Precedence: bulk From: Endah Triwijati <[EMAIL PROTECTED]> Re: SiaR-->SURAT PEMBACA: TENTANG PENGEMUDI TAKSI PEMERKOSA Saya sependapat dengan pandangan pak Amir Sidharta. Siapapun yang bekerja di media massa sudah selayaknya selalu menyadari bahwa dia punya posisi yang kuat untuk membentuk pola berpikir masyarakat, dan oleh karenya dia pun harusnya kritis terhadap kerangka pikir maupun sistem nilai yang dia pegang. Sungguh tampak betapa kita, orang Indonesia, yang tak jarang mengatakan bahwa mereka sangat menghargai Ibu (simak saja Ibu Pertiwi, Ibu Kota dstnya), sebenarnya mungkin hanya menghargai posisi itu, tetapi bukan "perempuan"-nya yang tak bisa dilepas begitu saja dari atribut itu. Tiwi On Mon, 31 Jan 2000, SiaR News Service wrote: > Date: Mon, 31 Jan 2000 10:28:30 -0700 > From: SiaR News Service <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: SiaR-->SURAT PEMBACA: TENTANG PENGEMUDI TAKSI PEMERKOSA > > Precedence: bulk > > > Redaksi Yth., > > Ada sesuatu yang sangat mengganggu dalam pembahasan tentang pemerkosaan > dalam taksi yang disiarkan Jakarta News FM 97.4, hari Minggu, 30 Januari > 2000 menjelang pk. 19:00. Dalam siaran itu, seorang penyiar perempuan > mengatakan bahwa pemerkosa taksi yang kejadiannya baru berlalu beberapa hari > sebelumnya padahal sudah mempunyai 5 orang anak. Rekannya, penyiar laki-laki > yang bernama Dono menanyakan apakah di antara lima anak itu ada yang > perempuan, dan ternyata penyiar perempuannya tidak mengetahui apa ada di > antara anak pemerkosa itu ada yang perempuan. Lalu, penyiar Dono mengatakan > bahwa pasti dia punya istri, tapi kalau ada anaknya yang perempuan, > seharusnya dia berpikir untuk tidak melakukan pemerkosaan. > > Namun, setelah itu, ada pernyataan dari penyiar Dono yang saya anggap > aneh. Katanya, "kalau istri yang diperkosa, tinggal diceraikan. Tapi kalau > anak gimana, masa mau tidak diakui anaknya itu?!" > ----------deleted-------------- ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html