On 05/17/2011 11:47 AM, Iwan Prasetyo wrote:
hi pak sutarno :)

senang mengetahui ada minat migrasi menggunakan linux. kondisi pak
tarno saat ini sudah bagus menggunakan server berbasis linux.

sebelum melakukan migrasi, ada baiknya pak tarno melakukan
inventarisasi penggunaan aplikasi. hal ini bertujuan untuk mengetahui
aplikasi apa saja yang memang diperlukan dan hanya bisa berjalan
dengan platform windows. jangan lupa, siapkan juga aplikasi pendukung
perusahaan dan aplikasi pengganti (misal open office mengganti
office). Beli beberapa buku tentang open office calc karena excel
sering digunakan di kantoran.

kebanyakan memang kasus migrasi sukses bila ada dukungan langsung dari
beberapa orang di jajaran top level manajemen. sedangkan untuk
mengubah paradigma "Linux itu SUSAH", cukup pak tarno menggunakan
distro yang modern misal ubuntu versi 10 ke atas, atau mandriva 2010
ke atas ditambah dengan kehadiran tim support pak tarno, katakanlah 1
bulan pertama. pendampingan langsung akan membesarkan hati calon user
yang was-was di saat awal.

bila target awal 33%, mungkin pak tarno bisa mempertimbangkan dimulai
dari komputer produksi? pengalaman saya paling mudah melakukan migrasi
dari unit komputer bagian produksi. di area ini fungsi komputer hanya
spesifik, juga resistensi paling sedikit. user cukup diberitahu harus
pakai dengan cara tertentu, selesai sudah.

resistensi terbesar sering muncul dari kalangan staf karena faktor
kebiasaan. nah di sini akan lebih baik bila pak tarno memulai program
migrasi dibarengi dengan kebijakan perusahaan untuk peremajaan
komputer. pak tarno tinggal memberikan unit komputer baru untuk user
yang terlebih dahulu pakai linux. pasti animo dan reaksi positif
kehadiran linux akan meningkat :)

untuk perbandingan, masalah security jelas linux menang. ini udah
state of the art linux. saya tidak pernah mengurusi masalah virus di
client saya sejak 2006. jadi saya sudah 5 tahun hidup enak. sebagai
3rd party, dulu saya cukup sering dipanggil hanya masalah virus.

bila kasus pak tarno toko atau distributor, maka strateginya adalah
mencoba dahulu software utama. karena jenis usaha ini biasanya
tergantung pada 1 jenis software yang tailored. bila aplikasi berbasis
web, mungkin akan lebih nyaman. konsultasikan dengan programmer yang
membuat. bila software berbasis DOS [clipper, foxbase, dbase], yakin
bisa pak dengan DOSEmu. setelah lolos dari percobaan, langsung ubah
aja habis. biasa sang pemilik tidak akan ambil pusing selama
aplikasinya bisa berjalan dan aman [keyword menakutkan pemilik:
lisensi, bayar lagi, kena sweeping].

masalah fleksibilitas, ini agak bias. maksud pak tarno fleksibilitas
di windows yang bagaimana? sebab linux sejak 2007 sudah sangat
fleksibel termasuk install driver.

kalau masalah user friendly, percaya pak, linux hanya masalah
kebiasaan. banyak pabrik sudah menggunakannya, terutama di jawa
tengah. bahkan di rumah saya pun anggota keluarga menggunakan linux
untuk kebutuhan sehari-hari. hal ini bukan karena saya pro linux [saya
juga masih buat system berbasis windows kok], namun cenderung ke
keamanan. browsing with peace of mind.

untuk linux desktop, saya menyarankan pada ubuntu, kubuntu [ubuntu
versi KDE karena ada beberapa software saya yang berjalan dengan KDE],
mandriva.



-Iwan P-

2011/5/17<sutarno...@gmail.com>:
Dears Linuxer,

Di perusahaan tempat bekerja saya saat ini based on windows 99 persen, hanya 
beberapa yg digunakan untuk server menggunakan linux.

Step2 apa saja yg perlu Saya lakukan untuk merubah OS ke Linux Desktop target 
awal 33 persen terutama merubah paradigma LINUX itu SUSAH.

Mohon bantuannya :
1. Perbandingan LInux dan Windos dari sisi securitas,flexibilitas,user friendly.
2. Linux Desktop tipe apa yang cocok untuk user Pemula

Mudah2an ada yg bisa memberikan pemahaman dan pencerahan dan referensi

Salam
Sutarno
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Semua saran diatas penting, tapi menurut saya...

Yang paling penting, hardware nya! Terutama bila migrasi ke Linux Desktop untuk semua user. Minimal anda harus pakai RAM 512Mb untuk mendapatkan kesan bagus dari user. Buat apa di-oprek susah2 kalau user tahunya sekarang komputer jadi lambat. Buka apa-apa nunggu loading lama. Tampilan jelek karena cuma bisa pakai Windows Manager yang ringan. Kalau memang serius untuk migrasi, ada baiknya budget penambahan hardware diajukan sekalian.

Saya bekerja di sekolah, 90% sudah menggunakan Linux, dan sekarang malahan beberapa guru sudah tertarik untuk menginstall full Linux (ubuntu) di laptop pribadi mereka. tapi tentu saja RAM mereka 1 GB. Mereka malah mengakui bahwa menggunakan Linux malah jauh lebih praktis daripada Windows! RAM yang cukup akan memberi kesan baik di kalangan end-user yang pemula. Siapa bilang Linux itu rumit? Itu pemikiran masa lalu. Sekarang Linux jauh lebih mudah daripada Windows.

Sulit migrasi ke OpenOffice? Kalau nanti sudah mentok, ada dokumen yang tidak bisa dikonversi karena rumit. Bagaimana bila menggunakan wine+MS Office? Ya jelas kemungkinan besar disini MS Office nya sulit untuk legal. :P But to achieve greater purpose, why not? Cara ini berhasil saya terapkan untuk mengubah pola pikir dari user.
Saya malahan menggunakan Ubuntu+wine+virtualbox.
Virtualbox saya perlukan karena kadang saya perlu editing video.

user di tempat saya sudah begitu terbiasa dengan Linux sehingga sekarang mereka bingung bila harus membuka Windows. Yang jelas, satu-satunya OS yang berjalan "out of the box" hanyalah Linux. Tancapkan peralatan apa saja, Linux 99% akan langsung mengenali. Bandingkan dengan windows.

Saran saya:
1. kenali kebutuhan user, buat daftar. Apakah user hanya butuh untuk aplikasi perkantoran, browsing, chatting. Baru sesuaikan softwarenya 2. Saya sangat menganjurkan menggunakan Ubuntu untuk migrasi awal. Ada banyak kemudahan yang bisa anda peroleh dengan distro ini. Pakai yang Ubuntu 10.04 saja daripada Ubuntu 11.04 karena lebih standar dan mudah dimengerti.

info lengkap bisa bandingkan dengan yang ada web saya:
http://betweenmeandlinux.wordpress.com/category/migrasi-2/

Saya teringat dengan editorial di sebuah majalah (InfoLinux?) yang mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada keluhan dari user yang berpindah dari symbian ke android, atau dari java-phone ke Blackberry. Walaupun merk berbeda2, tapi tidak ada keluhan yang sampai membuat orang kesal karena harus belajar lagi. Kenapa? Karena semua sistem yang mereka jalankan di hape benar2 sudah berjalan seperti seharusnya. Harusnya untuk Linux: Install - Setting - Jalan lancar, cepat dan mudah.

Tapi seringkali sysadmin bisa menerapkan migrasi, tapi melupakan user juga perlu didampingi, dipermudah, cepat mengakses segala sesuatu. Kalau dikit2 loading lama, dikit2 buka terminal, mount-umount USB aja perlu ketik2. Lha buat apa migrasi?? Kok kesannya Linux susah banget. Padahal bukan salah Linux-nya, tapi sysadmin-nya. :)

regards

Ferry

--
--------------------------------------------
http://betweenmeandlinux.wordpress.com


--
FAQ milis di http://wiki.linux.or.id/FAQ_milis_tanya-jawab
Unsubscribe: kirim email ke tanya-jawab-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info milis selengkapnya di http://linux.or.id/milis

Kirim email ke