Sahabat Silat
   
  Tolong dong yang punya email adress atau nomer HP nya ;
   
  Bp.Yahya A. Saputra
  H.Irwan Sjafi'Ie
  Kedua duanya penulis buku Bekssi Maen Pukulan Khas Betawi
  Atas bantuannya terima kasih.
   
  Ciao
   
  O'ong Maryono
   
   
  

Baruklinting <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          menurut aki widi dan ngkong pedia 

Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar 
mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 
1511, mereka bahkan bisa merebut kota pelabuhan Malaka, di Semenanjung Malaka. 
Malaka dijadikan basis untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan 
Asia Timur.

Timoperes salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di 
pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa 
pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar 
seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut 
laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, 
hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.

Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau 
dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua 
tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk 
yang terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 
10 kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. 
Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan 
Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut 
Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang 
memiliki kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. 
Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut 
dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.

Lalu pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d'Albuquerque yang berkedudukan di Malaka 
mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun 
benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang 
bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan 
politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawa 
dan merupakan orang-orang Jawa keturunan Arab.

Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan 
bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang 
dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima 
barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang 
Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu 
peringatan atau padraƵ dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao dimaksud 
disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda Mundinglaya 
Dikusumah. PadraƵ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat 
(Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.

Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut 
sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskan 
Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada 
tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan 
Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah 
yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat 
itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya 
diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya 
artinya ialah "kemenangan"

Sedangkan Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan (F 
Kh), orang Portugis melafalkannya sebagai Falthehan. Ketika Pasai dan Malaka 
direbut Portugis,beliau hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada 
kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah 
gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus (Pati Unus, menantu Raden Patah Sultan 
DemakI, yg bergelar pangeran sabrang lor

Kegagalan ekspedisi Malaka (1521) membuat Kesultanan2 Islam di tanah Jawa 
mengambil sikap defensif dan memancing Portugis untuk datang. Sehingga Bulan 
Juni 1527, Portugis yang telah merasa diatas angin mencoba menerobos Sunda 
Kelapa, langsung diluluh lantakkan oleh armada Islam dibawah pimpinan Fadlulah 
Khan, kemenangan besar ini kemudian dirayakan sebagai hari lahir Jayakarta dan 
kemudian disebut Jakarta. Fadlulah Khan atau Tubagus Pasai diberi gelar baru 
yaitu Fatahillah (yang berarti Kemenangan Allah SWT).

Setelah kemenangan ini Fadlulah Khan diangkat Sunan Gunung Jati sebagai 
Penasehat Kesultanan Cirebon, sedangkan kota Jayakarta diserahkan ke menantu 
Fadlulah Khan, yaitu Tubagus Angke. Setelah wafatnya Tubagus Angke diserahkan 
kepada putra beliau yaitu Pangeran Jayakarta yang kemudian pada 1619 karena 
kalah dalam konflik dengan VOC, meninggalkan Jayakarta yang dibumi hanguskan.

Baruklinting

http://www.margaluyu-pusat.net
http://apps.margaluyu-pusat.net
http://margaluyu-pusat.blogspot.com
http://baruklinting.blogspot.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



                           


O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +6641058853 

E-mail:[EMAIL PROTECTED]
www.kpsnusantara.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke