Jadi inget masa kecil nih... 

Dulu di koran Haluan Padang, ada cersil bersambung kalau gak salah
judulnya Giring2 Perak, tentang jagoan Silek Tuo, pengarangnya Makmur
Hendrik yg punya perguruan Pat Ban Bu di Padang.....

Ada bukunya gak ya....? 


--- In silatindonesia@yahoogroups.com, "bambang sarkoro [CBN-NET]"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebelum Nagasasra Sabuk Inten  dan Api di bukit menoreh karya SH
Mintardja 
> terbit, telah ada cerita silat jawa berjudul Bende Mataram,   Patih
Lowoijo 
> karya Herman Prathikto.
> Mungkin arsipnya masih ada di pegang oleh ibu Retno Dewati (putrinya
ibu 
> Tjondrolukito).
> at least jika belum muncul penulis baru...., Cerita silat tradisional 
> seperti disebut  diatas bisa diangkat
> dengan pamrih memicu munculnya cerita silat fiksi tradisional
> 
> Salam sahabat Silat
> Bambang Sarkoro
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: "Amal Ihsan" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <silatindonesia@yahoogroups.com>
> Sent: Wednesday, May 02, 2007 14:03
> Subject: [silatindonesia] Kelebat Pedang di Ladang Buku
> 
> 
> Ini ada tulisan soal maraknya novel samurai. Dulu kita punya "Api Di
Bukit
> Menoreh" dan "Nagasasra dan Sabuk Inten". Lantas kapan novel silat bisa
> berjaya kembali? Mdh2an bisa memotivasi Sahabat Silat yg memiliki 
> bakat/minat
> penulisan fiksi kreatif utk memasukkan silat sebagai background
produk pop
> culture.
> 
> 
> Ruang Baca KOran Tempo, Edisi 29 April 2007
> Cerita Sampul
> 
> Kelebat Pedang di Ladang Buku
> 
> Sukses penerbitan novel-novel samurai memicu penerbit menggali
kisah-kisah
> baru
> 
> Dingin mencengkeram Edo di subuh berbadai salju, 14 Desember 1702
itu. Di
> antara gemerisik rimbun batang buluh, tubuh-tubuh berkelebat merapat di
> tembok kediaman Kira Yoshinaka. Ke-47 ronin, sang pemilik bayangan,
hendak
> menuntaskan kesumat mereka pada pejabat istana yang korup itu. Hidup
tanpa
> pemimpin, samurai tidak bertuan itu memilih jalan pedang untuk membayar 
> nyawa
> sang daimyo.
> 
> Dalam remang fajar, di gudang penyimpanan kayu bakar, 47 ronin itu
memenggal
> kepala sang pejabat. Nyawa dibayar nyawa.
> 
> Kisah pembalasan dendam para ronin ini pekan-pekan ini sedang jadi 
> pembicaraan
> para anggota milis buku di Tanah Air. Adalah Kisah 47 Ronin, novel
karya 
> John
> Allyn, yang menggambarkan cerita ini dengan gamblang.
> 
> "Novel ini menarik karena mengupas dengan detail penyerangan paling
berdarah
> dalam sejarah feodal Jepang," kata Hernadi Tanzil, seorang pemilik
blog dan
> penggiat milis buku.
> 
> Hernadi yang doyan melahap novel ini rupanya terpesona dengan muatan 
> filsafat
> dan nilai kesetiaan dalam cerita 47 ronin ini.
> 
> "Meski berkisah tentang balas dendam, Allyn berhasil menyuguhkan kisah 
> dengan
> halus tanpa harus berlumuran darah," katanya.
> 
> Ia juga melihat novel ini bisa menjadi pilihan bacaan di tengah derasnya
> guyuran novel barat di pasaran. "Nilai-nilai Asia Timur, termasuk
Jepang,
> dalam hal kesetiaan dan pengabdian layak jadi bahan renungan," katanya.
> 
> Filsafat, nilai-nilai kesetiaan, dan alternatif pasar yang jenuh
oleh novel
> barat itu pula yang meletikkan api keberanian penerbit Matahati untuk
> meluncurkan buku ini.
> 
> "Banyak kisah tentang samurai yang sudah diterbitkan dan semuanya
terbukti
> memikat pembaca," kata Mohamad Haikal, yang mengepalai bagian pemasaran
> Matahati.
> 
> Terbitnya novel terbaru tentang samurai ini seolah menjadi pemuas dahaga
> peminat kisah klasik di masa feodal Jepang, yang mencapai puncak
kejayaannya
> di masa edo (sekitar tahun 1700-an). Belakangan, memang tidak ada
novel baru
> tentang samurai yang dirilis ke pasaran.
> 
> "Padahal, peminat kisah Jepang klasik ini di milis-milis lumayan juga,"
> katanya.
> 
> Ceruk pasar yang masih terbuka itu membuat Haikal dan teman-temannya
> menerbitkan rangkaian kisah samurai. Karya Allyn ini menjadi pilihan
karena
> memiliki sudut penceritaan yang agak berbeda dengan novel sejenis yang 
> pernah
> terbit.
> 
> "Kisahnya diangkat dari sejarah dan sudah menjadi perhatian dunia sejak 
> lama,"
> kata Haikal. "Banyak sekali literatur yang pernah membahas kisah ini, di
> Jepang mau pun di dunia barat."
> 
> Panggung pertunjukan kabuki, drama khas Jepang, juga kerap
mementaskan kisah
> ini. Sayangnya, tidak ada novel yang digarap berdasarkan kisah
heroik ini.
> Baru pada 1970, Allyn -yang mempelajari lika-liku perjalanan samurai
selama
> belasan tahun-- meluncurkan novel tentang ronin.
> 
> Setelah diluncurkan versi bahasa Indonesianya awal bulan ini, penerbit
> Matahati optimistis novel ini akan membuat orang tergugah untuk kembali
> membaca kisah Jepang klasik. "Banyak sekali pelajaran yang bisa
dipetik di
> sini," kata Iqbal, Direktur Matahati.
> 
> Di luar kisah ronin, Matahati sesungguhnya sudah pula memasarkan
seri fiksi
> Jepang klasik lainnya. Novel ini memang tidak secara langsung mengupas
> tentang kehidupan samurai, namun melukiskan perseteruan antar klan
di masa
> kejayaan para shogun.
> 
> Serial Klan Otori yang ditulis Lean Hearn, seorang penulis Australia, 
> terbukti
> memikat penggemar fiksi. Buku pertama Across the Nightingale Floor yang
> dicetak pada 2005, hingga kini telah cetak ulang ke 10 kali.
> 
> Setelah buku pertama, Iqbal dan timnya sudah meluncurkan tiga buku
lanjutan.
> Sambutan pasar sama bagusnya. Berkisar di antara 17-27 ribu kopi dalam
> beberapa kali cetak. Sukses dengan empat seri --akhir tahun ini seri
kelima
> Klan Otori segera muncul.
> 
> Kisah Klan Otori dengan tokohnya Takeo ini akhirnya kian dikenal orang.
> Pembacanya pun berasal dari strata pendidikan, usia, dan latar
belakang yang
> beragam. Situs khusus Klan Otori pun dibikin khusus untuk menampung para
> penggemar yang ingin curhat dan memberi masukan. "Ada pembaca dari
luar kota
> yang rajin ngasih masukan karena paham sekali istilah dan hal-hal yang
> berhubungan dengan budaya Jepang," kata Iqbal.
> 
> Jauh sebelum Matahati berserius niat menerbitkan kisah para samurai, 
> sejumlah
> penerbit besar sudah lebih dulu sukses dengan kisah sejenis. Sebutlah
> kelompok penerbitan Gramedia yang sejak tahun 1980-an sudah menerbitkan
> Musashi dan Taiko. Musashi yang ditulis Eiji Yoshikawa bahkan pernah
dimuat
> bersambung di harian Kompas.
> 
> Awalnya, serial Musashi dan Taiko diterbitkan dalam versi tipis
> berjilid-jilid. "Musashi tercatat tujuh jilid dan Taiko sepuluh
jilid," kata
> Anastasia Mustika, bagian redaksi PT Gramedia Pustaka Utama.
> 
> Belakangan, Gramedia menerbitkan ulang novel Musashi dalam bentuk
hard cover
> pada 2001 dan Taiko pada 2003. "Kami kumpulkan untuk edisi koleksi yang 
> lebih
> mewah," kata Anastasia.
> 
> Langkah ini terbilang jitu. Sejak penerbitan edisi hard cover itu,
Musashi
> sudah etak ulang lima kali dan Taiko empat kali.
> 
> Pasar novel klasik Jepang yang bergairah kembali ini menggelitik
Gramedia
> untuk tetap menambah cetakan ulang. Tidak itu saja, Gramedia juga tengah
> menyiapkan novel grafis kisah Jepang klasik berjudul Usagi Yojimbo
karya 
> Stan
> Sakai. Buku ini terbilang unik karena mengangkat kisah ronin dengan
hewan
> sebagai tokohnya.
> 
> Qanita, penerbit dari kelompok Mizan, juga mencecap sukses yang sama
saat
> menerbitkan dua jilid Samurai. Sejak diterbitkan akhir 2005, buku
ini sudah
> mengalami cetak ulang 3 kali dengan angka penjualan 10 ribu eksemplar.
> 
> Menurut Fan San Darmawan, humas Mizan, pihaknya terus mencetak ulang
novel
> ini. "Tapi kami juga memperluas tema dan topik yang terkait dengan
budaya
> Jepang," katanya. "Kisah-kisah ini kan tinggi inspirasi etos kerja dan
> perjuangannya."
> 
> Pedang para ksatria Jepang itu, dengan begitu, akan terus berkelebat.
> # budi saiful haris/angela
> 
> ===
> Komunitas Ruang Baca Tempo adalah komunitas pencinta buku yang
didirikan 
> oleh
> PT Tempo Inti Media Tbk, penerbit Majalah Tempo edisi Indonesia, Majalah
> Tempo edisi Inggris, Koran Tempo dan www.tempointeraktif.com. Visi dari
> komunitas ini ialah menumbuhkan minat baca masyarakat dengan menampilkan
> serangkan tulisan soal buku dan penerbitan di Koran Tempo dan merangsang
> diskusi-diskusi interaktif di website www.ruangbaca.com
> 
> Edisi April, Ruang Baca menurunkan tema utama "Meniti Jalan Samurai"
yang
> menceritakan serangkaian buku-buku novel tentang samurai yang
menghamparkan
> pelajaran mengenai kontradiksi nilai-nilai, ketidakadilan dan problem
> kekuasaan pada masa peralihan. Menu lengkap edisi Ruang Baca bisa
dilihat
> dilihat di Koran Tempo, Ahad, 29 April 2007.
> 
> 
> Jembatan Silaturahmi Pesilat Indonesia
> http://www.silatindonesia.com (Situs Utama)
> http://www.silatindonesia.com/pustaka/ (Archive Milis)
> http://www.silatindonesia.com/forum/ (Webforum)
> http://silatindonesia.multiply.com (Blog Foto)
> http://silat.4-all.org (Milis)
> 
> 
> Anda juga bisa bergaung dengan Forum diskusi di alamat:
> http://www.silatindonesia.com/forum/
> 
> 
> KOMUNITAS PENCAK SILAT INDONESIA
> ---------------------------------------------
> silatindonesia The Begining Of Global ORientation
> Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional
> --------------------------------------------- 
> Yahoo! Groups Links
>


Kirim email ke