahun dilakukan pemerintahan Portugal. Dalam kasus G30S/PKI, menurut Servas, Soeharto juga tidak bisa dikenai tanggungjawab atas pembunuhan-pembunuhan pengikut PKI, apalagi diadili sebagai pembantai rakyat. "Indonesia mempunyai kebenaran sejarahnya sendiri, yang secara konstitusi dapat dipertanggungjawabkan," tulisnya (Hal. vii). Yang gawat, dalam buku tersebut, Servas juga menilai bahwa kepemimpinan Soeharto selama tujuh kali berturut-turut tidak salah apalagi inkonstitusional. Sebabnya, Soeharto itu sudah memberi pidato pertanggungjawabannya selama tujuh kali pula dan tidak ditolak oleh MPR. "Kalaupun ia lengser, ia telah menjalankan GBHN secara murni dan konsekuen," tulisnya (hal vii). Singkat kata, buku ini memang agar Soeharto bisa cuci tangan. Seolah-olah, kesalahan yang dilakukannya tidak bisa ditudingkan atau menjadi tanggungjawabnya sendiri. Tapi, tanggungjawab DPR dan bahkan juga tanggungjawab rakyat. Pola pikir Servas Mario I Patty memang sangat dangkal dan sekadar menyenangkan Soeharto saja, sebagai patron yang harus dilindunginya. Menyimak isi buku ini, memang hanya berguna untuk Soeharto sendiri dan keluarganya serta para pembela Soeharto yang tidak punya hati nurnai lagi, sebut saja seperti Servas Mario sendiri dan tentu saja Anton tabah. Buku ini dianjurkan agar tidak dibaca, terutama oleh anak-anak pelajar atau mahasiswa apalagi ilmuwan. Sebaiknya, buku ini memang dimasukkan dalam got saja. Yang harus diketahui oleh pembaca, Servas memang sedang menyiapkan bukunya yang ketiga, masih, tentang Soeharto. Judulnya, sudah berani ditulis, "Manajemen Pak Harto sebagai Studi Banding". Mungkin ia ingin melengkapi buku "Manajeman Soeharto", yang disunting Riant Nugroho, beberapa tahun lalu. Dalam pengantar bukunya yang kedua, Servas tentu saja tak melupakan jasa Sekretaris Pribadi Letkol (Pol) Anton Tabah, yang telah memberikan masukan untuk perbaikan dan pendalaman buku tersebut. Juga biaya, tentunya. Buku Servas yang pertama, menurut Anton Tabah, laris manis. Bahkan, sudah cetak ulang sebanyak 5000 eksemplar. Cetakan pertama dan keduanya, juga buku yang ketiga dan selanjutnya, memang akan dicetak di percetakan milik Anton sendiri, Percetakan Sahabat. Anton sendiri memang baru dua bulan menerbitkan surat-surat yang ditujukan ke Pak Harto dari (katanya) sebagian rakyat Indonesia. Judulnya, "Empati di Tengah Badai". Anton, yang diangkat tak lama setelah Soeharto lengser, memang bukan sekadar Sespri. Ia sekaligus juga operator Soeharto, yang bukan cuma sekadar mengatur jadwal protokoler dan administratif, tapi juga punya tugas khusus memulihkan citra dan nama baik Pak Harto. Anton, Servas, Riant, siapa lagi menyusul? (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html