Harry Sufehmi wrote:
At 12:49 04/07/2005 +0700, Arie Reynaldi Z wrote:
Saya dapet email dari teman mengenai Gasohol, dia cerita pernah mampir
ke PUSPITEK serpong untuk beli beberapa liter Biodiesel, terus
diperkenalkan dengan produk Gasohol. Harga gasohol sekitar Rp 3.800 /
liter dicampur ke 10 liter bensin, dan bisa naikin oktan bensin setara
dengan pertamax-plus. Katanya gasohol itu punya oktan 115. (Super aja
cuma 98). Tapi gasohol ini belum dipasarkan karena alasan politik dan
gasohol sangat flammable.
Apakah ada yang tau kenapa kok gak dipasarin ? Politik apa ya ?
Kalau di Amrik saya pernah baca usaha menyediakan sumber energi
alternatif selalu mentok karena lobi dari kartel minyak. Karena jelas
memang mereka yang akan rugi kalau ada alternatif yang lebih baik
daripada minyak.
Padahal, sebagai contoh, mobil berbahan bakar non-BBM itu sudah ada
yang bisa digunakan untuk sehari-hari. Tapi, sampai saat ini tetap
belum ada yang diproduksi secara massal.
Apa mungkin di Indonesia juga begitu ya?
Salam,
Harry
sepertinya tidak sesimpel itu saja penyebabnya. Beredarnya suatu produk
itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya tentu saja
permintaan pasar. Jika saja permintaan pasar terhadap, katakan saja
mobil berbahan bakar non-BBM, cukup tinggi, maka produksi non-BBM juga
akan mudah ditemui. Namun bagaimana masyarakat akan meminta kenderaan
sejenis ini jika harganya saat ini belum begitu terjangkau, dan lagi
yang konvesional juga sudah dianggap memenuhi kebutuhan hidup.
Saya setuju jika dikatakan bahwa kartel minyak juga berpengaruh. Namun
bikan mereka semua yang menentukan. Bagaimanapun harus diakui bahwa
persediaan BBM saja sudah menipis, tentu saja suatu saat, meski
dihalangi sekalipun, kebutuhan energi alternatif dari BBM akan mesti ada.
Di Indonesia bisa jadi seperti yang bung katakan itu juga. Namun promosi
utk bahan bakar alternatif sendiri tidak begitu banyak dilakukan,
sepengetahuan saya ini loh, secara umum. Mungkin sekali banyak bagian
rakyat Indonesia yang sudah pernah mendengar tentang alternatif semacam
itu, tapi berapa banyak yang benar2 peduli atau setidaknya benar2 tahu
dan butuh? Tidak terdata bukan?
Memintarkan rakyat hingga mencapai tingkat negara jepang utk bisa
memahami arti non-BBM itu saja dulu yang menjadi tugas kita, menurut saya :)
--
heart-shaped-box
darussalam - banda aceh
http://alexcobain.tk