Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 44/II/5-11 Desember 99 ------------------------------ MEGA MASIH BERSIKAP EMAS (POLITIK): Urung jadi presiden tidak mengubah sikap irit kata Mega. Dalam diam sebuah tim untuk Irian tengah disiapkan. Diam itu ternyata masih emas, bagi Megawati. Kurun beberapa lama menjadi wakil presiden, Megawati Soekarnoputri tetap berhemat kata. Sementara beberapa persoalan menumpuk di meja kerja sang wakil presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan. Walhasil, beberapa kali putri mantan presiden RI-1 ini kecolongan. Saat Presiden Abdurrahman Wahid mengumumkan susunan kabinet 1999-2004, turut dijelaskan pembagian tugas antara presiden dan wapres. Selain mengurus soal-soal pembenahan ekonomi, Gus Dur mengambil khusus konflik Aceh. Di kursi lain, Megawati mengangguk disertai setipis senyum sesaat Gus Dur menjelaskan apa-apa tugas wapres. "Karena pekerjaan saya sudah berat, memperbaiki ekonomi kita dan menyelesaikan kasus Aceh, maka tugas-tugas penegakkan hak asasi manusia khususnya di Irian, Ambon dan Riau saya serahkan kepada wakil presiden". Hasilnya? Ambon dan Irian kian bergolak. Setelah kerusuhan di Ambon berlangsung hampir satu tahun, terjadi lagi peristiwa serupa dengan memakan korban jiwa. Lebih dari 40 orang tewas kala insiden terakhir terjadi, Jumat (26/11). Belum lagi ratusan korban luka-luka dan kerusakan bangunan. Inilah kerusuhan pertama di Ambon sejak masa pemerintahan Mega-Gus Dur. Sebelumnya seperti diberitakan kerusuhan pertama terjadi 19 Januari 1999. Kendati Mei 1999 kedua kelompok yang bertikai telah didamaikan dengan tradisi pela gandong insiden berdarah bertendensi SARA kembali menyusul, 27 Juli. Tak terbantah peran provokator dalam berbagai kerusuhan tersebut memicu dan memperparah kondisi konflik. Warga Ambon, termasuk yang tinggal di Jakarta telah berulangkali meminta Megawati datang ke sana. Tapi, apa berlaku? Alih-alih segera berangkat ke tanah Saguer suara 'keras' Mega malah diarahkan ke Korpri. Waktu memberi sambutan hari ulang tahun ke-28 Korps Pegawai Republik Indonesia (29/11) di Istana Negara, Mega mengkritik tentang kesulitan warga mengurus KTP. "Baru minggu lalu saya mendengar langsung keluhan seorang warga mengenai hal ini," papar Mega dalam pidato tanpa teksnya. Wakil presiden memaksudkan Ny Maryam dari Kalideres yang melakukan aksi bersama Wardah Hafidz. "KTP penting juga, tapi porsi itu cukuplah Men-PAN atau malah Gubernur," kata beberapa aktivis. Konflik berdarah tentu memberi legitimasi kuat bagi TNI dan Polri untuk turun tangan secara represi. "Ya, tindakan persuasi kan ditujukan untuk pencegahan. Kalau telah terjadi maka cara represi yang digunakan," tutur Pangdam Pattimura Brigjen Max Tamaela. Fatalnya, kehadiran pasukan Batalyon 303 Kostrad segera setelah kerusuhan November lalu tanpa koordinasi dengan Mega. Sementara batalyon ini berkarakter khas Kostrad. Tidak ada tedeng aling-aling menerapkan 'standar' penanganan militer. Bisa dibayangkan kerunyaman suasana di bumi Pattimura. Tidak menunggu lama, kecolongan kedua berlangsung di Irian (1/12). Cuma kali ini suasananya berlangsung lebih damai. Untuk pertama kalinya bendera Bintang Kejora berkibar sejak peristiwa pengibaran serupa di tujuh kabupaten selama kurun Juli 1998-1999. Lebih 5.000 massa tumplek di bekas gedung New Guinea Raat, Jayapura. Tiap jarum jam bergeser, jumlah massa berangsur meningkat. Tanggal 1 Desember 1961 dikenal sebagai hari bersejarah bagi gerakan Papua Merdeka yang mendeklarasikan eksistensi mereka. Aksi pengibaran Bintang Kejora sedianya dimaksud menarik opini publik. Maka, pertama berkibar adalah bendera Merah Putih diiringi "Indonesia Raya". Saat gerimis turun, berkibarlah lambang perjuangan rakyat Papua bersama lagu "Hai Tanahku Papua". Kendati damai, situasi kota Jayapura laksana Hari Raya Nyepi. Transportasi enggan berseliweran seperti sediakala. "Tidak adanya angkutan bukan termakan isu akan terjadi kerusuhan," tukas Theys Huyo Eluay, pemimpin Papua Barat membantah sinyalemen aksi menjalar pada kerusuhan. "Kami mau semua berlangsung damai, justru kalau kacau gerakan kami sendiri jadi rusak," lanjut Theys. Benarkah Mega plek adem ayem 'dipotong' sana sini? Dan baru pada akhir tahun ini Mega mendatangi Irian Jaya 'ditemani' Gus Dur. Ia diagendakan bertemu beberapa tokoh gerakan Papua, LSM dan masyarakat adat. Jawabnya: tidak juga atau tidak tepat begitu. Kabarnya, sebuah tim khusus wakil presiden telah disiapkan. Memang tanpa SK-SK-an dan sebatas persoalan Irian. "Sifatnya masih ad-hoc." Sejauh ini pekerjaan mereka adalah mencari akar masalah seraya mengidentifikasi figur-figur yang bakal berdialog dengan Mega. Sejumlah nama yang didominasi anggota PDI-P terlibat di situ. Di antara mereka adalah Tumbu Saraswati, Theo Syafei, Tarto Sudiro dan Prof Dimyati Harsono. Sayang, masyarakat dihambat hak informasinya. Pembentukan tim sengaja dilakukan diam-diam oleh Mega. "Itu namanya sepi ing pamrih, rame ing gawe," bela kalangan Fraksi PDI-P. Silahkan saja, cuma bagaimana kinerja wapres bisa dinilai kalau berbuatn secara diam-diam. Apalagi Mega selama Gus Dur berkeliling 'seribu' negeri tak mengeluarkan pernyataan politik berarti. Sebatas KTP di atas. Bendera sudah saya kibarkan. Pidato Megawati semasa menjadi Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan. "Bintang Kejora pun sudah terbit dan berkibar," timpal pendukung gerakan Papua Merdeka. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html