Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 44/II/5-11 Desember 99 ------------------------------ KIAT GUS DUR SELESAIKAN ACEH (POLITIK): Gus Dur memperlakukan Aceh seperti bubur panas. Berhasil tidaknya tergantung yang membuat sambal. Apa maksudnya? Nasi sudah jadi bubur, peribahasa itu yang sering kita dengar tatkala menyebut suatu masalah yang sudah begitu berlarut dan terlambat diselesaikan. Masalah Aceh, tepat kiranya bila disebut pula sebagai problem nasi yang sudah jadi bubur. Radikalisasi masyarakat Aceh yang kini makin menguat di bumi Serambi Mekah itu membuat pemerintah Jakarta pasti akan kesulitan untuk memecahkan. Panglima GAM Abdullah Syafei di Matang bahkan sudah mengklaim bahwa tuntutan referendum adalah "kata halus" untuk tidak langsung menyebut merdeka. "Sebab tidak mungkin anak-anak muda Aceh akan langsung menuntut merdeka karena mereka tak punya senjata. Jika mereka minta merdeka, pasukan TNI tentu akan segera menembak mati mereka," ujar panglima yang suka diwawancara wartawan ini. Bila benar problem Aceh bak kelamaan menanak nasi hingga sudah jadi bubur, maka penyelesaiannyapun adalah menjawab mau diapakan bubur itu. Gus Dur punya jawaban sendiri. Seorang jurnalis yang dekat dengan Gus Dur cerita ketika Gus Dur diingatkan Kyai Mustofa Bisri untuk segera menangani Aceh agar "nasi tak jadi bubur", Gus Dur menjawab bahwa soal Aceh saat ini memang sudah jadi bubur, bahkan bubur panas. Maksud Gus Dur, kesakitan yang sekian lama dialami masyarakat Aceh khususnya karena penindasan HAM yang dilakukan oleh TNI sudah tak tertahankan lagi hingga Aceh merasa sudah tiada guna lagi menjadi bagian wilayah Indonesia. "Nah, sekarang bagaimana mau makan bubur panas?" tanya Gus Dur. Putra alm. Menteri Agama KH Wahid Hasyim yang semasa bocah bergaul di lingkungan Menteng Jakarta ini tidak melanjutkan jawabannya. Tindakan Gus Dur kemudian menjadi jawabannya. Gus Dur tidak langsung masuk ke Aceh alias makan bubur panas langsung menyendok bagian tengah. Melainkan, ia menyisir pelan-pelan dari pinggir mangkuk bubur. Gus Dur tahu betul bahwa para pemuda yang direstui juga oleh para ulama di Aceh menginginkan propinsi ini merdeka lepas dari Indonesia. Untuk merdeka, dibutuhkan kejelasan wilayah, warganegara yang menghuninya, pemimpin yang diterima dan pengakuan kedaulatan dari negara lain. Tak heran bila Gus Dur menggarap soal mulai dari yang paling gampang alias menyendok bagian pinggir yang tak sepanas bagian tengah. Safari Gus Dur ke negara-negara luar membawa pula agenda penyelesaian masalah Aceh. Hasilnya lumayan. Negara-negara ASEAN menganggap Aceh soal internal Indonesia. Amerika Serikat berniat membantu Gus Dur untuk turut menyelesaikan kasus Aceh, meski tak jelas bantuan semacam apa. Dan yang terpenting, dukungan negara-negara Islam khususnya di Timur Tengah pada Gus Dur untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri Indonesia. "Strategi ini bagus sekali. Benar bahwa Gus Dur menyelesaikan soal dari bagian yang paling mudah dan ia bisa. Sekaligus, ia juga memukul bagian terlemah dari perjuangan Gerakan Aceh Merdeka," komentar Dr. Anders Uhlin, pakar politik Asia Tenggara dari Swedia yang pernah meneliti Aceh. "Faksi GAM Hasan Tiro di Swedia tidak seaktif Jose Ramos Horta dari Timor Leste. Mereka bahkan terlalu eksklusif, misalnya tak mau berjabat tangan dengan orang non muslim," tambah Uhlin. Lantas, sesudah dukungan dari luar negeri berhasil didapat, Gus Dur akan masuk ke Aceh pas pada bulan puasa saat umat muslim harus menahan diri dari amarah dan kekerasan. Bisa diduga, harapan Gus Dur tentu ia bisa mengajak dialog para ulama Aceh dengan kepala dingin. Opsi-opsi yang diberikan Gus Dur akan lebih bersifat normatif dengan nuansa keislaman yang kental ketimbang memberikan konsesi ekonomi politik, sekaligus mengingatkan kalaupun para pemuda Aceh tetap ngotot mau merdeka maka dunia internasional belum tentu mau mengakuinya. Sekilas bagus juga kiat Gus Dur dalam hal Aceh, tapi belum tentu bisa dipastikan akan 100% berhasil. Bila TNI atau GAM berulah, bisa jadi jalan damai yang ditempuh Gus Dur akan gagal total. Dan bila hal ini terjadi, "Saya akan menggunakan cara apapun untuk menyelesaikan Aceh," ujar Gus Dur saat di Manila. Artinya, Gus Dur akan melayani jalan senjata bilamana jalan damainya berujung buntu. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html