Samuel Franklyn wrote:
> Muhamad Carlos Patriawan wrote:
> > Dari referensi,untuk mengukur software development proses pada sebuah
> > persh atau team dapat menggunakan 'capability maturity model' atau CMM
> > yg dikembangkan carnegie mellon.
> >
> > Msg2 persh akan diberi rating 1-5 dengan 5 sebagai nilai
> > teringgi,sebagai perbanfingan satu dekade lalu di india hanya motorila
> > unit saja yg berhasil mendapatkan skor 5 dibanding tahun 2005 dimana
> > hampir 400 persh india mendapatkan skor tertinggi.
> >
> > Ternyta ini salah satu alasan mengapa semakin banyak pekerjaan kompleks
> > yabg dilakukan di india.
> >
> > Pertanyaan:
> >
> > -apakah ada persh indonesia yg mendapatkan skor cmm ? How about jatis ?
> > Trabas ? Atau yg lainnya ?
> > -bagaimana 'awareness' ke arah rating tersebut ?
> >
> >
>
> Apakah sudah ada software top dunia yang dihasilkan
> lewat team atau perusahaan yang menggunakan CMM?
>
> Maksud saya dengan software top dunia adalah
> software macam Windows, Linux, Mozilla, Oracle, dll.
> Kalau dalam kenyataan sedikit atau tidak ada
> software top dunia yang dihasilkan
> oleh team atau perusahaan yang menggunakan CMM
> apakah CMM bermanfaat?
>
> Maaf kalau pertanyaan di balas dengan pertanyaan lagi.
> Soalnya saya amat sangat meragukan manfaat CMM.

Dari sekilas baca tentang CMM,ada yang applikable dan tidak applikable
dengan vendor(windows,linux,oracle,etc).Hal yang applikabel seperti
keharusan project management(responsibility,persons in
charge,etc),proses,CVS,code review dan release management,hal2 yang
biasalah untuk vendor.

Yang tidak applikabel,CMM ini tidak terlalu bermanfaat jika software
projek berbasis due date/release time yang ketat (seperti di perusahaan
vendor/startup).

Kalau dilihat dari sejarahnya,CMM ini lebih diperuntukkan kepada
software house atau consulting firm yang menerima projek dari
luar,bukan vendor yang memproduksi device atau software langsung.

Mungkin Pak Budi Rahardjo bisa menambahkan.

Carlos

Kirim email ke