MJJ: Dilematis. Disiplin fiskal adalah butir pertama dari 10 butir "Konsensus Washington" yang banyak dituduh sebagai inti neoliberalisme. Penganutnya diminta untuk menekan defisit anggaran maksimum 2% dari PDB. Disatu sisi banyak yang mengharapkan pemerintah lebih dalam melakukan intervensi dengan BLT, subsidi BBM, subsidi pendidikan, subsidi pupuk, subsidi kesehatan dan macam-macam lainnya. Disisi lain Pemerintah megap-megap hanya untuk membiayai pengeluaran rutin, sehingga harus menambah hutang.
Syukur masih ada yang percaya dan mau memberi pinjaman. Satu hal yang jelas adalah bahwa dengan semakin bengkaknya hutang, semakin besar perhatian dunia kreditur pada Indonesia. Bila Indonesia gagal membayar (default), kegagalan ini akan mengakibatkan kegagalan-kegagalan mereka juga. Lihat kegagalan beberapa negara Amerika Latin yang mengakibatkan runtuhnya beberapa bank besar pada tahun 80 dan 90an. Sentabi, Bp Nona Sampaguita ________________________________ From: karo karositepu <sitepu2...@yahoo.com> To: komunitask...@yahoogroups.com Sent: Sunday, June 7, 2009 10:57:35 AM Subject: Bls: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 Triliun Rasanya membaca info soal utang NKRI membuat kita merinding... makin dalam kita tenggelam dalam perekonomian. . international. Dalam kondisi seperti ini bagaimana mungkin kita punya "citra" di dunia international. ... dibandingkan dengan malaysia jauhlah kita tertinggal makanya kasus TKI, Ambalat, Penjualan / penggadean asset jadi terpaksa. Istilah kampung nya gali lobang tutup lobang demi pencitraan. Tapi masih bersyukurlah Pemerintah masih memikirkan rakyat dengan BLT yang kalau tidak salah sampe 31 T.meskipun menurut satu study 70 % dari BLT itu dimanfaatkan untuk beli rokok. Bukan untuk usaha. Memang gengsi itu mahal tapi perlu juga kadang-kadang. Semoga segera ada perobahan. Per"baroeng" peceren --- Pada Sab, 6/6/09, kontan tarigan <kontan_tarigan@ yahoo.com> menulis: Dari: kontan tarigan <kontan_tarigan@ yahoo.com> Topik: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 Triliun Kepada: komunitaskaro@ yahoogroups. com Tanggal: Sabtu, 6 Juni, 2009, 7:21 PM Jumat, 05/06/2009 17:33 WIB Warta No. 1 Adv - detikNews Jakarta - Utang pemerintah dalam kurun empat tahun terakhir rata-rata meningkat sekitar Rp 100 triliun per tahun. Peningkatan terjadi baik pada utang luar negeri maupun surat berharga. Demikian ditegaskan pengamat ekonomi Ichsanuddin Noersy. Kepada harian Merdeka, beberapa waktu lalu, Ichsanuddin mengungkap, utang pemerintah pada tahun 2004 sebesar Rp 1.275 triliun. Sementara awal tahun 2009 melonjak menjadi Rp 1.667 triliun. "Jika diambil rata-rata, maka dalam empat tahun terakhir, utang pemerintah mencapai Rp 100 triliun per tahun," kata mantan anggota DPR-RI dari Fraksi Golkar tersebut. Komposisinya, tambah Ichanuddin, pinjaman luar negeri meningkat dari Rp 613 triliun menjadi Rp 764 triliun. Sementara surat berharga negara meningkat dari Rp 662 triliun menjadi Rp 920 triliun. "Melihat fakta-fakta itu, maka klaim pemerintah bahwa utang kita sudah menurun, salah besar," kata pengamat ekonomi yang selama ini dikenal suka bicara apa adanya tersebut. Sebagai perbandingan: selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, jumlah utang sebesar Rp 1.500 triliun, atau hanya meningkat sekitar Rp 46.875 triliun per tahun. Sementara di era pemerintahan Megawati selama 3.5 tahun, utang cuma meningkat Rp 12 triliun, atau 4 triliun per tahun. (adv/adv) ________________________________ Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya!