Memang itu benar! Sejak ratusan tahun lewat sepuluh hari dan satu detik, agama 
memang selalu diperdebatkan. Malah kalau kita tak berdebat, rasanya seperti 
seorang tak beragama. Memang kebenaran itu suatu relativitas, entah dalam 
waktu, kondisi atau suasana. Apa yang benar, kemarin, bisa saja hari ini 
tertolak. Dulu katak merasa dunia sangat luas, sebesar  tempurung yang 
mengurungnya. Ternyata setelah tempurung itu lapuk, ia membelalak, ternyata 
dunia lebih luas dari tempurung. 

Kita berdebat, seharusnya agar tempurung yang membuat kita picik dalam suatu 
pandangan, bisa menjadi cepat lapuk. Kalau kita menghindari perdebatan, samalah 
dengan si katak yang merasa menyesal, mengapa tempurung itu cepat lapuk. Dunia 
yang luas ternyata, tak bisa membuat ia jauh lebih bebas dalam melompat. Pada 
suatu hari, ia memutuskan kembali mencari tempurung dan masuk didalamnya. Kita 
yang tak suka berdebat, berarti sedang mencari tempurung juga.

Tuhan, tak mengapa kita perdebatkan, karena apapun hasilnya, tak akan 
mengurangi sedikitpun ke-Maha Kuasaan-Nya. Lalu apa arti Tuhan bagi seorang 
Theis, Atheis dan Politheis? Begini ceritanya:

Seekor domba merumput sendirian di suatu padang yang sangat luas, lalu muncul 
seorang atheis. Ia berkata, "Tak ada domba di padang ini". Ia kemudian membuat 
teori, ajaran filsafat, aliran pemikiran, teori akademis dan kerangka 
pemikiran, yang isinya hanya satu yakni pengingkaran adanya domba. 

Selanjutnya muncul seorang politheis, ia berkata, "Seharusnya di padang ini, 
banyak domba. Saya tak pernah percaya bahwa disini hanya ada satu domba". Ia 
lalu membuat pernyataan keagamaan bahwa ada trinitas domba, meskipun ia tak 
pernah tahu dimana adanya kedua domba tambahan itu. Seorang politheis yang 
bersamanya, juga berpendapat yakni mungkin ada banyak domba di padang itu, 
seharusnya tak hanya satu. Lalu ia mencari domba-domba lainnya yang memang tak 
pernah ada

Apa yang terjadi dengan seorang Theis melihat ulah sang atheis dan politheis 
itu. Sang Atheis itu kemudian membawa domba itu masuk kandang dan dalam hatinya 
ia bersyukur bahwa Tuhan telah menganugrahinya seekor domba. Ia selalu yakin 
bahwa domba, padang rumput itu dan dirinya diciptakan oleh satu sosok tunggal 
Tuhan. Ia tak pernah memperdebatkan tentang Tuhan seperti halnya sosok Atheis 
dan Politheis yang mengingkari keberadaan domba itu dan memperdebatkan tentang 
jumlahnya.


ostafalmust...@yahoo.com
ostafalmust...@gmail.com
http://www.dkkbontang.com/
http://www.mediahusadabontang.wordpress.com/
http://www.ostafologi.wordpress.com/
http://www.korpalaunhas.or.id/
http://sites.google.com/site/ostafology/http://www.ostafologi01.blogspot.com/







________________________________
From: nyoemhokgie <nyom2_arch_...@yahoo.com>
To: Soe_Hok_Gie@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 20, 2009 2:21:06 PM
Subject: Re: Bls: [Soe_Hok_Gie] Digest Number 855


sudah sejak ratusan tahun Agama selalu diperdebatkan. ...diperdebatkan utk 
menemukan jawaban...dlm berfilsafat sudah menjadi hal yg wajar jika ada 
perbedaan pendapat...berbeda itu utk di telaah...jgn bersikap apriori dan 
bersikap paling benar...sebenarnya y harus kita kembalikan lagi pada akar 
permasalahannya. ..kita ini memperdebatkan apa toh?Tuhan kan?
Tuhan bukan untuk diperdebatkan. ..bukan utk menjadi sosok yg membolehkan suatu 
manusia membunuh,mencaci dan menghina manusia lain yang berbeda 
pendapat...begitu juga agama bukan untuk diperdebatkan. ..Tuhan dan agama lahir 
untuk dialami dan dihayati..." jika ingin mengetahui manisnya gula maka 
makanlah gula" hal yg kurang mengena jika ingin mengetahui gula dgn cara 
mendeskripsikannya secara kata-kata "Gula itu manis" semua juga tau gula itu 
manis,tapi manis itu seperti apa?...karena bakalan susah utk mencerna sesuatu 
yg abstrak dan d luar jangkauan pikiran manusia...jika ingin tahu Tuhan maka 
gunakanlah Filsafat ato agama ato hati nurani utk menelaah suatu fenomena 
kehidupan... percuma bertengkar soal filsafat bro...
emg uda yakin klo yg paling benar?semua hal di dunia ini relatif coy...
ambil contoh aja jika kita jadi tentara...pergi berperang demi membela bangsa 
dan negara,tp terpaksa harus membunuh tentara dari pihak musuh...menurut 
penilaian negara,kalian adalah pahlawan,tp menurut keluarga yg pasukannya 
kalian bunuh adalah kalian tidak lebih adalah seorang yg sadis seperti 
binatang...
ambil contoh laen yg sepele...kita memberi uang receh kpd pengemis,menurut 
kita,kita berharap dapat meringankan beban si pengemis utk sekedar membeli 
makan, dan menurut pengemis mereka merasa berterimakasih sekali telah diberi 
uang receh meskipun Rp.100
tapi menurut Satpol PP y beda lagi...menurut mereka seharusnya qta jgn 
membiasakan memberi uang receh pada pengemis, krn hal itu malah menjadikan 
mereka jadi tambah malas dan tidak mau bekerja, bahkan mencemari pemandangan 
kota....
nah lo dari contoh2 diatas siapakah yg bnr?tanyakan dlm hatimu jika km blm 
mati....

 

   


      

Reply via email to