Precedence: bulk


LEMBAGA KOLAKOPS YANG LUPUT DARI PERHATIAN

        JAKARTA, (TNI Watch!, 13/12/99). "Tepatnya tanggal 16 Desember 1992,
pukul 11.00 WIB, Dan Kolakops, Kolonel Inf Syarwan Hamid, beserta Dan Satgas
Jaring Merah II Letkol Inf Amirul Isnaeni dengan menggunakan Helly Bolco,
turun ke tempat kejadian sambil memberi selamat dan membawa serta mayat
Panglima Wakil Wali Negara Islam Aceh Merdeka." 

        Petikan informasi ini dicuplik dari tulisan Kapten Inf Handy
Geniardi, seorang komandan tim Kopassus yang pernah berdinas di Aceh.
Tulisan Handy berjudul: "Pengalaman Operasi Intelijen di Aceh" dimuat di
majalah internal Markas Komando Kopassus, BARET MERAH, Februari 1998. Handy
Geniardi adalah salah satu dari sekian banyak perwira Kopassus yang
diterjunkan ke Aceh sejak Operasi Jaring Merah I untuk melakukan operasi
intelijen membasmi Gerakan Aceh Merdeka. Tulisan itu adalah pengalaman Handy
menyergap dan akhirnya membunuh Keucik Umar Ibrahim, Panglima Wakil Wali
Negara Islam Aceh Merdeka.

        Dari petikan tulisan Kapten Inf Handy Geniardi, ada beberapa hal
yang bisa ditelaah. Pertama, Kolonel Inf Syarwan Hamid, selain sebagai
Komandan Korem Liliwangsa, ia juga Komandan Komando Pelaksana Operasi
(Kolakops). Apa artinya? Artinya, di Aceh memang tengah di jalankan operasi
militer, sehingga bisa dikatakan, Aceh memang merupakan Daerah Operasi
Militer (DOM). Status DOM ini yang disoal para jendral di Pansus DPR, yakni:
Jendral TNI (Purn) LB Moerdani, Jendral TNI (Purn) Try Sutrisno, Letjen TNI
(Purn) Syarwan Hamid, Mayjen TNI Zacky Anwar Makarim dan Mayjen TNI (Purn)
Pramono. Para jendral ini bilang tidak ada status DOM untuk Aceh. Memang,
ini hanya masalah semantik belaka. Aceh sebagai DOM memang tidak secara
ekplisit dinyatakan dalam belied Markas Besar ABRI saat itu, namun
diberlakukannya Operasi Jaring Merah (JM) dari JM I  hingga JM IV dan
ditetapkannya Komandan Korem setempat sebagai Komando Pelaksana Operasi. 

        Lembaga Kolakops di Aceh memang tidak seluas Kolakops di Timor
Timur. Kolakops di Aceh, karena derajad "bahayanya" wilayah itu lebih rendah
dibanding Timor Timur. Kolakops Aceh ex-officio dijabat Komandan Korem. Akan
halnya Kolakops di Timor Timur, kekuasaannya lebih besar dan permanen.
Pemegang komandonya berpangkat brigadir jendral dan merupakan panglima.
Jadi, di Timtim bukan komando tidak dipegang Komandan Korem setempat dan
"bertitel" komandan, melainkan panglima. Jadi komando yang dipegang adalah
Panglima Kolakops (Pangkolakops). Namun, Komandan Korem 164/Wiradharma,
Timor Timur otomatis jadi Wakil Pangkolakops. 

        Lembaga Kolakops di Timtim dilikuidasi 1993. Pangkolakops Timtim
yang terakhir adalah Brigjen TNI Theo Sjafei. Ia menggantikan Brigjen TNI
Rudolf Warouw yang diberhentikan karena peristiwa pembantaian demosntran di
perkuburan Santa Cruz, Dili, 12 Nopember 1991.

        Selain lembaga Kolakops di Aceh, yang luput dari perhatian kita
adalah para pelaksana Operasi Jaring Merah di Aceh. Nama-nama para komandan
Operasi Jaring Merah, yang merupakan pelaksana langsung operasi militer ini,
belum pernah dibahas, baik oleh media massa maupun oleh Pansus DPR. Kapten
Inf Handy Geniardi dalam tulisannya menyebut sebuah nama Letkol Inf Amirul
Isnaeni sebagai Komandan Satgas Jaring Merah II (1992). Amirul, lulusan
Akmil 1975, belakangan namanya dikenal sebagai Wakil Panglima Daerah Darurat
Militer Timor Timur berpangkat brigjen. Kini, Amirul menjabat sebagai
Asisten Pengamanan KSAD. ***

_______________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI,
dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan
ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya
agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama.


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke