MJJ:
Syukurlah kita menyadari bahwa persoalan bangsa Indonesia adalah persoalan 
kita, bukan persoalan negara asing, atau lembaga donor pemberi pinjaman. 
Sengaja saya memprovokasi ala 'devil's advocate' dengan harapan kita dapat 
menghindar dari menyalahkan orang lain, bangsa lain, lembaga internasional. 
Persoalan kita adalah pengencangan ikat pinggang, efisiensi. Senina Ingan Apul 
benar bahwa di sektor pemerintahan underemployment sangat nyata. 
Kantor/pekerjaan yang mampu dikerjakan oleh 10 orang dikaryakan 50 pegawai. 
Karena anggaran terbatas, maka dipakailah sumber-sumber pendanaan 
non-tradisionil untuk membiayainya. 

Kenapa politisi menghindar dari membicarakan pemborosan pegawai ini? Kenapa 
justru yang dibicarakan adalah paham-paham (yang hemat saya tidak pernah 
dijelaskan tuntas) neoliberal, kerakyatan, sosialisme, marhaenisme?  Isu 
penghematan di sektor pemerintahan TIDAK POPULER. Terbukti tidak satupun 
politisi menyorot tentang perampingan pegawai negeri semasa kampanye. Teringat 
ketika ikut satu proyek ADB: Sustaniable Capacity Building for 
Decentralization. membantu kemandirian pemerintahan kab/kota di bidang yang 
sudah di (power) share oleh pem pusat. Ketika sampai pada isu perampingan, 
semua menghindar untuk melanjutkan kajian. Donor/konsultan juga tidak dapat 
berbuat apa-apa. Pesan dari butir pertama dari konsensus Washington adalah, 
jangan besar pasak dari tiang. Dorongan untuk menjadi POPULER membuat 
pemerintah mengabaikannya. Pesannya untuk saya pribadi sama, tetapi masih 
GENGSI untuk membelah beberapa kartu kredit yang saya miliki....... 

Sentabi,
Bp Nona Sampagita
"It
is tempting to call for better leadership, but we probably expect too much from
the leaders of the nations. Those nations are too big, the connections not
strong enough, the commitment to the future not long enough. It is better to
look smaller, to our now-smaller organisations, to local communities and
cities, to families and clusters of friends, to small networks of portfolio
people with time to give to something bigger than themselves. We have to
fashion our own directions in our own places." (Charles Handy, b.1932)





________________________________
From: Ingan apul Sitepu <inganapulsit...@ymail.com>
To: komunitask...@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 9, 2009 12:09:23 AM
Subject: Re: Bls: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 
Triliun





Mejuah juah,
"Disisi lain Pemerintah megap-megap hanya untuk membiayai pengeluaran rutin, 
sehingga harus menambah hutang"

jika megap untuk membiayai pengeluaran rutin tentu harus dihemat pengeluaran 
dengan memangkas semua biaya tunjangan tunjangan,biaya biaya perjalanan,Gaji, 
mark up proyek,biaya konsultan asing dll,
disamping juga meningkatkan pendapatan negara bukan pendapatan oknum.
Contoh :1.kesesuaian jumlah pegawai dengan beban kerja(saat ini hampir semua 
pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor sehingga ada indikasi banyak pegawai 
yang tidak punya kerja,karena banyak waktu menganggur jadi pikirannya ngawur 
sehingga terjadilah mark up harga,memanipulasi laporan dll)
tentu dalam hal ini juga peran pengawasan sangat penting dan sepertinya kurang 
berjalan.
lho megap membiayai anggaran rutin katanya tapi tidak melakukan pengawasan yang 
baik sehingga terjadi inefesiensi sehingga ngutang lagi....
Disamping itu sebenarnya banyak hal hal yang dapat meningkatkan pendapatan 
negara dengan cara mereformasi birokrasi.karena banyak aturan/ketetapan 
pemerintah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.dalam aturannya tertulis 
biaya rendah tapi ternyata yang dibayar masyarakat sangat tinggi (baik dalam 
jumlah uang maupun waktu sehingga calo subur diindonesia, bahkan tidak jarang 
orang dalampun jadi calo).Nah..tetapkan saja harga yang realistis dan layani 
masyarakat dengan baik,cepat dan dananya masuk kas negara.
contoh :ktp tertulis biaya 7000 tapi yang harus dikeluarkan masyarakat 
50.000.dalam hal ini yang masukkas negara 7000 tapi masuk kas oknum 43.000.
nah tetapkan saja biaya ktp 25.000 dengan pelayanan memuaskan tanpa membuat 
masyarakat repot sehingga tidak perlu lewat calo atau minta tolong orang dalam 
dan semua dananya masuk kas negara.ini hal hal kecil dan banyak sekali hal hal 
lain yang lebih besar dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara 
dengan memangkas pendapatan oknum.Hitungannya jika diasumsikan jumlah penduduk 
yang membuat ktp sekitar 75.000.000 jiwa x 18000 (selisih harga) 
=1.350.000.000. 000. peningkatan pendapatan negara dan masyarakat hemat 
1.875.000.000. 000.    

." Satu hal yang jelas adalah bahwa dengan semakin bengkaknya hutang, semakin 
besar perhatian dunia kreditur pada Indonesia."

ya pasti dong karena semakin dinikmatinya madunya dan sumber daya alam kita 
yang kaya jadi taruhannya dan harga diri rakyat dilecehkan diseantero bumi.

Kesimpulannya : stop utang,stop pemborosan uang negara,stop pengangguran 
terselubung, kerja keras senin -sabtu jam 8:00-jam17:00, pelayanan masyarakat 
memuaskan,pengawasa n yang efektif dan transparan,dukung ekonomi rakyat dengan 
kebijakan yang benar,tingkatkan pendapatan negara dengan menekan kebocoran 
kebocoran dan memangkas pendapatan oknum,berikan upah pegawai yang layak,hukum 
berat para koruptor/penghianat /penjajah/ penghisap rakyat.

setabi ibas sikurang payona ras ibas kurangna pengangkanku kerna sienda.Bujur.
--- Pada Sen, 8/6/09, haryanto bode <edob...@yahoo. com> menulis:


Dari: haryanto bode <edob...@yahoo. com>
Topik: Re: Bls: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 Triliun
Kepada: komunitaskaro@ yahoogroups. com
Tanggal: Senin, 8 Juni, 2009, 9:20 PM


Kira-kira ada yang dapat memberikan output (hasil) dari input utang sebegitu 
besarnya?
Kalau BLT menurut saya itu hanya sebuah stimulan negative  bagi masyarakat 
Indonesia, karena cendrung membangun kearah mental bangsa yang pemalas dan 
pembuktian kemiskinan. Apalagi jumlah penerima BLT terus bertambah, artinya 
semakin banyak yang menjadi miskin.
 
BHT, Tw



________________________________
 From: shodan purba <shodanpurba@ yahoo.com>
To: komunitaskaro@ yahoogroups. com; Tanah Karo <tanahk...@yahoogrou ps.com>
Sent: Sunday, June 7, 2009 9:17:25 PM
Subject: Re: Bls: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 
Triliun


MJJ:
Dilematis. Disiplin fiskal adalah butir pertama dari 10 butir "Konsensus 
Washington" yang banyak dituduh sebagai inti neoliberalisme. Penganutnya 
diminta untuk menekan defisit anggaran maksimum 2% dari PDB. Disatu sisi banyak 
yang mengharapkan pemerintah lebih dalam melakukan intervensi dengan BLT, 
subsidi BBM, subsidi pendidikan, subsidi pupuk, subsidi kesehatan dan 
macam-macam lainnya.Disisi lain Pemerintah megap-megap hanya untuk membiayai 
pengeluaran rutin, sehingga harus menambah hutang. 

Syukur masih ada yang percaya dan mau memberi pinjaman. Satu hal yang jelas 
adalah bahwa dengan semakin bengkaknya hutang, semakin besar perhatian dunia 
kreditur pada Indonesia. Bila Indonesia gagal membayar (default), kegagalan  
ini akan mengakibatkan kegagalan-kegagalan mereka juga. Lihat kegagalan 
beberapa negara Amerika Latin yang mengakibatkan runtuhnya beberapa bank besar 
pada tahun 80 dan 90an. 

Sentabi,
Bp Nona Sampaguita    




________________________________
 From: karo karositepu <sitepu2...@yahoo. com>
To: komunitaskaro@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, June 7, 2009 10:57:35 AM
Subject: Bls: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 Triliun


Rasanya membaca info soal utang NKRI membuat kita merinding... makin dalam kita 
tenggelam dalam perekonomian. . international. Dalam kondisi seperti ini 
bagaimana mungkin kita punya "citra" di dunia international. ... dibandingkan 
dengan malaysia jauhlah kita tertinggal makanya kasus TKI, Ambalat, Penjualan / 
penggadean asset jadi terpaksa. Istilah kampung nya gali lobang tutup lobang 
demi pencitraan. Tapi masih bersyukurlah Pemerintah masih memikirkan rakyat 
dengan BLT yang kalau tidak salah sampe 31 T.meskipun menurut satu study 70 % 
dari BLT itu dimanfaatkan untuk beli rokok. Bukan untuk usaha. Memang gengsi 
itu mahal tapi perlu juga kadang-kadang.
Semoga segera ada perobahan.
Per"baroeng" peceren


--- Pada Sab, 6/6/09, kontan tarigan <kontan_tarigan@ yahoo.com> menulis:


Dari: kontan tarigan <kontan_tarigan@ yahoo.com>
Topik: [komunitaskaro] Tiap Tahun, Utang Pemerintah Naik Rp 100 Triliun
Kepada: komunitaskaro@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 6 Juni, 2009, 7:21 PM



Jumat, 05/06/2009 17:33 WIB
Warta No. 1
Adv - detikNews
 
Jakarta - Utang pemerintah dalam kurun empat tahun terakhir rata-rata meningkat 
sekitar Rp 100 triliun per tahun. Peningkatan terjadi baik pada utang luar 
negeri maupun surat berharga. Demikian ditegaskan pengamat ekonomi Ichsanuddin 
Noersy.

Kepada harian Merdeka, beberapa waktu lalu, Ichsanuddin mengungkap, utang 
pemerintah pada tahun 2004 sebesar Rp 1.275 triliun. Sementara awal tahun 2009 
melonjak menjadi Rp 1.667 triliun.

"Jika diambil rata-rata, maka dalam empat tahun terakhir, utang pemerintah 
mencapai Rp 100 triliun per tahun," kata mantan anggota DPR-RI dari Fraksi 
Golkar tersebut.

Komposisinya, tambah Ichanuddin, pinjaman luar negeri meningkat dari Rp 613 
triliun menjadi Rp 764 triliun. Sementara surat berharga negara meningkat dari 
Rp 662 triliun menjadi Rp 920 triliun.

"Melihat fakta-fakta itu, maka klaim pemerintah bahwa utang kita sudah menurun, 
salah besar," kata pengamat ekonomi yang selama ini dikenal suka bicara apa 
adanya tersebut.

Sebagai perbandingan: selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, jumlah utang sebesar 
Rp 1.500 triliun, atau hanya meningkat sekitar Rp 46.875 triliun per tahun. 
Sementara di era pemerintahan Megawati selama 3.5 tahun, utang cuma meningkat 
Rp 12 triliun, atau 4 triliun per tahun.
(adv/adv)

 
 

________________________________
 Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya!  

 

________________________________
 Dapatkan nama yang Anda sukai!  
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com.
   


      

Kirim email ke