Setelah dua hari ¡°kabur¡± dari rutinitas dan setelah minta izin kepada 
guru-guru Cikalong untuk absen dari latihan jum¡¯at malam, akhirnya dengan 
berat hati kami bertiga berangkat jam 01.00 dari Jakarta ke daerah Tasikmalaya. 
Rencana semula kami berlima atau lebih pergi ke sana untuk memesan beberapa 
buah senjata baik golok, kujang maupun calok. Tapi keadaan berkata lain, abang 
kita Nizam hari itu tak muncul karena ada saudaranya yang sakit, meski kami 
tunggu hingga jam 00.10 Sabtu pagi tapi  tak juga nampak batang hidung (yang 
mancung) nya. Begitu juga yunior yang ¡°magang¡± di tim BBM, bang Rizal tak 
bisa hadir dan kang Jalatunda yang harus setor muka ke sang istri di Bandung. 
Kami meski sedikit kecewa karena salah satu anggota tetap tim harus kembali 
pulang ke pangkuan sang istri ( Mr. Alamsyah alias Gus Lam atau Sarung Kampret) 
karena ternyata dijemput ¡°tidak paksa¡± oleh sang istri sebelum kami bertemu.
   
  Bertiga (saya, bang Ajad, kang Wiwit) dimulai jam 01.03 WIB berangkat dari 
Jakarta yang saat itu cuaca bagus ke Tasik dengan mengendarai mobil bang Ajad. 
Memang untuk urusan ¡°nginjek gas¡± abang kita yang satu ini memang jagonya, 
mungkin ini berkat latihan Beksi(?). Namun kadang kami yang ikut sering 
was-was, bukan karena jago ngebut yang mirip pembalap yang kami rasakan tapi 
kadang sobat kita yang satu ini kalau sudah ¡°injek gas¡± lebih mirip angkot 
nguber setoran ( ha ha ha sorry broer!). Tengah malam kami berangkat tak satu 
botol ¡°energi drink¡± pun dibeli meski khawatir ngantuk di jalan, tapi abang 
kita ini cuma  minta ditemenin ngobrol!! Sebelum Nagrek kami isi bensin, isi 
angin dan beli Indomie cup di mini market pom bensin yang dijaga seorang teteh 
yang kata Wiwit manis (untuk ini kita setuju dengan penglihatannya meski pake 
kacamata min ¨ö¡î3 X 3 + 1 ternyata bisa bedain antara tiang pom bensin dan 
yang cakep, sayang Mas Ezra gak ikutan!!!). Bagai radio butut
 kami ngobrol sampai adzan subuh terdengar. Sebetulnya jam 05.00 kami bisa 
mencapai kota Tasikmalaya, namun kami beristirahat sejenak di masjid ¡°Duh 
Engkang¡±nya Itje di daerah Raja Polah. Selesai shalat subuh, driver kita 
(meski keren tapi kayaknya tetep aja jelek julukan kayak gini ya?) usul untuk 
istirahat atau bobo barang satu jam. Selesai berembuk dan voting akhirnya kita 
setuju, tidur satu jam. Karena mungkin kang Wiwit masih turunan menak (entah 
menak jingo atau apa), tidur dikarpet masjid agaknya kurang afdol baginya 
karena tak ada bantal. Mendengar sedikit keluhan ini bang Ajad kembali ke mobil 
dan ¡¦eng ing eng, doi bawa 2 bantal buat tidur!!! Gilee niat banget tidur 
gratisan di masjid pake bawa bantal!!! Mungkin pengurus masjid yang lihat kami 
tidur pulas (sedikit ngorok dengan nada C mayor) agak bingung, ini musafir atau 
orang yang diusir bininya?
   
  Ternyata bertahun-tahun belajar silat tak menjamin kami menang melawan 
kantuk, janji tinggal janji, usul tinggal usul. Pagi itu kami bangun jam 08.13, 
mungkin marbot masjid bingung lihat kami yang enak tidur sampai kalah bangunnya 
dengan ayam belakang masjid.
   
  Perjalanan bertiga dimulai lagi, tanpa mandi dan sarapan kami jalan menuju 
Tasik tapi karena ini ajang refreshing, kami tak mampir ke kota Tasikmalaya 
langsung. Tapi jalan-jalan dulu ke jembatan Cirahong yang kata bang Ajad bestek 
bangunannya bagus (meski dari ekonomi doi kadang sok ngomongin urusan anak 
sipil), jembatan yang berumur tua yang ditinggal Belanda ini masih kokoh 
terbentang dari satu bibir jurang ke yang lainnya. Derit kayu jati yang menjadi 
bantalan terdengar mengasyikan. Kagum juga kita dengan kondisi jembatan kereta 
api diatas dan mobil dibawah ini masih tegar berdiri.
   
  Sayang orang yang seharusnya kami temui sedang tak ada di tempat, sedikit 
ngegeratak display golok dan pisau yang ada akhirnya kami putuskan untuk pamit.
   
  Acara kami lanjutkan dengan makan di kota Banjar Patroman, tiga orang yang 
belum mandi namun sok necis ini masuk ke rumah makan selain makan bakso yang 
lumayan enak kami juga pesan makanan penutup yakni sepiring nasi plus ayam 
bakar, lalap, sambal, telur, sedikit sayur tempe dan acar juga telur dadar dan 
rebus (yang menclok dipiring kang Wiwit bagaikan kembar siam duduk disatu 
kursi). Selesai makan, ibu kasir mungkin rada bingung dengan kami yang makannya 
mirip kuli panggul¡¦.dan hom pim pa, Ajad bayar!!! 
   
  Perut terisi, kantong kami mulai kempes. Berbekal ATM (dengan izin istri 
tercinta) saya narik (mirip becak ya?) dekat alun-alun. Rupanya bang Ajad tak 
ketinggalan, karena stock fulus dikantong tinggal selembar, maka diapun ikutan 
narik, namun kadang sobat kita yang satu ini bila bergaya didepan kita suka 
rada kurang kontrol. Berbekal kaca mata hitam, ikut antri dibelakang neng 
geulis. Sementara kita yang di mobil bingung, apa sobat kita ini mau narik atau 
emang agak terhalang pandangannya karena kaca mata hitamnya? Karena disebelah 
kanannya ATM itu kosong¡¦..
  Dengan sedikit teriak dan ketawa kita bilang,¡± mas, mas¡¦mau narik apa nanya 
nomer hp itu teteh?¡± dengan cuek dan pasang jurus macan ompong  belagak pilon 
doi masuk ke ATM. Mungkin seperti kata bang Nizam, kaca mata hitam Ajad kalo 
dipake makan nasi putih serasa nasi rawon.
   
  Kami akhirnya putuskan untuk ganti rencana, kami datangi situs peninggalan 
kerajaan Galuh. Dimulai dengan Karang Kamulyan (-/+ km 12 jalan raya 
Ciamis-Banjar) yang berarti tempat kemuliaan atau tempat yang disucikan. Disini 
juga banyak terdapat peninggalan sejarah yang cukup tua. Antara lain batu 
Pancalikan (tempat duduk raja galuh) yang diperkirakan abad VII M, situs Ciung 
Wanara yang merupakan kakak dari HariangBanga raja Majapahit pertama, beberapa 
keramik negeri China abad XIII, namun sayangnya kami tak bisa melihat arca 
Ganesha yang katanya telah dibawa ke musim Jakarta. Makam Dipati Panaekan yang 
dibunuh adiknya sendiri karena perbedaan pendapat mengenai penyerangan ke 
Batavia dan dihanyutkan di sungai Citanduy. Kamipun keliling situs tersebut, 
melihat bagaimana suatu tempat yang dimuliakan masyarakat lampau. Disana ada 
arena sabung ayam antara raja dengan Ciung Wanara (yang kata bang Ajad cukup 
masuk akal karena tersembunyi oleh pepohonan¡¦mungkin takut tramtib
 ya?!) selain menhir dan dolmen, batu batu yang berukuran besar ada juga batu 
Panyandaan yang katanya batu tempat melahirkan¡¦..wehh gak kebayang ngelahirin 
di atas batu (meski rata tetep aja keras kan?). oh ya kami kadang suka teringat 
kawan kita mas Eko saat beberapa monyet melintas (maksudnya: mas Eko seneng ama 
binatang ini!)  
   
  Sayang situs yang sarat nilai dan makna ini kadang banyak tangan jahil yang 
mungkin pengen ngetop dengan menuliskan namanya atau sekolahnya dibeberapa 
tempat. Juga sayang banget karena yang datang bukannya anak sekolah yang 
mempelajari nilai budaya dan sejarah negeri ini eh malah pasangan muda-mudi 
yang pacaran¡¦¡¦apa karena murah karcisnya ya, atau karena emang tempatnya 
enak? (Aduh sayang banget yang jadi ceweknya, masak modal cowoknya Rp. 
1500/karcis masuk, kemurahan tuh buat ongkos pacaran! Gak modal banget!)
   
  Untuk daerah Banjar ada tempat dengan nama ¡°Kampung Siluman¡±, Rawa Onom 
(siluman), Pulo Majeti  yang tadinya kami ingin kunjungi untuk pembuktian 
(maksudnya mirip gak ya Alamsyah, mas Eko atau bang Nizam dengan mereka?). 
sayang waktu tak mencukupi.
   
  Selesai shalat dhuhur kami lanjutkan perjalanan ke Ciamis terus ke Kawali, 
puter balik ke Panjalu di sana ada beberapa situs seperti Astana Gede/Ageung, 
beberapa prasati Kawali dll yang nantinya disampaikan kang Wiwit. 
   
  Perjalanan kamipun berburu waktu untuk segera tiba di Bandung karena katanya 
ada pertandingan / kejuaraan antar perguruan disana. Makan siang kami terpaksa 
diundur sore di daerah Garut tepatnya di RM Cibiuk dengan menu yang asyik dan 
sambal yang enak .  Meski sabtu ternyata kota Bandung ini macet. Jam 17.00 kami 
tiba di GOR KONI jalan Jakarta, dan malang sekali nasib kami karena ternyata 
pertandingan itu tak ada. Dengan rada kesal kami akhirnya menelpon kang 
Jalatunda untuk sekedar mampir dan numpang mandi atau sekedar numpang makan 
(bah¡¦kebangetan!!)
   
  Tiba di rumah kang Jalatunda/Gusman, kami shalat maghrib plus isya, sang 
driver kita minta waktu satu jam untuk memejamkan matanya yang lelah. Namun 
ternyata seperti biasa abang kita ini malah tidur sampai jam 00,00 WIB, 
sementara tuan rumah mulai bobo jam 00.15, sang driver yang pembalap (pemuda 
berbadan gelap) usul ¡°gimana kalo kita terusin?¡± dengan pertimbangan dan 
voting akhirnya perjalanan kami tunda sampai pagi. Malam itu kang Jalatunda dan 
istrinya menjamu kita lengkap (he he he makan gratis!!).
   
  Pagi menjelang, jam 04.35 kita bangun shalat subuh. Dan jam 05.38 kita pamit, 
kepada tuan rumah yang telah menyediakan teh hangat. Selesai menyeruput teh dan 
menolak tawaran tuan rumah yang akan menunggu tukang bubur lewat, kami 
berangkat kembali.
   
  Belum sampai lampu merah, bang Ajad usul cari bubur dan tempat ramai. Katanya 
sekalian cuci mata di Bandung lihat ayam. Karena gak ada yang hapal jalan di 
kota Bandung kami malah sampai di pasar jl. Sudirman (kalo gak salah) dan 
betul-betul melihat keramaian dan ayam potong¡¦¡¦¡¦.ha ha ha!!
   
  Dengan rada kesal bang Ajad tinggalkan Bandung dan cari tukang bubur, tapi 
ternyata malah duluan nemu jalan tol daripada tukang bubur! Kamipun jalan ke 
Jakarta dan tiba jam 08.00 didekat rumah saya (jl kebagusan). Tapi kami ingat 
adanya acara aqiqah anggota Forum lain yakni bang Agus Suprayogi, selesai sms 
an dengan koordinator Forum yang katanya acara dimulai jam 09.00, saya dan tim 
BBM putar balik alias gak jadi balik. Izin sehari sama istri malah 2 hari¡¦he 
he he daripada balik trus pergi, pasti kena omel mendingan nanti aja pulangnya 
sehabis acara bang Agus, toh sama saja kalo diomelin¡¦.karena sebelumnya pernah 
janji ke bang Nani kita mau jemput, akhirnya kami bareng berangkat ke acara 
tersebut. Tapi sekali lagi kami tertawa, karena sewaktu di rumah bang Nani 
(Sani), beliau sudah siap dengan batiknya kami minta untuk tidak pakai karena 
kami saja pakai kaos dan belum mandi (he he he), dan ternyata Guru Gerak Saka 
ini tolerannya tinggi banget, Cuma dengan kaos hitam
 dan celana jinsnya akhirnya kita kompakan¡¦¡¦¡¦sesampainya di rumah bang Agus, 
kami pikir akan langsung ke acara pokok yakni makan kambing plus nasi kebuli eh 
ternyata ada pengajian dan ramai sekali undangan yang datang. Bang Nani cuma 
bisa bilang ¡°¡¦.yah, saleh kostum kite¡± ha ha ha
   
  Di acara itu koordinator kita agak terlambat datang bersama guru saya, pak 
Tb. Bambang S, uda Alda, mas Aryanav, mas Ian S dan istri tercintanya, koh 
Martin (yang langsung bikin bengkel ketok magic),  acara makan rame abis!!
   
  Jam setengah dua setelah antar bang Nani, akhirnya sampai ke rumah¡¦¡¦¡¦hore 
istriku ternyata gak seperti yang dikira, gak ada sedkitpun omelan yang keluar. 
He he he, kadang suka salah sangka ya¡¦.?!
   
  Itu laporan tim BBM selama 2 hari hilang dari rumah¡¦.ah udah malam, bobo 
dulu ya
   
   
  Wassalam,
   
   
  Wans
   
  Nb: thank¡¯s for bang Ajad, nuhun ka kang Jalatunda/Gusman, makasih bang Agus 
makanannya   
   
   

       
---------------------------------
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke