Precedence: bulk PILIH UTUSAN GOLONGAN, TIM 15 DITUDING PRO-STATUS QUO JAKARTA (SiaR, 4/8/99). Tim 15 Komisi Pemilihan Umum (KPU) dituding pro-status quo dalam memilih utusan golongan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Tudingan ini dilontarkan Sekjen Partai Aliansi Demokrasi Indonesia (PADI) Harry Ganda, Selasa (3/8) kemarin. Harry meminta agar Ketua KPU Rudini segera meneliti dan mengaudit anggota Tim 15, karena ada di antara anggota tim tersebut yang ditengarai sebagai memanfaatkan kedudukannya untuk menggolkan calon-calon anggota MPR dari kubu pro status quo. Menurut Harry, kondisi ini juga rawan "money politics", karena bisa saja anggota Tim 15 diiming-imingngi sejumlah uang dalam menentukan pilihan organisasi, atau calon anggota MPR mendatang. Ia sendiri menaruh curiga adanya kelompok pro status quo di tim tersebut setelah dalam pengajuan komposisi calon anggota MPR, orang-orang tertentu ngotot untuk memasukkan sejumlah organisasi yang pada masa Orde Baru memiliki track record buruk, dan juga pro status quo. Menurut dia, orang-orang itu ngotot memasukkan organisasi-organisasi seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), atau perorangan seperti nama Sri Hartati Murdaya dari Walubi. "Mengapa bukan AJI, Angkatan Muda Nahdlatul Ulama (AMNU), atau Serikat Buruh Sejahtera Indonesia. Sedangkan Sri Hartati kan track record-nya pro status quo. Jelas, kalau organisasi-organisasi macam KNPI dan PWI yang mewakili di MPR, mereka akan pilih calon presiden dari partai pro status quo," ujarnya. Untuk itu Harry mengusulkan agar Tim 15 hanya membuat pengumuman siapa nama-nama organisasi dan badan yang akan jadi calon MPR itu, sedangkan mengenai siapa calon-calonnya, biar rakyat yang menentukan dan memilihnya.*** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html