oh berarti sekarang udah gilee?
   
  salam,
   
  wans

eryanton <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          
Terimakasih Kang Iwan, ini laporan perjalanan yang paling seru dan
menghibur yang pernah saya baca hahahahaha, insya Allah bila ada
kesempatan ingin juga ikut sama rombongan BBM ini (saya dulu ditawari
untuk jadi anggota, tapi jelas saya tolak mentah-mentah karena masih
waras)

salam,
ery

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, iwan setiawan <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Setelah dua hari ¡°kabur¡± dari rutinitas dan setelah minta izin
kepada guru-guru Cikalong untuk absen dari latihan jum¡¯at malam,
akhirnya dengan berat hati kami bertiga berangkat jam 01.00 dari
Jakarta ke daerah Tasikmalaya. Rencana semula kami berlima atau lebih
pergi ke sana untuk memesan beberapa buah senjata baik golok, kujang
maupun calok. Tapi keadaan berkata lain, abang kita Nizam hari itu tak
muncul karena ada saudaranya yang sakit, meski kami tunggu hingga jam
00.10 Sabtu pagi tapi tak juga nampak batang hidung (yang mancung)
nya. Begitu juga yunior yang ¡°magang¡± di tim BBM, bang Rizal tak
bisa hadir dan kang Jalatunda yang harus setor muka ke sang istri di
Bandung. Kami meski sedikit kecewa karena salah satu anggota tetap tim
harus kembali pulang ke pangkuan sang istri ( Mr. Alamsyah alias Gus
Lam atau Sarung Kampret) karena ternyata dijemput ¡°tidak paksa¡± oleh
sang istri sebelum kami bertemu.
> 
> Bertiga (saya, bang Ajad, kang Wiwit) dimulai jam 01.03 WIB
berangkat dari Jakarta yang saat itu cuaca bagus ke Tasik dengan
mengendarai mobil bang Ajad. Memang untuk urusan ¡°nginjek gas¡± abang
kita yang satu ini memang jagonya, mungkin ini berkat latihan
Beksi(?). Namun kadang kami yang ikut sering was-was, bukan karena
jago ngebut yang mirip pembalap yang kami rasakan tapi kadang sobat
kita yang satu ini kalau sudah ¡°injek gas¡± lebih mirip angkot nguber
setoran ( ha ha ha sorry broer!). Tengah malam kami berangkat tak satu
botol ¡°energi drink¡± pun dibeli meski khawatir ngantuk di jalan,
tapi abang kita ini cuma minta ditemenin ngobrol!! Sebelum Nagrek
kami isi bensin, isi angin dan beli Indomie cup di mini market pom
bensin yang dijaga seorang teteh yang kata Wiwit manis (untuk ini kita
setuju dengan penglihatannya meski pake kacamata min ¨ö¡î3 X 3 + 1
ternyata bisa bedain antara tiang pom bensin dan yang cakep, sayang
Mas Ezra gak ikutan!!!). Bagai radio butut
> kami ngobrol sampai adzan subuh terdengar. Sebetulnya jam 05.00
kami bisa mencapai kota Tasikmalaya, namun kami beristirahat sejenak
di masjid ¡°Duh Engkang¡±nya Itje di daerah Raja Polah. Selesai shalat
subuh, driver kita (meski keren tapi kayaknya tetep aja jelek julukan
kayak gini ya?) usul untuk istirahat atau bobo barang satu jam.
Selesai berembuk dan voting akhirnya kita setuju, tidur satu jam.
Karena mungkin kang Wiwit masih turunan menak (entah menak jingo atau
apa), tidur dikarpet masjid agaknya kurang afdol baginya karena tak
ada bantal. Mendengar sedikit keluhan ini bang Ajad kembali ke mobil
dan ¡¦eng ing eng, doi bawa 2 bantal buat tidur!!! Gilee niat banget
tidur gratisan di masjid pake bawa bantal!!! Mungkin pengurus masjid
yang lihat kami tidur pulas (sedikit ngorok dengan nada C mayor) agak
bingung, ini musafir atau orang yang diusir bininya?
> 
> Ternyata bertahun-tahun belajar silat tak menjamin kami menang
melawan kantuk, janji tinggal janji, usul tinggal usul. Pagi itu kami
bangun jam 08.13, mungkin marbot masjid bingung lihat kami yang enak
tidur sampai kalah bangunnya dengan ayam belakang masjid.
> 
> Perjalanan bertiga dimulai lagi, tanpa mandi dan sarapan kami
jalan menuju Tasik tapi karena ini ajang refreshing, kami tak mampir
ke kota Tasikmalaya langsung. Tapi jalan-jalan dulu ke jembatan
Cirahong yang kata bang Ajad bestek bangunannya bagus (meski dari
ekonomi doi kadang sok ngomongin urusan anak sipil), jembatan yang
berumur tua yang ditinggal Belanda ini masih kokoh terbentang dari
satu bibir jurang ke yang lainnya. Derit kayu jati yang menjadi
bantalan terdengar mengasyikan. Kagum juga kita dengan kondisi
jembatan kereta api diatas dan mobil dibawah ini masih tegar berdiri.
> 
> Sayang orang yang seharusnya kami temui sedang tak ada di tempat,
sedikit ngegeratak display golok dan pisau yang ada akhirnya kami
putuskan untuk pamit.
> 
> Acara kami lanjutkan dengan makan di kota Banjar Patroman, tiga
orang yang belum mandi namun sok necis ini masuk ke rumah makan selain
makan bakso yang lumayan enak kami juga pesan makanan penutup yakni
sepiring nasi plus ayam bakar, lalap, sambal, telur, sedikit sayur
tempe dan acar juga telur dadar dan rebus (yang menclok dipiring kang
Wiwit bagaikan kembar siam duduk disatu kursi). Selesai makan, ibu
kasir mungkin rada bingung dengan kami yang makannya mirip kuli
panggul¡¦.dan hom pim pa, Ajad bayar!!! 
> 
> Perut terisi, kantong kami mulai kempes. Berbekal ATM (dengan izin
istri tercinta) saya narik (mirip becak ya?) dekat alun-alun. Rupanya
bang Ajad tak ketinggalan, karena stock fulus dikantong tinggal
selembar, maka diapun ikutan narik, namun kadang sobat kita yang satu
ini bila bergaya didepan kita suka rada kurang kontrol. Berbekal kaca
mata hitam, ikut antri dibelakang neng geulis. Sementara kita yang di
mobil bingung, apa sobat kita ini mau narik atau emang agak terhalang
pandangannya karena kaca mata hitamnya? Karena disebelah kanannya ATM
itu kosong¡¦..
> Dengan sedikit teriak dan ketawa kita bilang,¡± mas, mas¡¦mau
narik apa nanya nomer hp itu teteh?¡± dengan cuek dan pasang jurus
macan ompong belagak pilon doi masuk ke ATM. Mungkin seperti kata
bang Nizam, kaca mata hitam Ajad kalo dipake makan nasi putih serasa
nasi rawon.
> 
> Kami akhirnya putuskan untuk ganti rencana, kami datangi situs
peninggalan kerajaan Galuh. Dimulai dengan Karang Kamulyan (-/+ km 12
jalan raya Ciamis-Banjar) yang berarti tempat kemuliaan atau tempat
yang disucikan. Disini juga banyak terdapat peninggalan sejarah yang
cukup tua. Antara lain batu Pancalikan (tempat duduk raja galuh) yang
diperkirakan abad VII M, situs Ciung Wanara yang merupakan kakak dari
HariangBanga raja Majapahit pertama, beberapa keramik negeri China
abad XIII, namun sayangnya kami tak bisa melihat arca Ganesha yang
katanya telah dibawa ke musim Jakarta. Makam Dipati Panaekan yang
dibunuh adiknya sendiri karena perbedaan pendapat mengenai penyerangan
ke Batavia dan dihanyutkan di sungai Citanduy. Kamipun keliling situs
tersebut, melihat bagaimana suatu tempat yang dimuliakan masyarakat
lampau. Disana ada arena sabung ayam antara raja dengan Ciung Wanara
(yang kata bang Ajad cukup masuk akal karena tersembunyi oleh
pepohonan¡¦mungkin takut tramtib
> ya?!) selain menhir dan dolmen, batu batu yang berukuran besar ada
juga batu Panyandaan yang katanya batu tempat melahirkan¡¦..wehh gak
kebayang ngelahirin di atas batu (meski rata tetep aja keras kan?). oh
ya kami kadang suka teringat kawan kita mas Eko saat beberapa monyet
melintas (maksudnya: mas Eko seneng ama binatang ini!) 
> 
> Sayang situs yang sarat nilai dan makna ini kadang banyak tangan
jahil yang mungkin pengen ngetop dengan menuliskan namanya atau
sekolahnya dibeberapa tempat. Juga sayang banget karena yang datang
bukannya anak sekolah yang mempelajari nilai budaya dan sejarah negeri
ini eh malah pasangan muda-mudi yang pacaran¡¦¡¦apa karena murah
karcisnya ya, atau karena emang tempatnya enak? (Aduh sayang banget
yang jadi ceweknya, masak modal cowoknya Rp. 1500/karcis masuk,
kemurahan tuh buat ongkos pacaran! Gak modal banget!)
> 
> Untuk daerah Banjar ada tempat dengan nama ¡°Kampung Siluman¡±,
Rawa Onom (siluman), Pulo Majeti yang tadinya kami ingin kunjungi
untuk pembuktian (maksudnya mirip gak ya Alamsyah, mas Eko atau bang
Nizam dengan mereka?). sayang waktu tak mencukupi.
> 
> Selesai shalat dhuhur kami lanjutkan perjalanan ke Ciamis terus ke
Kawali, puter balik ke Panjalu di sana ada beberapa situs seperti
Astana Gede/Ageung, beberapa prasati Kawali dll yang nantinya
disampaikan kang Wiwit. 
> 
> Perjalanan kamipun berburu waktu untuk segera tiba di Bandung
karena katanya ada pertandingan / kejuaraan antar perguruan disana.
Makan siang kami terpaksa diundur sore di daerah Garut tepatnya di RM
Cibiuk dengan menu yang asyik dan sambal yang enak . Meski sabtu
ternyata kota Bandung ini macet. Jam 17.00 kami tiba di GOR KONI jalan
Jakarta, dan malang sekali nasib kami karena ternyata pertandingan itu
tak ada. Dengan rada kesal kami akhirnya menelpon kang Jalatunda untuk
sekedar mampir dan numpang mandi atau sekedar numpang makan
(bah¡¦kebangetan!!)
> 
> Tiba di rumah kang Jalatunda/Gusman, kami shalat maghrib plus
isya, sang driver kita minta waktu satu jam untuk memejamkan matanya
yang lelah. Namun ternyata seperti biasa abang kita ini malah tidur
sampai jam 00,00 WIB, sementara tuan rumah mulai bobo jam 00.15, sang
driver yang pembalap (pemuda berbadan gelap) usul ¡°gimana kalo kita
terusin?¡± dengan pertimbangan dan voting akhirnya perjalanan kami
tunda sampai pagi. Malam itu kang Jalatunda dan istrinya menjamu kita
lengkap (he he he makan gratis!!).
> 
> Pagi menjelang, jam 04.35 kita bangun shalat subuh. Dan jam 05.38
kita pamit, kepada tuan rumah yang telah menyediakan teh hangat.
Selesai menyeruput teh dan menolak tawaran tuan rumah yang akan
menunggu tukang bubur lewat, kami berangkat kembali.
> 
> Belum sampai lampu merah, bang Ajad usul cari bubur dan tempat
ramai. Katanya sekalian cuci mata di Bandung lihat ayam. Karena gak
ada yang hapal jalan di kota Bandung kami malah sampai di pasar jl.
Sudirman (kalo gak salah) dan betul-betul melihat keramaian dan ayam
potong¡¦¡¦¡¦.ha ha ha!!
> 
> Dengan rada kesal bang Ajad tinggalkan Bandung dan cari tukang
bubur, tapi ternyata malah duluan nemu jalan tol daripada tukang
bubur! Kamipun jalan ke Jakarta dan tiba jam 08.00 didekat rumah saya
(jl kebagusan). Tapi kami ingat adanya acara aqiqah anggota Forum lain
yakni bang Agus Suprayogi, selesai sms an dengan koordinator Forum
yang katanya acara dimulai jam 09.00, saya dan tim BBM putar balik
alias gak jadi balik. Izin sehari sama istri malah 2 hari¡¦he he he
daripada balik trus pergi, pasti kena omel mendingan nanti aja
pulangnya sehabis acara bang Agus, toh sama saja kalo
diomelin¡¦.karena sebelumnya pernah janji ke bang Nani kita mau
jemput, akhirnya kami bareng berangkat ke acara tersebut. Tapi sekali
lagi kami tertawa, karena sewaktu di rumah bang Nani (Sani), beliau
sudah siap dengan batiknya kami minta untuk tidak pakai karena kami
saja pakai kaos dan belum mandi (he he he), dan ternyata Guru Gerak
Saka ini tolerannya tinggi banget, Cuma dengan kaos hitam
> dan celana jinsnya akhirnya kita kompakan¡¦¡¦¡¦sesampainya di rumah
bang Agus, kami pikir akan langsung ke acara pokok yakni makan kambing
plus nasi kebuli eh ternyata ada pengajian dan ramai sekali undangan
yang datang. Bang Nani cuma bisa bilang ¡°¡¦.yah, saleh kostum kite¡±
ha ha ha
> 
> Di acara itu koordinator kita agak terlambat datang bersama guru
saya, pak Tb. Bambang S, uda Alda, mas Aryanav, mas Ian S dan istri
tercintanya, koh Martin (yang langsung bikin bengkel ketok magic), 
acara makan rame abis!!
> 
> Jam setengah dua setelah antar bang Nani, akhirnya sampai ke
rumah¡¦¡¦¡¦hore istriku ternyata gak seperti yang dikira, gak ada
sedkitpun omelan yang keluar. He he he, kadang suka salah sangka ya¡¦.?!
> 
> Itu laporan tim BBM selama 2 hari hilang dari rumah¡¦.ah udah
malam, bobo dulu ya
> 
> 
> Wassalam,
> 
> 
> Wans
> 
> Nb: thank¡¯s for bang Ajad, nuhun ka kang Jalatunda/Gusman,
makasih bang Agus makanannya 
> 
> 
> 
> 
> ---------------------------------
> Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail.
See how.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



                         

       
---------------------------------
Get easy, one-click access to your favorites.  Make Yahoo! your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke