Mejuah-juah Satukan uang makan, beli kembali situs itu. Itu saja nya caranya yang paling jitu, kempu bulangna. Keke pun kita kalau pengembang sudah bayar sama yang menjualnya, khan tak benar juga. Mengharap pemerintah turun tangan? Ee orong me lebe, sangana pula sibuk menghadapi pilkado. Kalau pengembang atau yang punya proyek sedikit cerdik, tentu situs itu akan di pelihara dan di per cantiknya. Promosikan jadi tujuan wisata, tempat acara2 budaya, dan sekali2 jadikan tempat pemilihan putri hijau masa kini, bak pemilihan ratu kecantikan. Semoga.. Egia, perlu juga kita keke, ertina megermet, nggermetti taneh sideban, ula kari terdaya kerina taneh nininta nai. Tah enggom pe, la sieteh, perban la keke arih? Mejuah-juah
Radio Karo Accees Global <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ija kalak Karo Endai ? Enggo Ka Medem... Jangku Jangku Gia ningen kari lalap, adi pedemken rumah.. 2008/5/28 pelangiharum <[EMAIL PROTECTED]>: Pembangunan Rumah di Situs Sejarah Tetap Jalan Selasa, 27 Mei 2008 | 19:52 WIB http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/27/19524172/pembangunan.rumah.di.\ situs.sejarah.tetap.jalan MEDAN, SELASA - Patok kayu kini sudah tertancap di kawasan situs Putri Hijau, Kecamatan Namorambe, Deli Serdang. Patok tersebut merupakan penanda dimulainya pembangunan perumahan di kawasan bersejarah itu. Peneliti sejarah dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Badan Warisan Sumatera (BWS) dan mahasiswa merasa diintimidasi mandor pembangunan di lokasi. "Saya berusaha menahan diri. Saya jelaskan keperluan kami di lokasi. Namun mereka terus jelaskan bahwa minggu depan akan datang material bangunan lain seperti batu dan semen," kata Eron Damanik peneliti dari Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Unimed, Selasa (27/5) di Medan. Menurut Eron sikap mereka tidak bersahabat. Di lokasi bekas Benteng Putri Hijau itu para mandor menginterogasi rombongan dengan nada tinggi. "Saya katakan kami dari kampus yang melakukan penelitian dan perjalanan sejarah di situs ini bersama mahasiswa," tutur Eron seraya menjelaskan jumlah rombongan ada sembilan orang. Sikap para mandor itu cukup menganggu para peneliti dan mahasiswa. Meski tidak ada larangan, secara psikologis rombongan tidak merasa nyaman di lokasi. Eron menjelaskan bahwa kawasan itu merupakan kawasan sejarah yang tidak boleh mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Namun para mandor tidak memedulikannya. "Mereka tidak mau tahu, mereka tetap melaksanakan rencana pembangunan, " katanya. Hal yang sama disampaikan Direktur Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari. Dia membatalkan rencana mengabadikan tempat itu meski hal itu ingin dia lakukan untuk keperluan penelitian. Tempat bersejarah itu, katanya, tidak boleh rusak atau berubah fungsi. Pada abad 12 sampai 15, berdasarkan catatan sejarah, tempat itu pernah dipakai Putri Hijaupembesar Kerajaan Arumemakai sebagai benteng. Benteng itu persis terletak di barat Sungai Petani. Salah satu penanda benteng itu yang bisa dilihat berupa gundukan tanah yang di sisinya dipagari bambu. Tempat itu disebut-sebut pernah menjadi pusat Kerajaan Aru yang berpengaruh di pesisir timur Sumatera. Ichwan mengatakan perusakan Benteng Putri Hijau itu menjadi perhatian pemerhati sejarah dalam dan luar negeri. Peneliti National University of Singapore Edwars McKinnon, tuturnya, melaporkan hal ini ke organisasi pendidikan dan kebudayaan dunia (Unesco). Dia dan kalangan pemerhati sejarah akan menemui Bupati Deli Serdang Amri Tambunan untuk menghentikan pembangunan di lokasi bersejarah itu. Perusakan kawasan itu, tuturnya, jelas menyalahi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan. Sebelumnya awal Mei lalu buldozer sempat masuk ke kawasan Benteng Putri Hijau di Desa Deli Tua Kuta, Kecamatan Namorambe, Deli Serdang. Buldozer itu memeratakan tanah yang akan dipakai untuk perumahan. Saat itu informasi masuknya buldozer disampaikan Edwards Mckinnon yang mengunjungi lokasi.