At 11:50 +0700 2/7/05, risiyanto budi wrote:
On Mon, 7 Feb 2005 12:31:22 +0900 baskara <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> Ada parameter penting yang tidak disebut, yaitu: KURS !.
Kalau kita masih tergantung dengan impor, kurs memang harus dimasukkan. Akan tetapi, kalau negara seperti RRC, nilai Yuan-nya terus turun, mereka justru senang, karena barang-barang mereka semakin laku. US terus mendesak RRC untuk mematok nilai mata uangnya (fixed rate).
eh jadi ngomongin RRC,
Bulan lalu anak gw ulang tahun.
Dapat hadiah banyak (baru puluhan, belum ratusan). Semuanya ya SEMUANYA "made in China".
Dulu masih ingat kalau "mauludan" (hari lahirnya nabi), ada pasar sore di jl pandegiling.
Jualan mainan lokal: gasing, topeng harimau, boneka kayu, etc.
Sekarang sudah ganti dengan mainan plastik made in China.
cina gak ada yang ngalahin kalo soal manufaktur. gue masih takjub laser pointer buatan cina itu cuma 15 ribuan.
-- I solemnly swear that I'm up to no good http://data.startrek.or.id http://kiozk.com