Nasir Tamara Akui Misi Global TV Berubah Setelah Harry Tanoe Masuk 
   
  Nasir Tamara, salah seorang pemegang saham Global TV, menceritakan asal 
muasal beralihnya visi dan misi Global TV dari dakwah, pendidikan, SDM dan 
teknologi, menjadi TV komersial.

Nasir menilai paralihan itu wajar saja, seperti halnya TV-TV swasta lainnya, 
seperti TV7 yang semula Star Page atau ANTV yang kini dikuasai Rupert Murdoch. 
Apalagi saat itu pihaknya sedang kepepet akibat krisis ekonomi.

Namun ia mengakui ada perubahan misi dan visi yang diusung IIFTIHAR setelah 
beralih tangan ke Harry Tanoesoedibjo.

Berikut petikan wawancara Nasir Tamara dengan wartawan di Wisma Nusantara, 
Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (2/3/2006).

Bagaimana kok bisa Global TV akhirnya dijual?

Itu kan debatable. Pertama kita lihat dulu, TV7 itu kan dulu milik Pak Karma 
yang namanya Star Page. Kemudian jadilah TV7. Lalu ANTV dibeli Murdoch (Rupert 
Murdoch), malah dibeli asing. Sedangkan seperti disebut di dalam pernyataan 
Edwin Kawilarang, dari Bimantara, yang terjadi adalah proses kerjasama teknis 
antara Bimantara dengan pendiri Global Investasi Bermutu. Itu yang terjadi 
sebetulnya.

Bagaimana bisa berubah dari TV pendidikan ke TV komersil?

Awalnya TV itu didirikan organisasi IIFTIHAR yang mempunyai visi peningkatan 
SDM, pendidikan, teknologi dan riset. Kita dulu merasa suara-suara yang 
mewakili Indonesia ke luar sedikit sekali. Tapi pengaruh dari luar seperti CNN 
dan BBC sangat kuat. Makanya kita buat TV nasional yang news dan bermutu. 
Makanya TV itu disebut Global TV yang PT-nya disebut Global Informasi Bermutu.

Lalu perubahan terjadi, karena masa itu adalah transisi. Rupiah anjlok, dolar 
AS menjadi Rp 18.000. Kita punya modal, tapi kan dibayarnya dalam bentuk dolar. 
Untuk beli pemancar, pengedit dan kamera. Jadi itung-itungan kita meleset. Lalu 
juga kemudian sewa TV diancam untuk bisa on air pada waktunya.

Lalu ada TV juga yang meminjam uang kepada Bank Mandiri. Jadi saat itu semua 
orang panik. Maka kami memutuskan, karena Bimantara menawarkan untuk bantuan 
teknis melalui Rosano Barack, seorang komisaris dan pemilik saham besar di 
Bimantara. Dia yang mengontak kami. Dia ngomong dengan kita bahwa dia mempunyai 
cita-cita yang sama dan sudah berpengalaman, karena mengelola RCTI. Lalu kami 
akhirnya menjalin kerjasama, di mana kedua pihak sepakat menjaga visi dan misi 
kita. 

Lalu bagaimana sampai bisa berubah visi misinya?

Perubahan itu juga terjadi karena ada perubahan di Bimantara. Awalnya Dirut 
Bimantara adalah Pak Yosef Darmasubrata, lalu diganti dengan masuknya Harry 
Tanoe sebagai pemilik saham baru dan Dirut Bimantara.

Jadi ada perubahan karena memang lingkungannya berubah. Karena tidak sesuai 
dengan cita-cita kami, akhirnya kita ini mundur. Yang terakhir itu Pak Zuhal 
sebagai komisaris utama. Namun tahun 2004 dia mundur juga karena tidak sesuai 
dengan cita-cita.

Lalu kenapa tidak menempuh jalur hukum? 

Saya rasa itu sebaiknya dibicarakan dengan IIFTIHAR karena IIFTIHAR pemilik 
modal terbesar, tapi tidak tertutup kemungkinan itu. IIFTIHAR mungkin saja 
sedang memikirkan hal itu.

Lalu apakah Anda menjual saham juga?

Saham-saham kita semuanya di-pool di IIFTIHAR di bawah Pak Zuhal sebagai 
pimpinannya. Dana dan saham itu dipakai untuk membangun Universitas Al Azhar. 
Karena cita-cita kita memang ingin mendirikan organisasi yang islami.

Waktu itu nilai saham yang dijual nominalnya berapa?

Saya sudah lupa, Pak Zuhal yang menduduki komisaris waktu itu. Dia yang ikut 
perundingan-perundingan dengan Bimantara. 

Lalu mengenai adanya unsur katebelece dalam izin siaran?

Saya lihat tidak ada unsur katebelece. Tapi kita kan ramai, ada staf yang 
mengerjakannya. 

Bagaimana tanggapan Anda soal tayangan Global TV yang dinilai sejumlah kalangan 
bermasalah?

Saya rasa setiap bisnis itu seperti Star Page ke TV7, ANTV ke Murdoch, 
masing-masing punya dinamikanya sendiri. Begitu juga dengan Lativi dengan Bank 
Mandiri.

Anda setuju kalau izin siaran Global TV dikaji ulang?

Saya kan minoritas pemegang saham. Yang mayoritas yang menjalankan, tapi 
seharusnya yang mayoritas itu menaati apa yang disepakati.


Tomi Satryatomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Bikin sesi dengan Nasir Tamara.

Wassalam
-- 
Tomi Satryatomo
http://www.trekearth.com/members/wisat
http://wisat.multiply.com

"We shall build good ship here,
at a profit if we can,
at a loss if we must,
but... always a good ship."

On 05/12/06, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum wr wb,
>
> Global TV sesungguhnya didirikan oleh ICMI/IIFTIHAR
> untuk dibuat menjadi TV Islam. Beberapa milyar (ada
> yang tahu jumlah tepatnya?) sudah terkumpul namun
> akhirnya gagal dan dijual ke kelompok RCTI dan jadi TV
> yang sekarang ada (menyetel MTV, dsb).
>
> Ada yang tahu sebab kegagalan Global TV? Siapa tahu
> bisa jadi pelajaran yang baik bagi kita semua.
>
> Wassalamu'alaikum wr wb
>



   

    Visit Your Group 
  SPONSORED LINKS
      
   Corporate culture  
   Indonesia phone card  
   Cell culture  
   Indonesia tour  
   Indonesia travel

      Yahoo! Avatars
  Create a Face
  Show your style in
  Messenger & more.

    New business?
  Get new customers.
  List your web site
  in Yahoo! Search.

    Yahoo! Mail
  Drag & drop
  With the all-new
  Yahoo! Mail Beta



  .

 
         

 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke