On 4/30/06, adi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
berikut ini yang pernah terjadi, daniel phillips bermaksud mengembangkan filesystem tux2, yaitu non-journaling fs yang bisa autorecovery dengan cepat. dia publis di web linux nl, orang netapp mengintip, langsung kirim surat ancaman, karena cara yang dia pakai sudah dipatenkan untuk waffle (fs netapp). yang lain, jeff, insinyur novel, stlh keluar, dan setelah otot-ototan dengan dengan ingo soal kecepatan filserver yang novel vs tux (in-kernel web), dia bikin manos, opensource implementasi novel diatas linux, dan bikin company timpanogas, disue novel dan bankruts.
ngoprek masih ok. kalau mau nge-reverse engineering, ya jangan bilang-bilang. he he he :) pada dasarnya, semua perusahaan (dan individu hacker?) juga melakukan reverse engineering untuk memahami buatan kompetitor. cara lain adalah melihat melalui paten, tapi ini berat. lebih mudah langsung ngoprek. atau membuat yang baru berdasarkan API. (tapi cari virgin programmer juga susah. kecuali di indonesia kali ya? karena nggak pernah ngoprek.) saya masih ingat cerita engineers AMD yang ngoprek (kata halus dari reverse engineering) prosesor Intel. si Intel nakal. dia buat feature yang undocumented. nanti kalau si AMD jiplak prosesor dia dari dokumentasi/API tinggal tunggu saja. begitu mereka sudah masuk pasaran, tiba-tiba si Intel bisa bilang, by the way ... we have this (undocumented) feature. matilah sih AMD karena tidak kompatibel. ternyata si AMD tahu akan undocumented feature itu. (bagaimana dia tahu kalau nggak reverse engineer? he he he) akhirnya mereka sisipkan feature tersebut, tapi juga nggak bilang bahwa ada feature tersebut. kalau bilang, ya ketahuan dong nge-reverse bukan membuat baru dari dokumentasi/API. jadi mereka nunggu juga. kalau si intel bilang ada feature itu, mereka bisa bilang bahwa kami juga ada kok. hi hi hi. in any case, ini lazim dilakukan. hanya jangan bilang2. kalau bilang2, ya pasti disikat oleh perusahaan besar itu. bukan sekali dua kali kejadiannya. sudah banyak. tapi ... tetap banyaaaakkk yang melakukan rev. engineering. di silicon valley sono memang HaKI / intellectual property dihargai (terutama di management ke atas), akan tetapi di antara para engineers ... sharing tetap kental! sebab mereka loyal kepada engineering/yang diutak atik, bukan kepada perusahaannya :) jadi jika seseorang telah memecahkan sebuah masalah, biasanya nantinya akan di-share. (aren't i a great guy? gitu maunya) sehingga akhirnya tidak usah orang re-invent the wheel. mereka bisa memecahkan masalah baru. artinya secara komunitas mereka maju terus. (jadi memang ada dualisme di mereka. ya bilang menghargai HaKI tapi di bawah tetap ada sharing juga kok.)
si bejo, membongkar perangkat yang sudah jadi (proprietary) dan menirunya kemudian dijual, bisa-bisa si bejo ini di-bui tanpa ba-bi-bu.
yang ini sebetulnya lebih menarik karena di indonesia, haki ini masih belum dihargai seperti di luar negeri. saya malah pernah usul ke orang2 di kantor paten agar ada hal-hal yang tidak dilindungi di indonesia. sehingga bisa kita usulkan bahwa indonesia menjadi save haven bagi reverse engineering site. jadi orang2 amerika kalau mau nge-reverse, dia pindah dulu ke indonesia dan dikerjakan di sini (meskipun oleh mereka). he he he. (ada kejadian yang seperti ini dimana sang programmer baru bisa mengerjakan yang dia kerjakan di australia. waktu itu soal security, rsa, ssh, ketika jamannya rsa masih ribut dengan zimmerman.) itulah sebabnya juga saya ngotot agar indonesia tetap tidak mengakui software patent!
intinya, begitu kita bekerja pada vendor produk proprietary, maka intelektualitas kita sudah menjadi hak company. bahkan, kalau kita ngelindur pun dan dalam ngelindur itu jadi punya ide bagaimana bisa menerapkan mpls lewat kabel jemuran. maka ide itu adalah milik perusahaan.
itulah sebabnya saya suka profesor hukum lawrence lessig. (lihat http://lessig.org) dia salah seorang yang mengatakan bahwa aspek perlindungan haki sekarang harus diubah... (ini pakar hukum yang *PAHAM* teknologi. patut ditiru! blog-nya ... ya DIA PUNYA BLOG! pantas dibaca)
gitu, maksud saya. jadi jangan tergesa-gesa bilang bisa terjadi transfer teknologi. ok. kalau melenceng bicara soal ini, bisa masuk ke arena diskusi seperti rimba belantara :-)
kalau di dunia nyata, nonsense transfer teknologi yang diberikan dari barat ke indonesia secara idea. kalau mau ... ya curi. eh ... pelajari. hi hi hi.
soal standar 'cara bekerja' itu sebenarnya merupakan disiplin ilmu yang lain. kita bisa bikin sendiri. misalnya, cara ashram/pesantren/kolose itu baik. tapi sekarang sudah ditinggalkan orang, atau minimal dianggap ndeso, kurang gaul, tidak demokratis, mengekang, terbelakang, primitif, berikut tuduhan-tuduhan lain, yang ujung-ujungnya gini: wis to .. gak usah angel- angel, sing penting entuk ijasah :-)) (sorry, bahasa latin).
seperti nama tempat saya bekerja sekarang Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB (STEI), yang kalau diplesetkan "Sekolah Tidak, Entuk Ijazah" hik hik hik :( -- budi